• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Pengetahuan Dokter Gigi Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi

Hasil penelitian mengenai pengetahuan dokter gigi terhadap pencegahan penyakit menular di praktek menunjukkan hampir semua dokter gigi mengetahui cara penularan penyakit HIV/AIDS melalui darah dan hubungan kelamin serta penyakit tuberkulosis melalui sputum (96% dan 94,67%). Selain itu, lebih dari separuh menjawab benar untuk definisi standard precautions (82%) serta mengetahui penggunaan sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung sebagai langkah perlindungan diri (99,33%). Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuzbasioglu, Sarac, Canbaz, Sarac, dan Cengiz pada 135 orang dokter gigi di Turki pada tahun 2005 yang menyatakan 91,9% dokter gigi memilih HIV sebagai agen infeksius yang perlu diwaspadai, 61,5% mengetahui bahwa

Mycrobacterium tuberculosis juga sangat berisiko bagi dokter gigi, 43% menjawab benar untuk definisi standar precautions,dan 96,3% mengetahui penggunaan sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung sebagai langkah perlindungan diri.5 Masih adanya dokter gigi praktek di kota Medan yang tidak mengetahui tentang cara penularan HIV/AIDS, tuberkulosis, standard precautions dan langkah perlindungan diri, kemungkinan disebabkan karena setelah beberapa lama praktek dokter gigi tidak pernah tertular penyakit menular, sehingga mereka kurang peduli dengan hal tersebut.

lxxvi

Hasil penelitian juga menunjukkan 89,33% dokter gigi memiliki pengetahuan yang baik mengenai penggunaan masker yang memenuhi syarat dan 81,33% mengetahui teknik mencuci tangan yang benar. Akan tetapi, pengetahuan dokter gigi mengenai langkah pemrosesan instrumen yang mencakup pembersihan, pembungkusan, pensterilan, dan penyimpanan yang aseptik masih kurang (46%). Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Rabeah dan Mohamed pada 206 dokter gigi di Riyadh pada tahun 1999 yang melaporkan 62% dokter gigi mengetahui langkah tepat dalam pemrosesan instrumen.26 Masih banyak dokter gigi praktek di kota Medan yang tidak mengetahui tentang langkah pemrosesan instrumen, kemungkinan disebabkan karena tidak pernah diajarkan secara mendetail tentang hal tersebut sewaktu di universitas.

Dari lima belas pertanyaan diajukan, diketahui bahwa sebanyak 95,34% dokter gigi memiliki pengetahuan yang baik dan cukup tentang pencegahan penyakit menular di praktek dan hanya 4,67% memiliki pengetahuan yang kurang. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Puttaih, Shetty, Bedi, dan Verma pada 500 orang dokter gigi di India melaporkan hasil yang memuaskan bagi pengetahuan dokter gigi terhadap pencegahan penyakit menular di kedokteran gigi.27

5.2 Pengetahuan Dokter Gigi Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi Berdasarkan Usia dan Lama Praktek

Berdasarkan usia, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi berusia muda lebih mengetahui tentang pencegahan penyakit menular di praktek dibandingkan dengan yang lebih tua. Hal ini dapat dilihat dari 46,30% dokter gigi yang mengetahui

lxxvii

penggunaan sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung sebagai langkah perlindungan diri dan 47,20% yang mengetahui cara penularan penyakit HIV/AIDS melalui darah dan hubungan kelamin adalah yang berusia < 30 tahun. Sebanyak 33,33% yang menjawab salah tentang definisi standard precautions adalah yang berusia 41 - 50 tahun, sedangkan 37,5% yang tidak mengetahui tentang penggunaan masker yang memenuhi syarat adalah yang berusia 31 - 40 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ilmu pengetahuan yang didapat oleh dokter gigi dahulu berbeda dengan ilmu pengetahuan yang didapat oleh dokter gigi sekarang, sehingga dokter gigi muda lebih banyak mengetahui tentang perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang terbaru.

