• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai rataan dan simpangan baku pengaruh pemberian tepung daun sembung

terhadap rataan bobot akhir, persentase bobot karkas dan organ dalam broiler umur 5 minggu dapat dilihat pada Tabel 9.

Bobot Hidup Akhir

Rataan bobot hidup akhir (g/ekor) berdasarkan hasil penelitian adalah 1.174,67 (R0), 1.196,5 (R1), 1.280,5 (R2), 1.156,5 (R3), 1.161,17 (R4). Bobot akhir ayam penelitian ini masih berada di bawah bobot normal untuk bobot badan ayam broiler strain Ross umur 5 minggu yaitu 1.919 g/ekor (Ross Breeders, 2007). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingkat konsumsi ayam penelitian yang rendah yaitu berkisar 2.114,37-2.171,63 g/ekor dibandingkan dengan konsumsi standar strain Ross sampai umur 5 minggu sebesar 3.039 g/ ekor (Ross Breeders, 2007), sehingga asupan nutrisi dalam tubuh ayam tidak tercukupi. Rendahnya tingkat konsumsi ayam dapat disebabkan karena suhu lingkungan penelitian yang tinggi. Rasyaf (2003) mengemukakan bahwa faktor pendukung pertumbuhan ayam adalah kualitas dan kuantitas makanan, suhu serta manajemen pemeliharaannya.

Tabel 9. Rataan Bobot Hidup Akhir, Persentase Bobot Karkas dan Organ

Dalam Broiler Umur 5 Minggu

Peubah R0 R1 R2 R3 R4 Bobot Hidup Akhir (g/ekor) 1.174,67 ±95,26 1.196,5 ±43,12 1.280,5 ±38,00 1.156,5 ±40,16 1.161,17 ±62,54 Bobot Karkas (%) 61,46 ±0,43 60,78 ±0,46 63,16 ±3,77 61,38 ±1,02 61,14 ±1,73 Bobot Jantung (%) 0,50 ±0,02 0,48 ±0,06 0,46 ±0.07 0,49 ±0,04 0,50 ±0,03 Bobot Hati (%) 2,72 A ±0,10 2,49AB ±0,16 2,27B ±0.10 2,47AB ±0,15 2,31B ±0,06 Bobot Pankreas (%) Bobot Limpa (%) 0,32 ±0,06 0,136 ±0,042 0,31 ±0,06 0,140 ±0,016 0,33 ±0.11 0,128 ±0,009 0,30 ±0,03 0,133 ±0,041 0,32 ±0,03 0,116 ±0,030

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) R0 = ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick), R1 = ransum R0+ vitachick yang mengandung antibiotik bacitracin MD dalam air minum, R2 = ransum mengandung tepung daun sembung 2%, R3 = ransum mengandung tepung daun sembung 4%, R4 = ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Nilai rataan dan simpangan baku pengaruh pemberian tepung daun sembung terhadap persentase panjang, bobot usus halus dan lemak abdomen broiler umur 5 minggu dapat dilihat pada Tabel 10.

Suhu minimum dan maksimum kandang penelitian setiap minggu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Suhu Rata-Rata Kandang Penelitian Setiap Minggu Suhu Rata-Rata Kandang Penelitian

Tabel 10. Persentase Panjang, Bobot Usus Halus dan Lemak Abdomen Broiler Umur 5 Minggu

Peubah R0 R1 R2 R3 R4 Panjang Duodenun (cm/kg) 26,33 ±1,99 26,66 ±2,39 25,07 ±2,77 25,56 ±1,84 27,78 ±2,40 Panjang Jejunum (cm/kg) 66,73 ±2,19 69,90 ±7,86 63,90 ±6,64 67,21 ±7,36 71,53 ±7,07 Panjang Ileum (cm/kg) 66,09 ±3,33 74,26 ±7,18 65,18 ±5,38 67,99 ±9,87 69,55 ±2,20 Bobot Duodenum (%) 0,61 ±0,05 0,77 ±0,11 0,69 ±0,08 0,72 ±0,08 0,75 ±0,12 Bobot Jejunum (%) 1,50bc ±0,10 1,52 ab ±0,10 1,27 c ±0,11 1,49bc ±0,16 1,74a ±0,13 Bobot Ileum (%) 1,15 ±0,07 1,29 ±0,10 1,22 ±0,21 1,23 ±0,18 1,25 ±0,11 Bobot Lemak abdomen (%) 1,77a ±0,26 1,54 ab ±0,16 1,93a ±0,27 1,87a ±0,18 1,33b ±0,21

