• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Lokasi

Perkebunan kelapa sawit di PTPN VIII Cikasungka dan Cipatat termasuk ke dalam wilayah dataran tinggi dengan ketinggian 384 m dpl, serta memiliki topografi yang berbukit-bukit dan berbatasan dengan pemukiman masyarakat. Suhu rata-rata wilayah ini dari bulan Oktober 2014 sampai April 2015 sebesar 25.85 °C dengan kelembaban udara rata-rata 83.71%. Curah hujan yang terjadi pada Oktober 2014 sampai April 2015 di wilayah ini termasuk dalam kategori menengah (Tabel 2).

Teknik budidaya kelapa sawit di lokasi dilakukan dengan pola tanam segitiga. Berdasarkan informasi dari pihak perkebunan, selama ini belum ada upaya pengendalian hama tikus dengan menggunakan rodentisida.

Tabel 2 Mikroklimat di pertanaman kelapa sawit PTPN VIII Cikasungka, Bogor (Oktober 2014 - April 2015) Parameter Okt 2014 Nov 2014 Des 2014 Jan 2015 Feb 2015 Mar 2015 Apr 2015 Rata-rata Temperatur (oC) 26.8 26.3 26.3 25.2 25 25.6 25.8 25.85 Kelembaban (%) 75 83 82 87 88 85 86 83.71 Curah hujan (mm) 170 398 217 179 198 219 266 235.28

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

Kebun kelapa sawit lokasi I, terdapat di blok 39 Cikasungka yang berbatasan langsung dengan jalan raya dan pemukiman warga. Tanaman kelapa sawit di lokasi I ditanam pada tahun 2004. Pada bulan Oktober 2014, tanaman di lokasi I berumur ±10 tahun yang merupakan kategori tanaman menghasilkan (TM). Selain tanaman utama, pada lokasi I hanya terdapat sedikit jenis tumbuhan yang tersisa oleh karena sanitasi berkala yang dilakukan pihak perkebunan di blok 39 (Gambar 7). Sanitasi berkala ini menjadikan habitat pertanaman pada blok 39 relatif lebih bersih dibandingkan dengan blok yang tidak dilakukan sanitasi. Pada perkebunan kelapa sawit Cikasungka ini beberapa blok terlihat tidak dilakukan pembersihan gulma sama sekali.

17

Kebun kelapa sawit lokasi II, terdapat di blok 54 Cikasungka yang berbatasan langsung dengan jalan raya dan pemukiman warga. Tanaman kelapa sawit di lokasi II ditanam pada tahun 2004. Pada bulan Oktober 2014, tanaman di lokasi II berumur ±10 tahun yang merupakan kategori tanaman menghasilkan (TM). Pada blok 54 tidak dilakukan sanitasi, sehingga lokasi ini memiliki beberapa jenis tumbuhan liar (vegetasi alami) yang diantaranya dikategorikan sebagai gulma (Gambar 8).

Gambar 8 Lokasi II blok 54 Cikasungka (habitat dengan vegetasi alami)

Kebun kelapa sawit lokasi III, terdapat di blok 67 Cipatat yang berbatasan langsung dengan sawah dan pemukiman warga. Tanaman kelapa sawit di lokasi III ditanam pada tahun 2009. Pada bulan Oktober 2014, umur tanaman lokasi III yaitu lima tahun yang merupakan kategori tanaman menghasilkan (TM). Pada blok 67 dan beberapa blok lain di Cipatat, habitat pertanaman kelapa sawit juga didominasi kacangan penutup tanah jenis M. bracteata yang ditanam oleh pihak perkebunan (Gambar 9).