Berdasarkan lama praktek, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi yang baru beberapa tahun praktek lebih mengetahui tentang pencegahan penyakit menular di praktek dibandingkan dengan yang telah lama praktek. Hal ini terlihat dari 64,43% dokter gigi yang mengetahui bahwa penggunaan sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung sebagai langkah perlindungan diri dan 66,39% yang mengetahui tentang teknik mencuci tangan yang benar adalah yang telah praktek selama < 10 tahun. Akan tetapi, 44,44% yang menjawab salah tentang definisi standard precautions adalah yang telah praktek selama 11 - 20 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dokter gigi yang telah lama praktek kurang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi yang terbaru.

Dari lima belas pertanyaan yang diajukan, hasil penelitian menunjukkan semakin muda usia dokter gigi, semakin baik pengetahuannya tentang pencegahan penyakit menular di praktek, dan sebaliknya semakin tua usia dokter gigi semakin

lxxviii

kurang pengetahuannya tentang pencegahan penyakit menular di praktek. Hal ini terlihat dari 50,59% dokter gigi yang tergolong dalam kategori pengetahuan baik dan 43,10% yang tergolong dalam kategori pengetahuan cukup adalah yang berusia < 30 tahun, sedangkan 71,43% yang tergolong dalam kategori pengetahuan kurang berusia 41 - 50 tahun.

Selain itu, semakin lama dokter gigi praktek maka semakin kurang pengetahuannya tentang pencegahan penyakit menular di praktek dan sebaliknya. Hal ini terlihat dari 74,12% dokter gigi yang tergolong dalam kategori pengetahuan baik dan 55,17% yang tergolong dalam kategori pengetahuan cukup adalah yang telah praktek selama < 10 tahun, sedangkan 57,14% yang tergolong dalam kategori pengetahuan kurang adalah yang telah praktek selama 11 – 20 tahun. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan dokter gigi yang berusia lebih muda dan baru beberapa tahun praktek mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih baru dibandingkan dokter gigi yang berusia lebih tua.

5.3 Sikap Dokter Gigi Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi

Hasil penelitian mengenai sikap dokter gigi terhadap pencegahan penyakit menular di praktek menunjukkan semua dokter gigi (100%) tetap memberikan perawatan meskipun diketahui pasien menderita penyakit menular. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shetty, Verma, Shetty, dkk pada 500 orang dokter gigi di India pada tahun 2010 yang melaporkan 67,3% dokter gigi menganggap semua pasien itu sama tanpa memandang status penyakit menular.28Hal

lxxix

ini kemungkinan dikarenakan dokter gigi praktek di kota Medan telah menyadari bahwa penyakit tidak akan menular selama penerapan prosedurstandard precautions

dilakukan dengan baik.

Walaupun demikian, masih ada dokter gigi yang menunjukkan sikap negatif tentang penggunaan jas praktek yang telah terkontaminasi darah, saliva atau debris ketika merawat pasien, sebanyak 15,33% dokter gigi memilih untuk tidak mengganti jas tersebut. Selain itu, masih ada 4,67% menolak mengganti sarung tangan yang robek ketika merawat pasien. Hal ini kemungkinan dikarenakan dokter gigi kurang menyadari bahwa penyakit dapat menular dari jas praktek yang terkontaminasi dan sarung tangan yang robek tersebut.

Dari tujuh pertanyaan yang diajukan, diketahui bahwa dari segi sikap hampir semua dokter gigi (92%) tergolong dalam kategori baik, diikuti 6,67% tergolong dalam kategori cukup, dan hanya 1,33% tergolong dalam kategori kurang. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Shetty, Verma, Shetty, dkk pada 500 orang dokter gigi di India mengenai sikap dokter gigi terhadap pencegahan penyakit menular di kedokteran gigi pada tahun 2010 yang melaporkan hasil yang cukup memuaskan.28

5.4 Sikap Dokter Gigi Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi Berdasarkan Usia dan Lama Praktek

Berdasarkan usia, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi berusia muda memiliki sikap yang lebih baik terhadap pencegahan penyakit menular di praktek dibandingkan dengan yang lebih tua. Hal ini terlihat dari 46,67% dokter gigi yang

lxxx

tetap memberi perawatan meskipun diketahui pasien menderita penyakit menular dan 47,24% yang memilih mengganti jas praktek yang telah terkontaminasi adalah yang berusia < 30 tahun. Akan tetapi, 40% yang tidak setuju untuk mengganti masker yang terkontaminasi ketika memberi perawatan adalah yang berusia 31 - 40 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan dokter gigi yang lebih tua tidak pernah tertular penyakit menular dari pasien selama menjalani praktek, sehingga mereka tidak terlalu peduli dengan hal tersebut dan bersikap lebih sembrono, berbeda dengan dokter gigi muda yang lebih berhati-hati dalam pencegahan penyakit menular.