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

R0 = ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick), R1 = ransum R0+ vitachick yang mengandung antibiotik bacitracin MD dalam air minum, R2 = ransum mengandung tepung daun sembung 2%, R3 = ransum mengandung tepung daunsembung 4%, R4 = ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Minggu Suhu Minimum (oC) (Pagi Hari) Suhu Maksimum (oC) (Siang Hari) 1 24,8 32,7 2 25,0 30,4 3 25,3 30,8 4 25,6 32,8 5 24,3 31,9 Rata-Rata 25 31,72

Minggu pertama dan kedua ayam memerlukan sumber panas untuk mempertahankan hidupnya, yaitu sekitar 32oC (PT. Charoen Pokphand, 2005). Minggu ketiga sampai akhir pemeliharaan zona suhu nyaman ayam adalah 25oC denan kelembaban relative 60% (PT. Charoen Pokphand, 2005).

Tabel 11 menunjukkan bahwa suhu minimum pada pai hari yaitu 25oC, dan suhu maksimum pada siang hari 31,72oC. Suhu kandang yang tinggi pada minggu ketiga sampai minggu terakhir pemeliharaan menyebabkan stress panas pada ayam, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Stress akan berhubungan langsung dengan beberapa kelainan metabolisme dalam tubuh. Cekaman merupakan kondisi dimana kesehatan ternak terganggu disebabkan oleh adanya kekuatan lingkungan yang secara terus menerus terjadi pada hewan dan mengganggu proses homeostasis (Scott et al., 1982). Cekaman panas yang panjang akan menyebabkan penurunan produksi hormon tiroksin sehingga konsumsi pakan menjadi rendah dan menyebabkan pertumbuhan terhambat sehingga produksi menurun (Haryanto,1996). Peningkatan suhu lingkungan dapat menyebabkan terjadinya penimbunan panas tubuh yang harus dikeluarkan. Pada unggas termasuk ayam broiler, pengeluaran panas akan terbatas karena adanya bulu serta tidak aktifnya kelenjar keringat. Oleh karena itu, broiler akan mengurangi konsumsi pakan untuk mengurangi penimbunan panas dalam tubuh yang berakibat pada penurunan pertumbuhan (Kusnadi, 2004).

Analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan ransum tidak nyata mempengaruhi bobot hidup ayam broiler umur 5 minggu (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sembung (2, 4 dan 6%) serta pemberian antibiotik sintesis tidak memberikan dampak terhadap peningkatan bobot hidup ayam broiler. Hal ini kemungkinan disebabkan bahan aktif dalam daun sembung belum efektif dalam memacu pertumbuhan. Basitrasin dalam R1 dengan dosis 100 mg/l (sampai minggu ke-3) dan 58,3 mg/l pada minggu ke-4, belum mampu membunuh bakteri dalam saluran pencernaan.

Penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan melalui pakan dapat meningkatkan efisiensi produksi ternak, hal ini dikarenakan terdapat beberapa efek dari penggunaan antibiotik antara lain meningkatkan sintesis nutrien dan menghambat kerusakan nutrien oleh mikroba, menghambat pertumbuhan

mikroorganisme yang memproduksi amonia dan nitrogen toksik di dalam saluran pencernaan, meningkatkan kemampuan mengabsorbsi zat makanan, efisiensi pakan, dan mencegah penyakit pada saluran pencernaan (Leeson dan Summer, 2001).