Gambar 9 Lokasi III blok 67 Cipatat (habitat menggunakan kacangan penutup tanah)

Artropoda yang Ditemukan pada Kebun Contoh

Pada kebun contoh, artropoda yang ditemukan terdiri atas empat kelas yaitu Insecta, Collembola, Arachnida, dan Diplopoda. Jumlah keseluruhan artropoda yang ditemukan pada habitat yang relatif bersih (kebun contoh I), habitat dengan vegetasi alami (kebun contoh II), dan habitat dengan kacangan penutup tanah (kebun contoh III) dapat dilihat pada Tabel 3. Artropoda memiliki peran dalam

18

rantai makanan suatu ekosistem. Peran artropoda diantaranya adalah predator, herbivor, detritivor, dan parasitoid. Artropoda predator merupakan artropoda yang memangsa artropoda lain sebagai makanannya. Artropoda herbivor merupakan artropoda yang makanannya berupa tumbuhan, sehingga artropoda herbivor disebut sebagai hama bila aktivitas makannya dapat menurunkan nilai ekonomi tanaman. Artropoda detritivor merupakan artropoda pengurai bahan organik seperti bangkai hewan, tumbuhan mati, maupun sisa daun yang jatuh. Selain itu, terdapat artropoda parasitoid yang hidup di dalam tubuh inang untuk memperoleh makanan.

Tabel 3 Jumlah artropoda pada kebun contoh Filum

Artropoda

Kebun Contoh I Kebun Contoh II Kebun Contoh III Ordo Famili Individu Ordo Famili Individu Ordo Famili Individu Insecta 11 50 758 12 45 616 11 52 788 Collembola 2 3 161 2 3 40 3 4 50 Arachnida 1 5 31 1 5 47 1 5 40

Diplopoda 1 1 1 1 1 2 1 1 1

Jumlah artropoda yang ditemukan di kebun contoh I yaitu sebanyak 951 individu. Sebanyak 566 individu (59.51%) berperan sebagai predator, 182 individu (19.14%) sebagai herbivor, 196 individu (20.61%) sebagai detritivor, dan 7 individu (0.74%) sebagai parasitoid. Jumlah artropoda yang ditemukan di kebun contoh II yaitu sebanyak 705 individu. Sebanyak 548 individu (77.73%) berperan sebagai predator, 90 individu (12.77%) sebagai herbivor, 61 individu (8.65%) sebagai detritivor, dan 6 individu (0.85%) sebagai parasitoid. Jumlah artropoda yang ditemukan di kebun contoh III yaitu sebanyak 879 individu. Sebanyak 690 individu (78.50%) berperan sebagai predator, 116 individu (13.20%) sebagai herbivor, 60 individu (6.82%) sebagai detritivor, dan 13 individu (1.48%) sebagai parasitoid (Gambar 10).

Predator Herbivor Detritivor Parasitoid

Gambar 10 Proporsi peran artropoda pada kebun contoh I (A), kebun contoh II (B), dan kebun contoh III (C)

Artropoda Predator

Artropoda predator memiliki proporsi paling besar pada semua kebun contoh (Gambar 10). Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda predator pada masing-masing kebun contoh dapat dilihat pada Tabel 4, 5, dan 6. Famili Formicidae (Hymenoptera) merupakan artropoda predator yang paling dominan pada semua kebun contoh (Gambar 11). Keberadaan semut (Hymenoptera:

19

Formicidae) kemungkinan ditentukan oleh keberadaan mangsa di lapang. Kelimpahan semut yang tinggi tidak terlepas dari kemampuan bertahan semut pada setiap kondisi lingkungan (Herlinda et al. 2004), semut mempunyai kisaran inang yang luas (bersifat generalis) sehingga mampu bertahan hidup dengan mengeksploitasi banyak sumber daya yang ada pada lingkungan tersebut. Beberapa sumber daya yang dapat dijadikan semut sebagai pakan alternatif seperti cendawan, nektar, dan embun madu (Way & Khoo 1992). Di samping itu, beberapa genus yang ditemukan seperti Odontoponera, Anoplolepis, dan Pheidole merupakan predator umum yaitu mengonsumsi setiap mangsa yang dapat ditanganinya. Oleh sebab itu, semut sebagai kelompok (koloni) dapat memangsa nematoda, cacing, serta telur dan larva serangga (Kalshoven 1981; Shepard et al. 1987). Hal ini menunjukkan bahwa semut merupakan predator paling berpengaruh dalam mengatur populasi serangga hama dibandingkan artropoda predator lainnya.

