• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CAMPURAN TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens) PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA(Oreochromis niloticus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH CAMPURAN TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens) PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA(Oreochromis niloticus)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CAMPURAN TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens) PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN

IKAN NILA(Oreochromis niloticus)

SABILA NADYA BARUS 140302009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

PENGARUH CAMPURAN TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens) PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN

IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

SABILA NADYA BARUS 140302009

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)
(4)

ABSTRAK

SABILA NADYA BARUS. Pengaruh Campuran Tepung Maggot (Hermetia illucens) pada Pakan Komersil terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh Dr. Eri Yusni, M.Sc.

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki harga yang ekonomis serta banyak digemari masyarakat.

Permintaan masyarakat terhadap ikan nila cukup tinggi. Hal ini mendorong para pembudidaya banyak melakukan budidaya dengan sistem intensif namun pembudidaya sering mengalami kendala harga pakan yang tinggi karena bahan baku seperti tepung ikan sulit didapat dan masih diimpor. Maka dari itu untuk mengatasinya dicari alternatif bahan baku lokal yang dapat menggantikan tepung ikan seperti tepung maggot. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencampuran tepung maggot pada pakan komersil terhadap laju pertumbuhan ikan nila. Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Mei hingga Juli 2018. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan dengan perlakuan Kontrol (tanpa perlakuan), P1 (pakan komersil 75% + tepung maggot 25%), P2 (pakan komersil 50% + tepung maggot 50%) dan P3 (pakan komersil 25% + tepung maggot 75%). Analisis statistik yang digunakan SPSS dan hasilnya dihitung dengan Analisis Variansi (ANOVA) dan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan panjang dan berat tertinggi terdapat pada perlakuan P3 memberikan pengaruh yang signifikan dengan rata-rata pertambahan panjang 6,7 cm dan dan berat sebesar 18 gram dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 76,67%.

Kata Kunci : Ikan Nila (Oreochromis niloticus), Tepung Maggot, Pertumbuhan, SPSS

(5)

ABSTRACT

SABILA NADYA BARUS. The Effect of Maggots (Hermetia illucens) Flour Mixed on Commercial Feed on The Growth of Tilapia (Oreochromis niloticus).

Supervised by Dr. Eri Yusni, M.Sc

Tilapia (Oreochromis niloticus) is one of the freshwater fish that has an economical price and very popular in the public. Public demand for Tilapia is higher than other fish. This caused many farmers to cultivate with intensive systems but farmers often much problems in high feed prices because raw material such as fish flour are difficult to obtain and still imported. Therefore an alternative to overcome it, it was local raw materials that can replace fish flour such as maggots flour. Therefore, this study aims to determine the effect of maggots flour mixed on commercial feed to the growth of Tilapia. This research was conducted from May to July 2018. The experimental design used was a Rancangan Acak Lengkap (RAL) with 4 treatments and 3 replications with a Control (no treatment), P1 (75% commercial feed + 25% maggots flour), P2 (50%

commercial feed + 50% maggots flour), P3 (25% commercial feed + 75%

maggots flour). Statistical analysis used by SPSS and the results were calculated by Variance Analysis (ANOVA) and Duncan Test. The results showed that the highest increase in length and weight in the P3 treatment had a significant effect with an average length of 6,7 cm and a weight of 18 grams and the highest survival rate in the P3 treatment of 76,67%.

Keyword : Tilapia (Oreochromis niloticus), Maggots Flour, Growth, SPSS

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Galang pada tanggal 20 Januari 1996 dari Alm. Bapak M. Noor Barus dan Ibu Maslima.

Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD 101959 Galang pada tahun 2000-2008, pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2008-2011 di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam dengan Jurusan IPA pada tahun 2011-2014.

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) pada tahun 2014.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih Ikan Sibabangun Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2017.

Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Campuran Tepung Maggot (Hermetia illucens) pada Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Eri Yusni, M. Sc dan diuji oleh Bapak Syammaun Usman, MP dan Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Campuran Tepung Maggot (Hermetia illucens) pada Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila

(Oreochromis niloticus)” sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar S-1.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. M. Noor Barus dan Ibunda Maslima serta Kakak tercinta Soraya Rizky Barus dan Nanda Rahmah Barus yang selalu senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc, Bapak Ir. Syammaun Usman, MP dan Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing dan dosen penguji yang telah memberikan ilmu, masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan seluruh staf pengajar serta pengawas tata usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis selama proses perkuliahan.

4. Balai Benih Ikan Sibabangun, Tapanuli Tengah yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan dalam pelaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

(8)

5. Terkhusus teman-teman yang telah membantu penulis selama penelitian yaitu Bulan Gustiana, Wini Aafini J Harahap, Devy Permata sari, Adenia Cahyatie, Wawan Wajuna, Tiara Dwi Sandri dan M. Endi Sukoyo.

6. Muhammad Iqbal yang telah membantu dalam penelitian saya dan memberikan semangat serta dukungan. Nasihat dan saran yang diberikan agar membuat saya tersadar dan berusaha lebih baik dan bekerja lebih keras.

7. Teman-teman seperjuangan MSP angkatan 2014, terkhusus kepada Tengku Hannifa Husny, Wini Aafini J Harahap, Febya Rizki Hasibuan, Ella Xena Sinaga dan Astrid Indah Sari Nainggolan.

8. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk masyarakat, pembaca dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, Desember 2018

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

Hipotesis ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ... 6

Pakan Buatan ... 7

Kebutuhan Pakan Ikan ... 8

Deskripsi dan Klasifikasi Maggot (Hermetia illucens) ... 9

Pertumbuhan Ikan ... 11

Kualitas Air ... 12

Suhu ... 13

DO... 13

pH ... 14

Kelangsungan Hidup ... 14

METODOLOGI Waktu dan Tempat ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Rancangan Percobaan ... 15

Prosedur Penelitian ... 16

Persiapan Wadah Pemeliharaan... 16

Persiapan Air Media ... 17

Persiapan Ikan Uji ... 17

Persiapan Pakan Uji ... 18

Teknik Perhitungan Pakan ... 19

Pemberian Pakan ... 21

Pengelolaan Kualitas Air ... 21 Parameter Pengamatan

(10)

Pertumbuhan Panjang ... 21

Pertumbuhan Bobot ... 22

Rasio Konversi Pakan (FCR) ... 22

Kelangsungan Hidup ... 23

Analisis Data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24

Pertambahan Panjang Ikan Nila ... 24

Peningkatan Berat Ikan Nila ... 27

Tingkat Kelangsungan Hidup ... 29

Rasio Konversi Pakan (FCR) ... 30

Kualitas Air ... 31

Pembahasan ... 32

Pertambahan Panjang Ikan Nila ... 32

Peningkatan Berat Ikan Nila ... 33

Tingkat Kelangsungan Hidup ... 35

Rasio Konversi Pakan (FCR) ... 36

Kualitas Air ... 37 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Nila ... 24

3. Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Nila ... 27

4. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila ... 30

5. Rasio Konversi PakanIkan Nila ... 30

(12)

DAFTAR GRAFIK

No. Teks Halaman

1. Pencapaian Panjang Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7

s/d 56 ... 25 2. Pencapaian Berat Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56.. 28

(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kualitas Air Media Ikan Nila ... 12

2. Kandungan Nutrisi pada Pakan Komersil ... 19

3. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan ... 21

4. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Panjang Ikan Nila ... 26

5. Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila pada Hari ke 7 s/d Hari ke 56 ... 26

6. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Berat Ikan Nila ... 29

7. Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila pada Hari ke 7 s/d Hari ke 56... 29

8. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama Penelitian... 31

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman 1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisikan Ikan Nila dengan Masing-masing

Perlakuan ... 44

2. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila ... 45

3. Data Hasil SPSS Panjang Ikan Nila ... 48

4. Data dan Analisis Ragam Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila ... 53

5. Data Hasil SPSS Berat Ikan Nila ... 55

6. Data Analisis Rata-rata Kelangsungan Hidup Ikan Nila ... 61

7. Teknik Perhitungan Pakan ... 63

8. Jumlah Pemberian Pakan Menurut Perlakuan Selama Penelitian ... 65

9. Feeding Convention Rate (FCR) Ikan Nila ... 68

10. Data Kualitas Air Menurut Perlakuan Selama Penelitian ... 69

11. Dokumentasi Penelitian ... 70

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu komoditas perikanan Indonesia yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang telah dikenal lama, relatif cepat tumbuh dan mempunyai respon yang baik terhadap lingkungannya sehingga sangat mudah untuk dibudidayakan. Ditinjau dari kebiasaan makannya, ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan pemakan segala (omnivora) sehingga mudah untuk diberikan pakan tambahannya. Utuk pemeliharaan secara intensif maka dibutuhkan makanan tambahan berupa pellet.

Pellet yang harus diberikan mengandung protein minimal 25%. Ikan nila tumbuh lebih cepat meski hanya diberi pakan yang mengandung protein 20-25%

(Iskandar dan Elrifadah, 2015).

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009). Kendala dalam usaha budidaya perikanan yang banyak dikeluhkan petani salah satunya adalah mahalnya harga pakan komersil. Pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh merupakan komponen biaya produksi yang jumlahnya paling besar yaitu 40-89%.

Selain itu, pakan komersil memiliki kandungan protein sekitar 26-30%, sehingga jika manajemen pemberian pakan kurang baik maka dapat menyebabkan

(16)

akumulasi amonia yang mempercepat penurunan kualitas air (Mulyani et al., 2014).

Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersil yang menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Dalam meningkatkan nutrisi pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amilase, protease, lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana akan mempermudah proses pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan (Arief et al., 2014).

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung ikan maka perlu diupayakan pengganti tepung ikan dengan kriteria sebagai berikut dapat diproduksi dalam jumlah masal, mudah didapatkan dan memiliki kandungan nutrisi yang baik. Larva serangga Hermetia illucens (famili: Stratiomydae, Genus:

Hermetia) banyak di temukan pada limbah-limbah organik dan tidak dilaporkan sebagai agen penyebar penyakit. Salah satu kunci keberhasilan proses biokonversi dengan menggunakan maggot adalah kemampuan memproduksi maggot kecil dalam jumlah banyak dan selanjutnya digunakan sebagai agen perombak berbagai limbah organik.Produksi maggot ukuran kecil (mini larva) akhirnya menjadi solusi ketergantungan proses biokonversi dari pemanfaatan PKM menjadi limbah organik lainnya. Dengan adanya teknologi baru pada proses biokonversi sangat

(17)

diharapkan dapat memberi solusi pada krisis sumber protein pakan ikan (Fahmi, 2015).

Rumusan Masalah

Pemberian pakan dengan kualitas baik merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam budidaya, karena pakan memegang peranan penting dalam pertumbuhan ikan. Selain menggunakan pakan alami, ikan perlu diberikan asupan makanan tambahan berupa pakan komersil yang dicampur dengan bahan lain agar komposisi serta kandungan gizi didalam pakan tersebut sesuai dan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh penambahan tepung Maggot (Hermetia illucens) pada pakan komersil terhadap pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)?

2. Berapa persentase pakan buatan yang dapat memberikan pengaruh pertumbuhan yang baik terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus)?

Kerangka Pemikiran

Pakan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya dari larva, benih hingga dewasa. Benih ikan tergolong sangat rentan untuk menerima asupan pakan buatan yang nilai gizinya tidak sesuai untuk mempercepat pertumbuhannya.

Pemberian pakan yang tidak sesuai akan menghambat proses pertumbuhan ikan dan memperlambat proses pemanenan. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan untuk mendapatkan pakan ikan yang sesuai dengan kebutuhan ikan.

Kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan lemak merupakan zat yang sangat diperlukan agar ikan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang

(18)

dibutuhkannya. Dalam memilih jenis pakan terdapat faktor pembatas seperti tipe, ukuran dan kandungan nutrisi pakan tersebut.

Penambahan tepung Maggot (Hermetia illucens) kedalam pakan komersil terhadap pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan membandingkan ukuran dan berat ikan tersebut di dalam akuarium. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pertumbuhan

Budidaya Intensif (Akuarium)

Kualitas Air Penambahan/Pengkombinasian Pakan

Pakan Komersil

Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Nila Budidaya Ikan Nila

Tepung Maggot

(19)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pencampuran tepung Maggot (Hermetia illucens) pada pakan komersil terhadap pertumbuhan Ikan Nila

(Oreochromis niloticus).

2. Untuk mengetahui persentase jumlah pencampuran tepung Maggot (Hermetia illucens) dalam pakan komersil terhadap peningkatan pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus).

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi kajian ilmiah di dalam ilmu budidaya perikanan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan sebagai penemuan baru dalam mempercepat pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan pengkombinasian pakan komersil dengan tepung maggot serta memberikan informasi terkhusus bagi mahasiswa/akademisi untuk mendorong dilakukannya penelitian lanjutan.

Hipotesis

Diduga penambahan tepung maggot (Hermetia illucens) pada pakan komersil berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus).