Bobot badan optimal hanya didapat bila ayam sehat dan tidak ada gangguan bibit penyakit. Ransum yang mengandung 2% tepung daun sembung (R2) memiliki kecenderungan bobot akhir paling tinggi dengan persentase pertambahan bobot akhir sebesar 9% dari bobot akhir ransum kontrol (R0). Ditinjau dari segi biologis, hal ini dapat disebabkan oleh tanin dan saponin dalam daun sembung sebagai senyawa antibakteri. Menurut Robinson (1995), tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen, sehingga penyerapan zat-zat makanan menjadi lebih sempurna dan saluran pencernaan ayam broiler dapat bekerja secara optimal. Kecenderungan penurunan bobot akhir pada level 6% tersebut, diduga karena adanya akumulasi senyawa tanin dan saponin dalam tubuh ayam. Kandungan saponin dan tanin pada ransum yang mengandung tepung daun sembung sebesar 6% sebesar 4,25 g/kg dan 2,98 g/kg. Kandungan saponin dan tanin dalam ransum tersebut sudah melebihi batas toleransi yang direkomendasikan oleh FAO (2005) yaitu sebesar 3,7 g/kg untuk saponin dan 2,6 g/kg untuk tanin (Kumar et al., 2005). Bobot hidup ayam penelitian umur 5 minggu diilustrasikan pada Gambar 4.

Keterangan : R0: Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

R1 : Ransum R0 + vitachick yang mengandung bacitracin MDdalam air minum  R2 : Ransum mengandung tepung daun sembung 2%

R3 : Ransum mengandung tepung daun sembung 4% R4 : Ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Gambar 4. Bobot Hidup Ayam Penelitian Umur 5 Minggu

Senyawa tanin dan saponin pada umur tersebut sudah tidak berfungsi lagi sebagai senyawa antibakteri. Tanin dengan konsentrasi tinggi apabila berada dalam tubuh ternak cukup lama dapat mengikat mineral dan protein yang menyebabkan metabolisme tubuh broiler terganggu sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat (Cheeke, 1989). Hal ini mengindikasikan bahwa tanin menyebabkan presipitasi protein, sehingga protein yang dapat diserap hanya sedikit.

Persentase Bobot Karkas

Persentase bobot karkas broiler yang didapatkan berkisar antara 60,78- 63,16% dari bobot hidup. Persentase bobot karkas tersebut masih lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Hakim (2005), bahwa berat karkas ayam broiler strain Ross umur 35 hari sebesar 65,3% pada perlakuan kontrol dengan ransum basal berbasis bahan baku jagung dan bungkil kedelai , akan tetapi masih sesuai dengan hasil penelitian Pesti dan Bakalli (1997) yaitu 60,52-69,91%.

Hal ini diduga karena rendahnya konsumsi pakan sehingga mayoritas nutrien yang terkandung dalam pakan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan tidak mencukupi untuk pemenuhan produksi termasuk pembentukan daging. Persentase karkas biasanya meningkat sesuai dengan meningkatnya bobot hidup (Soeparno, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas yaitu bobot hidup, perlemakan, jenis kelamin, umur, aktivitas, jumlah dan kualitas ransum (Diwyanto et al., 1979). Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sembung dengan dosis 2, 4, dan 6 % tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap persentase bobot karkas, namun secara nomerik ada peningkatan bobot karkas pada ransum yang mengandung tepung daun sembung 2% (R2) sebesar 2,77% dari R0. Ditinjau dari segi biologis, hal ini dapat disebabkan oleh saponin dalam daun sembung sebagai senyawa antibakteri. Menurut Dalcon Bioteknik Ltd (2001) saponin selain sebagai penghambat perkembangan bakteri patogen, juga dapat menghambat enzim urease. Terhambatnya bakteri patogen dan aktivitas enzim urease menyebabkan semakin sedikit protein atau asam amino yang dirombak menjadi ammonia dan air, sehingga protein atau asam amino yang ada dalam pakan dapat

dimanfaatkan lebih baik untuk pembentukan daging. Persentase bobot karkas ayam penelitian pada umur 5 minggu diilustrasikan pada Gambar 5.