Gambar 11 Semut (Formicidae: Odontoponera)

Famili lain yang cukup dominan pada semua kebun contoh adalah Gryllidae (Orthoptera) (Gambar 12) dan Oxyopidae (Araneae) (Gambar 13). Jangkrik (Orthoptera: Gryllidae) dan laba-laba bermata tajam (Araneae: Oxyopidae) merupakan artropoda predator yang sering ditemukan selain semut. Dilihat dari segi kelimpahan, frekuensi kemunculan, serta kemampuan memangsa di lapang maka Formicidae, Gryllidae, dan Oxyopidae berpotensi dikembangkan dan dilindungi keberadaannya sebagai musuh alami untuk menekan populasi serangga hama di lapang.

20

Gambar 13 Laba-laba bermata tajam (Araneae: Oxyopidae)

Beberapa famili predator yang hanya ada di kebun contoh I yaitu Dermestidae (Coleoptera), Asilidae (Diptera), dan Vespidae (Hymenoptera). Kelimpahan artropoda predator pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh I selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kelimpahan artropoda predator pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh I

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Coleoptera Cantharidae 2

Carabidae 4 Coccinellidae 14 Dermestidae 5 Staphylinidae 1 Dermaptera Forficulidae 2 Pygidicranidae 1 Diptera Asilidae 1 Cecidomyiidae 9 Chloropidae 2 Stratyomyidae 1 Tipulidae 4 Hemiptera Nabidae 1 Pentatomidae 1 Hymenoptera Vespidae 1 Formicidae 442 Mantodea Hymenopodidae 1 Mantidae 2 Orthoptera Gryllidae 39 Tettigonidae 2 Arachnida Araneae Araneidae 2 Lycosidae 2 Oxyopidae 23 Salticidae 3 Tetragnathidae 1

21

Beberapa famili predator yang hanya ada di kebun contoh II yaitu Dytiscidae (Coleoptera), Anisolabididae (Dermaptera), dan Gryllacrididae (Orthoptera). Kelimpahan artropoda predator pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh II selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kelimpahan artropoda predator pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh II

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Coleoptera Cantharidae 1

Coccinellidae 2 Dytiscidae 1 Staphylinidae 1 Dermaptera Anisolabididae 2 Forficulidae 1 Diptera Cecidomyiidae 5 Stratyomyidae 2 Syrphidae 3 Tipulidae 1 Hemiptera Nabidae 1 Pentatomidae 3 Reduviidae 1 Hymenoptera Formicidae 432 Mantodea Hymenopodidae 3 Mantidae 4 Odonata Libellulidae 3 Orthoptera Gryllacrididae 1 Gryllidae 22 Tettigoniidae 12 Arachnida Araneae Oxyopidae 27

Araneidae 2

Lycosidae 2

Salticidae 10 Tetragnathidae 6

Total 548

Beberapa famili predator yang hanya ada di kebun contoh III yaitu Chelisochidae dan Spongiphoridae (Dermaptera), Diopsidae dan Empididae (Diptera), serta Coenagridae (Odonata). Kelimpahan artropoda predator pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh III selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

22

Tabel 6 Kelimpahan artropoda predator pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh III

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Coleoptera Cantharidae 1

Carabidae 2 Coccinellidae 4 Staphylinidae 5 Dermaptera Chelisochidae 1 Forficulidae 1 Pygidicranidae 1 Spongiphoridae 1 Diptera Cecidomyiidae 13 Chloropidae 1 Diopsidae 2 Empididae 1 Stratiomyidae 1 Syrphidae 2 Tipulidae 1 Hemiptera Reduviidae 1 Hymenoptera Formicidae 550 Mantodea Mantidae 3 Odonata Coenagridae 1 Libellulidae 5 Orthoptera Gryllotalpidae 1 Gryllidae 47 Tettigoniidae 5 Arachnida Araneae Araneidae 2

Lycosidae 3 Oxyopidae 25 Salticidae 9 Tetragnathidae 1 Total 690 Artropoda Herbivor

Famili Acrididae (Orthoptera) lebih dominan pada semua kebun contoh dibandingkan serangga herbivor lain. Gejala kerusakan yang disebabkan belalang (Orthoptera: Acrididae) berupa gerigitan dan sobekan pada daun. Hama ini biasanya menyerang secara soliter atau dalam koloni kecil. Hama ulat api (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat kantong (Lepidoptera: Psychidae) yang merupakan hama utama pada kelapa sawit, tidak ditemukan di kebun contoh selama pengambilan sampel.