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (Caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (Oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (Dorsal fin), sirip dada (Pectoral fin) sirip perut (Ventral fin), siripanal (Anal fin), dan sirip ekor (Caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat (Husnidar, 2011).

Menurut Pujiastuti (2015) klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Osteichtyes Ordo : Percomorphi Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

(21)

Keunggulan lain dari ikan nila adalah mudah dibudidayakan. Ikan ini dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dataran rendah hingga dataran tinggi sekitar 500 mdpl. Ikan ini termasuk omnivora, relatif tahan terhadap perubahan lingkungan dan tahan terhadap serangan penyakit. Pakan merupakan faktor penting dalam proses budidaya perairan. Pakan menjadi unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Biaya pakan pada suatu proses budidaya mencapai 60-70 % dari biaya produksi (Ardita et al., 2015).

Pakan Buatan

Kendala dalam usaha budidaya perikanan yang banyak dikeluhkan petani salah satunya adalah mahalnya harga pakan komersil. Pakan sebagai sumber energi untuk tumbuh merupakan komponen biaya produksi yang jumlahnya paling besar yaitu 40-89%. Selain itu, pakan komersil memiliki kandungan protein sekitar 26-30%, sehingga jika manajemen pemberian pakan kurang baik maka dapat menyebabkan akumulasi amonia yang mempercepat penurunan kualitas air (Mulyani et al., 2014).

Pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi. Oleh karena itu, jumlah energi pakan perlu diperhatikan. Apabila kebutuhan tidak terpenuhi maka jaringan tubuh akan dikatabolisme sebagai akibat dari kebutuhan energi. Pertumbuhan pada hewan terjadi pada semua jaringan dan organ. Meskipun demikian, semuanya tidak mengalami pertumbuhan dengan laju yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh mutu jenis pakan yang diberikan. pakan yang mengandung protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan. Selain itu, protein juga dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh dan pengganti jaringan yang rusak.

(Adityana, 2007).

(22)

Pakan juga merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Jenis-jenis ikan budidaya komersial yang dipelihara secara semi-intensif, pakan yang dimakan sepenuhnya mengandalkan suplai yang diberikan oleh pembudidaya. Sedangkan ikan yang dipelihara secara tradisional atau ikan yang hidup bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia secara alami. Itulah yang menyebabkan mengapa laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan yang dipelihara secara intensif dan semi intensif jauh lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang hidup bebas di alam (Yanuar, 2017).

Ikan juga mempunyai keterbatasan dalam mencerna pakan berkualitas rendah dengan kandungan serat yang tinggi sehingga membutuhkan protein pakan yang tinggi untuk pertumbuhannya. Kemampuan ikan mencerna pakan yang dikonsumsi tergantung pada ada atau tidaknya enzim yang sesuai dan kondisi yang dibutuhkan enzim tersebut untuk bereaksi dengan substrat dalam saluran pencernaan ikan. Cara alternatif untuk meningkatkan efisiensi pakan agar dapat mudah dicerna dan enzim dapat bekerja lebih efektif adalah dengan penambahan probiotik penghasil enzim dalam pakan buatan (Noviyana et al., 2014).

Kebutuhan Pakan Ikan

Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari komponen penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya sehingga pakan yang diproduksi dengan harga mahal pun belum tentu memiliki kualitas yang baik. Salah satu bahan pakan yang dapat digunakan adalah serat kasar. Serat kasar membantu dalam mempercepat ekskresi sisa-sisa

(23)

pakan melalui saluran pencernaan, namun keberadaan serat kasar didalam pakan saja tidak cukup dalam menunjang kecernaan pakan, terdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh didalamnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya cerna pakan salah satunya adalah perbedaan spesifik sistem pencernaan pada ikan yang dapat menyebabkan perbedaan kemampuan ikan dalam mencerna pakan (Megawati et al., 2012).

Pellet adalah bentuk makanan buatan yang dibuat dari beberapa macam bahan yang kita ramu dan kita jadikan adonan, kemudian kita cetak sehingga merupakan batangan atau bulatan kecil-kecil. Ukurannya berkisar antara 1-2 cm.

Jadi pellet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran, dan tidak pula berupa larutan. Permasalahan yang sering menjadi kendala yaitu penyediaan pakan buatan ini memerlukan biaya yang relatif tinggi, bahkan mencapai 60–70% dari komponen biaya produksi (Zaenuri et al., 2014).

Deskripsi dan Klasifikasi Maggot (Hermetia illucens)

Klasifikasi maggot (Hermetia illucens) menurut Suciati dan Hilman (2017) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Stratiomyidae Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucens

(24)

Maggot (lalat tentara hitam) Black Soldier fly (Hermetia illucens) ini tersebar hampir di seluruh dunia. Layaknya lalat lain, lalat tentara memakan apa saja yang telah dikonsumsi oleh manusia, seperti sisa makanan, sampah, makanan yang sudah terfermentasi, sayuran, buah buahan, daging bahkan tulang (lunak), bahkan makan bangkai hewan. Larva lalat (maggots) ini tergolong "kebal" dan dapat hidup di lingkungan yang cukup ekstrim, seperti di media/sampah yang banyak mengandung garam, alkohol, acids/asam dan amonia. Mereka hidup “di suasana yang hangat”, dan jika udara lingkungan sekitar sangat dingin atau kekurangan makanan, maka maggots tidak mati tapi mereka menjadi fakum /idle/tidak aktif menunggu sampai cuaca menjadi hangat kembali atau makanan sudah kembali tersedia. Mereka juga dapat hidup di air atau dalam suasana alcohol. Serangga BSF memiliki beberapa karakter diantaranya: (1) dapat mereduksi sampah organik, (2) dapat hidup dalam toleransi pH yang cukup tinggi, (3) tidak membawa gen penyakit, (4) mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (40-50%), (5) masa hidup sebagai larva cukup lama (± 4 minggu), dan (6) mudah dibudidayakan (Suciati dan Hilman, 2017).

Kandungan protein pada larva ini cukup tinggi, yaitu 44,26% dengan kandungan lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan mineral yang terkandung di dalam larva juga tidak kalah dengan sumber-sumber protein lainnya, sehingga larva BSF merupakan bahan baku ideal yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Ditinjau dari umur, larva memiliki persentase komponen nutrisi yang berbeda. Kadar bahan kering larva BSF cenderung berkorelasi positif dengan meningkatnya umur, yaitu 26,61% pada umur lima hari menjadi 39,97%

pada umur 25 hari. Hal yang sama juga terjadi pada komponen lemak kasar, yaitu

(25)

sebesar 13,37% pada umur lima hari dan meningkat menjadi 27,50% pada umur 25 hari. Kondisi ini berbeda dengan komponen protein kasar yang cenderung turun pada umur yang lebih tua (Wardhana, 2016).

