• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Laju Pertumbuhan Harian, Retensi Protein, Retensi Lemak , Efisiensi Pakan dan Ekskresi Amoniak Nitrogen

Data perubahan bobot biomassa benih ikan bawal air tawar setiap perlakuan dan ulangannya dapat dilihat pada Lampiran 8. Perubahan bobot biomassa selama penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan bobot biomassa ikan bawal air tawar (C. macropomum) selama 60 hari pemeliharaan.

Pada Gambar 1 di atas terlihat bahwa terjadi pertambahan bobot yang tinggi pada setiap perlakuan. Pertambahan bobot biomassa selama pemeliharaan masing-masing perlakuan rata-rata adalah A = 335. 50 %, B = 322.96 %, C = 376.15 %, D = 337.06 % dan E = 276. 25 %.

Nilai berbagai parameter penggunaan pakan yang meliputi konsumsi pakan, perolehan bobot, laju pertumbuhan harian, retensi protein, retensi lemak efisiensi pakan, dan ekskresi total amonia dari ikan bawal air tawar setelah dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium organik disajikan pada Tabel 2 dan L ampiran 8.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 60 Hari ke-Bobot biomassa (g) A B C D E

Tabel 2 Nilai rata-rata bobot awal, bobot akhir, retensi protein (RP), retensi lemak (RL), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) dan ekskresi total amoniak nitorgen (TAN) yang diperoleh pada ikan bawal air tawar yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium organik.

Pakan (ppm Cr+3; %protein ) Parameter A(0.0;37.0) B(1.5;37.2) C(3.0;37.1) D(4.4;37.2) E(2.1;30.3) B.Awal(g) 242.47± 1.76 246.03 ± 1.42 232.27 ± 1.46 226.83 ± 1.76 236.50 ±2.01 B.Akhir(g) 1056.37 ±115.83 1040.47 ± 78.60 1105.70 ± 50.23 991.40 ± 43.47 889.87 ±50.45 RP (%) 32.01± 2.76a 34.36 ± 1.32ab 42.64 ± 1.56c 39.83 ± 0 .10bc 40.96 ±2.93bc RL (%) 68.33± 4.10c 75.47 ± 3.31c 73.5 7 ± 2.21c 58.31 ± 0.62b 38.78 ±1.49a LPH(%) 2.48 ± 0.18ab 2.44 ± 0.14ab 2.63 ± 0.09b 2.49 ± 0.07ab 2.23 ±0.10a EP(%) 75.76± 9.12a 77.01 ± 5.14ab 89.71 ± 4.25b 82.40 ± 2.35ab 72.33 ±4.18a TAN(mg/g tubuh/jam) 0.00171 ±0.00007 c 0.00167 ±0.00001b c 0.00105 ±0.00001a 0.00155 ±0.00015b c 0.00149 ± .000078b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.1).

Pemberian kromium organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai retensi protein (p<0.05). Ikan yang mengkonsumsi pakan C(3. 0 ppm Cr+3 ;37. 1 %) mempunyai nilai retensi protein yang paling tinggi dibandingkan dengan ikan yang mengkonsumsi pakan berkadar E(2. 1 ppm Cr+3;30.3 %), D(4.4 ppm Cr+3;37.2 %) dan B(1.5 ppm Cr+3;37. 2 %). Sedangkan nilai retensi protein terendah terdapat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A(0.0 ppm Cr+ 3;37.0).

Pemberian kromium juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap retensi lemak. Nilai retensi lemak yang tertinggi terdapat pada ikan yang mengkonsumsi pakan B dan C tetapi tidak berbeda dengan A (kontrol). Lemak yang teretensi paling rendah terdapat pada ikan yang mengkonsumsi pakan E.

Kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B, C dan D mempunyai laju pertumbuhan harian yang tidak berbeda dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan kontrol (p<0.1). Laju pertumbuhan harian yang tertinggi dihasilkan oleh ikan yang mengkonsumsi pakan C(3.0 ppm Cr+ 3 ;37.1 %), sedangkan laju pertumbuhan harian yang paling randah dihasilkan oleh ikan yang mengkonsumsi pakan E(2.1 ppm Cr+ 3;30.3 %).

