• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN LANSKAP ALUN-ALUN KOTAMADYA BEKASI

SEBAGAI KAWASAN REKREASI MASYARAKAT

AMANDA FAUZIAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Amanda Fauziah

(4)

ABSTRAK

AMANDA FAUZIAH. Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat. Dibimbing oleh AKHMAD ARIFIN HADI.

Kota Bekasi memiliki masalah dalam mengonservasi ruang terbuka hijau sebagai dampak dari pembangunan yang tinggi. Alun-alun Kota Bekasi merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang masih ada saat ini dan memiliki banyak manfaat untuk ruang sosial, iklim mikro dan ekologi kota. Walaupun demikian, akhir-akhir ini alun-alun Kota Bekasi tidak digunakan secara optimal untuk ruang publik. Sebuah penelitian desain lanskap dibutuhkan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menyediakan konsep yang ideal untuk mengoptimalkan fungsi dari alun-alun Kota Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survei dan deskriptif. Aspek fisik, biofisik, sosial dan legal adalah aspek penting dalam membangun konsep dasar. Konsep dasar alun-alun Kota Bekasi disebut dengan “green oasis”. Green oasis merupakan sebuah area rekreasi ruang luar dengan nuansa alami secara dominan yang menjadi wadah bagi masyarakat untuk beraktivitas, belajar, dan berinteraksi. Hasil akhir penelitian berupa rencana tapak yang dapat digunakan sebagai rekomendasi yang baik untuk desain lanskap alun-alun Kota Bekasi sebagai area rekreasi ruang luar. Kata kunci: alun-alun, desain lanskap, rekreasi

ABSTRACT

AMANDA FAUZIAH. Landscape Design Alun-alun of Bekasi City as Public Recreation Area. Supervised by AKHMAD ARIFIN HADI.

Bekasi City has a problem in conserving green open spaces as an impact of a rapid development. Alun-alun of Bekasi City is one of green open spaces exist and has several benefits for social spaces, micro climate and ecology of the city. However, alun-alun of Bekasi City has not been used optimally for public spaces recently. The research in landscape design is needed to identify problems and obtaining ideal concepts optimizing functions of alun-alun. The method used in this research is survey and descriptive. The physical, biophysical, social and legal aspects are the important aspects in developing main concept. The main concept of alun-alun Bekasi City called “green oasis”. Green oasis is an outdoor recreational area with a predominantly natural scenery that become a space for community to activities, learning, and interaction. The output of this research is site plan that can be used as a good recommendation for landscape design alun-alun of Bekasi City as an outdoor recreation area.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERANCANGAN LANSKAP ALUN-ALUN KOTAMADYA BEKASI

SEBAGAI KAWASAN REKREASI MASYARAKAT

AMANDA FAUZIAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)
(8)

Judul Skripsi : Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat

Nama : Amanda Fauziah

NIM : A44090004

Disetujui oleh

Akhmad Arifin Hadi, SP, MA Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan berkah dan karunia-Nya sehingga penulisan karya ilmiah dengan judul Perancangan Lanskap Alun-alun Kotamadya Bekasi sebagai Kawasan Rekreasi Masyarakat dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Akhmad Arifin Hadi SP MA selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah. Penulis juga pengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr dan Ibu Dr Syartinilia, SP, Msi selaku dosen penguji atas masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini dan kepada Bapak Prof Dr Ir Wahju Qamara M selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama di Departemen Arsitektur Lanskap.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf dari Pemerintah Daerah Kota Bekasi; Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi; Dinas Pertamanan, Pemakaman, dan Penerangan Jalan Umum Kota Bekasi; dan berbagai pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya selama penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

(10)

DAFTAR ISI

Kerangka Pikir Penelitian 2

Pendekatan Teoritis 3

METODE 8

Lokasi dan Waktu Penelitian 8

Alat dan Bahan Penelitian 9

Metode Penelitian 9

Karakter dan Preferensi Pengunjung 24

Analisis dan Sintesis 28

(11)

Karakter dan Preferensi Pengunjung 32

Perancangan Lanskap Alun-alun Kota Bekasi 43

SIMPULAN DAN SARAN 71

1 Kerangka pikir penelitian 2

2 Ringin Kurung dan Gapura Alun-alun Kidul Yogyakarta tahun 1920 3 3 Ilustrasi Ibukota Majapahit berdasarkan sketsa Ir. Henry Maclain 3

4 Pola tanam hutan kota berstrata dua 5

(12)

5 Pola tanam hutan kota berstrata banyak 5

6 Sketsa alternatif jenis rekreasi 6

7 Sketsa variasi jenis fasilitas pada taman bermain anak 7

8 Lokasi penelitian 8

9 Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi 12

10 Sirkulasi di luar tapak 13

11 Sirkulasi di dalam tapak 13

12 Peta sirkulasi saat ini 14

13 Peta titik pengamatan dan kebisingan 15

14 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan titik pengamatan 16 15 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan waktu pengamatan 16

