• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Pengambilan sampel ikan nila dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari atau 8 minggu masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat rata-rata, jumlah pakan, kelangsungan hidup, dan kualitas air. Dari pengolahan data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, tingkat kelangsungan hidup, serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang.

Pertambahan Panjang Ikan Nila

Pertambahan rata-rata panjang ikan nila pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran berkisar antara 5,4 - 7,9 cm. Pertambahan panjang tertinggi terdapat di perlakuan P3 yaitu 7,9 cm kemudian diikuti perlakuan P2 yaitu 6,9 cm dan pencapaian panjang terendah ikan nila selama penelitian yaitu P1 5,4 cm.

Data dan analisis ragam rata–rata panjang ikan nila dapat dilihat pada gambar 2 (Lampiran 2).

Gambar 2. Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Nila

5.4

Pertambahan panjang ikan nila selama 56 hari yang terendah secara berturut yaitu P1 (75% pakan komersil + 25% tepung maggot) sebesar 5,4 cm selanjutnya P2 (50% pakan komersil + 50% tepung maggot) 6,9 cm dan yang tertinggi P3 (25% pakan komersil + 75% tepung maggot) sebesar 7,9 cm.

Pencapaian panjang rata-rata panjang ikan nila dapat dilihat pada Grafik1.

Grafik1. Pencapaian Panjang Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56

Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan panjang ikan nila yaitu rata-rata pertambahan panjang ikan setiap perlakuan selama pemeliharaan dapat

dilihat pada (Lampiran 2). Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) panjang ikan nila dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS).Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada pertambahan panjang diperoleh nilai F Hitung sebesar 57,84 dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel (0,05 dan 0,01) yang artinya antara perlakuan menunjukaan perbedaan yang sangat nyata. Maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keseragaman (KK) yang dihasilkan 3,23%. Pada Uji lanjut BNT diketaui bahwa perlakuan berbeda sangat

0

nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan nila (P>1%) pada masing – masing perlakuan (Lampiran 2).

Tabel 5. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Panjang Ikan Nila

Perlakuan df Berat Ikan Nila

H7 H21 H35 H49

Magot (M) 2 ns ** ** **

M X Ikan 84 0,11ns 0,03* 0,02* 0,01*

Total 86 86 84 78 64

** (sangat berbeda nyata), * (berbeda nyata), ns (tidak berbeda nyata)

Tabel 6. Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56

Perlakuan Berat Ikan Nila

H7 H21 H35 H49

P1 11,177a 12,236a 13,238a 14,433a

(0,024) (0,019) (0,057) (0,127)

P2 11,100b 12,400b 13,900b 15,766b

(0,080) (0,060) (0,109) (0,055)

P3 11, 20b 12,633b 14,448c 16,565c

(0,036) (0,035) (0,074) (0,115)

a b c = perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan

Peningkatan Berat Ikan Nila

Pertambahan berat ikan nila selama 56 hari yang terendah secara berturut yaitu P1 (75% pakan komersil + 25% tepung maggot) sebesar 15,2 gram selanjutnya P2 (50% pakan komersil + 50% tepung maggot) 17,1 gram dan yang tertinggi P3 (25% pakan komersil + 75% tepung maggot) sebesar 20,3 gram.

Pertambahan berat ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 (Lampiran 4).

Gambar 3. Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Nila

Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan berat ikan nila yaitu rata-rata pertambahan ikan nila setiap perlakuanselama pemeliharaan (Lampiran 4) kemudian data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada Tabel 8. (Lampiran 4).

Pertambahan rata-rata berat ikan nila pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran berkisar antara 15,2 gram-20,3 gram. Rata-rata pertambahan berat tertinggi selama penelitian terdapat pada perlakuan P3 dari 12 gram menjadi 35,8 gram, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 12 gram menjadi 32,4 gram, perlakuan P1 dari 12,2 gram menjadi 30,2 gram seperti terlihat pada Grafik 2.

15.20

17.10

20,3

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

P1 P2 P3

Berat Rata-rata (g)

Perlakuan

P1 P2 P3

Grafik 2. Pencapaian Berat Ikan NilaSelama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56 Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 8 menunjukkan perbedaan signifikan pada hari ke-7 dan sangat signifikan perbedaan antar perlakuan terjadi pada hari ke-14 hingga hari ke-56.Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) berat ikan nila dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS).Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 8 (Lampiran 5).

