• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Perusahaan

PT BPRS X merupakan lembaga keuangan yang aktif menyalurkan pembiayaan syariah. Perusahaan ini aktif melayani nasabah yang membutuhkan bantuan dalam bentuk pembiayaan untuk wilayah Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 2013 dilakukan proses akuisisi oleh holding company dari salah satu institusi pendidikan di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan lebih dari 50% saham dimiliki oleh institusi tersebut. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1

Perusahaan ini mempunyai visi untuk menjadi bank yang sehat dan dipercaya ummat serta mampu membina ekonomi masyarakat sesuai prinsip syariah. Misi dari perusahaan adalah Mengembangkan kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif berdasarkan prinsip syariah.

Produk-produk PT BPRS X

PT BPRS X melayani nasabah dalam bentuk layanan simpanan dan pembiayaan. Layanan simpanan yang dimiliki BPRS X mencakup

1. Simpanan Wadiah

Simpanan wadiah merupakan simpanan yang menggunakan akad Wadiah Yad Dhomanah. Produk simpanan ini melayani nasabah perorangan dan kelompok. Pada nasabah perorangan, setoran awal minimal Rp15 000, setoran selanjutnya minimal Rp2 000. Sedangkan nasabah kelompok setoran awal minimal Rp15 000, setoran berikutnya minimal Rp25 000. Pada produk simpanan ini Bank memberikan imbalan kepada nasabah dalam bentuk bonus yang besarnya tergantung kebijakan bank dan tidak diperjanjikan sejak awal akad.

2. Simpanan Mudharabah

Produk simpanan ini menggunakan akad mudharabah (Bagi Hasil) yang dapat diambil sesuai jangka waktu yang disepakati sejak awal dan digunakan dengan maksud tertentu. Jenis produk simpanan mudharabah mencakup

a. Simpanan Qurban

Pada simpanan ini nasabah harus memberikan setoran awal sebesar Rp100 000. Setoran berikutnya disesuaikan dengan harga dan jangka waktu yang diinginkan.

b. Simpanan Dana Pendidikan/Dana Siswa

Pada simpanan ini setoran awal yang ditetapkan sebesar Rp100 000. Setoran berikutnya disesuaikan dengan jangka waktu yang diinginkan. c. Simpanan Dana Umrah

Simpanan ini melayani simpanan untuk dana umrah nasabah diwaktu mendatang. Layanan ini menetapkan setoran awal sebesar Rp500 000. Sementara setoran berikutnya disesuaikan dengan jangka waktu yang diinginkan.

3. Deposito Mudharabah

Deposito mudharabah merupakan simpanan dengan akad Mudharabah (Bagi Hasil) yang hanya bisa diambil sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Setoran awal untuk produk ini minimal Rp1 000 000 dan kelipatannya. Sementara sistem bagi hasil yang diberikan disesuaikan dengan nisbah jangka waktu deposito. Nisbah bagi hasil dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7 Nisbah bagi hasil

Jangka Waktu Nisbah Bagi Hasil

Nasabah (%) Bank (%) 1 Bulan 51 49 3 Bulan 54 46 6 Bulan 57 43 12 Bulan 60 40 Sumber: PT BPRS X

Layanan yang juga diberikan oleh PT BPRS X adalah layanan penyaluran pembiayaan. Perusahaan memberikan fasilitas pembiayaan bagi masyarakat untuk digunakan sebagai modal kerja, investasi, pembelian barang, dan jasa sewa barang. Produk-produk pembiayaan PT BPRS X meliputi

1. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan ini menyalurkan dana kepada nasabah untuk mebeli barang-barang kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun untuk kebutuhan modal kerja, seperti kendaraan, elektronik dengan tingkat margin yang disuaikan. Pengembalian pokok pembiayaan dan margin dilakukan secara angsuran dengan jangka waktu yang disepakati antara kedua belah pihak

2. Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah

Produk ini melayani nasabah untuk menambah modal usaha yang sedang berjalan denngan sistem bagi hasil. Hasil dari keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai kesepakatan antara pihak bank dan nasabah. Pengembalian dapat dilakukan secara angsuran atau langsung sesuai dengan kesepakatan awal.

