• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel budaya organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap implementasi perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas adalah hubungan interpersonal, komitmen pada organisasi, kepuasan kerja dan persepsi kinerja.

5.1. Pengaruh Hubungan Interpersonal terhadap Cakupan Penjaringan Ibu Risti di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir

Berdasarkan uji regresi linier berganda terdapat pengaruh budaya organisasi yaitu hubungan interpersonal terhadap cakupan penjaringan ibu risti di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir. Budaya menentukan kemajuan setiap organisasi. Apabila suatu organisasi mempunyai budaya yang tidak bisa membawa ke arah keberhasilan maka perlu untuk dilakukan perubahan budaya untuk membantu meningkatkan kinerja. Budaya organisasi dari organisasi pelayanan kesehatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengelolaan sumber daya manusia dalam pemberian pelayanan kepada pasien dan berdampak pada kinerja (Kotler dan Hasket, 1997).

Menjalin hubungan interpersonal merupakan keharusan individu sebagai makhluk sosial. Individu membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin hubungan interpersonal dengan sesamanya. Ada sejumlah kebutuhan di dalam diri individu seperti kebutuhan beraliliasi (kebutuhan mendekatkan diri, bekerjasama, patuh dan tetap setiap pada teman/kawan. Keadaan-keadaan ini dapat dipuaskan melalui hubungan interpersonal (Supratiknya, 1995).

Komunikasi yang baik merupakan kunci untuk membangun hubungan kerja. Komunikasi yang buruk dapat menyebabkan kesalah pahaman karena gagal menyampaikan pikiran dan perasaan satu sama lain. Komunikasi yang baik dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi prestasi kerja karyawan dan membangun tim kerja yang solid (Mangkunegara, 2005). Variabel hubungan interpersonal berpengaruh terhadap penjaringan ibu risti disebabkan komunikasi sesama bidan dan pimpinan yang berjalan dengan baik atau bersifat dua arah dalam memperoleh informasi tentang ibu-ibu hamil yang berisiko tinggi sangat mendukung tugas bidan dalam melaksanakan implemenasi program kesehatan khususnya penjaringan ibu risti. Sesuai pendapat Allport (dalam Suryabrata, 1993) bahwa salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pribadi yang matang adalah kecakapan untuk mempertahankan hubungan yang positif dengan diri sendiri maupun objek-objek yang disenangi sehingga individu tersebut senang dan mudah untuk melaksanakan pekerjaannya.

5.2. Pengaruh Komitmen pada Organisasi terhadap Cakupan Penjaringan Ibu Risti dan Rujukan Ibu Bersalin di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir

Variabel komitmen pada organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap cakupan penjaringan ibu risti dan rujukan ibu bersalin di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir. Menurut Meyer, Allen dan Smith (1993) menganggap komitmen sebagai sebuah keadaan psikologis yang mengkarakterkan hubungan pegawai dengan organisasi dan memiliki implementasi terhadap keputusan untuk melanjutkan atau

menghentikan keanggotaan dalam organisasi. Komitmen juga dapat merefleksikan keterlibatan individu dalam pekerjaannya dan ketidaksediaannya untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.

Bidan yang memiliki keinginan untuk tetap bekerja dan bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya cenderung lebih efektif dalam menyelenggarakan program cakupan kunjungan ibu bersalin. Keterlibatan bidan dalam mengambil keputusan merupakan upaya yang dapat membuat bidan mau dan senang bekerjasama, baik dengan pimpinan maupun sesama bidan. Menurut Mowday, dkk, (1982), komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Komitmen karyawan terhadap organisai merupakan suatu perasaan keterikatan yang dimiliki oleh karyawan sehingga karyawan tersebut tetap berada dalam organisasi untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasinya, sehingga karyawan tersebut tidak bersedia untuk meninggalkan organisasinya dengan alasan apapun.

Pimpinan puskesmas walaupun tanpa pengawasan dari atasan (Dinas Kesehatan) diharapkan melakukan kunjungan ke lapangan untuk memberikan pengawasan kepada para bidan dalam mencapai cakupan penjaringan ibu risti dan rujukan ibu bersalin.

5.3. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Cakupan K1, K4, Ibu Bersalin, dan Ibu Nifas di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir

Variabel kepuasan kerja berpengaruh terhadap cakupan K1, K4, ibu bersalin ibu nifas di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir. Menurut Mathis dan Jackson

terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001), kepuasan kerja merupakan keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang.

Program kesehatan yang dilaksanakan bidan bertujuan untuk memantau kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas. Bidan sebagai penolong persalinan menganjurkan ibu-ibu hamil, bersalin dan nifas memeriksakan diri untuk memantau perkembangan kesehatannya. Dalam melakukan program tersebut dipengaruhi oleh kepuasaan kerja disebabkan bidan yang merasa kurang puas, kurang dapat memberikan pelayanan kesehatan sepenuh hatinya. Untuk mencapai program rujukan oleh bidan juga tidak terlepas dari motivasi atau keinginan bidan dalam melaksanakan tugasnya. Motivasi dapat diperoleh dari lingkungan kerja yang baik, sarana yang mendukung, dan bimbingan/arahan dari pimpinan, sehingga menimbulkan kepuasan kerja tersendiri bagi bidan. Perasaan puas yang dimiliki bidan akan nampak pada sikap dan perilaku bidan untuk berusaha lebih giat dalam mencapai target program rujukan ibu bersalin.

Kepuasan pasien untuk tetap bekerja di tempat kerja masing-masing (polindes) harus didukung dengan pemberian insentif berdasarkan prestasi kerjanya dan dilakukan pengawasan oleh kepala puskesmas dengan mengoptimalkan rapat bulan.

5.4. Pengaruh Persepsi Kinerja terhadap Cakupan TT1, dan TT2 di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir

Variabel persepsi kinerja berpengaruh terhadap cakupan TT1 dan TT2 di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir. Program cakupan TT1 sangat penting

dilakukan supaya ibu-ibu hamil cepat dan tepat dalam mengantisipasi komplikasi yang terjadi selama kehamilan untuk menghindari angka kesakitan dan kematian.

Menurut Wirawan (2007) persepsi kinerja merupakan persepsi individu/ pegawai mengenai bekerja secara efektif dengan kapasitas penuh. Bidan yang memiliki persepsi yang baik terhadap keberhasilan tugas berusaha lebih giat/kuat untuk mencapai cakupan program kesehatan. Bidan yang memiliki persepsi kuat cenderung lebih berusaha dalam menyelesaikan program-program kesehatan karena dengan persepsi bidan memiliki motivasi dan keinginan yang kuat supaya program yang diembannya dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

Persepsi berkaitan dengan pengalaman bidan dalam melaksanakan program yang diembannya. Bidan di Puskesmas Pujud Kabupaten Rokan Hilir lebih banyak bekerja dengan masa kerja di bawah 5 tahun. Kondisi ini menyebabkan bidan dalam mencapai target program cakupan TT1 dan TT2 sesuai harapan. Bidan yang merasa belum mampu untuk mencapai program pelayanan kesehatan yang diembannya berdampak terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugasnya.

Dokumen terkait