Pertumbuhan Ikan

Pertumbuhan adalah pertambahan berat atau isi sesuai dengan perubahan waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal antara lain ketersediaan makanan bagi ikan dan kondisi lingkungan perairan. Pengaturan kualitas air dan manipulasi pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan, selanjutnya disebutkan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan konsumsi pakan ialah suhu, oksigen terlarut, salinitas dan kadar amonia terlarut (Effendi, 1979).

Pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan. Protein dalam pakan dengan nilai biologis tinggi akan memacu penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding dengan protein yang bernilai biologis rendah. Protein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada formulasi pakan ikan. Melihat pentingnya peranan protein di dalam tubuh ikan maka protein pakan perlu diberikan secara terus menerus dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Kualitas protein pakan, terutama ditentukan oleh kandungan asam amino esensialnya, semakin rendah kandungan asam amino esensialnya maka mutu protein semakin rendah pula (Khodijah et al., 2015).

Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serla kondisi lingkungan. Apabila pakan yang diberikan berkualitas baik secara jumlahnya mencukupi serta kondisi lingkungan mendukung dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan akan menjadi lebih cepat

(26)

sesuai yang diharapkan. Sebaliknya apabila jumlah pakan yang diberikan berkualitas jelek, jumlah tidak mencukupi serta kondisi lingkungannya tidak mendukung dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat. Oleh karena itu, untuk meperoleh hasil yang optimal, maka pemberian pakan harus tepat dosis, artinya jumlah pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi ikan secara utuh atau dapat habis (Cahyono, 2001).

Kualitas Air

Air sebagai media hidup ikan sebaiknya tetap dijaga kualitasnya agar tetap menjadi media yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan atau organisme lain yang dibudidayakan. Mengingat akan pentingnya kondisi perairan yang baik maka perlu dilakukan upaya untuk tetap menjaga kualitasnya namun tetap dalam kondisi yang aman, murah, praktis dan harus ramah lingkungan (Lestari et al., 2013).

Kualitas air menurun seiring peningkatan padat tebar yang diikuti dengan penurunan tingkat pertumbuhan. Namun jika kondisi lingkungan dapat

dipertahankan dengan baik dan pemberian pakan yang cukup, kepadatan ikan yang tinggi akan meningkatkan produksi. Padat penebaran akan

mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan (Suresh dan Lin, 1992). Kualitas air media hidup Nilamengenai suhu, pH dan

oksigen terlarut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Kualitas Air Media Ikan Nila

Parameter Nilai yang dianjurkan

Suhu 25°C - 32°C

pH 6,5 - 9

DO ≥3

Sumber : (Nugroho et al., 2013)

(27)

Suhu

Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem air sangat di pengaruhi oleh temperatur. Menurut hukum Van’t Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 10oC (hanya pada kisaran temperatur yang masih di tolerir) akan meningkatkan laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara itu di lain pihak dengan meningkatnya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi (Barus, 2004).

Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu apabila suhu habitatnya lebih rendah dari 14˚ atau pada suhu tinggi 38˚C. Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6˚C atau 42˚C, suhu berkisar 25- 32˚C, pH 6,5-8,5, oksigen terlarut di atas 3 mg. L-1, amonia kurang dari 0,02 mg.L-1 dan kecerahan perairan berkisar antara 30-40 cm, masih dalam kriteria yang layak untuk budidaya ikan nila (Nugrohoet al., 2013).

Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan dalam proses respirasi bagi sebagian organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas.

Dibandingkan dengan kadar oksigen diudarayang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volume air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volume saja (Barus, 2004).

(28)

Peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Semakin tinggi tekanan air, kelarutan oksigen semakin tinggi.Sifat kelarutan gas oksigen lebih rendah daripada sifat kelarutan gas nitrogen.

Demikian juga, kelarutan gas oksigen di perairan lebih rendah daripada kelarutan gas nitrogen (Effendi, 2003).

Derajat Keasaman (pH)

Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan sangat bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).

pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas.

Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakintinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif(Effendi, 2003).

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir periode pemeliharaan dan jumlah individu yang hidup pada awal 31 periode pemeliharaan dalam populasi yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prosentase kelangsungan hidup adalah faktor biotik dan abiotik seperti kompetitor, kepadatan populasi, penyakit, umur, kemampuan organisme dalam beradaptasi dan penanganan manusia (Yuniarso, 2006).

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2018. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Kota Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain 10 unit akuarium berukuran 40cmx 20cm x 20cm, aerator, oven, blender, timbangan analitik, tanggok, termometer, DO meter, pH meter, kertas milimeter, alat penyifonan, ayakan, tempat pakan ikan, penggaris, alat tulis dan kamera digital.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan nila yang berukuran panjang ±9-10 cm, berat 15gr sebanyak 100 ekor, air bersih, pakan buatan ikan berupa pellet komersil 781-1, tepung maggot, dedak padi, progol untuk perekat pada pakan dan pengolahan hasil data selama penelitian dengan menggunakan program SPSS.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang digunakan skala laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, dijelaskan sebagai berikut :

1. Kontrol (K) : 100% Pakan Komersil

2. Perlakuan 1 (P1) : 75% Pakan Komersil+ 25% Tepung Maggot 3. Perlakuan 2 (P2) : 50% Pakan Komersil + 50% Tepung Maggot

(30)

4. Perlakuan 3 (P3) : 25% Pakan Komersil + 75% Tepung Maggot

Pada masing-masing perlakuan akan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Pengambilan sampel dilakukan 5 kali dengan interval waktu pengukuran dan pengambilan data 1 minggu sekali. Pemberian pakan diberikan berdasarkan 5% dari berat ikan, parameter utama meliputi pertumbuhan pada ikan Nila (Oreochromis niloticus). Sedangkan parameter penunjang meliputi beberapa parameter kualitas air seperti suhu, pH dan oksigen terlarut.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi menyiapkan wadah, menebarkan benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air dan analisis data.

a. Menyiapkan Wadah Pemeliharaan

Persiapan wadah ini digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan meliputi persiapan akuarium berukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10unit. Sebelum digunakan, wadah ini dicuci bersih terlebih dahulu dengan detergen, kemudian dibilas dengan air bersih.