Keterangan : R0: Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

R1 : Ransum R0 + vitachick yang mengandung bacitracin MDdalam air minum  R2 : Ransum mengandung tepung daun sembung 2%

R3 : Ransum mengandung tepung daun sembung 4% R4 : Ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Gambar 5. Persentase Bobot Karkas Ayam Penelitian Umur 5 Minggu Persentase Bobot Hati

Persentase bobot hati ayam penelitian yang didapatkan berkisar 2,27-2,72%. Persentase bobot hati yang diperoleh masih sesuai dengan yang dilaporkan oleh Putnam (1991) yaitu 1,70-2,80% dari bobot hidup.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian daun sembung sangat nyata (P< 0,01) mempengaruhi persentase bobot hati ayam broiler penelitian (Tabel 9). Pemberian tepung daun sembung 2% (R2) dan 6% (R4) sangat nyata (P<0,01) menurunkan persentase bobot hati ayam dibandingkan perlakuan kontrol (R0). Perlakuan R1 dan R3 dapat menurunkan persentase bobot hati, namun tidak nyata dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sembung hingga taraf 2% sangat efektif membantu kerja hati dalam detoksifikasi zat-zat yang berbahaya yang mengakibatkan berat hati semakin kecil dibandingkan kontrol. Selain itu, hati ayam penelitian memperlihatkan tanda-tanda fisik yang normal dengan memperlihatkan warna coklat kemerahan dengan ujung-ujung gelambir yang lancip. Menurut McLelland (1990), hati yang normal berwarna coklat kemerahan sampai coklat terang dengan ujung gelambir lancip, sedangkan hati yang mengalami

kelainan diperlihatkan dengan ukuran hati yang membesar, pembentukan empedu yang gagal dan kadar lemak yang tinggi. Penampilan hati ayam umur 5 minggu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Penampilan Hati Ayam Penelitian Umur 5 Minggu

Saponin dan tanin yang terkandung dalam pakan membantu kerja hati dalam detoksifikasi racun dengan menghambat dan membunuh bakteri penghasil racun di saluran pencernaan, sehingga darah yang membawa nutrien yang mengalir dari saluran pencernaan melewati hati sudah tidak mengandung racun. Persentase bobot hati ayam penelitian umur 5 minggu dapat dilihat pada Gambar 7.

Keterangan : R0 : Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

R1 : Ransum R0 + vitachick yang mengandung bacitracin MDdalam air minum  R2 : Ransum mengandung tepung daun sembung 2%

R3 : Ransum mengandung tepung daun sembung 4% R4 : Ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Gambar 7. Persentase Bobot Hati Ayam Penelitian Umur 5 Minggu

sel-sel hati, sebelum memasuki sirkulasi umum. Hal ini dimasudkan agar nutrien dapat dimodifikasi dan disimpan dalam hati serta detoksifikasi terhadap zat-zat yang berbahaya yang telah terserap dari saluran pencernaan (Frandson, 1992). Bobot hati akan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, spesies dan jenis kelamin. Bobot hati juga dipengaruhi oleh bakteri patogen yang biasanya mengakibatkan pembengkakan hati (Sturkie , 1976).

Daun sembung mengandung senyawa antibakteri seperti saponin dan tanin. Tanin adalah polimer fenolik yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal dengan astringent. Cara kerja antimikroba tanin mungkin berhubungan dengan kemampuan dalam menginaktivasi aldhesin mikroba. Target yang mungkin pada sel mikroba adalah adhesin (molekul untuk menempel pada inang) yang terdapat pada permukaan sel, polipeptida dinding sel dan enzim yang terikat pada membran sel (Viata,2005). Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi sebagai antibakteri dengan mengkaugulasikan protoplasma bakteri karena terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri (Robinson, 1995). Saponin merupakan zat yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel. Dinding sel bakteri akan pecah atau lisis apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri (Robinson, 1995).

Persentase Bobot Jantung

Rataan persentase bobot jantung hasil penelitian yang diperoleh antara 0,46- 0,50% (Tabel 9). Hasil yang diperoleh masih berada dalam kisaran yang dinyatakan Putnam (1991) yaitu 0,42-0,570%.

Jantung merupakan organ vital yang berfungsi dalam sirkulasi darah dan sangat rentan terhadap racun dan zat antinutrisi. Penyumbatan pembuluh darah akibat tingginya kolesterol dalam ransum dapat menyebabkan pembesaran ukuran jantung karena meningkatnya kerja otot jantung dan akibat fatalnya adalah terjadi kematian (Retnoadiati, 2001). Pembesaran ukuran jantung biasanya juga disebabkan adanya penambahan jaringan otot jantung. Dinding jantung mengalami penebalan, sedangkan ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan. Bobot jantung tergantung pada jenis, umur, besar dan pekerjaan hewan (Ressang, 1984). Persentase bobot jantung ayam penelitian umur 5 minggu

diilustrasikan pada Gambar 8.