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada pertambahan berat diperoleh nilai F Hitung sebesar 10,59 dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel (0,05 dan 0,01) yang artinya antara perlakuan menunjukaan perbedaan yang sangat nyata. Maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keseragaman (KK) yang dihasilkan 3,63%. Pada Uji lanjut BNT diketaui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan berat ikan nila (P>1%) pada masing – masing

Tabel 8. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Berat Ikan Nila

Perlakuan df Berat Ikan Nila

H7 H21 H35 H49

Magot (M) 2 ns ** ** **

M X Ikan 84 0,32ns 0,03* 0,04* 0,03*

Total 86 86 84 78 64

** (sangat berbeda nyata), * (berbeda nyata),ns (tidak berbeda nyata)

Tabel 9. Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56

Perlakuan Berat Ikan Nila

H7 H21 H35 H49

a b c = perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara selama 56 hari pemeliharaan pada setiap perlakuan P1, P2, P3 masing-masing berkisar antara 63,33%-76,67%. Nilai rata-rata tertinggi dicapai oleh perlakuan P3 sebesar 76,67%, diikuti oleh perlakuan P2 dan P1 sebesar 66,67 dan 63,33%. Data dan analisis ragam tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10 (Lampiran 6).

Tabel 10. Pencapaian Rata-rata Jumlah Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Perlakuan Hari Ke- SR(%)

awal 7 14 21 28 35 42 49 56

P1 100 86,67 83,33 80 73,33 70 66,67 63,33 63,33 63,33 P2 100 93,33 86,67 83,33 80 76,67 73,33 73,33 73,33 66,67 P3 100 90 90 86,67 83,33 80 76,67 76,67 76,67 76,67

Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila Rasio Konversi Pakan

Rasio pemberian pakan terhadap ikan nila sangat mempengaruhi pertumbuhan. Semakin efisien pemanfaatan pakan oleh ikan maka nilai fcr nya semakin baik.Hasil perhitungan nilai rasio konversi pakan selama 56 hari pengamatan berkisar antara 1,2–1,5 seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rasio Konversi Pakan Ikan Nila

63.33 66.67

Kualitas Air

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu, pH, dan DO. Hasil pengamatan kualitas air ikan niladiperoleh kisaran suhu antara 27-29°C. Nilai pH antara 7,0-7,4 dan DO antara 6,2-7,2 mg/l. Data kualitas air pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Data dan analisis ragam rata–rata kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 11. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama Penelitian Parameter

P1 P2 P3

Min Max Min Max Min Max

Suhu (°C) 27,8 28,9 27,2 28,3 28,5 29,6

pH 7,0 7,5 6,7 7,3 7,2 7,4

DO (mg/L) 6,2 6,8 6,4 7,0 6,8 7,2

Pembahasan

Pertambahan Panjang Ikan Nila

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang pertumbuhan yang berbeda-beda. Penambahan 75% tepung maggot pada P3 menghasilkan pertumbuhan panjang tertinggi dengan rata – rata pertumbuhan 7,9 cm diikuti perlakuan P2 sebesar 6,9 cm dan terendah pada P1 sebesar 5,4 cm.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan panjang ikan nila dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaanpada setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan nila adalah sebesar 9,5 cm–10,2 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 15,2 cm–18 cm yang dapat dilihat pada Tabel 2. (Lampiran 2).

Lambatnya pertambahan panjang pada hari pertama pengamatan sampai minggu ketiga disebabkan oleh proses penyesuaian diri ikan terhadap lingkungan yang baru dan kemampuan ikan dalam mencerna makanan yang diberikan masih dalam tahap adaptasi. Meningkatnya pertambahan panjang ikan nila pada perlakuan P3 diduga karena tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi ikan serta kualitas air yang baik dan mampu menunjang pertumbuhan ikan.

Lingkungan yang terkontrol dengan baik dapat menyebabkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan ikan.

Kecepatan pertumbuhan bergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air dan faktor-faktor lainnya. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti alat-alat tubuh yang rusak. Setelah itu baru kelebihan makanan yang masih tersisa

dipergunakan untuk pertumbuhan. Kualitas makanan dapat mempengaruhi pertumbuhan jika makanan yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan berkualitas baik, tetapi kalau makanan tersedia dalam jumlah sedikit maka makanan tidak akan mempengaruhi kecepatan tumbuh ikan.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot dengan perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang ikan nila (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan pencampuran 25% pakan komersil + 75% tepung maggot memberikan respon yang paling baik terhadap pertambahan panjang ikan niladibandingkan dengan perlakuan pengamatan ikan nila lainnya.