3. Pembiayaan Ijarah manfaat

Produk ini memberikan pembiayaan atau sewa-menyewa atas barang tanpa diikutiperpindahan kepemilikan barang. Pembayaran sewa dilakukan secara angsuran atau setelah jatuh tempoo sesuai kesepakatan diawal.

4. Ijarah Muntahia Bittamilik (IMBT)

Produk ini memberikan pembiayaan atau sewa-menyewa atas barang yang diikutiperpindahan kepemilikan barang pada akhir jangka waktu kesepakatan.

Jangka waktu pembiayaan yang diberikan maksimal 36 (tiga puluh enam) bulan dengan sistem pembayaran secara angsuran maupun jangka tempo. Untuk pembiayaan jatuh tempo maksimum jangka waktu pembiayaan adalah 2 (dua) bulan.

Produk Pembiayaan Murabahah

Produk pembiayaan murabahah menjadi layanan di PT BPRS X yang paling diminati nasabah. Hal ini terlihat dari begitu dominannya jumlah nasabah dan dana yang disalurkan dibandingkan produk lain. Pembiayaan ini banyak dipilih nasabah karena akadnya mudah dan cukup jelas. Angsuran yang dibabankan tiap bulan pun pasti sehingga memudahkan nasabah.

Pada praktiknya, pembiayaan murabahah disalurkan melalui beberapa jenis nasabah, yaitu:

1. Perorangan

Nasabah jenis ini berlaku secara individual dalam pengajuan pembiayaan. Setiap individu bertanggung jawab langsung kepada pihak bank terkait kewajibannya. Dana disalurkan langsung oleh bank kepada setiap individu. 2. Kelompok

Pada pembiayaan jenis ini, nasabah membentuk satu kelompok kecil dalam pengajuan pembiayaan. Pada kelompok dipilih serorang penanggunggjawab (apalis) untuk membantu mengawasi anggota kelompok lainnya dalam memenuhi kewajiban. Dana yang disalurkan diberikan kepada masing-masing individu dalam kelompok, namun mereka saling bertanggung jawab atas anggoota kelompok tersebuut.

3. Lembaga

Pembiayaan jenis ini melalui perantara lembaga keuangan syariah lainnya. Lembaga tersebut dapat berupa BMT, koperasi, dan lainnya. Pada praktiknya ada dua jenis penyaluran pembiayaan melalui lembaga, yaitu

a. Executing

Pada sistem ini, bank menyalurkan dana/pembiayaan kepada nasabah melalui lembaga keuangan. Lembaga keuangan tersebut yang bertanggungjawab terhadap dana tersebut di nasabah. Bank hanya memberikan dana kepada lembaga tersebut, kemudian lembaga tersebut yang menyalurkan pembiayaan kepada nasabah.

b. Sindikasi

Pada sistem ini antara bank dengan lembaga keuangan saling berbagi dana yang dibutuhkan nasabah. Baik bank maupun lembaga keuangan mempunyai kewajiban untuk mengawasi dana yang disalurkan. Proses pengajuan pembiayaan murabahah diawali dari permohonan calon debitur kepada bank. Pemohon mengisi formulir pembelian barang dan menyiapkan fotokopi surat-surat seperti KTP, kartu keluarga, surat nikah, slip gaji,

NPWP. Apabila ada jaminan yang dibebankan, perlu dilampirkan fotokopi surat-surat terkait barang yang dijadikan jaminan, seperti BPKB, SHM dan sebagainya. Selanjutnya perusahan melakukan pengecekan terhadap berkas-berkas yang diajukan calon nasabah.

Proses selanjutnya adalah pihak perusahaan melakukan wawancara langsung kepada calon nasabah. Pada wawancara ini perusahaan menggali informasi dari calon nasabah secara lebih dalam. Setelah melakukan wawancara, pihak perusahaan meninjau lokasi usaha calon nasabah. Peninjauan lokasi ini dilakukan untuk mengecek kelayakan dari calon nasabah. Apabila diragukan/tidak layak, perusahaan akan menolak pengajuan calon nasabah.

Selain ini dilakukan pula BI checking dari calon nasabah. BI checking ini dilakukan untuk melihat track record calon nasabah, apakah pernah mengajukan pembiayaan ditempat lain, bagaimana kualitas pembiayaan disana, dan sebagainya. BI checking biasanya dilakukan pada nasabah dengan pinjaman diatas 3 juta rupiah. Untuk pembiayaan dibawah 3 juta rupiah, perusahaan biasanya mencari informasi kepada orang dekat dari calon nasabah. Setelah semua tahapan dirasa cukup meyakinkan, perusahaan melakukan akad dengan calon nasabah dan menyalurkan pembiayaan sesuai dengan apa yang diajukan oleh nasabah.