Keterangan : R0: Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

R1 : Ransum R0 + vitachick yang mengandung bacitracin MDdalam air minum  R2 : Ransum mengandung tepung daun sembung 2%

R3 : Ransum mengandung tepung daun sembung 4% R4 : Ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Gambar 8. Persentase Bobot Jantung Ayam Penelitian Umur 5 Minggu

Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan ransum tidak menyebabkan perbedaan terhadap persentase bobot jantung. Hal ini menunjukkan bahwa daun sembung tidak mengandung racun serta kandungan tanin dan saponin sebesar 0,43% dan 2,98% dalam ransum penelitian belum menjadi zat yang dapat menyebabkan kontraksi yang berlebihan pada otot jantung. Cheeke (1989) menyatakan bahwa kandungan tanin dalam ransum sebesar 1% akan menekan pertumbuhan ayam broiler dan pada level 5% dapat menyebabkan kematian pada ayam. Hasil tersebut memberikan indikasi bahwa penambahan tepung daun sembung sampai 6 % ke dalam ransum tidak berpengaruh negatif pada fungsi jantung ayam broiler.

Persentase Bobot Pankreas

Rataan persentase bobot pankreas ayam broiler umur 5 minggu yang diperoleh pada penelitian ini berkisar 0,30-0,33% dari bobot hidup atau 3,44-3,74 g. Bobot pankreas yang didapat masih sesuai dengan hasil yang dilaporkan Sturkie (1976) yaitu 2,5-4,0 g. Persentase bobot pankreas ayam penelitian umur 5 minggu diilustrasikan pada Gambar 9.

Semua ransum perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan persentase bobot pankreas. Hal ini diduga karena kemampuan saponin dan tanin yang mengikat lemak dan protein. Lemak yang terikat oleh saponin dan protein yang terikat oleh tanin di dalam duodenum tidak dapat dipecah oleh enzim lipase dan protease dari pankreas dan langsung dikeluarkan bersama feses. Saponin dan tanin diduga menurunkan aktivitas enzim-enzim pencernaan sehingga diperlukan peningkatan produksi enzim agar proses pencernaan dapat berjalan dengan normal. Peningkatan bobot pankreas merupakan salah satu bentuk adaptasi untuk mencukupi kebutuhan enzim pencernaan yang meningkat. Salah satu fungsi pankreas adalah menghasilkan enzim- enzim lipolitik, amilolitik dan proteolitik (Pilliang dan Djojosoebagio, 2006).

Keterangan : R0: Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

R1 : Ransum R0 + vitachick yang mengandung bacitracin MDdalam air minum  R2 : Ransum mengandung tepung daun sembung 2%

R3 : Ransum mengandung tepung daun sembung 4% R4 : Ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Gambar 9. Persentase Bobot Pankreas Ayam Penelitian Umur 5 Minggu Kadar tanin yang tinggi dalam ransum juga dapat menyebabkan pembesaran pankreas. Pembesaran pankreas diduga sebagai respon kerja pankreas terhadap tanin. Cheeke (1989) menyatakan bahwa kandungan tanin dalam ransum sebesar 1% akan menekan pertumbuhan ayam broiler dan pada level 5% dapat menyebabkan kematian pada ayam. Lebih lanjut ditekankan oleh Ahmad et al. (1990) dalam Aliyani (2002) bahwa pemberian tanin sebanyak 1,35% ke dalam ransum ayam broiler belum berpengaruh terhadap bobot pankreas, namun bila dosisnya dinaikkan menjadi 2,5% maka akan terjadi pembesaran pankreas. Kandungan tanin pada

ransum penelitian dengan level 6% tepung daun sembung sebesar 0,3% sehingga belum mengakibatkan pembesaran pankreas.