Famili Curculionidae (Coleoptera) hanya dominan pada kebun contoh I. Curculionidae selain sebagai herbivor juga berperan sebagai penyerbuk bunga kelapa sawit (pollinator). Kondisi populasi Curculionidae dalam suatu lingkungan perkebunan kelapa sawit dapat menentukan tingkat keberhasilan dari produksi buah (Erniwati & Kahono 2012). Beberapa serangga herbivor yang hanya ditemukan pada kebun contoh I yaitu Cerambycidae dan Elateridae (Coleoptera), Tephritidae (Diptera), serta Pompilidae (Hymenoptera). Kelimpahan artropoda

23

herbivor pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh I selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kelimpahan artropoda herbivor pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh I

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Coleoptera Cerambycidae 1

Chrysomelidae 8 Curculionidae 44 Elateridae 1 Melyridae 1 Scarabeidae 27 Scolytidae 13 Diptera Calliphoridae 1 Tephritidae 1 Hemiptera Plataspididae 4 Alydidae 8 Cicadellidae 1 Isoptera Termitidae 4 Lepidoptera Hesperidae 5 Nymphalidae 2 Pyralidae 1 Satyridae 3 Yponomeutidae 1 Orthoptera Acrididae 33 Tetrigidae 21 Phasmatodea Phasmatidae 2 Total 182

Serangga herbivor yang hanya ditemukan pada kebun contoh II adalah Noctuidae (Lepidoptera). Kelimpahan artropoda herbivor pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh II selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kelimpahan artropoda herbivor pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh II

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Coleoptera Chrysomelidae 12

Curculionidae 3 Melyridae 1 Scarabeidae 9 Scolytidae 2 Hemiptera Alydidae 6 Cicadellidae 2 Delphacidae 3 Isoptera Termitidae 1 Lepidoptera Amatiidae 2 Hesperidae 3 Noctuidae 1

24

Tabel 8 Kelimpahan artropoda herbivor pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh II (lanjutan)

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Lepidoptera Nymphalidae 1 Pieridae 2 Pyralidae 3 Satyridae 1 Yponomeutidae 4 Orthoptera Acrididae 30 Tetrigidae 1 Phasmatodea Phasmatidae 3 Total 90

Serangga herbivor yang hanya ditemukan pada kebun contoh III adalah Cicadidae dan Phyrrhocoridae (Hemiptera), serta Arctiidae (Lepidoptera). Kelimpahan artropoda herbivor pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh III selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kelimpahan artropoda herbivor pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh III

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Coleoptera Nitidulidae 2

Chrysomelidae 11 Curculionidae 3 Melyridae 1 Scarabeidae 12 Scolytidae 3 Diptera Micropezidae 5 Hemiptera Alydidade 8 Cicadidae 1 Delphacidae 1 Phyrrochoridae 1 Plataspididae 12 Isoptera Termitidae 1 Lepidoptera Arctiidae 3 Amatiidae 1 Hesperidae 1 Nymphalydae 6 Pieridae 11 Pyralidae 1 Satyridae 1 Orthoptera Acrididae 23 Tetrigidae 8 Total 116 Artropoda Detritivor

Artropoda detritivor adalah artropoda perombak bahan organik. Famili Isotomidae merupakan detritivor paling dominan pada semua kebun contoh. Hal

25

ini dikarenakan kondisi kebun yang relatif lembab sehingga menguntungkan para insecta ini. Borror et al. (1996) menyatakan bahwa isotomidae umumnya menyukai tempat yang lembab. Kelimpahan artropoda detritivor pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh I dan II selengkapnya dapat dilihat masing-masing pada Tabel 10 dan Tabel 11.

Tabel 10 Kelimpahan artropoda detritivor pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh I

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Blattodea Blattidae 1

Diptera Phoridae 33 Collembola Entomobryomorpha Entomobryidae 18 Isotomidae 121 Symhypleona Sminthuridae 7 Diplopoda Callipodida Abacionidae 1

Total 196

Tabel 11 Kelimpahan artropoda detritivor pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh II

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Blattodea Blattidae 1

Diptera Phoridae 18 Collembola Entomobryomorpha Entomobryidae 4 Isotomidae 23 Symhypleona Sminthuridae 13 Diplopoda Callipodida Abacionidae 2

Total 61

Famili Blattelidae (Blattodea) dan Neanuridae (Collembola) merupakan artropoda detritivor yang hanya ditemukan pada Kebun Contoh III. Kelimpahan artropoda detritivor pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh III dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 12.

