• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Banjir di Desa Pengidam Kecamatan Bandar Pusaka Kabupaten Aceh Tamiang

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

Pengetahuan mempunyai peranan besar dalam perubahan perilaku. Rogers (1995) menjelaskan lebih terinci berbagai variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup: (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type

of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4)

kondisi sistem sosial (nature of social sistem), dan (5) peran agen perubah (change agents).

Dari pertanyaan yang Penulis ajukan, mayoritas responden mengetahui pengertian dari banjir, yaitu sebanyak 96 (97,0%) responden, dan mayoritas responden tidak mengetahui penyebab banjir di Desa Pengidam yaitu sebanyak 81 (81,8%) responden.

Dari hasil jawaban responden tersebut, didapati hasil penelitian tentang variabel pengetahuan, responden terhadap kesiapsiagan kepala keluarga dalam menghadapi banjir dengan kategori lebih banyak responden mempunyai kategori pengetahuan cukup yaitu sebanyak 43 orang (43.4%) Hasil analisis Spearman

Correlation menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kpengetahuan

dengan kesiapsiagaan kepala keluarga dalam menghadapi bencana banjir. Dengan melihat pada hasil uji statistik dapat dijelaskan semakin tinggi pengetahuan keluarga, maka akan semakin baik pula kesiapsiagaannya dalam menghadapi banjir.

Hal ini sesuai dengan penelitian Saida (2012), yang meneliti tentang pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir di Desa Kadungrejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Pengetahuan masyarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir tinggi. Dapat dilihat bahwa hampir 92 % responden yaitu 88 orang tahu tentang upaya pengurangan dampak banjir, (2) Sikap mayarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir juga tinggi. Dilihat dari hasil penelitian bahwa hampir 84 orang atau 87,5 % responden menjawab setuju. (3) Tindakan mayarakat terhadap upaya pengurangan dampak banjir yaitu pembenahan atap rumah, membuat perahu sederhana / membuat “gethekan” (perahu) dari bambu sederhana, mempertinggi tanggul sungai (tangkis), persiapan obat – obatan, memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi, membuat gubuk untuk tempat berlindung, membuat saluran air / membuat sumur resapan / membuat gorong – gorong dan melestarikan lingkungan.

5.2. Pengaruh Sikap terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat di Kawasan Rawan Banjir di Desa Pengidam Kecamatan Bandar Pusaka Kabupaten Aceh Tamiang

Menurut Wahid (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya.

Cardno dalam Notoatmodjo (2003), membatasi sikap sebagai hal yang memerlukan predisposisi yang nyata dan variabel disposisi lain untuk memberi respons terhadap objek sosial dalam interaksi dengan situasi dan mengarahkan serta memimpin individu dalam bertingkah laku secara terbuka.

Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaan dan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, akan tetapi sebagai salah satu predisposisi tindakan untuk perilaku. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional.

Dari jawaban terhadap pertanyaan yang penulis ajukan didapati hasil bahwa mayoritas responden sangat setuju jika kesepakatan terhadap tempat evakuasi dalam situasi darurat merupakan hal penting dalam kesiapsiagaan yaitu sebanyak 24 (24.2%) responden. Mayoritas responden setuju jika Kesepakatan terhadap tempat evakuasi dalam situasi darurat merupakan hal penting dalam kesiapsiagaan yaitu sebanyak 39 (39.4%) responden. Mayoritas responden ragu - ragu jika menyiapkan

pelampung bagi anggota keluarga merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan dalm penanganan bencana banjir yaitu sebanyak 70 (70.7%) responden. Mayoritas responden tidak setuju jika Penerangan alternatif, wajib di disiapkan untuk menghadapi bencana banjir yaitu sebanyak 50 (50.5%) responden. Mayoritas responden sangat tidak setuju jika Keluarga perlu menyimpan nomor telephone PLN, PDAM dan petugas kesehatan terdekat. 1 (1.0%) responden.

Mayoritas responden sangat setuju menyiapkan pelampung, hal ini dikarenakan, bahwa rata – rata masyarakat telah mempunyai ban atau sampan sebagai pengganti pelampung. Pada sikap, dari hasil penelitian menunjukkan masih adanya responden yang menyatakan tidak setuju untuk menyimpan nomor telephone PLN, PDAM dan petugas kesehatan terdekat. Hal ini dikarenakan kurangnya signal telephone seluler di Desa Pengidam, dikarenakan belum tersedianya alat pemancar telephone di Desa Pengidam.

Dari hasil jawaban diatas, menunjukkan variabel sikap responden terhadap kesiapsiagan kepala keluarga dalam menghadapi banjir dengan k lebih banyak responden mempunyai kategori sikap positif yaitu sebanyak 51 orang (51.5%). Hasil analisis Spearman Correlation menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kesiapsiagaan kepala keluarga dalam menghadapi bencana banjir. Dengan melihat pada hasil uji statistik dapat dijelaskan semakin tinggi sikap keluarga, maka akan semakin baik pula kesiapsiagaannya dalam menghadapi banjir.

Hal ini sesuai dengan penelitian Dodon (2012), yang meneliti tentang Identifikasi Kesiapsiagaan Masyarakat Di Permukiman Padat Penduduk Dalam

Menghadapi Bencana Banjir (Studi Kasus: Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah) Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya bencana sebelum bencana lebih rendah dibandingkan kesiapsiagaan masyarakat saat bencana dan setelah bencana. Hal ini, menunjukan bahwa masyarakat Kelurahan Baleendah memiliki kesiapsiagaan dalam kondisi darurat.

Hasil studi lainnya, terdapat korelasi antara tindakan kesiapsiagaan dengan dampak bencana yang dialami oleh masyarakat karakteristik responden, persepsi risiko, dan antar tindakan kesiapsiagan lainnya. Kesiapsiagaan masyarakat secara individu perlu didukung oleh kebijakan struktural dan non-struktural dari pemerintah supaya pengurangan risiko bencana banjir dapat terjadi secara komprehensif.

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Mukhtar (2012), yang meneliti tentang pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di desa perkebunan bukit lawang kecamatan Bahorok, dimana didapati bahwa persentase sikap responden dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir tertinggi pada sikap yang negatif, yaitu 61,8%, dibandingkan sikap yang positif, yaitu 38,2%.

Dokumen terkait