• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Kondisi Umum

Kota Bekasi berawal dari status sebagai Kecamatan Bekasi yang kemudian pada tahun 1982 menjadi kota administratif (kotif). Pada 10 Maret 2002 berubah menjadi kota otonom. Sesuai dengan Perda Kota Bekasi No 4 Tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Alun-alun Kota Bekasi terletak di Kecamatan Bekasi Selatan.

Luas wilayah Kecamatan Bekasi Selatan menurut penggunaan lahan utama yaitu sebesar 1597 ha, terdiri dari luas lahan non pertanian 1026 ha, lahan kering 471 ha, dan lain-lain 100 ha. Keadaan topografi Kecamatan Bekasi Selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0–25 mdpl, sehingga pada beberapa daerah sulit untuk membuang air limpasan hujan dengan cepat (Bappeda Kota Bekasi 2012).

Kondisi air tanah di wilayah Kecamatan Bekasi Selatan cukup potensial untuk digunakan sebagai sumber air bersih. Iklim di Kecamatan Bekasi Selatan secara umum tergolong kering dengan tingkat kelembaban rendah. Kondisi temperatur harian 24–33°C. Jumlah penduduk di Kecamatan Bekasi Selatan 208 737 jiwa dengan rasio pertumbuhan penduduk 2.49% (Bappeda Kota Bekasi 2012).

Lokasi dan Topografi

Alun-alun Kota Bekasi berada pada posisi 107°0’0”BT dan 6°14’27”LS dan secara administratif terletak di Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Alun-alun memiliki luas 25 987 m² atau ± 2.6 ha. Batas wilayah administrasi alun-alun yaitu:

sebelah Utara : Rumah Sakit Palang Merah Indonesia sebelah Selatan : Jalan Pramuka

sebelah Barat : Jalan Veteran, Masjid Agung Al Barkah, Kodim 0507 sebelah Timur : Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan lahan 0‒2% (Gambar 9). Berdasarkan klasifikasi kemiringan menurut United Stated Soil System Management (USSSM), kondisi ini termasuk dalam kategori datar-hampir datar (Tabel 4).

13 Tabel 4 Klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan USSSM

Klasifikasi kemiringan (%) Keterangan

0‒2 2‒6 6‒13 13‒25 25‒55 >55

Datarhampir datar Sangat landai Landai Agak curam Curam Sangat curam Terjal

Sirkulasi dan Aksesibilitas

Sistem sirkulasi pada alun-alun Kota Bekasi terbagi menjadi sirkulasi di luar dan di dalam tapak. Sirkulasi di luar tapak berupa jalur pejalan kaki dengan lebar 1.5 m dan material berupa keramik outdoor (Gambar 10). Secara keseluruhan kondisi jalur pejalan kaki cukup terawat namun pada beberapa bagian terdapat keramik yang pecah. Sedangkan sirkulasi di dalam tapak berupa jalur pejalan kaki dengan lebar 2 m dan material berupa paving block (Gambar 11). Sirkulasi di dalam tapak di dominasi oleh elemen perkerasan dan banyak yang sudah tidak terlihat lagi dengan jelas polanya.

Gambar 10 Sirkulasi di luar tapak

Gambar 11 Sirkulasi di dalam tapak

Akses yang tersedia untuk mencapai alun-alun Kota Bekasi yaitu Jalan Pramuka untuk akses masuk dari sebelah Timur dan Jalan Veteran untuk akses masuk dari sebelah barat. Dari sebelah Timur tersedia dua buah akses masuk yaitu pada welcome area dan di depan Markas Kodim 0507. Sedangkan dari sebelah Barat tersedia tiga buah akses masuk yaitu satu akses masuk pada welcome area

dan dua lainnya berada tepat di depan RSUD Kota Bekasi (Gambar 12). Jalur ini banyak dilewati oleh sarana angkutan umum kota seperti K02, K11, K04, K05, K05A, K07, K09, K10, K15, K15A, K30, dan K31.

14

Gambar 12 Peta sirkulasi saat ini

Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengamatan kebisingan akibat lalu lintas kendaraan yang tinggi pada Jalan Pramuka dan Jalan Veteran serta kebisingan akibat proyek pembangunan RSUD Kota Bekasi. Pengamatan ini dilakukan secara menyebar di delapan titik (Gambar 13). Penentuan titik pengamatan berdasarkan pusat aktivitas pengunjung pada alun-alun. Pengamatan ini untuk mengetahui titik mana saja yang cukup mengganggu aktivitas pengunjung sehingga dapat diketahui perlakuan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan selama beraktivitas di alun-alun Kota Bekasi.