Berdasarkan lama praktek, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi yang baru beberapa tahun praktek memiliki sikap yang lebih baik terhadap pencegahan penyakit menular di praktek dibandingkan dengan yang telah lama praktek. Hal ini terlihat dari 64,67% dokter gigi yang tetap memberi perawatan meskipun diketahui pasien menderita penyakit menular dan 64,34% yang setuju untuk mengganti sarung tangan yang robek saat menangani pasien adalah yang telah praktek selama < 10 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan dokter gigi yang telah lama praktek tidak pernah tertular penyakit menular saat memberi perawatan, sehingga mereka kurang peduli tentang hal tersebut dan lebih sembrono dibandingkan dengan yang baru beberapa tahun praktek.

Dari tujuh pertanyaan yang diajukan, hasil penelitian menunjukkan semakin muda usia dokter gigi maka semakin baik sikapnya terhadap pencegahan penyakit menular di praktek. Hal ini terlihat dari 46,38% dokter gigi yang tergolong dalam kategori sikap baik dan 40% yang tergolong dalam kategori cukup adalah yang

lxxxi

berusia < 30 tahun, sedangkan 100% yang tergolong dalam kategori kurang adalah yang berusia 41 - 50 tahun (Tabel 14).

Selain itu, semakin lama dokter gigi praktek maka semakin kurang sikapnya tethadap pencegahan penyakit menular di praktek. Hal ini terlihat dari 65,95% dokter gigi yang tergolong dalam kategori sikap baik dan 40% yang tergolong dalam kategori cukup adalah yang telah praktek selama < 10 tahun, sedangkan 50% yang tergolong dalam kategori cukup adalah yang telah praktek selama 11 - 20 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada zaman dulu belum diterapkan prosedur pencegahan penyakit menular di praktek, berbeda dengan sekarang dokter gigi diharuskan untuk mengikuti prosedurstandard precautionsdi praktek.

5.5 Tindakan Dokter Gigi Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi

Hasil penelitian mengenai tindakan dokter gigi terhadap pencegahan penyakit menular di praktek menunjukkan sebanyak 92% dokter gigi selalu menggunakan sarung tangan ketika merawat pasien dan 89,33% selalu menggunakan jas praktek yang bersih ketika merawat pasien, tetapi masih ada dokter gigi yang tidak menggunakannya. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Puttaih, Shetty, Bedi, dan Verma pada 500 dokter gigi di India yang melaporkan 87,3% dokter gigi yang menggunakan sarung tangan dan hanya 48,7% yang menggunakan jas praktek ketika merawat pasien.27 Masih adanya dokter gigi yang tidak menggunakan jas praktek dan sarung ketika merawat pasien kemungkinan disebabkan

lxxxii

oleh kurangnya kesadaran dokter gigi bahwa penggunaannya dapat melindungi diri dari penyakit yang dapat ditularkan oleh pasien.

Hasil penelitian juga menunjukkan 94,67% dokter gigi selalu menggunakan masker ketika merawat pasien, tetapi hanya 43,33% yang selalu mengganti masker setelah perawatan selesai. Hasil ini hampir sama dengan penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Al-Rabeah dan Mohamed pada 206 dokter gigi di Riyadh yang melaporkan 90,6% dokter gigi menggunakan masker saat memberi perawatan dan hanya 54,2% yang mengganti masker setelah perawatan.26 Masih adanya dokter gigi yang tidak mengganti masker setelah perawatan kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kesadaran dokter gigi terhadap risiko penularan penyakit melalui percikan saliva yang mungkin menempel pada masker yang telah digunakan.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa dokter gigi yang menggunakan kacamata pelindung ketika perawatan hanya 21,33% dan dokter gigi yang menggunakan rubber dam hanya 8%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Puttaih, Shetty, Bedi, dan Verma pada 500 dokter gigi di India yang melaporkan 46,6% dokter gigi yang menggunakan kacamata pelindung dan 40% yang menggunakan rubber dam.27Kurangnya kesadaran dokter gigi praktek di kota Medan dalam menggunakan kacamata pelindung kemungkinan disebabkan oleh harganya yang mahal dan kurangnya kenyamanan dalam menggunakannya. Begitu juga dengan rubber dam, selain harganya yang mahal juga kesukaran dalam memasangnya dan ketidaknyamanan bagi pasien saat digunakan merupakan penyebab sangat minimnya dokter gigi yang menggunakannya.