Tabel 12 Kelimpahan artropoda detritivor pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh III

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Blattodea Blattelidae 1

Blattidae 1

Diptera Phoridae 7

Collembola Entomobryomorpha Entomobryidae 8 Isotomidae 28 Poduromorpha Neanuridae 3 Symhypleona Sminthuridae 11 Diplopoda Callipodida Abacionidae 1

26

Artropoda Parasitoid

Jumlah parasitoid yang ditemukan pada semua kebun contoh paling sedikit dibandingkan predator, herbivor, dan detritivor. Sementara menurut Farid (2013), sebanyak 25% famili dari Ordo Hymenoptera berperan sebagai parasitoid pada ekosistem pertanaman kelapa sawit. Sebagai evaluasi bahwa metode pengambilan sampel dengan jaring ayun perlu dipertahankan. Agar hasil tangkapan lebih maksimal terhadap serangga terbang (imago Hymenoptera parasitoid sebagian besar terbang), jumlah ayunan perlu diperbanyak. Untuk memprioritaskan serangga terbang tertentu (spesifik) digunakan perangkap nampan kuning (yellow pan trap). Serangga parasitoid yang ditemukan pada semua kebun contoh hampir seragam yaitu didominasi dari Famili Braconidae, Eulophidae, dan Ichneumonidae (Hymenoptera). Kelimpahan artropoda parasitoid pada pertanaman kelapa sawit di kebun contoh I, II, dan III masing-masing dapat dilihat pada Tabel 13, 14, dan 15.

Tabel 13 Kelimpahan artropoda parasitoid pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh I

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Diptera Tachinidae 1

Hymenoptera Braconidae 1 Diapriidae 1 Eulophidae 2 Ichneumonidae 1 Pompilidae 1 Total 7

Tabel 14 Kelimpahan artropoda parasitoid pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh II

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Hymenoptera Braconidae 3

Eulophidae 2 Ichneumonidae 1

Total 6

Tabel 15 Kelimpahan artropoda parasitoid pada pertanaman kelapa sawit di Kebun Contoh III

Kelas Ordo Famili Jumlah (individu) Insecta Hymenoptera Braconidae 5

Diapriidae 4 Eulophidae 3 Ichneumonidae 1

Total 13

Proporsi Artropoda Berdasarkan Metode Pengambilan Sampel

Pengamatan langsung, lubang perangkap, dan jaring ayun merupakan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel artropoda. Masing-masing metode memiliki kekhususan artropoda sasaran, sehingga diharapkan artropoda yang ada di kebun contoh diketahui secara menyeluruh. Jumlah famili artropoda

27

yang diperoleh pada semua kebun contoh adalah sebanyak 81 famili. Jumlah artropoda yang diperoleh berdasarkan metode pengamatan langsung adalah 30 famili (210 individu), berdasarkan lubang perangkap adalah 37 famili (2010 individu) dan berdasarkan jaring ayun adalah 57 famili (315 individu). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah individu artropoda yang paling banyak diperoleh adalah dengan metode lubang perangkap (Gambar 14).

Lubang perangkap Jaring ayun Pengamatan langsung

Gambar 14 Proporsi jumlah artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel

Famili Acrididae merupakan artropoda paling dominan yang diperoleh dengan menggunakan jaring ayun, hal ini dibuktikan dengan jumlah tangkapan yang lebih banyak serta yang paling sering ditemukan sebagai serangga terbang yang ada di kebun contoh. Famili Formicidae merupakan artropoda paling dominan yang diperoleh dengan menggunakan lubang perangkap. Menurut Powel

et al. (1996), lubang perangkap termasuk salah satu perangkap yang digunakan untuk mengamati artropoda permukaan tanah, sehingga semut yang terdapat di permukaan tanah banyak ditemukan dengan lubang perangkap. Famili Formicidae juga paling dominan diperoleh dengan pengamatan langsung pada tajuk tanaman, hal ini menandakan bahwa Formicidae merupakan artropoda dengan daya jelajah yang tinggi yang aktif sampai ke tajuk tanaman. Selain itu, diketahui bahwa semut aktif setiap waktu.

