• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan terhadap tiga kelompok perlakuan. Setiap kelompok dilakukan preparasi kavitas klas II dan aplikasi sistem adhesif self-etch one –step dengan basis yang berbeda. Kelompok I diaplikasikan Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai basis dan resin komposit packable, kelompok II dilaplikasikan resin komposit flowable konvensional sebagai basis dan resin komposit packable, kelompok III diaplikasikan resin komposit packable tanpa basis.

Pengamatan tensile bond strength dilakukan terhadap sampel dengan memasangkan sampel pada grip alat uji tarik. Uji tarik dilakukan dengan menggunakan alat Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine,data yang diperoleh berupa load dalam satuan kilogramforce (kgf) dan kemudian dikonversikan kedalam satuan Newton. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap pola fraktur atau kondisi restorasi setelah dilakukan uji tarik. Pola fraktur dikelompokkan menjadi tiga yaitu, restorasi lepas sebagian (cohesive failure) dan restorasi lepas seluruhnya (adhesive failure).

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran ketiga kelompok telah trdistribusi normal. Berdasarkan uji Shapiro-Wilk diperoleh nilai p>0,05 pada ketiga kelompok yang menunjukkan bahwa data hasil pengukuran tlah terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varian terhadap data dan diperoleh hasil p>0,05 yang menunjukkan varian data ketiga kelompok tersebut homogeny. Oleh karena data yang diperoleh memenuhi syarat maka uji ANOVA dapat dilakukan.

Gambar 25 menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi kekuatan tarik perlekatan pada kelompok I, kelompok II dan kelompok III.

Gambar 25.Grafik nilai rerata dan standar deviasi kekuatan tarik

perlekatan pada kelompok I, kelompok II dan kelompok III. Tabel 2. Data Hasil Analisis Tes Anova Satu Arah (One way ANOVA Test)

Kelompok Kekuatan Tarik Perlekatan

P

N x±SD

I (SDR sebagai basis) 9 326,16±82,41

0,000 II (RK flowable sebagai basis) 9 291,98±112,35

III (RK packable tanpa basis) 9 103,43±47,54

Tabel 2 memperlihatkan nilai rerata dari nilai kekuatan tarik perlekatan dan standar deviasi dari masing-masing kelompok. Terlihat bahwa kelompok Stress

Decreasing Resin sebagai basis memiliki nilai rerata kekuatan perlekatan tertinggi

yaitu 326,16 N. Kelompok RK flowable sebagai basis memiliki nilai rerata kekuatan perlekatan sebesar 291,98 N dan kelompok RK packable tanpa basis memiliki nilai rerata kekuatan perlekatan terendah yaitu sebesar 103,43 N.

Hasil uji statistik One-way Anova Terlihat bahwa pada α=0,05 terdapat perbedaan bermakna yaitu p=0,000 pada kekuatan tarik perlekatan antara kelompok

perlakuan. Oleh sebab itu dilakukan uji Post-hoc LSD untuk mengetahui perbedaan diantara dua kelompok perlakuan.

Tabel 3. Hasil uji LSD antara kelompok perlakuan

Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Kelompok I - 0,403 0,000

Kelompok II 0,403 - 0,000

Kelompok III 0,000 0,000 -

Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara kelompok I SDR sebagai basis restorasi dengan kelompok II RK flowable sebagai

basis restorasi (p=0,405), namun terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok

I SDR sebagai basis dengan kelompok III RK packable tanpa basis (p=0,000) dan antara kelompok II RK flowable sebagai basis dengan kelompok 3 RK packable tanpa basis (p=0,000).

Tabel 4. Pola fraktur pada tiga kelompok perlakuan

Kondisi restorasi Kelompok I Kelompok II Kelompok III Jumlah

Restorasi utuh 4 2 1 7

Restorasi lepas sebagian (cohesive failure)

4 5 5 14

Restorasi lepas seluruhnya (adhesive failure)

1 2 3 6

Keterangan :

Kelompok 1 : SDR sebagai basis

Kelompok 2 : RK flowable sebagai basis Kelompok 3 : RK packable tanpa basis

Tabel 4 menunjukkan kondisi restorasi setelah dilakukan uji tarik. Dari 27 sampel yang dilakukan uji tarik terlihat 7 sampel restorasi utuh, 14 sampel restorasi lepas sebagian (cohesive failure) dan 6 sampel restorasi lepas seluruhnya (adhesive

Gambar 24. Kondisi restorasi setelah uji tarik : A. Restorasi lepas seluruhnya

(adhesive failure), B. Restorasi lepas sebagian (cohesive failure) C.

Restorasi utuh.

A B C

BAB 6 PEMBAHASAN

Parameter yang sering digunakan untuk mengukur kekuatan tarik perlekatan bahan restorasi pada dentin yaitu dengan menggunakan uji tarik perlekatan. Ikatan yang kuat antara dental biomaterial dan struktur gigi merupakan hal yang sangat penting. Kekuatan perlekatan suatu bahan tumpatan terhadap jaringan keras gigi dapat diukur dengan uji tarik perlekatan (tensile bond strength) yaitu dengan cara menarik bahan tersebut terhadap permukaan jaringan gigi.

