• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan hasil yang cukup memuaskan Berdasarkan uji validitas yang dilakukan, dinyatakan bahwa 49 pernyataan yang mewakili variabel adalah valid. Ini dibuktikan dari nilai corrected item-total correlation yang ada pada 43 pernyataan lebih besar dari r tabel yakni 0,3246 . Uji reliabilitas yang dilakukan memperoleh nilai Cronbach’s

alpha lebih besar dari 0,6. Dari teori tersebut, dapat dinyatakan bahwa seluruh pernyataan dalam penelitian ini adalah reliabel.

Pada hasil penelitian ini terdapat pengaruh antara disiplin dan pengawasan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Danamon Cabang Medan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis (uji F dan uji t) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara disiplin dan pengawasan kerja terhadap kinerja karyawan baik secara simultan maupun parsial. Selain itu, hubungan antara variabel independen (disiplin dan pengawasan kerja) terhadap variabel dependen (kinerja karyawan) pada penelitian ini memiliki hubungan yang erat. Hal ini sesuai dan mendukung hasil penelitian dari Puspita Sari (2011) yang berjudul Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Karyadeka Alam Lestari Semarang menemukan hasil yaitu variabel disiplin dan pengawasan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan karyadeka alam lestari semarang. Berdasarkan data yang diolah menggunakan SPSS versi 21.0 berikut adalah pembahasan tiap-tiap variabel :

4.3.1 Pengaruh Disiplin Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Danamon

Cabang Medan

Siswanto (2002:291) disiplin adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi – sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Setelah diuji secara empiris maka hipotesa yang diajukan dapat diterima dan tidak menyimpang dari kerangka teori. Hal ini berarti bahwa disiplin yang ada di perusahaan PT Bank Danamon Cabang Medan sudah berjalan dengan baik. Hal ini bisa kita lihat pada uji secara parsial (uji-t) dimana hasil uji t untuk variabel X1 (Disiplin) diperoleh nilai t hitung = 10,474 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05. maka dapat dilihat tingkat signifikansi (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian , maka arah koefisiensi regresi positif yang berarti bahwa disiplin memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa disiplin yang ketat akan meningkatkan kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil persentase yang digunakan pada disiplin berada dalam kriteria tinggi yaitu pernyataan pada pimpinan bertindak tegas dalam mengambil keputusan sebesar 81,1% dan pimpinan menghukum bawahan yang berbuat salah 59,5% Tetapi ada yang menunjukkan nilai rendah yaitu sanksi yang diterapkan kepada karyawan sesuai dengan peraturan yang ada sebesar 51,4% meskipun termasuk dalam kriteria tinggi. Sehingga ini sangat berdampak positif dalam

disiplin dan menaati aturan – aturan yang ada didalam perusahaan. Hal ini sesuai dan mendukung hasil penelitian dari Napitupulu oktavina (2015) yang berjudul Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank BRI menemukan hasil yaitu dari indikator variabel disiplin tentang ketgasan sebesar 81,3%, balas jasa 78,5% dan sanksi hukuman sebesar 74,2%. Dari indikator dan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pimpinan selalu mengayomi dan memberi contoh tindakan – tindakan yang baik untuk ditiru oleh karyawannya sehingga hal ini juga dapat mendorong peningkatan kinerja perusahaan.

4.3.2 Pengaruh Pengawasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank

Danamon Cabang Medan

Pengawasan kerja adalah usaha sistematik untuk menentukan standar pelaksanaan dan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan – penyimpangan serta mengambil tindakan – tindakan yang diperlukan untuk koreksi guna menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan – tujuan perusahaan (Hani Handoko, 2001:30).

Berdasarkan hasil penelitian terhadap variabel pengawasan kerja, peneliti menemukan bahwa sebagian besar karyawan PT. Bank Danamon Cabang Medan setuju bahwa pengawasan kerja pada perusahaan tersebut diteliti dalam penelitian

responden terhadap kuisioner yang terdiri dari 15 pernyataan yang mewakili variabel pengawasan kerja yang menggambarkan baik atau buruknya seorang pimpinan yang melakukan pengawasan terhadap bawahannya dalam perusahaan tersebut. Seluruh pernyataan tersebut merupakan hasil penjabaran dari 4 indikator yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini. Indikator tersebut antara lain adalah waskat, penetapan standar kerja, pengukuran hasil kerja dan tindakan koreksi /perbaikan.

Berdasarkan hasil uji t, variabel pengawasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Bank Danamon Cabang Medan. Hal ini bisa kita lihat pada uji secara parsial (uji-t) dimana hasil uji t untuk variabel X2 (Pengawasan Kerja) diperoleh nilai t hitung = 3,760 dengan tingkat signifikansi 0,001. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05. maka dapat dilihat tingkat signifikansi (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa pengawasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Bank Danamon Cabang Medan.