lxxxiii

Pada penelitian ini, 70% dokter gigi mengaku pernah mendapatkan imunisasi hepatitis B. Akan tetapi, masih ada dokter gigi yang tidak mensterilkan instrumen pemeriksaan (5,33%) maupun instrumen pencabutan (2,67%). Namun, 76,67% membedakan tempat sampah medis dan non medis di tempat prakteknya. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Puttaih, Shetty, Bedi, dan Verma pada 500 dokter gigi di India yang menyatakan hanya 35% dokter gigi yang menempatkan sampah medis seperti jarum suntik dan alat sekali pakai lainnya dalam wadah khusus sebelum dibuang.27 Masih adanya dokter gigi yang tidak mensterilkan instrumen dan tidak menempatkan sampah medis dalam wadah khusus, kemungkinan dikarenakan dokter gigi kurang menyadari bahwa instrumen yang tidak steril dapat menularkan penyakit kepada pasien dan sampah medis merupakan salah satu sumber penyakit.

Dari tujuh belas pertanyaan yang diajukan, diketahui bahwa dari segi tindakan sebanyak 78,67% dokter gigi tergolong dalam kategori baik, diikuti 18% tergolong dalam kategori cukup, dan hanya 3,33% tergolong dalam kategori kurang. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo, Parisihni, dan Haryanto pada 55 orang dokter gigi di Surabaya yang melaporkan tindakan dokter gigi cukup memuaskan dalam mencegah terjadinya penularan penyakit di kedokteran gigi.4

5.6 Tindakan Dokter Gigi Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi Berdasarkan Usia dan Lama Praktek

Berdasarkan usia, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi berusia muda memiliki tindakan yang lebih baik terhadap pencegahan penyakit menular di praktek

lxxxiv

dibandingkan dengan yang lebih tua. Hal ini terlihat dari 50% dokter gigi yang selalu menggunakan sarung tangan ketika memberi perawatan, 48,59% yang selalu menggunakan masker ketika memberi perawatan, dan 58,33% yang selalu menggunakanrubber damadalah yang berusia < 30 tahun. Akan tetapi, 100% dokter gigi yang tidak menggunakan sarung tangan ketika memberi perawatan dan 50% yang tidak pernah menggunakan jas praktek adalah yang berusia 51 - 60 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan dokter gigi pada zaman dulu tidak diajari dan tidak diwajibkan untuk mengikuti prosedur perlindungan diri di praktek, sehingga mereka tidak terbiasa menggunakan masker ataupun sarung tangan.

Berdasarkan lama praktek, hasil penelitian menunjukkan dokter gigi yang baru beberapa tahun praktek memiliki tindakan yang lebih baik terhadap pencegahan penyakit menular di praktek dibandingkan dengan yang telah lama praktek. Hal ini terlihat dari 68,84% dokter gigi yang selalu menggunakan sarung tangan ketika memberi perawatan, 66,90% yang selalu menggunakan masker ketika memberi perawatan, dan 71,88% yang selalu menggunakan kacamata pelindung adalah yang telah praktek selama < 10 tahun. Akan tetapi, 100% yang tidak mengganti sarung tangan ketika memberi perawatan dan 50% yang tidak pernah menggunakan jas praktek adalah yang telah praktek selama 21-30 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada zaman sekarang dokter gigi diharuskan untuk menerapkan standard percautions ketika memberi perawatan, berbeda dengan zaman dulu yang tidak mengharuskan hal tersebut.