16 Peta iklim mikro 17

17 Hasil pengamatan suhu berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu 18 18 Hasil pengamatan kelembaban berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu 18

19 Peta inventarisasi fasilitas 19

20 Peta saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup 20

21 Kondisi genangan pada lapangan sepakbola 20

22 Visual pada area taman 20

23 Visual pada plaza welcome area 21

24 Visual pada area lapangan 21

25 Visual pada area Tugu Resolusi 22

26 Peta inventarisasi vegetasi 23

27 Kandang burung dan burung merpati pada plaza welcome area 24

28 Peta persebaran aktivitas pengunjung 24

29 Tingkat kunjungan responden 25

30 Aktivitas responden selama berada di alun-alun 25 31 Preferensi pengunjung terhadap kondisi fasilitas 26 32 Preferensi pengunjung terhadap suasana yang diharapkan 26

33 Peta inventarisasi alun-alun Kota Bekasi 27

34 Kondisi naungan pada alun-alun Kota Bekasi 30

35 Peta analisis dan sintesis 33

36 Konsep dasar perancangan alun-alun Kota Bekasi 34

37 Konsep desain alun-alun Kota Bekasi 35

38 Konsep sirkulasi alun-alun Kota Bekasi 37

39 Konsep ruang dan sirkulasi 38

(13)

41 Konsep vegetasi 40 42 Contoh penempatan papan informasi untuk menarik pergerakan 41 43 Referensi fasilitas dengan fungsi penerangan 41

44 Rencana blok (block plan) 42

45 Keseimbangan simetris (a) dan keseimbangan asimetris (b) 43

46 Prinsip titik perhatian 44

47 Prinsip kesederhanaan 44

48 Prinsip ritme (a) dan garis (b) 45

59 Ilustrasi jalur pejalan kaki di dalam tapak 55

60 Ilustrasi jalur pejalan kaki di luar tapak 55

61 Ilustrasi jalur jogging 56

62 Ilustrasi plaza olahraga 56

63 Ilustrasi plaza sejarah 57

64 Pembagian segmen jalur refleksi 57

65 Ilustrasi jalur refleksi 58

66 Ilustrasi arena bermain 58

67 Ilustrasi bangku taman satu sisi 59

68 Ilustrasi bangku taman dua sisi 59

69 Ilustrasi gazebo 59

70 Ilustrasi shelter 60

71 Ilustrasi papan interpretasi 60

72 Ilustrasi water features pada welcome area 61

73 Ilustrasi kantor pengelola 61

74 Ilustrasi kafetaria 62

75 Ilustrasi toilet 62

(14)

77 Ilustrasi perspektif 1 64

78 Ilustrasi perspektif 2 64

79 Ilustrasi perspektif 3 65

80 Ilustrasi perspektif 4 65

81 Ilustrasi perspektif 5 66

82 Ilustrasi perspektif 6 66

83 Detil elemen keras 1 67

84 Detil elemen keras 2 68

85 Detil elemen keras 3 69

86 Detil elemen keras 4 70

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta topografi Kota Bekasi 74

2 Peta klasifikasi tanah Kecamatan Bekasi Selatan 75 2 Rekapitulasi inventarisasi data kebisingan pada alun-alun Kota Bekasi 76 3 Rekapitulasi inventarisasi data pengukuran suhu dan kelembaban

pada alun-alun Kota Bekasi 77

4 Lembar koesioner 78

(15)
(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting bagi kehidupan kota yang cenderung berkembang dan banyak terjadi alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun. Berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, dengan proporsi 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Departemen PU (2006) menetapkan empat fungsi dasar RTH yaitu fungsi bio-ekologis (fisik); fungsi sosial, ekonomi, dan budaya; fungsi ekosistem perkotaan; fungsi estetika. Keberadaan RTH diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai ruang interaksi publik yang dapat digunakan oleh seluruh anggota masyarakat. Berdasarkan Intruksi Menteri Dalam Negeri No 14 Tahun 1988 tentang Penataan RTH di Wilayah Perkotaan, bahwa di dalam penggunaan RTH, pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

Kota Bekasi merupakan contoh kota di Indonesia yang mengalami permasalahan dalam pemanfaatan RTH. Salah satu RTH di Kota Bekasi yaitu alun-alun. Lokasi alun-alun Kota Bekasi strategis, dekat dengan pusat kota dan pemukiman warga, serta dikelilingi objek vital kawasan seperti Rumah Sakit Umum Daerah, Markas Polresta Bekasi Kota, Markas Kodim 0507, Masjid Agung Al Barkah, dan Stasiun Bekasi. Alun-alun Kota Bekasi pada Januari 2007 telah diresmikan menjadi hutan kota untuk publik melalui kerja sama Pemerintah Kota Bekasi dan PT Astra Internasional. Definisi hutan kota menurut Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2002 yaitu suatu hamparan lahan bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