Setelah dicuci bersih alat-alat tersebut dikeringkan selama 1 hari dibawah sinar matahari. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau memutus rantai bibit penyakit pada alat-alat yang digunakan. Setelah itu disusun dan di beri tanda K, P1, P2 dan P3 secara acak untuk menandai perlakuan dan ulangan dalam penelitian. Akuarium yang sudah diberi tanda diisi air yang suplai dengan beberapa unit selang aerasi selama satu hari (24 jam), dengan volume air pada tiap akuarium adalah 12 liter dengan ketinggian air 15 cm per akuarium.

(31)

b. Menyiapkan Air Media

Dalam pemeliharaan ikan, air sebagai media hidup untuk ikan sangat perlu diperhatikan, sehingga diperlukan persiapan air media yang baik sebelum dilakukan penelitian. Air yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah air PDAM. Adapun tahapan yang dilakukan untuk persiapan media air pemeliharaan adalah air PDAM ditampung dalam bak penampungan, diberikan desinfektan kemudian didiamkan selama 3 hari untuk mengendapkan kotoran-kotoran serta zat-zat berbahaya dalam air.

c. Menyiapkan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila yang berukuran panjang ±9-10cm dengan berat ±15gr. Sebelum ikan uji dimasukkan ke dalam wadah, terlebih dahulu ikan di aklimatisasi selama tiga hari. Total ikan nila yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor. Ikan nila yang digunakan sebagai ikan uji diperoleh dari Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) jalan Bunga Ganyong Medan, Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Pada saat penebaran ikan harus secara perlahan-lahan, agar ikan tidak mengalami stres yang mengakibatkan nafsu makan ikan berkurang serta dapat mengakibatkan ikan mengalami kematian. Setelah itu dilakukan pengukuran panjang dan bobot ikan sebagai data awal, sebelum ikan dimasukkan pada akuarium penelitian. Pengukuran panjang dan berat ikan dilakukan setiap 7 hari sekali. Kemudian ikan nila dimasukkan ke dalam akuarium masing-masing sebanyak 10 ekor/akuarium.

(32)

d. Menyiapkan Pakan Uji Pembuatan Pakan Uji

Pakan buatan yang digunakan adalah pellet komersil yang sering digunakan. Kandungan nutrisi pakan pelet komersil dapat dilihat pada Tabel 2.

Proses pembuatan tepung maggot diawali dengan penyiraman maggot basah dengan air mendidih sekitar 5–10 menit dan ditunggu hingga air sedikit mengering, kemudian pengeringan, maggot dikeringkan dengan alat pengering atau dijemur matahari hingga kandungan air sekitaran 7–10%. Penggilingan maggot kering, maggot yang sudah kering ditumbuk atau digiling dengan mesin penggiling hingga didapat tepung maggot yang cukup halus atau sesuai ukuran yang dikehendakikemudian tepung maggot yang telah jadi dilakukan pengayakan untuk membuang bagian yang masih kasar.

Pengkombinasian pellet dengan tambahan tepung maggot dilakukan dengan cara tepung maggot yang telah jadi dalam bentuk kering ditimbang terlebih dahulu dan dicampur dengan progol (2-3g/kg pakan) dalam satu wadah dan diaduk hingga merata. Kemudian, tepung maggot yang telah diaduk merata dengan progol di beri air dan dibiarkan sampai 5 menit. Selanjutnya, pellet komersil dituang ke dalam wadah tepung maggot bersama progol yang telah dilarutkan dalam air. Diaduk campuran tersebut, sampai seluruh tepung maggot sudah lengket merata pada pakan. Jika seluruh tepung maggot sudah melekat pada pakan kemudian pakan dikeringkan/dianginkan campuran tersebut sampai kering selama 60 menit.

(33)

Tabel 2. Kandungan Nutrisi pada Pakan Komersil

Keterangan Gizi Nilai (%)

Protein 30

Lemak 4

Serat 5

Abu 12

Kadar Air 12

Sumber : (Mudjiman, 1989) Teknik Perhitungan Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil 781-1 dengan jumlah protein 33% dan tepung maggot sebesar 44%, untuk mendapatkan protein seimbang 33% maka tepung maggot dicampur dengan sedikit dedak padi (13%) sehingga menghasilkan jumlah protein tepung maggot menjadi 33%. Untuk mendapatkan jumlah protein, digunakan metode segiempat (Pearson’s Square Method), dimana Protein basal adalah bahan baku untuk membuat pakan dengan kandungan protein <20% sedangkan Protein suplemen adalah bahan baku untuk membuat pakan dengan kandungan protein >20% yang telah dijabarkan dibawah ini:

Protein Basal

Dedak Padi: 13% 11%

Protein Suplemen 20%+

T. Maggot: 44% 31%

33%

Kandungan Protein yang

diinginkan

dikurangi hasilnya

(34)

 Dedak Padi =11% ×100

31 = 35%

 T. Maggot = 20% ×100

31 = 65%

Sehingga untuk mendapatkan campuran protein 33% diperoleh dengan mencampurkan 35% Dedak Padi dan 65% Tepung Maggot. Dalam penghitungan pakan, pakan yang dicampur pada setiap perlakuan mempunyai protein 33%., sehingga dapat di cari berapa pengurangan pakan komersil yang digunakan untuk efisiensi. Cara mencari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Persen pakan yang digunakan

100 × Kandungan protein

Pakan Komersil + Tepung Maggot Perlakuan P1 (10075 × 33) + (10025 × 33) = 33

24,75 + 8,25 = 33 Pakan Komersil + Tepung Maggot Perlakuan P2 (10050 × 33) + (10050 × 33) = 33

16,5 + 16,5 = 33 Pakan Komersil + Tepung Maggot Perlakuan P3 (10025 × 33) + (10075 × 33) = 33

8,25 + 24,75 = 33

Setelah diketahui berapa persen pengurangan pakan komersil yang digunakan, selanjutnya ditentukan berapa gram (g) pakan komersil dan tepung maggot yang akan diberikan dengan menggunakan perhitungan pemberian pakan ikan setiap 10 hari.

(35)

e. Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pukul 09.00 WIB, 13.00 WIB dan 17.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5% dari bobot ikan per hari.

f. Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada suatu biota perairan. Pengamatan kualitas air pada penelitian ini meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan tingkat keasaman (pH). Pengamatan ini dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan dengan interval waktu 10 hari sekali dengan menggunakan alat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Perairan

Parameter Satuan Alat

Fisika

Suhu ºC Termometer

Kimia

DO Mg/l Do meter

pH - pH meter

Parameter Pengamatan Pertumbuhan Panjang

Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10% dari total hewan uji.