15

Gambar 13 Peta titik pengamatan data kebisingan

Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa kebisingan tertinggi terletak pada area plaza sebelah Barat (B2) yang mencapai 67.6 dB dan kebisingan terendah terletak pada area Tugu Resolusi (D1) sebesar 56 dB (Gambar 14). Tingkat kebisingan paling tinggi yaitu pada siang hari sebesar 63.4 dB dan tingkat kebisingan paling rendah pada sore hari sebesar 60.9 dB (Gambar 15).

16

Gambar 14 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan titik pengamatan

Gambar 15 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan waktu pengamatan

Tanah

Berdasarkan data dari BPDAS tahun 2012, alun-alun Kota Bekasi termasuk jenis tanah tipe Tropaquepts, Fluvaquents, Ustropepts. Menurut sistem taksonomi tanah USDA (1990), tanah tipe Fluvaquents termasuk dalam order tanah Entisol. Sedangkan tanah tipe Ustropepts dan Tropaquepts termasuk dalam order tanah Inceptisols.

Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengambilan satu titik sampel tanah dan diuji pada Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL) Fakultas Pertanian IPB. Hasil menunjukkan bahwa tanah pada alun-alun bersifat asam (pH 6.0–6.6) dengan kandungan C, N, P, K, Ca, Mg masing-masing sebesar 0.88%; 0.08%; 9.40ppm; 0.29(me/100g); 18.94(me/100g); 3.62(me/100g). Nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah sebesar 17.64(me/100g). Tekstur tanah mengandung 14.53% pasir, 57.41% debu, dan 28.06% liat.

LEGENDA

A1: Taman Timur, A2: Taman Barat, B1: Plaza Timur, B2: Plaza Barat, C1: Depan RSUD, C2: Lapangan, C3: Balai alun-alun, D1:Tugu Resolusi

17

Iklim

Data iklim makro berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selama tahun 2002–2011. Diketahui bahwa temperatur terendah yaitu pada bulan Januari sebesar 26.5°C dan temperatur tertinggi pada bulan September sebesar 28°C. Sedangkan kelembaban terendah pada bulan Agustus sebesar 72.5%/bulan dan kelembaban tertinggi pada bulan Januari sebesar 83.4%/bulan. Sedangkan data iklim mikro didapatkan melalui pengamatan langsung di tapak (Gambar 16).

18

Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengamatan suhu dan kelembaban di bawah naungan tanpa perkerasan (A), di atas perkerasan tanpa naungan (B), dan di area tanpa naungan dan tanpa perkerasan (C). Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari, siang hari, dan sore hari. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa suhu paling tinggi terdapat di titik C sebesar 32.5°C dan suhu paling rendah terdapat di titik A sebesar 30.5°C. Suhu tertinggi terjadi pada sore hari sebesar 32.5°C dan suhu terendah terjadi pada pagi hari sebesar 30.2°C (Gambar 17). Sedangkan kelembaban paling tinggi terdapat di titik A sebesar 76% dan kelembaban paling rendah di titik C sebesar 68%. Kelembaban tertinggi pada pagi hari dan kelembaban terendah pada siang hari (Gambar 18).

Gambar 17 Hasil pengamatan suhu berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu

Gambar 18 Hasil pengamatan kelembaban berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu

Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas yang tersedia pada alun-alun Bekasi yaitu toilet, bak sampah, arena bermain anak, bangku taman, plaza, kantor pengelola, jalur pejalan kaki, kandang burung, planter box, lapangan sepakbola, tiang bendera, balai, dan lampu taman (Gambar 19). Namun terdapat beberapa fasilitas yang tidak berfungsi lagi karena sudah rusak seperti pada lampu taman dan toilet. Selain itu, jumlah bak sampah yang terdapat pada alun-alun saat ini sering tidak mampu menampung sampah yang ada sehingga sampah sering menumpuk dan mengganggu visual.

a) b)

19

LEGENDA:

1. Toilet 6. Balai 11. Kandang burung

2. Penampungan sampah 7. Toilet 12. Planter box (15mx4m)

3. Arena bermain anak 8. Jalur pejalan kaki 13. Planter box (1mx1m)

4. Kantor pengelola 9. Plaza berkumpul 14. Lapangan sepakbola

5. Plaza welcome area 10. Bangku taman

Gambar 19 Peta inventarisasi fasilitas

Jaringan utilitas pada alun-alun terdiri atas jaringan listrik dan saluran drainase. Jenis drainase berupa saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup (Gambar 20). Genangan yang sering terjadi saat hujan menunjukkan kurang baiknya sistem drainase yang terdapat pada alun-alun. Genangan sering terjadi pada area lapangan sepakbola sehingga mengganggu aktivitas pengunjung yang ingin berolahraga (Gambar 21).

20

Gambar 20 Saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup

Gambar 21 Kondisi genangan pada lapangan sepakbola

Visual

Alun-alun Kota Bekasi dikelilingi oleh lahan terbangun yang memberikan kesan kaku pada tapak. Secara keseluruhan visual menarik ke dalam tapak yaitu area taman dan plaza welcome area. Pada area taman, visual yang menarik ke arah luar yaitu visual ke arah Masjid Agung Al Barkah. Kombinasi warna yang mencolok dan arsitektural yang indah memberikan kesan estetika yang tinggi bagi pengunjung (Gambar 22).

21

Gambar 23 Visual pada plaza welcome area

Pada area lapangan sepakbola kesan yang tercipta yaitu visual yang lapang dan monoton (Gambar 24). Keberadaan baliho pada sebelah Timur lapangan membuat area ini semakin tidak menarik. Visual ke arah luar tapak juga tidak terdapat objek kawasan yang menarik.

22

Tugu Resolusi pada sebelah Selatan alun-alun memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pada tugu ini, 40 000 rakyat Bekasi menyatakan setia kepada NKRI dan lepas dari Karisidenan Jatinegara pada 17 Januari 1950. Namun visual ke arah Tugu Resolusi tertutupi oleh kanopi pepohonan sehingga tidak bisa dinikmati dari kejauhan. Visual ke arah luar tapak dari area Tugu Resolusi didominasi oleh kawasan komersial dan pemukiman warga (Gambar 25).

Gambar 25 Visual pada area Tugu Resolusi

Kondisi Biofisik

Vegetasi di alun-alun Kota Bekasi cukup beragam jenisnya dan didominasi oleh jenis pepohonan (Tabel 5). Secara keseluruhan vegetasi pada alun-alun ditanam secara acak dengan jarak tanam yang tidak teratur (Gambar 26).

Tabel 5 Jenis Vegetasi

Jenis Nama lokal Nama latin Pohon Daun kupu-kupu Bintaro Dadap merah Beringin Biola cantik Kerai payung Petai cina Mangga Sawo kecik Kersen Sengon Glodokan tiang Angsana Palem raja Mahoni Asam Bauhinia tomentosa Cerbera manghas Erythrina cristagalli Ficus benjamina Ficus lyrata Filicium decipiens Leucaena leucocephala Mangifera indica Manilkara kauki Muntingia calabura Paraserianthes falcataria Polyalthea longifolia Pterocarpus indicus Roystonea regia Swietenia mahagoni Tamarindus indica

23

Gambar 26 Peta inventarisasi vegetasi

Satwa pada alun-alun Kota Bekasi antara lain: burung merpati (Columbia livia), burung gereja erasia (Passer montanus), dan kupu-kupu pieridae (Leptosia nina). Pada area taman dibangun beberapa kandang burung merpati. Setiap siang burung-burung ini keluar dari kandangnya dan berkumpul di plaza welcome area

(Gambar 27). Tidak jarang pengunjung juga ikut memberikan makan pada burung merpati.

24

Gambar 27 Kandang burung dan burung merpati pada plaza welcome area

Karakter dan Preferensi Pengunjung

Kedatangan pengunjung ke alun-alun Kota Bekasi pada hari kerja dan hari libur memiliki beberapa perbedaan. Pada hari kerja, pengunjung meningkat pada sore hari. Dominasi pengunjung berusia dewasa dengan aktivitas berjalan-jalan atau duduk beristirahat. Pada hari libur keramaian pengunjung sudah mulai terlihat sejak pagi hari, tetapi cenderung menurun pada sore hari. Dominasi pengunjung yaitu rombongan keluarga dan remaja. Aktivitas yang dilakukan beragam, seperti bersepeda, jogging, duduk, bermain dan bersantai. Pengunjung sering berebutan tempat beristirahat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas yang tersedia. Secara umum persebaran aktivitas pengunjung baik pada hari kerja maupun hari libur ditunjukkan pada Gambar 28.