Dari tujuh belas pertanyaan yang diajukan, hasil penelitian menunjukkan semakin muda usia dokter gigi maka semakin baik tindakannya terhadap pencegahan

lxxxv

penyakit menular di praktek dan sebaliknya. Hal ini terlihat dari 50,85% dokter gigi yang tergolong dalam kategori tindakan baik berusia < 30 tahun, sedangkan 29,63% yang tergolong dalam kategori cukup berusia 31 - 40 tahun, dan 60% yang tergolong dalam kategori kurang berusia 41 - 50 tahun.

Selain itu, semakin lama dokter gigi praktek maka semakin kurang tindakannya terhadap pencegahan penyakit menular di praktek. Hal ini terlihat dari 69,49% dokter gigi yang tergolong dalam kategori tindakan baik dan 48,15% yang tergolong dalam kategori cukup adalah yang telah praktek selama < 10 tahun, dan 40% yang tergolong dalam kategori kurang adalah yang telah praktek selama 11 - 20 tahun. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada zaman sekarang diharuskan bagi dokter gigi untuk mengikuti prosedur standard precautions, berbeda dengan zaman dulu yang sama sekali tidak diajarkan tentang hal tersebut.

5.7 Observasi Tindakan Dokter Gigi Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Di Praktek Dokter Gigi

Observasi terhadap tindakan dokter gigi terhadap pencegahan penyakit menular di praktek menunjukkan hasil yang hampir sama dengan kuesioner, diketahui bahwa sebanyak 94,67% dokter gigi menggunakan masker ketika memberi perawatan, 92% menggunakan sarung tangan, tetapi hanya 20% yang menggunakan kacamata pelindung ketika memberi perawatan. Dokter gigi yang enggan menggunakan alat-alat perlindungan diri tersebut biasanya adalah yang berusia lebih tua dan sudah lama praktek. Hal ini kemungkinan disebabkan pada zaman dulu dokter gigi tidak diajari dan tidak diharuskan untuk mengikuti prosedur standard

lxxxvi

precautions seperti menggunakan masker, sarung tangan, bahkan kacamata pelindung.

lxxxvii

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada umumnya, dokter gigi praktek di kota Medan memiliki pengetahuan yang baik dan cukup tentang pencegahan penyakit menular di praktek (95,34%). Dari lima belas pertanyaan yang diajukan, diketahui bahwa 96% dokter gigi mengetahui cara penularan penyakit HIV/AIDS melalui darah dan hubungan kelamin, 82% mengetahui definisi standard precautions, dan 99,33% mengetahui penggunaan sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung sebagai langkah perlindungan diri. Namun, masih ada yang memiliki pengetahuan kurang (4,67%). Hal ini ditunjukkan oleh 46% mengetahui tentang langkah pemrosesan instrumen yang mencakup pembersihan, pembungkusan, pensterilan, dan penyimpanan yang aseptik. Penelitian ini menunjukkan, dokter gigi berusia muda dan baru beberapa tahun praktek memiliki pengetahuan yan lebih baik dibandingkan yang lebih tua dan telah lama praktek.

Pada umumnya dokter gigi praktek di kota Medan tergolong dalam kategori sikap baik terhadap pencegahan penyakit menular di praktek (92%). Dari tujuh pertanyaan yang diajukan, diketahui bahwa semua dokter gigi (100%) tetap memberikan perawatan meskipun diketahui pasien menderita penyakit menular. Namun, masih ada yang tergolong dalam kategori cukup dan kurang (6,67% dan 1,33%). Hal ini ditunjukkan oleh 15,33% memilih untuk tidak mengganti jas praktek yang terkontaminasi dan 4,67% menolak mengganti sarung tangan yang robek ketika merawat pasien. Penelitian ini menunjukkan, dokter gigi berusia muda dan baru

lxxxviii

beberapa tahun praktek memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan yang lebih tua dan telah lama praktek.