Nilai efisiensi pakan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A (kontrol) tidak berbeda nyata dengan ikan yang mengkonsumsi pakan B,D,E (P>0.1) tetapi berbeda nyata dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (p<0.1). Nilai ekskresi amonia ikan yang mengkonsumsi pakan berkromium mempunyai perbedaan

yang nyata dengan ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa kromium. Nilai ekskresi amonia kelompok ikan yang mengkonsumsi pa kan C, dan E lebih rendah (p<0.1) dibanding dengan ikan yang mengkonsumsi pakan A (kontrol) dan pakan B dan D.

Komposisi Proksimat Tubuh, Kadar Lemak Hati, Kadar Glikogen Hati dan daging, Konsentrasi RNA, DNA, Rasio RNA/DNA Hati dan Kadar Kromium Tubuh serta Histologis Hati

Komposisi proksimat tubuh ikan bawal air tawar baik pada awal penelitian maupun pada akhir penelitian dan kadar glikogen hati dan daging, kadar lemak hati, konsentrasi RNA, DNA dan rasio RNA/DNA serta kadar kromium tubuh setelah ikan dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang me ngandung kromium organik disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta Lampiran 10, 11 dan 12.

Tabel 3 Komposisi proksimat tubuh pada awal dan akhir penelitian ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium (dalam bobot kering).

Pakan (ppm Cr+3 ; % protein)

Parameter

A(0.0;37.0) B(1.5;37.2) C(3.0;37.1) D(4.4;37.2) E(2.1;30.3)

Komposisi Proksimat Ikan Awal Penelitian :

Protein 54.20 54.20 54.20 54.20 54.20

Lemak 25.44 25.44 25.44 25 .44 25.44

Abu 13.59 13.59 13.59 13.59 13.59

BETN 5.23 5.23 5.23 5.23 5.23

Serat Kasar 1.54 1.54 1.54 1.54 1.54

Komposisi Proksimat Ikan Akhir Penelitian :

Protein 49.08±0.26a 49.00 ±0.91a 51.31 ±0.06b 53.24 ±0.29c 53.24 ±0.35c Lemak 36.05±0.31c 37.07 ±0.40c 34.69 ±0.03b 31.19 ±0.21a 30.82 ±0.54a Abu 13.03±0.04 11.51 ±1.02 11.70 ±0.09 13.18 ±0.05 13.01 ±0.20 BETN 0.71 ±0.08 1.03 ±0.08 0.90 ±0.04 1.08 ±0.09 2.00 ±0.03 Serat Kasar 1.13 ±0.07 1.39 ±0.38 1.39 ±0.07 1.30 ±0.04 0.93 ±0.02 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata (p>0.05).

Kadar protein tubuh pada akhir penelitian mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya bobot tubuh selama pemeliharaan. Kadar protein tubuh kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan D(4.4 ppm Cr+3;37.2 %) tidak berbeda dengan E(2.1 ppm Cr+3;30.3 %) (p>0.05), tetapi keduanya lebih tinggi dibanding dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C(3.0 ppm Cr+3 ;37.1 %), B(1.5 ppm Cr+ 3;37.2 %) dan A(0.0 ppm Cr+3;37.0).

Nilai kandungan lemak tubuh ikan lebih banyak terdapat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B(1.5 ppm Cr+3;37.2 %) sama dengan A(0.0 ppm

Cr+3;37.0), tetapi keduanya lebih tinggi dibanding kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C(3.0 ppm Cr+3 ;37.1 %), dan D(4.4 ppm Cr+3;37.2 %) serta E(2.1 ppm Cr+3;30.3 %)3.0 pada tarap (p<0.05).

Pemberian kromium organik pada ikan bawal air tawar memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glikogen hati dan dagingnya (Tabel 4 dan Lampiran 11). Kadar glikogen hati tertinggi terdapat pada ikan yang mengkonsumsi pakan C (3.0 ppm Cr+3 ;37.1 %), sedangkan yang terendah terdapat pada ikan yang mengkonsumsi pakan A (0.0 ppm Cr+3;37.0). Kadar glikogen daging ikan yang mengkonsumsi kromium organik juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan yang tidak mengkonsumsi kromium organik. Kadar yang tertinggi terdapat pada ikan yang mengkonsumsi pakan D (4.4 ppm Cr+3;37.2 %).

Kadar lemak hati pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (3.0 ppm Cr+3 ;37.1 %) lebih rendah dari kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A maupun pakan yang mempunyai kadar kromium lebih tinggi ( D) atau lebih rendah (B dan E) (Tabel 4).