Pada proses penyaluran pembiayaan murabahah, pihak manajemen mengedepankan prinsip 5C, yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition.

- Character

Informasi terkait karakter debitur dapat didapat dari formulir dan pada saat wawancara. Penilaian karakter juga dilihat berdasarkan track record dari calon debitur. Selain itu manajemen biasanya juga mancari informasi melalui orang dekat calon debitur.

- Capacity

Saat melakukan survei ke lokasi usaha, perusahaan melakukan penilaian terhadap usaha yang akan dibiayai. Penilaian mencakup apakah usaha tersebut berjalan sehingga mampu menghasilkan pendapatan.

- Capital

Perusahaan mengecek asal usul modal usaha calon debtur, apakah hanya berasal dari perusahaan tersebut atau ada sumber dana lainnya. Apabila haya berasal dari sumber yang diajukan, perlu dilakukan pengecekan lebih mendalam apakah layak atau tidak untuk diberikan pinjaman.

- Collateral

Jaminan yang dibebankan kepada nasabah serupa dengan jaminan pada proses pinjaman dana oleh lembaga keuangan, yaitu berupa surat-surat kendaraan bermotor maupun bangunan. Barang yang dijadikan jaminan harus barang atas nama calon debitur itu sendiri. Surat-surat terkait barang jaminan pun harus ada dan lengkap. Besar kecilnya nilai jaminan disesuaikan dengan nilai pembayaan yang disalurkan. Contohnya untuk pembiayaan diatas 25juta wajib jaminan berupa sertifikat rumah atau sertikat usaha.

- Condition

Penilaian dilakukan terhadap kondisi ekonomi calon nasabah, lingkungan tinggal, dan sebagainya.

Karakteristik Produk Pembiayaan Murabahah BPRS X

Pembiayaan murabahah menjadi pembiayaan yang paling mendominasi di BPRS X. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8 mengenai persentase jumlah pembiayaan murabahah dengan keseluruhan aktiva produktif pada tahun 2015 Tabel 8 Persentase jumlah pembiayaan murabahah tahun 2015

Bulan Total Pembiayaan (rupiah) Pembiayaan Murabahah (rupiah) Persentase Januari 2015 9 999 768 164 7 880 091 841 78.80 % Februari 2015 9 474 318 407 8 185 131 860 86.39 % Maret 2015 11 648 452 430 9 246 827 884 79.39 % April 2015 12 147 131 506 9 426 602 371 77.60 % Sumber : PT BPRS X

Berdasarkan data diatas terlihat dominasi pembiayaan murabahah. Terlihat pula peningkatan jumlah debitur, baik untuk pembiayaan murabahah maupun secara keseluruhan selama tahun 2015. Jumlah debitur dan kualitas pembiayaan murabahah yang dikelompokkan berdasarkan kolektibilitas per April 2015 dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9 Kolektibilitas pembiayaan murabahah April 2015

kolektibilitas Jumlah debitur Jumlah Pembiayaan Persentase

Lancar 3 452 7 788 917 000 82.63 % Kurang Lancar 91 262 315 000 2.78 % Diragukan 119 746 824 000 9.72 % Macet 111 628 546 000 6.67 % Jumlah 3 773 9 426 602 000 100 % Sumber : PT BPRS X

Jumlah debitur yang dikatagorikan bermasalah cukup banyak yaitu 321 debitur. Sementara jumlah pembiayaan bermasalah mencapai Rp1 637 741 000. Hal ini menunjukkan tingkat NPF pembiayaan murabahah pada April 2014 mencapai 21.03 persen.