Tikus yang Ditemukan pada Kebun Contoh

Hasil penangkapan tikus menggunakan perangkap massal dapat dilihat pada Tabel 16. Pada tiap kebun contoh ditemukan lebih dari satu jenis tikus, secara keseluruhan ada empat jenis yang ditemukan di kebun contoh. Hasil ini sejalan dengan yang dikemukakan Priyambodo (2003) bahwa jenis tikus yang ditemukan menyerang pada perkebunan kelapa sawit adalah Rattus tiomanicus, Rattus argentiventer, Rattus rattus,danRattus exulans(Gambar 15).

Pemasangan perangkap massal selama pengambilan sampel pada semua kebun contoh berhasil menangkap 10 ekor tikus. Keberhasilan pemerangkapan tikus dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tikus yang tertangkap dibagi jumlah keseluruhan perangkap yang dipasang (135 perangkap), sehingga didapat 7%. Keberhasilan pemerangkapan ini digunakan sebagai estimasi kepadatan relatif di suatu daerah atau kawasan perkebunan (Handayani & Ristiyanto 2008; Astuti 2013).

79,29% 12,43%

28

Tabel 16 Jenis dan jumlah tikus tertangkap perangkap massal

Jenis Tikus Pengamatan Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kebun Contoh I R. tiomanicus 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 R. exulans 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 Kebun Contoh II R. argentiventer 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 R. rattus 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

Kebun Contoh III

R. exulans 2 0 0 1 0 0 1 0 0 4

R. rattus 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

Total 2 0 2 1 1 1 1 2 0 10

Gambar 15 Jenis tikus yang ditemukan pada kebun contoh; R. exulans (A),

R. argentiventer(B),R. tiomanicus(C),R. rattus(D)

Keberhasilan pemerangkapan dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti pemilihan umpan, posisi peletakan perangkap massal, dan durasi pemasangan perangkap massal. Umpan yang digunakan adalah bakwan dan tahu goreng ( bala-bala), pemilihan bala-bala sebagai umpan karena mempertimbangkan bau dari

bala-bala yang dapat menarik tikus masuk ke dalam perangkap. Akan tetapi yang terjadi di lapang, bau umpan dapat mengundang tikus dan organisme lain bukan sasaran seperti cecurut dan kadal (Lampiran 4). Masuknya cecurut atau kadal ke dalam perangkap cenderung membuat tikus tidak masuk lagi ke dalam perangkap, terbukti dengan tidak pernah ditemukan tikus berada di dalam perangkap bersamaan dengan cecurut atau kadal. Dengan demikian, bala-bala sebagai umpan juga menarik organisme bukan sasaran yang dapat meminimalisir masuknya tikus ke dalam perangkap. Selain itu, umpan kurang bertahan lama di lapang karena mudah terurai oleh air hujan atau sasaran makan semut. Faktor lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemerangkapan tikus adalah posisi peletakan perangkap. Perangkap dipasang pada habitat bawah di antara tanaman utama, posisi ini bukan merupakan posisi terbaik untuk pemerangkapan tikus. Tikus berada dan bersarang pada tanaman utama, hal ini terbukti dari sering

29

terlihatnya aktivitas tikus pada bagian atas tanaman. Perpindahan tikus ke tanaman lain juga dilakukan antar pelepah, tanpa turun ke habitat bawah. Hal ini karena pelepah tanaman kelapa sawit yang saling bersinggungan, selain juga kemampuan fisik beberapa jenis tikus. Faktor durasi pemasangan perangkap ikut memengaruhi hasil pemerangkapan, asumsinya semakin lama perangkap terpasang semakin besar kesempatan tikus masuk perangkap. Hal ini juga tergantung ketersediaan umpan di dalam perangkap.