25 Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 30 responden diketahui bahwa sebagian besar responden mengunjungi alun-alun Kota Bekasi lebih dari 20 kali dalam satu bulan (Gambar 29) dan responden lebih banyak memilih berjalan kaki untuk mengakses alun-alun dibandingkan menggunakan transportasi umum maupun transportasi pribadi. Waktu rata-rata yang ditempuh responden untuk mencapai alun-alun dengan berjalan kaki yaitu 5−15 menit. Aktivitas yang sering dilakukan oleh responden yaitu jalan-jalan, jogging, dan duduk-duduk (Gambar 30). Aktivitas lainnya yaitu bersepeda, bermain sepakbola dan senam untuk responden lanjut usia.

Gambar 29 Tingkat kunjungan responden

Gambar 30 Aktivitas responden selama berada di alun-alun

Dominasi responden menyatakan bahwa kondisi dan penyediaan fasilitas pendukung pada alun-alun cukup baik, tetapi perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya (Gambar 31). Berdasarkan diskusi langsung dengan pengunjung diketahui bahwa mereka sangat membutuhkan tempat beristirahat yang bersifat menaungi karena kondisi alun-alun yang cukup panas. Selain itu, sebagian besar responden menginginkan suasana alun-alun didominasi oleh vegetasi berupa kombinasi semak dan tanaman penutup tanah serta dominasi tegakan pohon dan plaza (Gambar 32).

26

LEGENDA

a: tegakan pohon dan plaza b: dominasi tegakan pohon c: permainan air

d: dominasi elemen manmade

e: kombinasi semak dan tanaman penutup tanah

f: nuansa komersial

Gambar 31 Preferensi pengunjung terhadap kondisi fasilitas

27 Ga mbar 33 P eta invent ar isasi alun -a lun Kota Be k asi

28

Analisis dan Sintesis Lokasi dan Topografi

Lokasi alun-alun Kota Bekasi merupakan suatu potensi sebagai ruang untuk berkumpul masyarakat karena lokasi yang strategis dan dekat dengan kawasan pemukiman. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung diketahui sebesar 46.7% responden berdomisili di sekitar alun sehingga untuk mengakses alun-alun cukup mudah dengan berjalan kaki, sekitar 5–15 menit. Menurut Unterman (1984), di Amerika berjalan kaki sejauh 455 m masih dianggap menyenangkan dengan waktu 30 menit sebagai batas maksimum kenyamanan. Namun di Indonesia karena cuaca yang panas, jarak tempuh yang nyaman yaitu sekitar 400 mᵃ. Lebih lanjut menurut Thompson (2007) menyebutkan bahwa untuk memudahkan interaksi masyarakat dengan sebuah ruang hijau maka kedekatan dengan tempat tinggal sangat penting.

Kondisi topografi alun-alun yang cenderung datar mempunyai potensi untuk dijadikan pusat aktivitas rekreasi serta pembangunan sarana fasilitas pendukung. Namun sistem drainase di dalam tapak harus diperbaiki karena tingkat kemiringan 0‒2% rentan terhadap terjadinya genangan yang cukup lama.

Sirkulasi dan Aksesibilitas

Lebar jalur pejalan kaki pada alun-alun Kota Bekasi telah sesuai dengan standar jalur pejalan kaki menurut Dinas Bina Marga, yaitu 1.5 m untuk dua orang. Namun lebar jalur pejalan kaki yang memanfaatkan saluran drainase tertutup tidak sesuai dengan standar. Selain itu, penggunaan keramik outdoor dapat membahayakan pengunjung jika terdapat pecahan. Penggunaan jenis material dengan pola yang sama akan menciptakan kemonotonan. Untuk itu diperlukan pelebaran jalur pejalan kaki untuk jalur yang belum sesuai standar dan menambahkan kombinasi material berupa paving block atau blok beton agar lebih tahan lama dan lebih aman untuk digunakan.