Pembiayaan murabahah disalurkan kepada debitur untuk beberapa sektor ekonomi. Karakteristik berdasarkan sektor ekonomi dapat dilihat pada Tabel 10 Tabel 10 Karakteristik sektor ekonomi pembiayaan murabahah April 2015

No. Sektor ekonomi Jumlah

Debitur Jumlah Dana NPF (%) 1 Pertanian, kehutanan dan sarana

pertanian

1 6 100 000 0.00

2 Listrik, gas dan air 1 12 232 000 0.00

3 Konstruksi 2 70 750 000 0.00

4 Perdagangan, restoran dan hotel 3 732 8 568 823 000 14.18 5 Penyediaan Akomodasi & Penyediaan

Makan Minum

1 4 722 000 0.00

6 Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi

2 831 000 100.00

7 Perantara Keuangan 1 1 328 000 100.00

8 Administrasi Pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial wajib

1 2 498 000 100.00

9 Jasa pendidikan 9 60 134 000 31.92

10 Jasa-jasa Sosial/masyarakat 5 329 783 000 80.36

11 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga

No. Sektor ekonomi Jumlah

Debitur Jumlah Dana NPF (%)

12 Rumah tangga 2 650 000 100.00

13 Lain-lain 15 367 508 000 39.06

Sumber : PT BPRS X

Berdasarkan data diatas, hampir semua debitur produk murabahah bergerak dibidang usaha perdagangan, restoran dan hotel. Jumlah pembiayaan yang disalurkan sektor tersebut mencapai 90.9 persen. Mayoritas debitur tersebut merupakan usaha kecil, mikro, dan menengah. Kondisi ini terjadi karena sektor usaha tersebut cukup banyak berlokasi diwilayah sekitar perusahaan dibandingkan sektor usaha lain.

Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah

Pembiayaan murabahah selama ini menjadi jenis pembiayaan terbesar yang disalurkan. Kondisi ini diikuti dengan munculnya risiko pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bemasalah muncul akibat keterlambatan atau ketidakmampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Kewajiban nasabah berupa pembayaran angsuran pokok serta margin sesuai kesepakatan.

Pembiayaan bermasalah khususnya produk murabahah selama ini terjadi disebabkan oleh beberapa penyebab. Penyebab pembiayaan bermasalah berasal dari faktor eksternal serta faktor internal perusahaan. Pengalaman pembiayaan bermasalah akibat faktor eksternal terjadi karena

1. Usaha debitur bermasalah.

Usaha yang dilakukan debitur beberapa menngalami kendala bahkan sudah tidak beroperasi lagi. Kondisi ini memegaruhi pendapatan debitur, yang berasal dari usaha tersebut. Hal ini menyebabkan debitur tidak mampu untuk membayar angsuran pada waktu yang telah ditentukan.

2. Debitur mengalami musibah.

Beberapa debitur tidak dapat menyanggupi melakukan pembayaran angsuran tepat waktu dikarekanan terjadi musibah. Musibah seperti sakit, kecelakanaa, keluarga meninggal dunia, dan sebagainya menyebabkan munculnya pengeluaran tidak terduga. Dengan demikian dana yang seharusnya digunakan untuk membayar angsuran digunakan untuk kebtuhan tersebut.

3. Penggunaan dana untuk kebutuhan lain

Kewajiban untuk membayar tepat waktu terganjal dengan adanya kebutuhan-kebutuhan seperti membayar sekolah serta biaya-biaya lainnya. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penundaan pembiayaan.

4. Wanprestasi

Debitur kurang kooperatif dalam penggunaan pembiayaan yang diberikan. Dana yang disalurkan tidak digunakan unntuk membiayai usaha sesuai dengan kesepakatan saat pengajuan pembiayaan. Contohnya adalah saat pengajuan pembiayaan debitur mengatakan pembiayaan tersebut untuk modal usaha, tapi kenyataan digunakan untuk hal konsumtif. Kondisi ini mempengaruhi kelancaran pembayaran angsuran oleh debitur.

Selain faktor eksternal dari debitur, terdapat pula beberapa penyebab yang berasal dari internal perusahaan, seperti:

1. Kesulitan dalam melakukan pengawasan

Penagihan angsuran dilakukan setiap hari dengan turun langsung ke debitur. Namun, terdapat kesulitan dalam pengawasan terhadap debitur kelompok. Pengawasan terhadap debitur kelompok dilakukan kepada apalis yang bertanggung jawab kepada kelompoknya. Kondisi ini menyebabkan perusahaan tidak langsung mengawasi tiap debitur.