Pada umumnya, dokter gigi praktek di kota Medan tergolong dalam kategori tindakan baik terhadap pencegahan penyakit menular di praktek (78,67% ). Dari tujuh belas pertanyaan yang diajukan, diketahui bahwa 89,33% dokter gigi selalu menggunakan jas praktek yang bersih ketika merawat pasien, 70% mengaku pernah mendapatkan imunisasi hepatitis B, dan 94,67% selalu menggunakan masker ketika merawat pasien. Namun, masih ada yang tergolong dalam kategori cukup dan kurang (18% dan 3,33%). Hal ini ditunjukkan oleh 43,33% yang selalu mengganti masker setelah perawatan selesai. Penelitian ini menunjukkan, dokter gigi berusia muda dan baru beberapa tahun praktek memiliki tindakan yang lebih baik dibandingkan yang lebih tua dan telah lama praktek.

Berdasarkan hasil observasi, hampir semua dokter gigi menggunakan masker dan sarung tangan ketika memberi perawatan (94,67% dan 92%), tetapi hanya 20% yang menggunakan kacamata pelindung. Pada umumnya dokter gigi yang tidak menggunakan masker, sarung tangan, dan kacamata pelindung tersebut adalah yang berusia lebih tua dan sudah lama praktek.

6.2 Saran

Disarankan kepada setiap dokter gigi, sebaiknya menganggap semua pasien itu sama tanpa memandang status penyakitnya. Semua pasien diperlakukan dengan cara yang memenuhi syarat untuk mencegah terjadinya penularan berbagai jenis penyakit yaitu dengan mengikuti prosedur standard precautions. Diharapkan setiap

lxxxix

dokter gigi mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi khususnya yang berhubungan dengan pencegahan penyakit menular di praktek. Selain itu, disarankan kepada Tim Pengembang Kurikulum di setiap universitas agar memasukkan materi tentang pencegahan penyakit menular seperti prosedur standard precautions dalam perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi untuk dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam pelaksanaan uji kompetensi bagi dokter gigi.

xc

DAFTAR PUSTAKA

1. Center for Disease Control and Prevention. Guidline for Infection control in Dental Health-Care Settings. MMWR 2003;52(No. RR-17).

2. Dwiastuti SAP, Dharmawati IA, Wirata IN. Hubungan antara ketersediaan alat dan pengetahuan tentang sterilisasi. Jurnal Skala Husada 2008;5(2):174-5. 3. Sutono IR. Tindakan pencegahan dan penularan penyakit infeksi pada praktek

dokter gigi. <http://www.pdgi-online.com> (21 Oktober 2010).

4. Wibowo T, Parisihni K, Haryanto D.Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai infeksi silang. Jurnal PDGI 2009;58(2):6-7.

5. Emir Y, Dugyu S, Sevgi C, Sinasi S, Seda C. A survey of cross-infection control procedures: knowledge and attitudes of Turkish dentists. J Appl Oral Sci 2009;17(6):565.

6. DePaola LG. Instrument management part 1: cleaning and processing in the dental office. The Infection Control Forum. <http://www.biotrol.com/pdfs/ICF_05Q4_Web.pdf> (11 Desember 2011).

7. Sondang P.AIDS dan pencegahan penularannya pada praktek dokter gigi. 2004. <http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1147> (15 Desember 2011). 8. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih Bahasa. Purwanto,

Basoeseno MS. Jakarta: EGC, 1996:1-14.

9. Wicker S, Rabenau HF. A review of the control and prevention of needlestick injuries. European Infectious Disease 2011;5(1):59.

xci

10. Cleveland JL, Barker LK, Cuny EJ, Panlilio AL. Preventing percutaneous injuries among dental health care personnel. J Am Dent Assoc 2007;138(2). Abstrak.

11. Pemerintahan Kota Medan.Profil Kabupaten/Kota. Medan, 2004:1-4.

12. Tobaonline news. 2.049 warga medan terinfensi HIV/AIDS. 5 Januari 2012. <http://news.tobaonline.com/2-049-warga-medan-terinfeksi-hivaids/>. (16 April 2012).

13. Notoatmodjo S.Kesehatan masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007:142-50.

14. JE Matthews.ADA guidelines for infection control. Australia, 2008: 9-25.

15. Anonymous. Cara mencuci tangan dengan benar.

<

Dokumen terkait