Konsentrasi RNA hati kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan yang mengandung kromium organik juga menga lami peningkatan yang nyata dibandingkan dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan tidak mengandung kromium organik. Demikian juga dengan konsentrasi DNA hati, pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan yang mengandung kromium organik konsentrasi DNAnya lebih tinggi dibanding kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan yang tidak mengandung kromium organik

Pemberian kromium organik juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasio RNA/DNA. Pada Tabel 4 dan Lampiran 12 terlihat bahwa kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (3.0 ppm Cr+ 3 ;37.1 %) memberikan rasio RNA/DNA lebih tinggi dari pada ikan yang mengkonsumsi pakan A, tetapi sama dengan ikan yang mengkonsumsi pakan B,D dan E. Sedangkan kadar kromium tubuh akhir kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan berkr omium lebih tinggi dibanding dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa kromium. Semakin tinggi pemberian kromium dalam pakan akan meningkatkan kadar kromium tubuh ikan.

Tabel 4 Kadar glikogen hati dan daging, kadar lemak hati, konsentrasi RNA, DNA dan rasio RNA/DNA di hati dan kadar kromium tubuh ikan bawal

air tawar yang dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan yang mengandung kromium. Pakan (ppm Cr+3 ; % protein) Parameter A(0.0;37.0) B(1.5;37.2) C(3.0;37.1) D(4.4;37.2) E(2.1;30.3) Kadar Glikogen (µ g/g) : Hati * 39.34 ± 0.61b 60.71 ± 0.23c 84.36± 0.24e 71.37 ± 0.14d 36.69± 0.47a Daging * 2.95 ± 0.23a 4.07 ± 0.06b 6.78 ± 0.34c 7.81 ± 0.33d 3.73± 0.08b Lemak Hati (%) : Awal 12.67 12.67 12.67 12.67 12.67 Akhir 48.11 49.37 38.48 49.35 43.45

Konsentrasi RNA, DNA Hati, Rasio RNA/DNA pada Akhir Penelitian (µg/g) :

RNA * 1142.63 ±27.79a 1287.62 ±65.35bc 1438.96 ±22.25d 1363.13 ±16.37cd 1251.03 ± 9.26b DNA* 944.73 ±22.71a 1048.10 ±12.50b 1124.81 ±16.03c 1104.17 ± 18.05c 1021.60 ±11.82b RNA/DNA** 1.21 ± 0.02a 1.23 ± 0.05ab 1.28 ± 0.02b 1.23 ± 0.01ab 1.22 ± 0.01ab Kadar Cr+3 Tubuh (ppm) : Awal 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 Akhir 0.39 ± 0.02 1.54 ± 0.48 2.91 ± 0.03 3.15 ± 0.03 1.26 ± 0.02 Keterangan : *) Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata (p>0.05).

**) Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.1).

Pengaruh pemberian Cr+3 pada ikan bawal air tawar juga dapat dilihat pada preparat histologis hati (Gambar 2). Preparat hati ikan bawal air tawar memperlihatkan bahwa jumlah hepatosit (sel hati) bervakuola berbeda. Ikan bawal air tawar yang mengkonsumsi pakan A, B, D me mpunyai jumlah hepatosit

bervakuola lebih banyak dibanding ikan yang mengkonsumsi pakan C. Ikan yang mengkonsumsi pakan C mempunyai jumlah sel yang lebih banyak dibanding dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A, B dan D pada luasan yang sama. Sedangkan pada ikan yang mengkonsumsi pakan E terlihat ukuran hepatosit mengalami pengecilan (tidak normal).

Keterangan : (tanda anak panah) menunjukkan hepatosit bervakuola dan inti. A1 : Awal penelitian A : (0.0 ppm Cr+3 ; 37.0 %) B : (1.5 ppm Cr+3; 37.2 %) C : (3.0 ppm Cr+3; 37.1 %) D : (4.4 ppm Cr+3; 37.2 %) E : (2.1 ppm Cr+3; 30.3 %)

Gambar 2 Preparat histologi hati ikan bawal air tawar awal penelitan dan setelah pemberian pakan yang mengandung kromium berbeda pada pembesaran 200x.