2. Keterbatasan sistem untuk melakukan BI checking

Pada proses seleksi calon debitur perusahaan harus melakukan BI checking untuk mengecek track record dari calon debitur. Namun dalam pelaksanaan, perusahaan kesulitan untuk melakukan pengecekan karena keterbatasan sistem yang dimiliki perusahaan. Hal ini menyebabkan terkadang tidak dilakukan pengecekan terutama untuk debitur kelompok. Kondisi ini tentu riskan karena perusahaan akan bias dalam melihat kualitas dari calon debitur. 3. Kurangnya kontrol pada akad pembiayaan murabahah

Akad pembiayaan murabahah yang seharusnya adalah perusahaan membelikan kebutuhan debitur, kemudian menjual kepada debitur dengan tambahan margin. Debitur membayar angsuran sesuuai kesepakatan jumlah dan jatuh tempo. Namun kondisi yang terjadi, perusahaan menyerahkan dana tunai kepada debitur, debitur sendiri yang membeli barang sesuai kebutuhan. Perusahaan hanya meminta bukti-bukti pembelian dari debitur, namun dalam pelaksanaannya debitur tidak menyerahkan bukti tersebut dengan alasan lupa. Dengan demikian, kemungkinan penyalahgunaan dana yang tidak sesuai kesepakatan besar terjadi.

4. Tidak membebankan asuransi pembiayaan

Asuransi diperlukan untuk menghindari kerugian akibat pembiayaan bermasalah yang lebih besar. Di lembaga pembiyaan lain biasanya menggunaan asuransi untuk pembiayaan bernilai besar. Pada BPRS X, perusahaan tidak membebankan asuransi pada pembiayaan yang disalurkan. Pun pada pembiayaan bernilai tinggi perusahaan hanya melakukan penguatan hukum melalui notaris. Dengan demikian, risiko akibat pembiayaan murabahah bermasalah tidak data dipindahkan ke lembaga lain, dengan kata lain risiko ditanggung sendiri.

5. Kurangnya ketegasan terhadap debitur bermasalah.

Sikap yang selama ini ditujukan kepada debitu yang bermasalah adalah dengan terus memberikan kelonggaran dan kemudahan dalam melunasi angsuran. Bagi perusahaan, yang terpenting adalah seluruh dana pinjaman kembali, walaupun melewati batas jatuh tempo. Kondisi ini akan berpengaruh pada pelaporan kinerja pembiayaan perusahaan.

Pengukuran Potensi Kerugian Pembiayaan Murabahah PT BPRS X

Potensi kerugian akibat pembiayaan bermasalah khususnya produk Murabahah dapat dihitung menggunakan metode Creditrisk+. Metode ini cukup mudah untuk diaplikasikan dan cocok untuk lembaga keuangan khususnya BPRS. Sehingga kedepannya, perusahaan dapat menggunakan cara ini untuk mengukur potensi kerugian pada periode-periode berikutnya.

Data yang diperlukan dalam metode ini mencakup eksposur, kolektibilitas, probability of default tiap debitur pada suatu periode pelaporan, serta nilai recovery rate. Kolektibilitas BPRS X mencakup kategori lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Probability of default tiap kolektibilitas meliputi: lancar 0.5%; kurang lancar 10%; diragukan 50%; dan macet 100%. Kemungkinan jumlah debitur macet ditentukan menggunakan sebaran Poisson dengan tingkat kepercayaan 95%. Recovery rate diasumsikan nol karena selama ini perusahaan cenderung tidak melakukan penyitaan terhadap jaminan untuk mengurangi kerugian akibat gagal bayar.

Penelitian ini dilakukan dengan dua skenario penghitungan, yaitu:

1. Skenario pertama adalah perhitungan dengan eksposur yaitu harga saldo pokok yang belum dibayarkan. Pada skenario ini, saldo margin tidak dipehitungkan. Cara ini merupakan prinsip konvensional dimana perusahaan hanya menanggung kerugian dari pokok apabila terjadi pembiayaan bermasalah. Pada prinsip konvensional, dana yang disalurkan bank hanyalah pinjaman pokok saja, sementara margin/ bunga tumbuh dari pinjaman tersebut dan berubah-ubah sesuai tingkat suku bunga.