Setelah diurutkan, indikator dengan respon positif tertinggi adalah pada indikator terakhir yaitu tindakan koreksi/perbaikan. Rata-rata responden menjawab setuju dan sangat setuju sedangkan pilihan jawaban netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju tidak dipilih oleh responden. Hal ini sesuai dengan pendapat George dalam buku Ibrahim (1985:155) yang menyatakan bahwa Pengawasan kerja merupakan proses untuk mendeterminasi apa yang akan dilaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk menerapkan tindakan – tindakan korektif sehingga dapat dilakukan sesuai dengan rencana. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa pengawasan sangat perlu dilakukan untuk

menghindari penyelewengan atau kesalahan yang dilakukan oleh karyawannya agar perusahaan berjalan dengan lancar.

Berdasarkan jawaban dari koesioner yang telah diberikan kepada reponden, pernyataan-pernyataan yang mewakili variabel pengawasan kerja didominasi oleh jawaban setuju. Ini berarti mayoritas karyawan PT. Bank Danamon Cabang Medan setuju bahwa pengawasan kerja yang ada pada perusahaan tersebut sudah berjalan dengan maksimal dan baik.

4.3.3 Pengaruh Disiplin dan Pengawasan Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan PT. Bank Danamon Cabang Medan

Dari hasil uji F, diperoleh nilai F hitung sebesar 59,831 dengan angka probabilitas sebesar 0.000. karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak . Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi ( Uji R2) yang bertujuan untuk melihat besarnya hubungan antara kedua variabel yakni pengaruh disiplin (X1) dan pengawasan kerja (X2) terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y) secara simultan. Berdasarkan hasil yang didapat nilai R : 0.882 yang dapat disimpulkan bahwa disiplin (X1) dan pengawasan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) adalah erat. Kemudian untuk melihat seberapa besar disiplin dan pengawasan kerja terhadap kinerja karyawan (Y) dapat dilihat dengan menggunakan rumus Koefisien Penentu (KP) yaitu KP = R Square x 100% = 0.766 x 100% = 76,6.% atau dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja (Y) dipengaruhi oleh disiplin (X1) dan pengawasan kerja (X2) sebesar 76,6% sedangkan sisanya yaitu 23,4%

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja karyawan atau dapat dikatakan bahwa variabel disiplin dan pengawasan kerja secara bersama - sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Jadi pada PT. Bank Danamon Cabang Medan perlu untuk dipertahankan ataupun ditingkatkan disiplin dan pengawasan kerja karena dari hasil penelitian kedua variabel diatas memiliki pengaruh yang positif untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan pada perusahaan tersebut.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh disiplin dan pengawasan kerja terhadap kinerja karywan PT. Bank Danamon Cabang Medan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh secara parsial antara disiplin kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Bank Danamon Cabang Medan. Besarnya pengaruh disiplin terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 46%.

2. Terdapat pengaruh secara parsial antara pengawasan kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Bank Danamon Cabang Medan adalah sebesar 21%. 3. Terdapat pengaruh secara simultan antara disiplin dan pengawasan kerja

terhadap kinerja karyawan di PT. Bank Danamon Cabang Medan sebesar 76,6%, sedangkan sisanya 23,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dalam penelitian ini maka peneliti mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut:

1. Sehubungan dengan signifikannya pengaruh disiplin terhadap kinerja karyawan, sebaiknya pimpinan/atasan yang ada di perusahaan lebih meningkatkan lagi untuk memberi tauladan yang baik kepada karyawannya dan mempunyai sikap yang tegas agar karyawan selalu

berjalan dengan efektif dan efisien dan dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan perusahaan tersebut.

2. Sebaiknya pimpinan yang ada di perusahaan lebih memperhatikan pengawasan kerja terhadap karyawan untuk menghindari penyimpangan/kesalahan yang kapan saja bisa terjadi. karena jika terjadi penyimpangan/kesalahan tersebut maka perusahaan PT. Bank Danamon Cabang Medan tidak akan bisa berjalan dengan lanacar.

3. Berdasarkan uji dari analisis regresi linier berganda membuktikan bahwa variabel disiplin merupakan variabel paling besar dalam mempengaruhi kinerja karyawan. Maka perusahaan harus mempertahankan penerapan disiplin yang sudah ada atau lebih meningkatkan lagi agar kinerja karyawan dapat lebih meningkat.

