• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan daun pegagan sebagai uji larvisida dan daun pegagan yang digunakan harus memenuhi syarat yaitu tampak bersih, dan tidak rusak. Hal ini dimaksudkan agar kandungan dari daun pegagan bahan aktifnya masih berkualitas. Daun pegagan kemudian dicuci, dipotong, dikeringkan (tanpa sinar matahari) dan diekstraksi. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Anggraini, 2009). Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekstraksi maserasi. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari (ethanol).

Hasil dari penelitian (Tabel 4.1-4.3) memperlihatkan bahwa pengaruh ekstrak ethanol daun pegagan dengan berbagai tingkatan konsentrasi yaitu 500, 1000, 1500, 2000 ppm mampu menimbulkan kematian larva instar IV nyamukAe. aegypti yang signifikan dari abate dengan konsentrasi 100 ppm. Ekstrak ethanol daun pegagan ternyata mempunyai kemampuan sebagai larvisida terhadap larva instar IV Ae. aegypti. Efek kerja insektisida asiatikosida adalah menghambat metabolisme dan kerja sistem saraf. Ekstrak pegagan mampu menimbulkan kematian pada larva karena mengandung metabolit sekunder yang dikenal istilah

berperan dalam nutrisi dan proses metabolisme utama di dalam tubuh tanaman, sedangkan metabolit sekunder (termasuk bahan aktif senyawa asiatikosida pada tanaman pegagan) merupakan senyawa-senyawa yang berpengaruh terhadap interaksi ekologi antara tumbuhan dengan lingkungan. Senyawa metabolit sekunder tanaman dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok utama yaitu terpene atau terpenoid, alkaloid atau produk sekunder yang mengandung nitrogen, serta fenil propanoid dan senyawa fenolik lainnya (Khan et al.,2010). Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil seperti pegagan (Siregar, 2005). Aktivitas biologis tanaman ini berhubungan dengan senyawa phenol, terpenoid, dan alkaloid yang ada di dalam tanaman tersebut. Senyawa ini secara bersama-sama atau secara terpisah berperan untuk menghasilkan aktivitas larvisida dan menghambat nyamukCulex quinquefasciatus(Rajkumar and Jebanesan, 2005).

Respon serangga terhadap senyawa kimia, apabila terjadi perubahan nutrisi pada serangga karena ada senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik terhadap serangga, maka serangga akan melakukan suatu respon kompensasi. Respon ini dilakukan serangga sebagai upaya untuk mempertahankan kehidupan serangga tersebut, yaitu dengan cara mengubah laju konsumsi dan efisiensi penceranaan serta metabolisme serangga. Metabolit sekunder yang bersifat toksik apabila terkandung dalam makanan yang dimakan oleh larva akan menyebabkan larva tidak dapat mencapai titik kritis untuk mencapai pupa, hal ini disebabkan karena serangga menurunkan laju metabolisme dan sekresi enzim pencernaan. Senyawa metabolit sekunder yang berada dalam makanan larva menyebabkan

energi yang digunakan untuk pertumbuhan berkurang, karena digunakan untuk aktifitas enzim detoksifikasi Mixed function Oxidase yang mengubah senyawa tersebut menjadi mudah larut dalam air, dan dikeluarkan dalam bentuk senyawa tidak aktif, akibatnya bisa mengakibatkan kematian larva karena tidak cukup energi untuk proses pertumbuhannya (Siregar, 2005).

Hasil penelitian (Tabel 4.1) dapat diketahui kematian larva instar IV nyamukAe. aegypti dengan lama perendaman 24 jam mencapai 100%. Pada larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (cephal), dada (thorax), dan perut (abdomen). Skleritnya sudah sempurna sehingga lebih mampu menolak adanya zat racun dibandingkan dengan larva instar I, II, dan III. Ekstrak ethanol mampu menimbulkan kematian pada larva instar IV nyamukAe. aegypti sehingga diharapkan jika larva instar IV mati maka instar lain yang lebih rentan juga bisa mati karena efek larvisida ekstrak ethanol daun pegagan tersebut.

Pengaruh perendaman tanpa ekstrak ethanol daun pegagan (kontrol) selama 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam, 24 jam tidak terdapat kematian larva instar IV Ae. aegypti atau 0%. Hal ini menunjukkan bahwa aquadest dapat digunakan sebagai mediasi pertumbuhan larva dan tidak mempunyai daya larvisida. Semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak ethanol daun pegagan maka kematian larva instar IV Ae. aegypti juga semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak ethanol daun pegagan, kandungan bahan aktifnya juga semakin banyak sehingga daya larvisida yang

Eksrak ethanol daun pegagan dengan konsentrasi 500 ppm sudah bisa menimbulkan kematian tetapi belum 100%. Sedangkan konsentrasi 1000 ppm dengan lama perendaman 24 jam dan konsentrasi 1500 ppm dengan lama perendaman 20 jam sudah menimbulkan kematian 100%. Konsentrasi 2000 ppm dengan lama perendaman 16 jam sudah bisa menimbulkan kematian 100%. Sedangkan abate sebagai pembanding dengan konsentrasi 100 ppm dengan lama perendaman 20 jam sudah mampu menimbulkan kematian 100%. Ekstrak ethanol daun pegagan lebih toksik dari abate.

Pengaruh lama perendaman ekstrak ethanol daun pegagan menunjukkan bahwa lama perendaman 24 jam memberikan hasil yang lebih baik daripada perendaman 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam. Hal ini menunjukkan bahwa waktu perendaman yang lama, kontak antara bahan aktif dengan larva juga semakin lama, sehingga racun yang ditimbulkan lebih kuat. Oleh karena itu daya larvisida yang ditimbulkan juga berpengaruh semakin nyata. Melihat efek penggunaan insektisida sebagai larvisida diperlukan periode waktu yang terbaik yaitu 24 jam.

Hasil penelitian pada (Tabel 4.1-4.3) menunjukkan bahwa semakin lama periode waktu yang digunakan, semakin lama juga kontak waktu antara larva dengan bahan aktif ekstrak ethanol daun pegagan. Sehingga jumlah kematian larva yang ditimbulkan juga akan semakin besar dan berpengaruh yang signifikan. Rajkumar dan Jebanesan (2005), pemanfaatan pegagan sebagai

Phytochemicaldinyatakan bahwa pegagan dapat bertindak sebagai alternatif yang tepat untuk insektisida sintetis pada masa mendatang karena relatif aman, tidak

mahal, dan banyak tersedia di banyak area lembab. Ekstrak ethanol daun pegagan pada konsentrasi 6,84 ppm (190C) dan 1,12 ppm (310C) dapat membunuh 50%

larva Cx. quinquefasciatus. Ekstrak pegagan dapat digunakan sebagai larvisida terhadap larva instar IV nyamuk Ae. aegypti maupun larva Cx. quinquefasciatus

Dokumen terkait