2. Skenario kedua adalah perhitungan dengan eksposur total saldo harga pokok dan margin yang belum dibayarkan.. Skenario kedua merupakan pendekatan prinsip syariah. Hal ini karena dalam akad pembiayaan, dana pinjaman yang disalurkan ke debitur merupakan gabungan dari biaya pokok dan margin. Oleh karena itu, kemungkinan kerugian perusahaan bila terjadi pembiayaan bermasalah dilihat dari saldo pokok serta margin.

Kedua skenario menggunakan data pembiayaan produk murabahah bulan April 2015. Asumsi yang digunakan dalam creditrisk+ adalah data dalam satu periode diasumsikan sama pada periode-periode lainnya (crouhy et al dalam Anindhita, 2012).

Tahapan perhitungan diawali dengan mengelompokkan data eksposur tiap nasabah ke dalam kelas-kelas. Penentuan kelas berdasarkan nilai eksposure terendah dan tertingi, kemudian ditentukan nilai dari tiap kelas dengan besaran tertentu yang mudah untuk dilakukan perhitungan. Selanjutnya masing-masing kelas dibagi ke dalam 10 band atau sub-kelas. Jumlah debitur tiap band pada PT BPRS X untuk skenario I dapat dilihat pada Tabel 11

Tabel 11 Jumlah debitur tiap band untuk skenario I

Band Kelas

5 000 50 000 500 000 5 Juta 50 Juta 500 Juta

1 - 1 369 31 5 1 2 6 40 1043 9 2 - 3 1 159 441 15 5 - 4 1 115 232 17 1 - 5 - 93 219 8 1 - 6 - 161 146 11 - -

Band Kelas

5 000 50 000 500 000 5 Juta 50 Juta 500 Juta

7 - 49 49 1 - - 8 - 198 43 3 - - 9 - 121 15 - 2 - 10 - 142 12 3 1 - Jumlah 8 1 079 2 570 98 17 1 Sumber: PT BPRS X (diolah)

Berdasarkan data di atas, distribusi debitur terbesar berada pada kelas dengan saldo akhir pokok antara Rp500 000-Rp5 000 000 sejumlah 2 570 debitur. Sementara debitur dengan saldo harga pokok terbesar berada pada band ke-2, yaitu sebanyak 1 043 debitur. Sementara untuk skenario II dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 12 Jumlah debitur tiap band untuk skenario II

Band Kelas

5 000 50 000 500 000 5 Juta 50 Juta 500 Juta

1 - - 561 47 8 - 2 4 36 1086 19 4 2 3 2 141 301 6 2 - 4 1 184 262 8 4 - 5 - 110 162 8 4 - 6 1 140 204 11 - - 7 - 92 143 15 - - 8 - 95 42 4 - - 9 - 76 14 1 2 - 10 - 77 30 2 - - Jumlah 6 951 2 804 121 24 2 Sumber: PT BPRS X (diolah)

Data diatas memperlihatkan, untuk skenario kedua, debitur terbanyak berada di kelas 500 000. Sementara jumlah debitur dengan total exposure tertinggi berada pada band ke-2 kelas 500 000. Kondisi ini hampir sama seperti skenario I.

Tahapan selanjutnya adalah penghitungan expected loss masing-masing band. Setiap debitur memiliki peluang untuk merugikan perusahaan, terutama debitur pada kategori bermasalah atau yang berada pada kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Perhitungan expected loss menggunakan rumus pada langkah ke-2. Hasil perhitungan expected loss untuk skenario I dapat dilihat pada Tabel 13, sedangkan untuk skenario II dapat dilihat pada Tabel 14

Tabel 13 Expected loss pada setiap band skenario I

Band Kelas (Rp) 5 000 50 000 500 000 5 000 000 50 000 000 500 000 000 1 - 67 000 17 979 350 15 617 090 34 447 685 282 705 000 2 35 800 1 288 150 24 742 956 9 336 440 12 722 500 - 3 1 400 1 303 615 21 184 455 23 961 445 162 888 825 - 4 10 000 872 090 24 682 465 27 373 140 1 000 000 - 5 - 3 756 975 13 624 375 997 050 255 000 000 - 6 - 3 150 535 5 983 840 59 245 190 - - 7 - 1 716 410 846 920 177 850 - - 8 - 4 153 200 869 695 38 458 260 - - 9 - 1 685 155 362 895 - 4 500 000 - 10 - 250 000 299 730 729 380 2 447 915 - Jumlah 47 200 16 557 975 110 576 681 175 895 845 473 006 925 282 705 000