A1 A

B C

Pembahasan

Kromium (Cr+ 3) adalah mikromineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Peran utama kromium secara potensial adalah dalam interaksi antara insulin dan sel reseptor, hadir sebagai senyawa komplek yang disebut Glucose Tolerance Factor (GTF). GTF akan memacu aktivitas insulin dalam mentransfer glukosa dan asam amino ke dalam sel. (Vincent 2000; Cefalu et al. 2002; Southern, 2003). Kromium juga melalui kerja insulin berperan dalam metabolisme karbohidrat yaitu pada proses glikogenesis dan lemak pada proses lipogenesis (Shiau dan Chen, 1993; Shiau dan Lin, 1993; Shiau dan Liang, 1995; Underwood dan Suttle, 1999; Groff dan Gropper, 2000; Lall, 2002). Disamping itu kromium juga mempengaruhi sintesis asam nukleat (RNA) dan memainkan peranan dalam ekspresi gen (NRC, 1997; Xi et al. 2001; Mason, 2001; Sahin et al. 2002).

Respon ikan bawal air tawar terhadap pemberian kromium dalam bentuk organik menunjukkan adanya peningkatkan interaksi antara insulin dan sel reseptor (GTF). GTF akan memacu aktivitas insulin dalam mentransfer glukosa ke dalam sel, kemudian dirubah menjadi energi yang akan digunakan untuk sintesis protein dan pertumbuhan jaringan tubuh. Pemanfaatan karbohidrat pakan sebagai sumber energi dalam bentuk glukosa akan mampu menekan porsi protein pakan yang dikatabolisme menjadi energi, dan selanjutnya protein lebih banyak dikonversi (disintesis) untuk pertumbuhan.

Indikasi terjadinya sintesis protein ditunjukkan oleh data rasio RNA/DNA pada hati ikan bawal air tawar (Tabel 4). Meningkatnya rasio RNA/DNA menandakan terjadinya proses transkripsi yaitu salah satu tahapan dari ekspresi gen dimana terjadi transfer informasi genetik dari DNA ke dalam RNA. Selanjutnya informasi genetik tersebut diterjemahkan menjadi polipeptida (translasi RNA) yang merupakan model untuk sintesa protein (Yusuf, 2001). Meningkatnya konsentrasi RNA akan mempengaruhi rasio RNA/DNA dan akan meningkatkan potensi sintesis protein seperti yang terlihat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan berkromium 3.0 ppm Cr+ 3.

Pemberian kromium juga memberikan respon terhadap pembelahan sel pada ikan. Hal ini terlihat dari hasil histologi hati ikan (Gambar 2) yang menunjukkan adanya jumlah sel hati lebih banyak pada ikan yang mengkonsumsi pakan

berkromium dibanding dengan ikan yang mengkonsumsi pakan tanpa kromium pada luasan yang sama. Jumlah sel yang banyak pada akhirnya mempengaruhi konsentrasi DNA ikan (Tabel 4). Ikan yang mengkons umsi pakan berkromium konsentrasi DNAnya meningkat dengan meningkatnya kadar kromium sampai kadar tertentu kemudian turun kembali pada kadar kromium yang lebih tinggi.

Indikasi peningkatan sintesis protein juga terlihat dari nilai retensi protein (Tabel 2). Retensi protein adalah rasio pertambahan bobot tubuh dengan jumlah protein yang dikonsumsi. Selain itu retensi protein dapat pula menggambarkan kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan nutrien dalam pakan. Perbedaan kadar Cr+3 pakan memberikan nilai retensi protein yang berbeda pula. Nilai retensi meningkat sampai ka dar tertentu (3.0 ppm Cr+3) dan turun kembali pada kadar yang lebih tinggi. Meningkatnya nilai retensi protein mengindikasikan tingginya penggunaan protein pakan untuk dikonversi menjadi protein tubuh. Tingginya peluang terjadinya sintesis protein ini disebabkan oleh adanya peranan kromium yang mampu mengaktifkan kerja insulin dalam meningkatkan pemanfaatan energi non-protein seperti karbohidrat dan lemak pakan sebagai sumber energi metabolis. Semakin tinggi proses sintesis protein, maka akan meningkatkan kadar protein tubuh yang berlanjut pada peningkatan pertambahan bobot tubuh terjadi tetapi secara statistik tidak berbeda dengan A, namun nyata pada efisiensi pakan.