Peningkatan Berat Ikan Nila

Pertumbuhan merupakan suatu keadaan dimana bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Menurut (Afifi, 2014) salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah nutrusi. Pertumbuhan ikan pada budidaya intensif sangat dipengaruhi oleh konsumsi nutrisi yang didapatkan dari pakan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan berat ikan nila dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaanpada setiap perlakuan. Dalam waktu 56 hari pemeliharaan terjadi pertambahan berat ikan dimana rata-rata berat awal ikan adalah sebesar 11 gram –12,2 gram dan di akhir pemeliharaan sebesar 30,9 gram –35,9 gramyang dapat dilihat pada Tabel 5 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kadar protein pakan yang

berbeda berpengaruh seiring bertambahnya persentase pemberian pakan pada ikan.

Pertambahan berat rata-rata paling tinggi terjadi yaitu pada perlakuan P3 dimana rata-rata pertumbuhan berat sebesar 20,28 gram diikuti dengan perlakuan P2 dengan berat 17,10 gramdan terendah pada P1 menunjukkan hasil 15,20 gram.

Pemberian pakan dengan kadar protein tinggi yang tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan berat ikan nilaselama 56 hari pemeliharaan. Menurut Khodijah et al., (2015) bahwaprotein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada

formulasi pakan ikan. Melihat pentingnya peranan protein di dalam tubuh ikan maka protein pakan perlu diberikan secara terus menerus dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan berat ikan nila (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan pencampuran 25% pakan komersil + 75% tepung maggot memberikan respon yang paling baik terhadap pertambahan berat ikan niladibandingkan dengan perlakuan pengamatan ikan nila lainnya.

Pertambahan berat ikan nila tertinggi terjadi pada perlakuan P3. Hal ini disebabkan oleh jumlah pemberian pakan yang sesuai dan juga didukung oleh pemberian proteinpakan yang tepat. Pertumbuhan ikan nila yang meningkat juga diduga karena adanya pengaruh komponen penyusun pakan. Baik tidaknya suatu pakan ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Salah satu kebutuhan nutrisi yang penting untuk ikan adalah protein, sehingga kekurangan protein dalam pakan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat persaingan hidup ikan, pakan serta kualitas air. Hasil dari perhitungan statistik diketahui bahwa rata–rata nilai kelangsungan hidup ikan nila berkisar antara 63,33% hingga 76,67% pada akhir masa pemeliharaan. Nilai kelangsungan hidup ikan nila berturut dari yang tertinggi yaitu pada P3 sebesar 76,67% kemudian P2 sebesar 66,67% dan terendah pada P1 sebesar 63,33%.

Kematian ikan terbesar terjadi pada awal pemeliharaan yang diakibatkan oleh penanganan pada ikan saat pemindahan ikan dari wadah ke akuarium pengamatan yang menyebabkan ikan mengalami stress. Selain itu, ikan mengalami stress diduga akibat kualitas air ditempat yang baru belum sepenuhnya sama dengan kualitas air ditempat ikan nila dibesarkan. Penyifonan dan penambahan air setiap 7 hari sekali juga menjadi salah satu penyebab ikan stress dan mengalami kematian. Penyifonan dilakukan untuk mengeluarkan dan mengganti air yang sudah tercampur dengan kotoran ikan yang mengendap agar kualitas air pada wadah pemeliharaan tetap terjaga.

Dari Tabel 8.(Lampiran 6) dapat dilihat nilai kelangsungan hidup ikan nila berkisar antara 63,33% hingga 76,67% nilai tersebut tergolong baik. Hal ini dikarenakan oleh kualitas air yang baik dan sesuai untuk kehidupan ikan nila sehingga jumlah ikan yang mati berkurang setelah beberapa minggu pemeliharaan dan setelah ikan mulai beradaptasi. Menurut Husein (1985) diacu Mulyani, et al., (2014) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan≥50% tergolong baik,

kelangsungan hidup antara30-50% tergolong sedang dan kurang dari 30%

tergolong tidak baik.