Tabel 14 Expected loss pada setiap band skenario II Band Kelas (Rp) 5 000 50 000 500 000 5 000 000 50 000 000 500 000 000 1 - 23 444 535 10 539 655 2 464 130 - 2 15 800 1 009 430 32 453 160 19 646 055 52 445 920 567 685 415 3 16 400 934 475 25 225 050 9 892 010 1 439 260 - 4 10 000 1 426 645 18 295 410 2 474 295 21 308 525 - 5 - 835 965 20 798 615 997 535 571 152 135 - 6 30 000 4 691 125 16 112 570 61 256 025 - - 7 - 3 446 310 6 937 890 41 604 410 - - 8 - 2 011 285 5 427 320 40 870 680 - - 9 - 673 520 314 325 235 270 4 575 000 - 10 - 4 680 945 733 980 53 191 600 - - Jumlah 72 200 19 709 700 149 742 855 187 515 935 653 384 970 567 685 415 Sumber: PT BPRS X (diolah)

Berdasarkan data diatas, terlihat jumlah expected loss terbesar berada pada kelas 50 000 000. Jumlah expected loss pada kelas 50 000 000 di setiap skenario terbesar dikarenakan jumlah eksposur bermasalah yang besar. Skenario II memiliki nilai expected loss lebih besar dikarenakan eksposur yang berasal dari total saldo pokok dan saldo margin. Pada skenario I dan II Nilai expected loss terbesar berada pada kelas 500 000 000 band ke-2. Kondisi ini dikarenakan kolektibilitas debitur bermasalah, sehingga mengakibatkan potensi kerugian yang cukup besar.

Perusahaan dapat memghitung rata-rata jumlah debitur bermasalah berdasarkan expected loss yang telah dihitung. Rata-rata jumlah debitur bermasalah pada tiap band dapat digambarkan sebagai expected number of default (nj). nilai nj diperoleh dengan menggunakan rumus pada langkah ke-3. Perusahaan juga dapat memperkirakan jumlah debitur default (n) berdasarkan nilai rata-rata jumlah debitur bermasalah. Perhitungan jumlah debitur default menggunakan sebaran Poisson. Sebaran Poisson didapat dengan bantuan software Minitab. Hasil penghitungan expected number of default (nj) dan jumlah debitur default (n) untuk skenario I dapat dilihat pada Tabel 15

Berdasarkan Tabel 15, kelas 500 000 memiliki tingkat rata-rata default diperkirakan (nj) yang terbesar. Band dengan tingkat nj terbesarberada pada band ke-1, yaitu sebesar 35.96 debitur. Keadaan tersebut menunjukan debitur default yang terbesar terjadi pada eksposur antara Rp500 000 sampai Rp750 000. Sedangkan rata-rata default diperkirakan terendah berada pada kelas 50 000 000 band ke-10. Jumlah debitur default terbanyak berada pada kelas 500 000 sebanyak 137 debitur. Kondisi ini selaras dengan tabel 11 yang menunjukkan jumlah debitur terbanyak berada pada kelas 500 000. Saldo pokok antara Rp500 000-Rp750 000 memiliki jumlah debitur default berdasarkan sebaran Poisson terbanyak, yaitu 46 debitur. Sementara hasil penghitungan expected number of default (nj) dan jumlah debitur default (n) untuk skenario II dapat dilihat pada Tabel 16.

25 Tabel 15 Expected number of default dan jumlah debitur default pada skenario I

Band 5 000 50 000 500 000 5 000 000 50 000 000 500 000 000 ELj nj n ELj nj n ELj nj n ELj nj n ELj nj n ELj nj n 1 - - 1.34 1.34 3 35.96 35.96 46 3.12 3.12 6 0.69 0.69 2 0.57 57 2 2 7.16 3.58 6 25.76 12.88 19 49.49 24.74 33 1.87 0.93 3 0.25 0.13 1 - - - 3 0.28 0.09 - 26.07 8.69 14 42.37 14.12 21 4.79 1.6 4 3.26 1.09 3 - - - 4 2 0.5 2 17.44 4.36 8 49.36 12.34 18 5.48 1.37 4 0.02 0.01 0 - - - 5 - - - 75.14 15.03 22 27.25 5.45 10 0.2 0.04 0 5.1 1.02 3 - - - 6 - - - 63.01 10.5 16 11.97 1.99 5 11.85 1.97 5 - - - - - - 7 - - - 34.33 4.9 9 1.69 0.24 1 0.04 0.01 0 - - - - - - 8 - - - 83.06 10.38 16 1.74 0.22 1 7.69 0.96 3 - - - - - - 9 - - - 33.7 3.74 7 0.73 0.08 1 - - - 0.09 0.01 0 - - - 10 - - - 138.2 13.82 20 0.6 0.06 1 0.15 0.01 0 0.05 0.01 0 - - - Jumlah 8 134 137 25 9 2