Pertumbuhan Panjang Mutlak (L) dihitung dengan menggunakan rumus yang diacu oleh Effendie (1997):

L = Lt– L0

Keterangan :

L = Pertumbuhan panjang (cm)

Lt = Rata-rata panjang pada akhir penelitian (cm)

(36)

L0 = Rata-rata panjang pada awal penelitian (cm) Pertumbuhan Bobot

Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10% dari total hewan uji.

Pertumbuhan bobot Mutlak (W) dihitung menggunakan rumus yang diacu oleh Effendie (1997) :

W = Wt – W0

Keterangan :

W = Pertumbuhan Bobot (g)

Wt = Bobot ikan pada akhir penelitian (g) W0 = Bobot ikan pada awal penelitian (g) Rasio Konversi Pakan (FCR)

Efisiensi pakan (FCR) dihitung dengan menggunakan rumus yang diacu oleh Effendie (1997) sebagai berikut :

FCR=

F

Wt –W0

× 100%

Keterangan :

FCR = Rasio konversi pakan

F = Jumlah total pakan yang diberikan (g) Wt = Berat ikan uji pada akhir penelitian (g) W0 = Berat ikan uji pada awal penelitian (g)

(37)

Kelangsungan Hidup (SR)

Data kelulus hidupan ikan uji dihitung dengan menggunakan rumus menurut oleh Rachmawati dan Samidjan (2014) yaitu :

SR = NoNt × 100%

Keterangan :

SR = Kelulushidupan (%)

Nt = Jumlah hewan uji pada akhir penelitian No = Jumlah hewan uji pada awal penelitian Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian akan menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) menggunakan software SPSS dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan apakah perlakuan yang dilakukan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengambilan sampel ikan nila dilakukan setiap 7 hari sekali selama 56 hari atau 8 minggu masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat rata-rata, jumlah pakan, kelangsungan hidup, dan kualitas air. Dari pengolahan data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, tingkat kelangsungan hidup, serta data parameter kualitas air sebagai data penunjang.

Pertambahan Panjang Ikan Nila

Pertambahan rata-rata panjang ikan nila pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran berkisar antara 5,4 - 7,9 cm. Pertambahan panjang tertinggi terdapat di perlakuan P3 yaitu 7,9 cm kemudian diikuti perlakuan P2 yaitu 6,9 cm dan pencapaian panjang terendah ikan nila selama penelitian yaitu P1 5,4 cm.

Data dan analisis ragam rata–rata panjang ikan nila dapat dilihat pada gambar 2 (Lampiran 2).

Gambar 2. Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Nila

5.4

6.9

7.9

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

P1 P2 P3

Pertambahan Panjang

Perlakuan

(39)

Pertambahan panjang ikan nila selama 56 hari yang terendah secara berturut yaitu P1 (75% pakan komersil + 25% tepung maggot) sebesar 5,4 cm selanjutnya P2 (50% pakan komersil + 50% tepung maggot) 6,9 cm dan yang tertinggi P3 (25% pakan komersil + 75% tepung maggot) sebesar 7,9 cm.

Pencapaian panjang rata-rata panjang ikan nila dapat dilihat pada Grafik1.

Grafik1. Pencapaian Panjang Ikan Nila Selama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56

Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan panjang ikan nila yaitu rata-rata pertambahan panjang ikan setiap perlakuan selama pemeliharaan dapat

dilihat pada (Lampiran 2). Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) panjang ikan nila dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS).Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada pertambahan panjang diperoleh nilai F Hitung sebesar 57,84 dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel (0,05 dan 0,01) yang artinya antara perlakuan menunjukaan perbedaan yang sangat nyata. Maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keseragaman (KK) yang dihasilkan 3,23%. Pada Uji lanjut BNT diketaui bahwa perlakuan berbeda sangat

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0 7 1 4 2 1 2 8 3 5 4 2 4 9 5 6

RATA-RATA PANJANG

(40)

nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan nila (P>1%) pada masing – masing perlakuan (Lampiran 2).

Tabel 5. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Panjang Ikan Nila

Perlakuan df Berat Ikan Nila

H7 H21 H35 H49

Magot (M) 2 ns ** ** **

M X Ikan 84 0,11ns 0,03* 0,02* 0,01*

Total 86 86 84 78 64

** (sangat berbeda nyata), * (berbeda nyata), ns (tidak berbeda nyata)

Tabel 6. Rata-rata Panjang (cm) Ikan Nila pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56

Perlakuan Berat Ikan Nila

H7 H21 H35 H49

P1 11,177a 12,236a 13,238a 14,433a

(0,024) (0,019) (0,057) (0,127)

P2 11,100b 12,400b 13,900b 15,766b

(0,080) (0,060) (0,109) (0,055)

P3 11, 20b 12,633b 14,448c 16,565c

(0,036) (0,035) (0,074) (0,115)

a b c = perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan

Peningkatan Berat Ikan Nila

Pertambahan berat ikan nila selama 56 hari yang terendah secara berturut yaitu P1 (75% pakan komersil + 25% tepung maggot) sebesar 15,2 gram selanjutnya P2 (50% pakan komersil + 50% tepung maggot) 17,1 gram dan yang tertinggi P3 (25% pakan komersil + 75% tepung maggot) sebesar 20,3 gram.

Pertambahan berat ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 (Lampiran 4).

(41)

Gambar 3. Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Nila

Dari hasil penelitian diperoleh pertambahan berat ikan nila yaitu rata-rata pertambahan ikan nila setiap perlakuanselama pemeliharaan (Lampiran 4) kemudian data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam yang dapat dilihat pada Tabel 8. (Lampiran 4).

Pertambahan rata-rata berat ikan nila pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran berkisar antara 15,2 gram-20,3 gram. Rata-rata pertambahan berat tertinggi selama penelitian terdapat pada perlakuan P3 dari 12 gram menjadi 35,8 gram, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 12 gram menjadi 32,4 gram, perlakuan P1 dari 12,2 gram menjadi 30,2 gram seperti terlihat pada Grafik 2.

15.20

17.10

20,3

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

P1 P2 P3

Berat Rata-rata (g)

Perlakuan

P1 P2 P3

(42)

Grafik 2. Pencapaian Berat Ikan NilaSelama Penelitian Dari Hari Ke 7 s/d 56 Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 8 menunjukkan perbedaan signifikan pada hari ke-7 dan sangat signifikan perbedaan antar perlakuan terjadi pada hari ke-14 hingga hari ke-56.Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) berat ikan nila dilakukan menggunakan Statistical Package of Social Science (SPSS).Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 8 (Lampiran 5).