Penelitian ini menggunakna 27 gigi premolar maksila yang dibagi kedalam tiga kelompok yaitu kelompok SDR sebagai basis, kelompok resin komposit flowable kiovensional sebagai basis dan kelompok tanpa basis. Gigi premolar maksila digunakan karena relatif mudah diperoleh. Beberapa kriteria ditentukan unruk mrngontrol keadaan seluruh sampel yaitu, tidak terdapat fraktur mahkota, belum pernah direstorasi, mahkota masih utuh dan tidak terdapat karies.

Data pengukuran kekuatan perlekatan restorasi ke dentin ini secara deskriptif terlihat bahwa kelompok I yang menggunakan Stress Decreasing Resin sebagai basis memiliki nilai rerata kekuatan perlekatan tertinggi yaitu sebesar 326,16±82,41 N. Sementara nilai rerata kekuatan perlekatan pada kelompok II yang menggunakan resin komposit flowable konvensional sebagai basis sebesar 291,98±112,35 N dan kelompok III yang menggunakan resin komposit packable tanpa menggunakan basis memiliki nilai 103,43±128,96 N. Pada uji ANOVA menunjukkan secara statistik bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga kelompok perlakuan dengan nilai p= 0,000. Hasil ini sejalan dengan volume shrinkage SDR yang lebih rendah, yaitu sekitar 3,6% serta stress polimerisasi yang rendah sekitar 1,4 MPa jika dibandingkan dengan resin komposit flowable konvensional yaitu sekitar 4 MPa.7 Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan IIie et al (2011) yang melihat perbandingan antara SDR dengan resin komposit flowable konvensional berbasis

methacrylate dan diperoleh hasil bahwa SDR mempunyai stress dan shrinkage dengan level terendah dan mempunyai fase polimerisasi pre-gel terpanjang daripada resin komposit flowable konvensional.

SDR yang menggunakan teknologi Stress Decreasing Resin (SDR) dapat mengurangi volume shrinkage sebesar 2% dan hampir 80% mengurangi stres polimerisasi dibandingkan dengan resin komposit konvensional.19 SDR mengandung modulator polimerisasi yang tertanam di tengah pusat monomer resin SDR dan memberikan fleksibilitas dan struktur jaringan resin SDR yang baik. Modulator polimerisasi ini berinteraksi dengan foto-inisiator yang memungkinkan mengurangi stres polimerisasi tanpa mengurangi tingkat polimerisasi.19

Pada kelompok II yang menggunakan resin komposit flowable konvensional sebagai basis menghasilkan nilai tensile bond strength yang cukup tinggi, hasil ini sesuai dengan penelitian Radhika (2010) yang menyatakan bahwa resin komposit

flowable dengan viskositas yang rendah dapat digunakan sebagai basis atau liner

dikarenakan penggunaan resin komposit flowable ini akan menghasilkan adaptasi yang lebih baik sepanjang dinding kavitas dan karena modulus elastisitas yang rendah efek shrinkage akibat polimerisasi juga dapat dikurangi.8 Pada kelompok III yang menggunakan resin komposit packable saja tanpa menggunakan basis dibawah restorasi memiliki nilai tensile bond strength yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang dihasilkan oleh kelompok I dan kelompok II. Pada kelompok III resin komposit yan digunakan adalah resin komposit packable yang memiliki viskositas yang tinggi sehingga daya alir dari resin komposit ini rendah, ini menyebabkan resin tidak menghasilkan adaptasi yang baik dengan kavitas, terutama pada kavitas klas II yang memiliki sisa enamel yang sedikit dan melibatkan gingival floor.8,21

Uji LSD pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai kekuatan perlekatan antara kelompok I dengan kelompok II tidak memiliki perbedaan yang signifikan, dengan nilai p>0,05 (p=0,402). Terdapat beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kekuatan perlekatan bahan restorasi seperti c-factor, daya alir resin, teknik aplikasi, arah penyinaran yang sesuai, kelembapan dan struktur dentin.5 Nilai tensile bond

strength yang tidak jauh berbeda antara kelompok I dengan kelompok II kemungkinan dikarenakan basis yang digunakan pada kedua kelompok ini adalah sama-sama merupakan resin komposit flowable yang memiliki viskositas yang rendah dengan derajat viskositas yang hampir sama sehingga dapat beradaptasi dengan baik pada kavitas, terutama kavitas klas II yang membutuhkan kontrol proksimal yang baik dan dapat berfungsi sebagai penyerap stress untuk mengurangi shrinkage saat polimerisasi.