Letak alun-alun berada di dekat pusat kota sehingga akses menuju alun-alun cukup mudah. Selain itu, aksesibilitas semakin mudah karena didukung oleh adanya angkutan perkotaan yang melewati kawasan ini. Namun, tingginya tingkat lalu lintas serta adanya proyek pembangunan yang sedang berjalan di RSUD Kota Bekasi menyebabkan kondisi di sekitar alun-alun cukup bising.

Aturan baku tingkat kebisingan telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 (Tabel 6). Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Tabel 6 Baku tingkat kebisingan

Peruntukan kawasan Tingkat kebisingan (dB)

Perumahan dan Pemukiman Perdagangan dan Jasa Perkantoran dan Perdagangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Industri

Pemerintahan dan Fasilitas Umum Rekreasi 55 70 65 50 70 60 70

29 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kebisingan alun-alun adalah 62.15 dB. Berdasarkan indikator baku tingkat kebisingan, alun-alun-alun-alun cukup bising. Angka ini sudah berada di atas batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan untuk suatu kawasan RTH (50 dB). Namun, alun-alun masih bisa dikembangkan menjadi suatu kawasan rekreasi masyarakat karena batas maksimal tingkat kebisingan untuk suatu kawasan rekreasi adalah 70 dB.

Untuk mereduksi kebisingan pada tapak dibutuhkan suatu penanaman yang efektif, yaitu penanaman kombinasi pohon dan semak. Carpenter et al. (1975) menyebutkan bahwa semakin dekat jarak tanam ke sumber kebisingan akan semakin efektif tanaman dalam meredam kebisingan. Selain itu, diperlukan vegetasi yang mampu menyerap polutan gas hasil dari emisi kendaraan yang ditanam dengan jarak tanam rapat agar efektif dalam menjerap polutan.

Tanah

Alun-alun Kota Bekasi termasuk jenis tanah order Entisol dan Inceptisols. Tanah Entisol memiliki kandungan unsur hara yang banyak tergantung dari bahan induk. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatif subur, namun untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi dibutuhkan pemupukan N, P, K. Tanah ini memiliki permeabilitas lambat (Munir 1996). Hal ini ditunjukkan dengan sering terjadinya genangan air saat hujan pada lapangan sepakbola alun-alun, sehingga diperlukan perbaikan sistem drainase agar sirkulasi air dapat berjalan dengan lancar, baik berupa parit atau lubang biopori. Sedangkan tanah jenis Inceptisol memberikan daya dukung lingkungan yang lebih baik untuk dijadikan lahan pertanian dan rerumputan (Rafi’i 1990).

Berdasarkan hasil uji laboratorium Departemen ITSL Fakultas Pertanian IPB, diketahui bahwa alun-alun Kota Bekasi memiliki tanah dengan pH asam, sehingga perlu dilakukan pengapuran untuk menyesuaikan tingkat keasaman tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan berimbang adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) (Sarief 1989). Namun jumlah unsur N, P, K yang terdapat di Alun-alun Kota Bekasi tergolong sangat rendah, masing-masing yaitu 0.08%, 9.40ppm, dan 0.29(me/100g). Dibutuhkan pemberian pupuk organik untuk meningkatkan keseimbangan hara makro sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal.

Iklim

Berdasarkan data dari BMKG, temperatur rata-rata selama tahun 2002–2011 berkisar pada angka 27.4°C dan kelembaban rata-rata 78%. Sementara berdasarkan pengamatan langsung, diketahui bahwa rata-rata suhu dan kelembaban alun-alun Kota Bekasi masing-masing adalah 31.6°C dan 72%. Menurut Laurie (1986) pada daerah tropis suhu kenyamanan relatif berkisar antara 27–28°C. Sedangkan kelembaban udara yang ideal untuk kenyamanan manusia berkisar antara 40%–75%. Dengan menggunakan rumus Temperature Humidity Index (THI), THI = 0.8T + (rH x T/500), dimana T adalah suhu rata-rata dan rH adalah kelembaban udara, maka didapatkan nilai THI pada alun-alun Kota Bekasi (Tabel 7).