R. exulans ditemukan sebanyak 4 ekor di kebun contoh III. Dominasi jenis ini didukung oleh faktor seperti lokasi kebun dan keberadaan kacangan penutup tanah. Lokasi kebun dekat dengan persawahan, kondisi ini dapat mengakibatkan perpindahan tikus dari sawah (habitat asli R. exulans) ke kebun. Kacangan penutup tanahM. bracteatadapat digunakanR. exulanssebagai tempat berlindung, serta menyediakan sumber pakan lain yaitu serangga. Menurut Priyambodo (2003), berdasarkan hasil analisis terhadap isi lambung tikus di perkebunan kelapa sawit diketahui bahwa 15% dari pakan yang dikonsumsi oleh tikus adalah serangga.

Intensitas dan Luas Serangan Tikus

Intensitas dan luas serangan tikus disajikan pada Tabel 17. Rata-rata intensitas dan luas serangan pada kebun contoh I (habitat relatif bersih) merupakan yang tertinggi dibandingkan kebun contoh lain, walaupun tidak berbeda nyata dengan kebun contoh II (habitat dengan vegetasi alami).

Tabel 17 Intensitas dan luas serangan tikus

Pengamatan

Intensitas Serangan (%) Luas Serangan (%) Kebun Contoh I Kebun Contoh II Kebun Contoh III Kebun Contoh I Kebun Contoh II Kebun Contoh III 1 18.33 16.67 3 80 65 20 2 10.00 15.83 3 60 70 20 3 20.00 13.33 11 80 70 65 4 17.50 7.50 8 80 45 45 5 7.50 6.67 7 40 40 40 6 14.17 9.17 8 85 50 50 7 14.17 12.50 4 75 75 25 8 14.17 15.83 3 80 75 20 9 11.60 12.50 4 65 60 25 Rata-rata 14.16 aA 12.22 aA 5.66 bB 71.66 aA 61.11 aA 34.44 bB Keterangan: Angka dalam baris rata-rata intensitas serangan dan luas serangan yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Selang Berganda Duncan pada taraf α=5% (huruf kecil) dan α=1% (huruf besar)

Habitat pertanaman yang relatif bersih memungkinkan tikus lebih banyak beraktivitas pada pohon kelapa sawit. Di habitat bawah tidak tersedia tempat persembunyian dan sumber pakan alternatif, sehingga tikus lebih mengeksploitasi sumber daya yang ada di atas (buah kelapa sawit). Selain itu menurut Priyambodo (2003), kerusakan oleh tikus pada buah kelapa sawit dapat diperberat dengan

30

kehadiran kumbang moncong (Coleoptera: Curculionidae), karena kumbang moncong merupakan sumber pakan hewani yang juga dibutuhkan oleh tikus. Berdasarkan hasil artropoda yang ditemukan pada habitat ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh keberadaan dan kelimpahan Curculionidae pada tajuk tanaman terhadap intensitas serangan tikus pada buah.

Pada kebun contoh III (menggunakan kacangan penutup tanah), rata-rata intensitas dan luas serangan tikus merupakan yang terendah dan berbeda nyata dengan kebun contoh I dan II (Lampiran 5 & 6). Habitat pertanaman menggunakan kacangan penutup tanah menyebabkan tikus lebih banyak beraktivitas pada permukaan tanah. Hal ini terlihat dari jumlah tangkapan tikus terbanyak.

5 SIMPULAN

Kondisi habitat pertanaman kelapa sawit yang berbeda berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan artropoda, serta populasi dan persentase serangan hama tikus. Habitat pertanaman menggunakan kacangan penutup tanah (kebun contoh III) merupakan habitat dengan kelimpahan artropoda predator dan parasitoid (musuh alami) tertinggi, selain itu habitat ini memiliki persentase serangan tikus terendah. Sebaliknya, habitat pertanaman yang relatif bersih (kebun contoh I) merupakan habitat dengan persentase serangan tikus tertinggi dari semua kebun contoh. Disamping itu, kebun contoh I memiliki kelimpahan musuh alami paling rendah dibandingkan kebun contoh yang lain. Habitat pertanaman dengan vegetasi alami (kebun contoh II) dari segi kelimpahan musuh alami dan persentase serangan tikus berada pada posisi di antara kebun contoh I dan III.

Dokumen terkait