Persentase Bobot Limpa

Rataan persentase bobot limpa hasil penelitian yang diperoleh yaitu antara 0,116-0,140% dari bobot hidup (Tabel 9). Persentase bobot limpa ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Putnam (1991) yaitu 0,18-0,23% dari bobot hidup.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sembung tidak menyebabkan perbedaan persentase bobot limpa. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi zat anti nutrisi dalam tepung daun sembung belum sampai menyebabkan gangguan atau penyakit pada ayam. Sebagaimana pernyataan Ressang (1984) bahwa salah satu fungsi limpa adalah membentuk zat limfosit yang berhubungan dengan antibodi. Limpa akan membentuk sel limfosit untuk membentuk antibodi apabila ransum toksik, mengandung zat antinutrisi maupun penyakit. Aktivitas limpa ini mengakibatkan limpa semakin membesar atau semakin mengecil ukurannya karena limpa terserang penyakit atau benda asing tersebut. Persentase bobot limpa ayam penelitian umur 5 hari diilustrasikan pada Gambar 10.

Keterangan : R0: Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

R1 : Ransum R0 + vitachick yang mengandung bacitracin MDdalam air minum  R2 : Ransum mengandung tepung daun sembung 2%

R3 : Ransum mengandung tepung daun sembung 4% R4 : Ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Gambar 10. Persentase Bobot Limpa Ayam Penelitian Umur 5 Minggu

bersifat racun pada limpa adalah dengan cara menyaring keluar jaringan dan sebagai makrofag yang memakan bakteri, oleh karena itu berarti mengontrol kemungkinan- kemungkinan timbulnya infeksi. Tizard (1988) melaporkan bahwa limpa responsif terhadap stimulasi antigen dan berfungsi mengumpulkan sel peka antigen sehingga dapat meningkatkan kekebalan pada ternak.

Panjang Relatif Duodenum, Jejunum dan Ileum

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sembung tidak menyebabkan pemanjangan maupun pemendekan duodenum, jejunum dan ileum yang nyata. Hal ini diduga karena kadar serat kasar dalam ransum perlakuan masih berada dalam kisaran normal yaitu 2,53-2,79%. Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, namun panjang relatif duodenum, jejunum dan ileum yang diberi tepung daun sembung 6% lebih panjang jika dibandingkan dengan panjang duodenum yang diberi tepung sembung sebanyak 2% dan 4 % serta ransum kontrol. Hal ini kemungkinan disebabkan karena semakin tingginya kadar tepung daun sembung sehingga kerja duodenum semakin berat dalam proses penyerapan. Panjang relatif usus halus ayam penelitian dapat diilustrasikan pada Gambar 11.

Keterangan : R0: Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

R1 : Ransum R0 + vitachick yang mengandung bacitracin MDdalam air minum  R2 : Ransum mengandung tepung daun sembung 2%

R3 : Ransum mengandung tepung daun sembung 4% R4 : Ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Gambar 11. Panjang Relatif Usus Halus Ayam Penelitian Umur 5 Minggu Semakin intensif proses penyerapan dapat menyebabkan bertambahnya kerja

duodenum sehingga membuat duodenum bertambah panjang. Menurut Syamsuhaidi (1997) peningkatan kadar serat kasar dalam ransum cenderung akan memperpanjang usus. Semakin tinggi kadar serat kasar, maka laju pencernaan dan penyerapan zat makanan akan semakin lambat, sehingga untuk memaksimalkan penyerapan zat makanan tersebut, maka daerah penyerapan akan diperluas atau diperpanjang. Menurut Akoso (1998) ransum yang memerlukan penyerapan secara intensif akan memperluas permukaan usus dengan mempertebal dinding atau memperpanjang usus tersebut sehingga banyak zat nutrisi yang terserap.

Persentase Bobot Duodenum, Jejunum dan Ileum

Usus merupakan organ yang berfungsi dalam penyerapan zat-zat makanan di dalam tubuh. Akoso (1998) menyatakan bahwa usus selain sebagai penggerak aliran pakan juga untuk meningkatkan penyerapan sari makanan. Persentase bobot usus halus ayam penelitian diilustrasikan pada Gambar 12.