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada pertambahan berat diperoleh nilai F Hitung sebesar 10,59 dimana F Hitung lebih besar dari F Tabel (0,05 dan 0,01) yang artinya antara perlakuan menunjukaan perbedaan yang sangat nyata. Maka analisis dilanjutkan dengan Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) karena berbeda sangat nyata dengan koefisien keseragaman (KK) yang dihasilkan 3,63%. Pada Uji lanjut BNT diketaui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan berat ikan nila (P>1%) pada masing – masing perlakuan (Lampiran 5).

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00

0 7 14 21 28 35 42 49 56

Pertambahan Berat rata-rata (g)

Berat Hari Ke

P1 P2 P3

(43)

Tabel 8. Analisis Variansi (ANOVA) pada SPSS Berat Ikan Nila

Perlakuan df Berat Ikan Nila

H7 H21 H35 H49

Magot (M) 2 ns ** ** **

M X Ikan 84 0,32ns 0,03* 0,04* 0,03*

Total 86 86 84 78 64

** (sangat berbeda nyata), * (berbeda nyata),ns (tidak berbeda nyata)

Tabel 9. Rata-rata Berat (gram) Ikan Nila pada Hari Ke 7 sd Hari Ke 56

Perlakuan Berat Ikan Nila

H7 H21 H35 H49

P1 15,031a 19,112a 23,543a 27,430a

(1,004) (0,232) (0,164) (0,517)

P2 15,366a 21,380b 25,632a 29,973b

(0,142) (0,029) (0,094) (0,125)

P3 15,570a 21,320c 27,106b 33,236c

(0,120) (0,245) (1,033) (0,822)

a b c = perbedaan notasi huruf menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila yang dipelihara selama 56 hari pemeliharaan pada setiap perlakuan P1, P2, P3 masing-masing berkisar antara 63,33%-76,67%. Nilai rata-rata tertinggi dicapai oleh perlakuan P3 sebesar 76,67%, diikuti oleh perlakuan P2 dan P1 sebesar 66,67 dan 63,33%. Data dan analisis ragam tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10 (Lampiran 6).

Tabel 10. Pencapaian Rata-rata Jumlah Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Perlakuan Hari Ke- SR(%)

awal 7 14 21 28 35 42 49 56

P1 100 86,67 83,33 80 73,33 70 66,67 63,33 63,33 63,33 P2 100 93,33 86,67 83,33 80 76,67 73,33 73,33 73,33 66,67 P3 100 90 90 86,67 83,33 80 76,67 76,67 76,67 76,67

(44)

Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila Rasio Konversi Pakan

Rasio pemberian pakan terhadap ikan nila sangat mempengaruhi pertumbuhan. Semakin efisien pemanfaatan pakan oleh ikan maka nilai fcr nya semakin baik.Hasil perhitungan nilai rasio konversi pakan selama 56 hari pengamatan berkisar antara 1,2–1,5 seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rasio Konversi Pakan Ikan Nila

63.33 66.67

76.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

P1 P2 P3

Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

Perlakuan

1.5 1.41

1.2

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

P1 P2 P3

Konversi Pakan

Perlakuan

(45)

Kualitas Air

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan nila sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu, pH, dan DO. Hasil pengamatan kualitas air ikan niladiperoleh kisaran suhu antara 27- 29°C. Nilai pH antara 7,0-7,4 dan DO antara 6,2-7,2 mg/l. Data kualitas air pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Data dan analisis ragam rata–rata kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 11. Analisis Rata-rata Kualitas Air Selama Penelitian Parameter

P1 P2 P3

Min Max Min Max Min Max

Suhu (°C) 27,8 28,9 27,2 28,3 28,5 29,6

pH 7,0 7,5 6,7 7,3 7,2 7,4

DO (mg/L) 6,2 6,8 6,4 7,0 6,8 7,2

(46)

Pembahasan

Pertambahan Panjang Ikan Nila

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang pertumbuhan yang berbeda-beda. Penambahan 75% tepung maggot pada P3 menghasilkan pertumbuhan panjang tertinggi dengan rata – rata pertumbuhan 7,9 cm diikuti perlakuan P2 sebesar 6,9 cm dan terendah pada P1 sebesar 5,4 cm.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan panjang ikan nila dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaanpada setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan nila adalah sebesar 9,5 cm–10,2 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 15,2 cm–18 cm yang dapat dilihat pada Tabel 2. (Lampiran 2).

Lambatnya pertambahan panjang pada hari pertama pengamatan sampai minggu ketiga disebabkan oleh proses penyesuaian diri ikan terhadap lingkungan yang baru dan kemampuan ikan dalam mencerna makanan yang diberikan masih dalam tahap adaptasi. Meningkatnya pertambahan panjang ikan nila pada perlakuan P3 diduga karena tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi ikan serta kualitas air yang baik dan mampu menunjang pertumbuhan ikan.

Lingkungan yang terkontrol dengan baik dapat menyebabkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan ikan.

Kecepatan pertumbuhan bergantung pada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air dan faktor-faktor lainnya. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti alat- alat tubuh yang rusak. Setelah itu baru kelebihan makanan yang masih tersisa

(47)

dipergunakan untuk pertumbuhan. Kualitas makanan dapat mempengaruhi pertumbuhan jika makanan yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan berkualitas baik, tetapi kalau makanan tersedia dalam jumlah sedikit maka makanan tidak akan mempengaruhi kecepatan tumbuh ikan.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot dengan perlakuan yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang ikan nila (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan pencampuran 25% pakan komersil + 75% tepung maggot memberikan respon yang paling baik terhadap pertambahan panjang ikan niladibandingkan dengan perlakuan pengamatan ikan nila lainnya.

Peningkatan Berat Ikan Nila

Pertumbuhan merupakan suatu keadaan dimana bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Menurut (Afifi, 2014) salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah nutrusi. Pertumbuhan ikan pada budidaya intensif sangat dipengaruhi oleh konsumsi nutrisi yang didapatkan dari pakan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan berat ikan nila dari awal masa pemeliharaan sampai akhir masa pemeliharaanpada setiap perlakuan. Dalam waktu 56 hari pemeliharaan terjadi pertambahan berat ikan dimana rata-rata berat awal ikan adalah sebesar 11 gram –12,2 gram dan di akhir pemeliharaan sebesar 30,9 gram –35,9 gramyang dapat dilihat pada Tabel 5 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kadar protein pakan yang

(48)

berbeda berpengaruh seiring bertambahnya persentase pemberian pakan pada ikan.