30

Tabel 7 Nilai THI pada alun-alun Kota Bekasi

Suhu (°C) Kelembaban (%) THI Keterangan

30.5 76 29.00 Di bawah naungan, THI >27

31.7 72 29.99 Di atas perkerasan, THI >27

32.5 68 30.44 Di area tanpa naungan dan tanpa perkerasan, THI>27

Hasil dari perhitungan menggunakan rumus THI dapat diketahui bahwa secara keseluruhan kawasan alun-alun Kota Bekasi tergolong tidak nyaman bagi pengguna. Dari simulasi 3D tapak saat ini dengan menggunakan software SketchUp diketahui bahwa alun-alun masih kurang pohon penaung dan tapak cenderung bersifat terbuka (Gambar 34). Kendala suhu udara dan kelembaban ini dapat diatasi melalui penambahan jumlah pohon. Keberadaan pepohonan di kawasan perkotaan juga membantu mengurangi cahaya yang menyilaukan dari paving dan permukaan bangunan (Sari 2010). Simulasi 3D juga membantu dalam menentukan lokasi titik penanaman pada area yang kurang ternaungi.

Gambar 34 Kondisi naungan pada alun-alun Kota Bekasi

Fasilitas dan Utilitas

Kondisi fasilitas saat ini pada alun-alun Kota Bekasi cukup baik, namun perlu ditambah jumlah dan keragamannya, terutama tempat beristirahat. Penambahan tempat beristirahat yang bersifat menaungi dapat meningkatkan

31 kenyamanan pengunjung selama berada di alun-alun. Bangku taman saat ini letaknya terpusat pada area taman. Diperlukan penambahan jumlah bangku taman pada area di sekitar lapangan sepakbola dan Tugu Resolusi agar aktivitas masyarakat dapat menyebar merata pada seluruh kawasan alun-alun.

Disisi lain, pengunjung usia anak-anak sering menggunakan sepeda melalui jalur pejalan kaki saat menuju ke arena bermain. Hal ini dapat membahayakan pengguna jalur pejalan kaki karena mempersempit ruang berjalan. Sehingga dibutuhkan pelebaran jalur pejalan kaki di dalam tapak.

Saluran drainase terbuka dan tertutup pada alun-alun merupakan jenis drainase dengan permukaan bawah berupa tanah. Kondisi ini akan membantu penyerapan air ke dalam tanah lebih cepat. Namun di beberapa titik terjadi penumpukan sampah sehingga menghambat pergerakan air. Penggunaan drainase tertutup lebih efektif dibandingkan drainase terbuka karena dapat mengurangi kesempatan masyarakat membuang sampah pada saluran. Drainase tertutup dapat dimaksimalkan fungsinya sebagai jalur pejalan kaki dan perlu dilengkapi dengan

inlet untuk air hujan.

Visual

Dari segi visual, topografi alun-alun Kota Bekasi yang datar kurang menarik karena terkesan monoton. Namun, visual ke arah taman dan plaza banyak memberikan kualitas good view. Sedangkan pada area lapangan dan Tugu Resolusi didominasi oleh bad view karena belum tertata dengan rapih dan kurangnya perawatan. Sementara good view ke arah luar tapak terdapat pada view

yang menghadap Masjid Agung Al-Barkah.

Keragaman karakter visual yang terdapat di sepanjang kawasan alun-alun Kota Bekasi merupakan suatu potensi sekaligus suatu masalah. Merupakan potensi karena dapat memecah kemonotonan pada tapak, tetapi menjadi sebuah masalah karena alun-alun menjadi kehilangan identitas. Sehingga diperlukan penciptaan karakter yang dapat memberikan identitas yang khas pada alun-alun.

Visual ke dalam tapak secara keseluruhan merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik kawasan. Hal ini dapat didukung dengan menyediakan sarana bagi pengunjung untuk menikmati visual yang menarik. Sedangkan untuk menutupi visual yang terlihat kurang menarik pada tapak perlu dilakukan penataan ulang.

Kondisi Biofisik

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No 14 Tahun 1988 tentang Penataan RTH di Wilayah Perkotaan, karakteristik vegetasi untuk kawasan hijau rekreasi kota adalah: tidak bergetah/beracun dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat, ketinggian vegetasi bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang, kecepatan tumbuhnya sedang, jenis tanaman tahunan atau musiman, berupa habitat tanaman lokal, dan sekitar 40%−60% dari luas areal harus dihijaukan.

Kondisi vegetasi pada alun-alun Kota Bekasi saat ini secara garis besar telah memenuhi karakteristik vegetasi untuk kawasan hijau rekreasi kota. Namun untuk fungsi penaung dan fungsi identitas masih kurang. Jenis tanaman endemik yang

Dokumen terkait