Nilai efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot tubuh dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (3.0 ppm Cr+3) mempunyai nilai efisiensi tertinggi (89.71 %), walaupun masih sama dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B (1.5 ppm Cr+3) dan D (4.4 ppm Cr+ 3). Kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C mempunyai pertambahan bobot yang lebih tinggi sedangkan pakan yang dikonsumsi lebih sedikit (Tabel 2). Nilai efisiensi pakan yang tinggi ini menunjukkan bahwa adanya pemberian kromium mampu memanfaatan energi yang terdapat dalam pakan terutama karbohidrat dan lemak pakan secara efisien untuk berbagai aktifitas hidup tanpa mngganggu porsi protein pakan yang digunakan untuk tumbuh. Indikasi rendahnya penggunaan protein sebagai sumber energi ditunjukkan oleh nilai ekskresi amonia yang rendah. Nilai ekskresi amonia menandakan adanya katabolisme protein menjadi energi baik yang berasal dari protein pakan maupun protein tubuh. Pemberian

kromium dalam pakan mampu menekan penggunaan protein sebagai sumber energi dan meningkatkan protein sparing effect dari karbohidrat dan/atau lemak. Fenomena-fenomena diatas ditemukan juga pada ikan gurame (O. gouramy L) yang diberi pakan mengandung 10. 0 ppm CrCl3.6H2O (Subandiyono et a l. 2003) dan Cr-organik dalam bentuk Cr-ragi pada pakan ikan gurame berkarbohidrat tinggi dan rendah yang mengandung 1.5 ppm Cr+ 3 (Subandiyono, 2004).

Fungsi lain kromium yang berkaitan dengan kinerja hormon insulin adalah memacu terjadinya proses glikogenesis. Glikogenesis adalah suatu proses pembentukan glikoge n sebagai energi cadangan yang berasal dari kelebihan glukosa sebagai sumber energi metabolis baik di organ hati maupun di otot (daging) yang dipacu oleh hormon insulin. Glukosa yang berasal dari hasil hidrolisa karbohidrat disaluran pencernaan dan masuk ke dalam darah sebagian dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam sel dan sebagain lagi disimpan sebagai energi cadangan dalam bentuk glikogen baik di hati maupun di daging. Indikasi terjadinya proses glikogenesis baik pada hati maupun pada daging terlihat pada hasil pengukuran kadar glikogen hati dan daging yang terdapat cukup tinggi. Pemberian Cr+3 akan memacu aktifitas hormon insulin dalam mengkonversi glukosa menjadi glikogen, sehingga akan meningkatkan kadar glikogen hati. Kadar glikogen hati meningkat sampai pada kadar tertentu (3.0 ppm Cr+3) dan kadarnya akan turun kembali dengan semakin meningkatnya kadar Cr+3 (Tabel 4). Demikian pula dengan kadar glikogen daging, kadarnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar kromium pakan, tetapi kadarnya lebih rendah dari pada di hati. Kadar glikogen di hati yang tinggi merupakan cadangan energi yang secara cepat dapat dipakai untuk mencukupi energi melalui proses glikogenolisis yang dibantu oleh hormon glukagon apabila suplai dari pakan berkurang. Fenomena yang sama diperoleh pada ikan gurame (O. gouramy L) yang diberi suplementasi kromium organik (Cr-ragi) akan meningkatkan kadar glikogen hati dan daging (Subandiyono, 2004) . Demikian pula pada ikan nila (O. niloticus) kadar glukosa tubuh meningkat dengan semakin meningkatnya kadar kromium organik pakan (Mokoginta, 2005).

Sebaliknya pengaruh kromium pada proses lipogenesis yaitu proses pembentukan lemak terutama pada hati dan jaringan adiposa yang berasal dari lemak pakan tidak terlihat jelas. Kadar lemak tubuh pada kelompok ikan yang