Keterangan : R0: Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

R1 : Ransum R0 + vitachick yang mengandung bacitracin MDdalam air minum  R2 : Ransum mengandung tepung daun sembung 2%

R3 : Ransum mengandung tepung daun sembung 4% R4 : Ransum mengandung tepung daun sembung 6%

Gambar 12. Persentase Bobot Usus Halus Ayam Penelitian Umur 5 Minggu. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sembung tidak menyebabkan meningkatnya bobot duodenum dan ileum, namun pemberian 6% daun sembung nyata (P<0,05) meningkatkan bobot jejunum. Hal ini disebabkan karena proses pencernaan enzimatis dan penyerapan paling besar terjadi di jejunum (Amrullah, 2003 ) dan pada level 6% mengandung saponin yang tinggi. Micelles

lemak dan triglisireda rantai pendek dan medium diabsorbsi langsung ke dalam mukosa jejunum (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).

Senyawa saponin pada umur tersebut sudah tidak berfungsi lagi sebagai senyawa antibakteri. Saponin mampu mempengaruhi penyerapan lemak karena berikatan dengan asam empedu dan kolesterol membentuk micelles di saluran pencernaan (Cheeke,1989). Ukuran micelles yang terbentuk terlalu besar sehingga tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan (Abadi, 2004), serta saponin mampu menurunkan aktivasi enzim lipase dalam menghidrolisis lemak. Tingginya persentase bobot jejunum tersebut terjadi karena emulsi lemak dalam usus tidak sempurna, sehingga di dalam usus tersebut akan banyak terdapat lemak yang belum teremulsi dan bobot usus akan meningkat.

Persentase Lemak Abdomen

Persentase lemak abdomen yang diperoleh dengan pemberian tepung daun sembung sebesar 1,33-1,93% dari bobot hidup (Gambar 13). Persentase ini lebih kecil dari pernyataan North dan Bell (2002), bahwa persentase lemak abdomen ayam berkisar antara 2,64-3,3% dari bobot hidup. Persentase lemak abdomen mengalami penurunan seiring dengan semakin besar dosis daun sembung yang diberikan. Lemak abdomen tertinggi dihasilkan dengan pemberian 2% tepung daun sembung yaitu 1,93% dan terendah pada pemberian 6% yaitu sebesar 1,33%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun sembung menyebabkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap persentase lemak abdomen. Perlakuan R4 nyata (P<0,05) menurunkan persentase bobot lemak abdomen dibandingkan dengan R0, namun R2 dan R3 belum mampu menurunkan persentase bobot lemak abdomen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian daun sembung 6% dalam ransum dapat menurunkan persentase lemak abdomen. Penurunan persentase lemak abdomen diduga disebabkan karena adanya kandungan saponin pada ransum. Saponin mampu mempengaruhi penyerapan lemak karena berikatan dengan asam empedu dan kolesterol membentuk micelles disaluran pencernaan (Cheeke,1989). Ukuran micelles yang terbentuk terlalu besar sehingga tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan dan langsung dikeluarkan bersama feses (Abadi, 2004). Sebelum melakukan tugas membantu penyerapan asam lemak, asam empedu sudah terikat oleh saponin dan dikeluarkan dari tubuh bersama feses. Oleh karena itu,

semakin banyak saponin maka semakin banyak lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. Selain itu saponin diduga menekan aktivasi enzim lipase. Enzim lipase pankreas adalah enzim yang diproduksi sel acinar yang berfungsi menghidrolisis trigliserida dari makanan dalam usus menjadi 2 monogliserida dan 2 asam lemak rantai panjang yang kemudian ditransfer menuju permukaan mikrovilli untuk diserap pembuluh darah. Jika aktivitas enzim lipase pankreas meningkat, akan meningkatkan penyerapan monogliserida dan asam lemak yang dapat memacu obesitas. Namun dengan terhambatnya aktivitas enzim lipase dalam menghidrolisis trigliserida menjadi 2 monogliserid dan 2 asam lemak rantai panjang maka absorpsi lemak akan terhambat dan meningkatkan ekskresi lemak lewat feses (Rahardjo et al., 2005)

Keterangan : R0: Ransum kontrol (tanpa daun sembung dan tanpa vitachick)

Dokumen terkait