Tabel 16 Expected number of default dan jumlah debitur default pada skenario II

Band 5 000 50 000 500 000 5 000 000 50 000 000 500 000 000 ELj nj n ELj nj n ELj nj n ELj nj n ELj nj n ELj nj n 1 - - - - - 46.89 46.89 58 2.11 2.11 5 0.05 0.05 0 - - - 2 3.16 1.58 4 20.19 10.09 16 64.91 32.45 42 3.93 1.96 4 1.05 0.52 2 1.14 0.57 2 3 3.28 1.09 3 18.69 6.23 11 50.45 16.82 23 1.98 0.66 2 0.03 0.01 0 - - - 4 2.00 0.50 1 28.53 7.13 12 36.59 9.15 14 0.49 0.12 1 0.43 0.11 1 - - - 5 - - - 16.72 3.34 7 114.78 22.96 31 0.20 0.04 0 11.42 2.28 5 - - - 6 6.00 1.00 3 93.82 15.64 22 32.23 5.37 9 12.25 2.04 4 - - - - - - 7 - - - 68.93 9.85 15 13.88 1.98 4 8.32 1.19 2 - - - - - - 8 - - - 40.23 5.03 9 10.85 1.36 3 8.17 1.02 2 - - - - - - 9 - - - 13.47 1.50 4 0.63 0.07 1 0.05 0.01 0 0.09 0.01 0 - - - 10 - - - 93.62 9.36 15 1.47 0.15 1 - - - - - - - - - Jumlah 8 134 137 25 9 2

Tabel 17 menunjukkan, pada skenario II, jumlah nj terbesar berada pada kelas 500 000, yaitu pada band ke-1. Sementara Nilai nj terkecil berada pada band ke-9 dikelas 5 000 000. Jumlah perkiraan debitur default (n) berdasarkan sebaran Poisson berada pada band ke-1 di kelas 500 000, yaitu sebanyak 58 debitur. Jumlah debitur yang diperkirakan default (n) digunakan dalam pennghitungan untuk mendapatkan nilai unexpected loss (UL). Nilai UL dapat dihitung dengan menggukan rumus pada langkah ke-5. Pada penrhitungan UL, nilai recovery rate diasumsikan nol karena selama ini perusahaan cenderung tidak melakukan penyitaan terhadap jaminan debitur.

Setelah diketahui nilai Expected Loss (EL) dan nilai Unexpected loss (UL), perusahaan dapat memperkirakan potensi kerugian. Potensi kerugian dinotasikan sebagai Economic Capital (EC) yang merupakan modal atau cadangan yang harus disediakan untuk menutup kerugian akibat risiko pembiayaan bermasalah. Nilai EC diperoleh dari selisihh antara UL dengan EL. Hasil perhitungan EL, UL serta EC untuk setiap kelas pada skenario I dan skenario II disajikan pada Tabel 17 sampai Tabel 22

Tabel 17 Nilai expected loss, unexpected loss, dan economic capital kelas Rp5 000

Skenario I (Rp) Skenario II (Rp)

Unexpected Loss (UL) 115 000 195 000

Expected Loss (EL) 47 200 72 200

Economic Capital (EC) 67 800 122 800

Tabel 17 menunjukkan pada skenario I memiliki nilai unexpected loss dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar Rp115 000. Nilai expected loss yang diperoleh berdasarkan probability of default tiap kolektibilitas adalah sebesar Rp47 200. Sehingga diperoleh nilai economic capital sebesar Rp67 800. Sementara pada skenario II yang mengukur keseluruhan pembiayaan, baik pokok

Dokumen terkait