Pada restorasi resin komposit klas II memiliki c-factor yang cukup besar yaitu 4:2 sehingga semakin luas permukaan yang terikat maka kontraksi akan semakin besar. Pada klas II juga memiliki kavitas yang dalam dan akses yang sulit, jarak sinar terhadap resin komposit juga harus diperhatikan karena akan mempengaruhi densitas sinar yang diterima, dimana densitas sinar yang diterima resin terbawah akan semakin berkurang dan polimerisasi yang terjadi kurang sempurna.27 Sudut dan arah penyinaran selain dari arah oklusal juga harus dilakukan dari arah proksimal bukal dan palatal. Karena pada penelitian ini arah penyinaran light cure hanya dilakukan tegak lurus dari bagian oklusal dan satu sisi proksimal, menyebabkan ada bagian yang tidak terkena sinar yang disebut blocked light path.28. Sehingga penyinaran pada kedua permukaan proksimal sangat penting setelah matrix dibuka untuk memastikan curing yang baik pada tepi restorasi komposit.28 Pada saat dilakukan penyinaran, ada gigi yang tidak terdapat gigi tetangga disebelahnya, hal ini akan membuat sinar yang diterima setiap sampel jadi berbeda.

Pengaplikasian resin komposit kedalam kavitas juga berpengaruh, dimana kondensasi yang tidak adekuat diantara sampel pelakuan juga dapat mempengaruhi perlekatan restorasi. Penyimpanan dan perlakuan terhadap bahan adhesif selama proses pengiriman dan pendistribusian yang tidak dapat kita kendalikan dapat menyebabkan terjadi perubahan struktur pada bahan adhesif sehingga menyebabkan kerapatan perlekatan antara bahan restorasi dengan dinding kavitas berkurang.

Resin komposit akan menghasilkan kekuatan yang baik pada gigi yang vital. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gigi nonvital yang telah banyak kehilangan kandungan air sehingga mempengaruhi kekuatan fisik struktur

gigi yang tersisa. Kandungan kolagen yang berkurang juga menurunkan kualitas perlekatan pada dentin melalui mekanisme mechanical interlocking.3

Hasil uji LSD menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok I dengan kelompok III (p<0,05 yaitu p=0,000) dan juga antara kelompok II dengan kelompok III dengan p=0,000. Hasil ini sejalan dengan penelitian De Goes et al (2008) dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara tensile bond strength pada restorasi yang menggunakan resin komposit flowable sebagai basis yang yang tidak menggunakan basis. Pengaplikasian resin komposit flowable dapat meningkatkan nilai tensile bond strength. karenaresin komposit flowable merupakan resin komposit dengan viskositas yang rendah dan mengandung filler lebih sedikit sedangkan resin komposit packable memiliki viskositas yang tinggi dengan kandungan filler yang cukup banyak.31 Sifat SDR dan resin komposit flowable konvensional yang memiliki kandungan filler yang rendah dan modulus elastisitas yang rendah membuat bahan ini dapat menjadi stress breaker dalam menyerap stress pengkerutan saat polimerisasi.10,11 Viskositas yang rendah juga dapat menghasilkan adaptasi yang lebih baik pada dasar kavitas dan juga margin kavitas dibandingkan resin komposit dengan viskositas yang tinggi sehingga dapat meningkatkan retensi melalui micromechanical interlocking.30

Pada tabel 4 menunjukkan keadaan restorasi setelah dilakukan uji tarik perlekatan yang terjadi pada ketiga kelompok, terlihat bahwa restorasi pada sampel kelompok I yang menggunakan Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai basis merupakan kelompok yang mengalami restorasi lepas seluruhnya (adhesive failure) yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok II yang menggunakan resin komposit flowable konvensional sebagai basis dan kelompok III yang menggunakan resin komposit packable tanpa basis. Dapat diartikan bahwa pengaplikasian Stress

Decreasing Resin (SDR) sebagai basis menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih

baik dibandingkan dengan resin komposit flowable konvensional dan resin komposit

packable. SDR merupakan resin komposit flowable yang merupakan modifikasi dari

resin urethane dimethacrylate yang dapat mengurangi shrinkage polimerisasi sekitar 60-70% jika dibandingkan resin berbasis methacrylate. Kandungan urethane

dimethacrylate pada Stress Decreasing Resin (SDR) merupakan monomer dengan viskositas rendah sehingga dapat meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi

shrinkage.7-8 Namun pola fraktur yang terjadi dapat juga dipengaruhi oleh pin yang

digunakan, karena perbedaan jenis bahan antara pin yang merupakan komponen logam dengan resin komposit sehingga mempengaruhi perlekatan resin komposit dengan pin yang ditanamkan pada restorasi. Pada sampel yang mengalami restorasi tetap utuh kemungkinan terjadi akibat perlekatan antara pin dan restorasi yang kurang baik. Pin yang ditanam pada resin komposit hanya terdapat retensi mekanis dan tidak terdapat pretreatment surface seperti proses silanisasi yang dapat meningkatkan perlekatan.

BAB 7

Dokumen terkait