mengkonsumsi pakan berkromium seperti pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (3.0 ppm Cr+3), D (4.4 ppm Cr+3) dan E (2.1 ppm Cr+3; 30%) lebih rendah dari pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A (0.0 ppm Cr+3) yang sama dengan B (1.5 ppm Cr+3) (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan rendahnya sintesis lemak tubuh oleh ikan, karena sebagian besar lemak dipakai sebagai energi metabolis. Meningkatnya kinerja insulin dalam memobilisasi dan memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan energi cadangan (glikogen) mengakibatkan proses lipogenesis terutama di jaringan adiposa dan di hati menjadi lebih rendah. Indikasi lain rendahnya pengaruh kromium terhadap proses lipogenesis ditunjukkan pula oleh hasil analisis kadar lemak tubuh dan kadar lemak hati (Tabel 4). Kadar lemak tubuh dan kadar lemak hati pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B, D dan E hampir sama dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A (0.0 ppm Cr+3). Kadar lemak tubuh dan kadar lemak hati paling rendah justru terdapat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C (3.0 ppm Cr+3) yang menghasilkan nilai retensi protein tertinggi. Hasil yang sama juga diperoleh Pan et al. (2003) terhadap juvenil ikan tilapia hibrida (O. niloticus x O. aureus) yang diberi jenis karbohidrat berbeda (glukosa dan dekstrin) ditambah 2 mg Cr/kg pakan dalam bentuk kromium pikolinat (Cr-Pic) menghasilkan kadar lemak tubuh tidak berbeda dibanding dengan tanpa Cr-Pic.

Pemberian kromium pada kadar yang lebih tinggi tidak selalu memberikan respon biologis yang lebih baik, namun dapat sama atau bahkan berakibat sebaliknya (Underwood dan Suttle, 1999; Groff dan Gropper, 2000; Lall, 2002; Subandiyono, et a l. 2003; Subandiyono, 2004). Pemberian kromium yang lebih tinggi seperti pada pakan dengan kadar 4.4 ppm Cr+3 cenderung menurunkan protein yang teretensi, pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan dibanding pemberian kromium pada pakan dengan 3.0 ppm Cr+3 (Tabel 2). Selain itu, peningkatan mineral esensial Cr+3 dapat meneka n fungsi biologis salah satu mineral esensial lainnya yang menggunakan agen pembawa (carrier) yang sama, dan dalam hal ini adalah transferin yang berperan sebagai carrier ion Fe+3. Kapasitas transferin mengikat Fe+3 hanya 30% dan umumnya terdapat logam jenis lain dengan muatan dan fungsi yang serupa (Vincent, 2000). Cr+3 merupakan logam yang potensial memanfaatkan fasilitas tersebut. Hastuti (2004) mendapatkan bahwa ikan gurame

yang mengkonsumsi pakan dengan kadar kromium yang lebih tinggi (4.9 ppm Cr+3) akan menekan kadar Fe+ 3 darah. Selain itu, kadar kromium yang lebih tinggi juga menekan fungsi berbagai mineral lain dalam saluran pencernaan pada proses penyerapan nutrien, misalnya Na+3 pada sistem pompa sodium (sodium pump), sehingga menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah.

Pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan E (2.1 ppm Cr+3 ;protein 30.3 %) menunjukkan respon biologis seperti perolehan bobot, laju pertumbuhan harian dan efisiensi penggunaan pakan yang lebih rendah dibanding dengan kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan A, B, C dan D. Selain kadar kromium yang kurang, kelompok ikan ini juga mengkonsumsi pakan dengan kadar protein yang lebih rendah dibawah kebutuhan optimal ikan bawal air tawar seperti yang diperoleh dalam penelitian Adelina et a l. (2000) yang dijadikan acuan pada penelitian ini. Jumlah protein yang dikonsumsi terbatas sehingga tidak mencukupi porsi protein untuk pertumbuhan optimal walaupun energi dalam pakan tinggi. Apabila ketersediaan protein dalam pakan tidak mencukupi maka pertumbuhan ikan akan berkurang ata u terjadi penurunan bobot tubuh, karena protein dalam jaringan tubuh akan dimanfaatkan kembali untuk mempertahankan fungsi jaringan yang lebih penting (NRC, 1993).

Berdasarkan dari hasil evaluasi berbagai respon biologis diatas, maka ikan bawal air tawar mampu memanfaatkan karbohidrat pakan dengan baik sehingga meningkatkan retensi protein pada dosis 3.0 ppm Cr+ 3.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Ikan bawal air tawar mampu memanfaatkan karbohidrat pakan lebih efisien sehingga meningkatkan retensi protein dan efisiensi pakan pada kadar kromium organik 3.0 ppm Cr+3.

Saran

Pembesaran ikan bawal air tawar dengan ukuran rata-rata 12 g, hendaknya menggunakan formulasi pakan dengan menambahkan kromium pada kadar optimum 3.0 ppm Cr+3.

Dokumen terkait