Berdasarkan hasil penelitian diproleh kelangsungan hidup ikan nila semakin hari semakin baik. Kelangsungan hidup ikan nila semakin baik karena ikan telah beradaptasi dengan lingkungan pengamatan serta dilakukan pengontrolan terhadap kualitas air didalam lingkungan pengamatan. Dengan dilakukannya penyifonan dan penambahan air, kualitas air didalam lingkungan pengamatan menjadi baik untuk kelangsungan hidup ikan, mengurangi stress dan kematian pada ikan sehingga tingkat kelangsungan hidupnya tergolong tinggi (baik).

Rasio Konversi Pakan (FCR)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rasio konversi pakan (FCR) ikan nila yang diperoleh selama 56 hari pemeliharaan adalah sebagai berikut. Pada perlakuan P3 diperoleh nilai FCR yang paling rendah yaitu sebesar 1,2 sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 1,41 dan pada P1 Sebesar 1,5. Pada perlakuan P3 dengan melakukan penambahan tepung maggot sebesar 75%

diperoleh FCR yang paling rendah yang berarti mempunyai nilai FCR yang paling bagus dikarenakan pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan ikan sangat efisien.

Hal ini disebabkan keinginan ikan untuk makan yang relatif besar sehingga kebutuhan pakan yang digunakan sangat terpenuhi.

Rasio konversi pakan merupakan salah satu yang paling diperhatikan saat akan melakukan pemeliharaan. Rasio konversi pakan yang paling baik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan P3 sebesar 1,2 dimana untuk menghasilkan 1 kg daging ikan dibutuhkan pakan sebanyak 1,2 kg. Semakin rendah nilai rasio

pakan, maka kualitas pakan yang diberikan semakin baik. Menurut Mudjiman (2011), konversi makanan pada ikan berkisar antara 1,5-8 berarti nilaikonversi pakan pada semua perlakuan dapat dikatakan baik karena secara umum masih dalam kisaran. Dengan demikian, pakan buatan yang diberikan mempunyai kualitas yang cukup baik karena dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk pertambahan bobot yang maksimal.

Pemberian pakan dengan komposisi dan konversi yang tepat untuk dikonsumsi ikan merupakan salah satu parameter efsiensi dalam pemeliharaan.

Perlakuan P3 merupakan rasio konversi pakan yang paling rendah dan yang paling baik dikarenakan peningkatan bobot tubuh ikaan pada perlakuan ini menunjukkan hasil yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semakin tinggi nilai FCR maka pakan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan semakin besar sehingga tidak efisien dalam penggunaan pakan yang tidak sebanding dengan penambahan bobot ikan dan biaya yang dikeluarkan.

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup ikan (Sitompul et al., 2012). Kualitas air yang baik mampu menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Berdasarkan Tabel 9 (Lampiran. 10) diketahui perhitungan statistik bahwa rata–rata suhu pada masing-masing perlakuan dalam kisaran suhu antara 27oC hingga 29oC dan kisaran suhu tersebut merupakan kisaran suhu yang termasuk dalam kategori normal dan dalam keaadan baik. Khairuman (2007) menyatakan bahwa ikan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20oC hingga 30oC.

Nilai pH pada suatu perairan mencirikan kesimbangan antara basa dengan asam dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air (Patang, 2012). Hasil pengukuran nilai pH ditunjukkan melalui Tabel 9.

(Lampiran 10). Diketahui nilai rata–rata pH pada masing–masing perlakuan 6,7 hingga 7,5. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pH dalam wadah pemeliharaan termasuk dalam keadaan normal. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5 (Barus, 2004).

Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air selama pemeliharaan di akuarium, diperoleh rata-rata DO sebesar 6,2-7,2 mg/l yang berarti nilai oksigen terlarut dalam air termasuk kisaran yang baik untuk kelangsungan hidup ikan.

Konsep budidaya dengan tanpa atau sedikit menggunakan pergantian air membuat media budidaya dapat terkontrol dengan baik. Menurut Ekasari (2009) dalam sistem akuakultur tertutup yang sedikit melakukan pergantian air, kualitas air, pakan dan pencegahan penyakit dapat dikontrol dengan baik, sehingga ikan dapat di pelihara dengan kepadatan yang tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam.

Dokumen terkait