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Disiplin

2.1.1 Pengertian Disiplin

Menurut Nitisemito (1996:263) disiplin adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Sementara menurut Siswanto (2002:291) disiplin adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi – sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Menurut Abdurrahmat dalam buku Siswanto (2002:291) disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang dalam menaati semua peraturan perusahaan dan norma – norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dicapainya. Oleh karena itu, kedisiplinan itu harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan karena tanpa dukungan disisplin karyawan yang baik, maka sulit perusahaan untuk mewujudkannya.

Menurut Siagian (2008:305) disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi agar memenuhi tuntutan berbagai

merupakan bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan prilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen untuk menjalankan standar – standar organisasi dan kesediaan seseorang untuk mematuhi peraturan yang berlaku dalam perusahaan.

2.1.2 Jenis – Jenis Disiplin

Dalam setiap organisasi atau instansi yang diinginkan adalah jenis disiplin yang timbul dari diri sendiri dan atas dasar kerelaan dan kesadaran. Namun kenyataan selalu menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak disebabkan adanya paksaan dari luar. Untuk tetap menjaga agar disiplin terpelihara maka perlu melaksanakan kegiatan pendisiplinan. Adapun jenis kegiatan pendisiplinan kerja menurut Hani Handoko (2001:208) adalah :

1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standard dan aturan , sehingga penyelewengan – penyelewengan dapat dicegah. Tujuannya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para karyawan, dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata – mata dipaksa manajemen. Manajemen harus bertanggung jawab dan mampu menciptakan kondisi disiplin preventif dengan berbagai standar dari perusahaan yang ingin dicapai, dan karyawan harus mampu memahami dan mengetahui

alasan penerapan disiplin tersebut, dengan demikian para karyawan akan mengetahui segala peraturan dalam perusahaan yang bersangkutan.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan – aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran – pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan. Sebagai contoh, tindakan pendisiplinan berupa peringatan atau skors, dengan adanya hukuman yang ditetapkan oleh perusahaan karyawan tidak akan berperilaku yang menyimpang karena hukuman akan dikenakan pada mereka yang melanggar. Sasaran – sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengkoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah.

3. Disiplin Progresif

Disiplin progresif merupakan suatu kebijaksanaan pemberian hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran – pelanggaran yang berualang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman – hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif membantu karyawan untuk memperbaiki kesalahannya dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama apalagi kesalahan yang cukup fatal. Contoh dari tindakan disiplin progresif antara lain yaitu teguran secara lisan oleh atasan, teguran tertulis, skorsing dari pekerjaan selama bebrapa hari, diturunkan pangkatnya, dan bahkan hingga

2.1.3 Faktor – Faktor Disiplin

Menurut Alvin Vadilah Helmi dalam buku Siswanto (2002:295) menyatakan bahwa ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi disiplin kerja yaitu :

1. Faktor Kepribadian

Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang dianut. Nilai – nilai yang menjunjung disiplin akan digunakan sebagai kerangka acuan bagi penerapan disiplin tempat kerja.

2. Faktor Lingkungan

Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus – menerus. Proses bembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip – prinsip konsisten, adil, bersikap positif dan terbuka.

2.1.4 Macam – Macam Disiplin

Menurut Alvin Vadilah Helmi dalam buku Siswanto (2002:294) terdapat dua jenis disiplin yaitu :

1. Disiplin Diri

Disiplin diri merupakan disiplin yang dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri, melalui disiplin diri, karyawan – karyawan merasa bertanggung jawab dan dapat mengatur didi sendiri untuk kepentingan organisasi.

2. Disiplin Kelompok

Disiplin kelompok akan tercapai jika disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan, artinya kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing – masing anggota kelompok dapat memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.

2.1.5 Prinsip – Prinsip Disiplin

Untuk mengkondisikan pegawai suatu organisasi atau perusahaan agar bersikap disiplin maka terdapat beberapa prinsip pendisiplinan yaitu:

a. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi.

Pendisiplinan ini dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan didepan orang banyak agar pegawai yang bersangkutan tidak merasa malu dan sakit hati.

b. Pendisiplinan harus bersifat membangun.

Selain menunjukkan kesalahan yang telah dilakukan pegawai, haruslah diikuti dengan petunjuk cara pemecahannya sehingga para pegawai tidak merasa bingung dalam menghadapi kesalahan yang telah dilakukan.

c. Pendisiplinan dilakukan secara langsung dan segera.

Suatu tindakan yang dilakukan dengan segera terbukti bahwa pegawai telah melakukan kesalahan sehingga pegawai dapat mengubah sikapnya secepat mungkin.

Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih, siapapun yang telah melakukan kesalahan harus mendapatkan tindakan pendisiplinan secara adil tanpa membeda – bedakan.

e. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu pegawai absen.

Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan pegawai yang bersangkutan secara pribadi agar dia tahu telah melakukan kesalahan.

f. Setelah pendisiplinan hendaknya wajar kembali.

Sikap wajar hendaklah dilakukan pimpinan terhadap pegawai yang telah melakukan kesalahan tersebut, sehingga proses kerja dapat berjalan lancer kembali dan tidak kaku dalam bersikap (Heidjrahman dan Husnan 1993:241).

2.1.6 Tujuan Disiplin

Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan perusahaan agar berjalan dengan lancar sesuai dengan motif perusahaan (Siswanto, 2002:296). Sedangkan secara khusus tujuan disiplin terhadap karyawan yaitu :

1. Agar para karyawan/tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.

2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik – baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang

berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.

3. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa perusahaan dengan sebaik – baiknya.

4. Dapat bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma – norma yang berlaku pada perusahaan

5. Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2.1.7 Indikator Disiplin

Adapun indikator yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan pada suatu organisasi (Hasibuan, 2013:194) adalah sebagai berikut :

1. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dapat bekerja sungguh –

sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. 2. Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

jujur, adil,serta sesuai kata perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik, maka para bawahan pun akan kurang disiplin.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjanya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia yang lainnya.

5. Waskat.

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

6. Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan

semakin takut melanggar peraturan – peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku disiplin karyawan akan berkurang.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang melakukan kesalahan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.

8. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan –

hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis.

2.2 Pengawasan Kerja

2.2.1 Pengertian Pengawasan Kerja

Menurut Ibrahim (1985:155) Pengawasan kerja adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan – pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki. Menurut Harold Koontz dan Cyril dalam buku Ibrahim (1985:155:156) Pengawasan kerja adalah penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh bawahan dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin bahwa tujuan – tujuan perusahaan

Menurut Hani Handoko (2001:30) pengawasan kerja adalah usaha sistematik untuk menentukan standar pelaksanaan dan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan – penyimpangan serta mengambil tindakan – tindakan yang diperlukan untuk koreksi guna menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan –

tujuan perusahaan. Pengawasan kerja merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2008:125).

Sementara itu menurut Syafri Sofyan (2001:283) pengawasan kerja adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang manajer untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan dalam organisasi benar – benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya untuk mencapai keseluruhan tujuan organisasi. Menurut Manullang (2002:174) Pengawasan kerja adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengkoreksinya bila perlu dengan maksud supaya pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Sedangkan menurut George dalam buku Ibrahim (1985:155) Pengawasan kerja adalah proses untuk mendeterminasi apa yang akan dilaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk menerapkan tindakan – tindakan korektif sehingga dapat dilakukan sesuai dengan rencana.

Berdasarkan pengertian – pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan kerja merupakan salah satu pekerjaan yang dilaksanakan dalam kegiatan manajerial untuk menjamin terealisasinya semua rencana yang telah ditetapkan sebelumnya serta pengambilan tindakan perbaikan bila diperlukan. Tindakan perbaikan diartikan tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan dengan standar. Tindakan perbaikan ini membutuhkan waktu dan proses agar terwujud untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pengawasan kerja juga sangat erat hubungannya dengan perencanaan, karena rencana tanpa pengawasan akan menimbulkan penyimpangan – penyimpangan dan tanpa ada alat untuk mencegahnya.

2.2.2 Macam – macam pengawasan Kerja

Menurut Ibrahim (1985:159) Pengawasan kerja dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu :

1) Dilihat dari segi bidang kerja atau objek yang diawasi.

2) Pengawasan – pengawasan dibidang penjualan, produksi, pembiayaan, perbekalan, anggaran belanja, pemasaran dan sebagainya.

3) Dilihat dari segi subjek atau petugas pengawasan yaitu pengawasan –

pengawasan intern, ekstern, formal, informal, dan sebagainya.

4) Dilihat dari segi waktu pengawasan yaitu pengawasan – pengawasan preventif, represif dan sebagainya.

5) Dilihat dari segi – segi lainnya yaitu pengawasan – pengawasan umum, khusus, langsung, tidak langsung, mendadak, teratur dan sebagainya.

2.2.3 Syarat – syarat Pengawasan Kerja

Agar pengawasan dapat berjalan dengan efisien dan efektif perlu adanya sistem pengawasan yang baik. Menurut William H. Newman dalam buku Ibrahim (1985:159) Sistem pengawasan kerja yang baik memerlukan beberapa syarat

Dokumen terkait