Pertambahan berat rata-rata paling tinggi terjadi yaitu pada perlakuan P3 dimana rata-rata pertumbuhan berat sebesar 20,28 gram diikuti dengan perlakuan P2 dengan berat 17,10 gramdan terendah pada P1 menunjukkan hasil 15,20 gram.

Pemberian pakan dengan kadar protein tinggi yang tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan berat ikan nilaselama 56 hari pemeliharaan. Menurut Khodijah et al., (2015) bahwaprotein adalah nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah besar pada

formulasi pakan ikan. Melihat pentingnya peranan protein di dalam tubuh ikan maka protein pakan perlu diberikan secara terus menerus dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan berat ikan nila (p<0.05), hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan P3 dengan pencampuran 25% pakan komersil + 75% tepung maggot memberikan respon yang paling baik terhadap pertambahan berat ikan niladibandingkan dengan perlakuan pengamatan ikan nila lainnya.

Pertambahan berat ikan nila tertinggi terjadi pada perlakuan P3. Hal ini disebabkan oleh jumlah pemberian pakan yang sesuai dan juga didukung oleh pemberian proteinpakan yang tepat. Pertumbuhan ikan nila yang meningkat juga diduga karena adanya pengaruh komponen penyusun pakan. Baik tidaknya suatu pakan ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Salah satu kebutuhan nutrisi yang penting untuk ikan adalah protein, sehingga kekurangan protein dalam pakan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

(49)

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat persaingan hidup ikan, pakan serta kualitas air. Hasil dari perhitungan statistik diketahui bahwa rata–rata nilai kelangsungan hidup ikan nila berkisar antara 63,33% hingga 76,67% pada akhir masa pemeliharaan. Nilai kelangsungan hidup ikan nila berturut dari yang tertinggi yaitu pada P3 sebesar 76,67% kemudian P2 sebesar 66,67% dan terendah pada P1 sebesar 63,33%.

Kematian ikan terbesar terjadi pada awal pemeliharaan yang diakibatkan oleh penanganan pada ikan saat pemindahan ikan dari wadah ke akuarium pengamatan yang menyebabkan ikan mengalami stress. Selain itu, ikan mengalami stress diduga akibat kualitas air ditempat yang baru belum sepenuhnya sama dengan kualitas air ditempat ikan nila dibesarkan. Penyifonan dan penambahan air setiap 7 hari sekali juga menjadi salah satu penyebab ikan stress dan mengalami kematian. Penyifonan dilakukan untuk mengeluarkan dan mengganti air yang sudah tercampur dengan kotoran ikan yang mengendap agar kualitas air pada wadah pemeliharaan tetap terjaga.

Dari Tabel 8.(Lampiran 6) dapat dilihat nilai kelangsungan hidup ikan nila berkisar antara 63,33% hingga 76,67% nilai tersebut tergolong baik. Hal ini dikarenakan oleh kualitas air yang baik dan sesuai untuk kehidupan ikan nila sehingga jumlah ikan yang mati berkurang setelah beberapa minggu pemeliharaan dan setelah ikan mulai beradaptasi. Menurut Husein (1985) diacu Mulyani, et al., (2014) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan≥50% tergolong baik,

(50)

kelangsungan hidup antara30-50% tergolong sedang dan kurang dari 30%

tergolong tidak baik.

Berdasarkan hasil penelitian diproleh kelangsungan hidup ikan nila semakin hari semakin baik. Kelangsungan hidup ikan nila semakin baik karena ikan telah beradaptasi dengan lingkungan pengamatan serta dilakukan pengontrolan terhadap kualitas air didalam lingkungan pengamatan. Dengan dilakukannya penyifonan dan penambahan air, kualitas air didalam lingkungan pengamatan menjadi baik untuk kelangsungan hidup ikan, mengurangi stress dan kematian pada ikan sehingga tingkat kelangsungan hidupnya tergolong tinggi (baik).

Rasio Konversi Pakan (FCR)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rasio konversi pakan (FCR) ikan nila yang diperoleh selama 56 hari pemeliharaan adalah sebagai berikut. Pada perlakuan P3 diperoleh nilai FCR yang paling rendah yaitu sebesar 1,2 sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 1,41 dan pada P1 Sebesar 1,5. Pada perlakuan P3 dengan melakukan penambahan tepung maggot sebesar 75%

diperoleh FCR yang paling rendah yang berarti mempunyai nilai FCR yang paling bagus dikarenakan pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan ikan sangat efisien.

Hal ini disebabkan keinginan ikan untuk makan yang relatif besar sehingga kebutuhan pakan yang digunakan sangat terpenuhi.

Rasio konversi pakan merupakan salah satu yang paling diperhatikan saat akan melakukan pemeliharaan. Rasio konversi pakan yang paling baik pada penelitian ini terdapat pada perlakuan P3 sebesar 1,2 dimana untuk menghasilkan 1 kg daging ikan dibutuhkan pakan sebanyak 1,2 kg. Semakin rendah nilai rasio

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pertumbuhan
Tabel 2. Kandungan Nutrisi pada Pakan Komersil
Gambar 2. Pencapaian Panjang Rata-rata Ikan Nila
Gambar 3. Pencapaian Berat Rata-rata Ikan Nila
+4

Referensi

Dokumen terkait

6 Dari hasil verifikasi kapasitas tekan diperoleh nilai analisis yang dilakukan dengan SNI lebih rendah dari nilai hasil uji eksperimental, dengan selisih 34,13 % untuk

Namun demikian, tidak ada peristiwa yang dikenal dengan sebutan ‘pilar se- jarah’ dapat direkonstruksi secara tepat dari novel atau karya sastra lainnya.. Per- tanyaan

Pengaruh penambahan probiotik pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan nila gift (Oreochromis niloticus).. Pertumbuhan dan survival rate

Pendekatan yang sering digunakan dalam mengkaji hubungan norma subyektif, sikap dan niat induvidu adalah model TPB ( Theory of Planned Behaviour) yang dikembangkan oleh Ajzen

Pada mata kuliah ini mahasiswa akan belajar memahami hukum-hukum dasar fisika, Medan Listrik; Potensial Listrik; Arus Listrik; Medan magnet; Gaya Gerak Listrik

a) Memahami bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk dan hal ini dapat membantu untuk mengetahui sejarah yang pernah terjadi pada batuan tersebut. Selain dari

Mengukuhkan kembali keputusan mengenai Program Pemberian Opsi Saham Kepada Karyawan Perseroan (Program ESOP) yang telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar

Atom karbon misalnya memiliki 6 elektron dan juga 6 proton.Selain proton inti atom juga mengandung bagian yang secara listrik bersifat netral, yang biasa disebut