Saat ini alun-alun Kota Bekasi belum dikelola secara optimal sebagai sebuah kawasan rekreasi seperti yang diharapkan pemerintah kota, diantaranya terlihat dari belum terpenuhinya sarana dan fasilitas pendukung kegiatan berekreasi. Sebuah perancangan ulang yang terencana baik dari segi fisik maupun estetis dibutuhkan untuk mengidentifikasi permasalahan dan menyediakan konsep yang ideal dalam mengoptimalkan fungsi dari alun-alun Kota Bekasi sebagai kawasan rekreasi masyarakat. Penataannya akan meliputi penataan ruang, sirkulasi, vegetasi, serta perancangan fasilitas yang memiliki kesatuan harmonis dengan lingkungan sekitarnya.

Tujuan Penelitian

(17)

2

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Bekasi dalam merancang alun-alun Kota Bekasi serta menjadi bahan referensi desain ruang terbuka publik lainnya di Kota Bekasi.

Kerangka Pikir

Pemerintah Kota Bekasi menetapkan fungsi dari alun-alun sebagai sebuah kawasan rekreasi masyarakat. Sejauh ini alun-alun Kota Bekasi belum mampu memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat sehingga perlu dilakukan perancangan ulang dengan mempertimbangkan berbagai aspek agar diperoleh suatu desain lanskap yang baik. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Sintesis

Perancangan lanskap alun-alun Kota Bekasi Sebagai kawasan rekreasi masyarakat

Aspek Fisik Aspek Biofisik Aspek Legal

(18)

3

Pendekatan Teoretis Alun-alun

Di dalam buku Encyclopedievan Nederlandsch Indie, disebutkan bahwa di hampir setiap tempat kediaman Bupati, selalu dijumpai adanya sebuah lapangan rumput yang luas, yang dikelilingi oleh pohon beringin di tengahnya (Gambar 2). Lapangan inilah yang dinamakan alun-alun. Di permukaan alun-alun tersebut tidak boleh ada rumput tumbuh dan di atasnya ditutup dengan pasir halus (Rusdi 2010).

Menurut Naryanto dalam Wicaksono (1999), alun-alun adalah taman kota yang berpusat di sekitar istana raja atau keraton yang merupakan milik keluarga istana. Hindarto (2003) menjelaskan deskripsi umum sebuah alun-alun ditandai dengan elemen di sekelilingnya, yaitu terdapat lapangan luas berbentuk bundar atau persegi empat, terdapat pohon beringin di tengah lapangan, terdapat gedung pemerintahan setempat, dan terdapat sebuah Masjid Agung.

Sumber: http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/edisi5c.pdf

Gambar 2 Ringin Kurung dan Gapura Alun-alun Kidul Yogyakarta tahun 1920 Alun-alun sudah ada sejak zaman prakolonial dan menjadi bagian dari komplek Kraton. Alun-alun terletak pada daerah Utara paling luar tetapi masih berada di dalam tembok Kraton (Gambar 3). Fungsi alun-alun pada masa ini yaitu sebagai lambang berdirinya sistem kekuasaan raja terhadap rakyatnya. Sifat sakral alun-alun di zaman prakolonial kemudian berkembang lebih merakyat pada zaman kolonial, menjadi semacam plaza di Eropa (Rusdi 2010).

Sumber: (a) http://jejaknusantara.com/pengetahuan-teknologi

(b) http://fikrialwaysdreaming.blogspot.com/2012/12/misteri-ibukota-majapahit-terpecahkan.html Gambar 3 Ilustrasi Ibukota Majapahit berdasarkan sketsa Ir. Henry Maclain

Alun-alun sekarang adalah ruang terbuka umum, namun tidak seharusnya kehilangan makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Agar alun-alun masih menunjukkan ikatan budaya dengan masyarakat maka dibentuk sesuai dengan perkembangan zaman. Selain berfungsi sebagai taman untuk menghirup udara segar, rekreasi bersama keluarga, olahraga ringan, tempat upacara, juga bisa menjadi wahana pendidikan (Warpani 2011).

(19)

4

Hutan Kota

Definisi hutan kota menurut Fakuara dalam Dachlan (2013) yaitu tumbuhan vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberi manfaat lingkungan dalam kegunaan proteksi, rekreasi, dan estetika lingkungan. Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2002 pada pasal 8 dinyatakan bahwa luas hutan kota pada suatu hamparan yang kompak paling sedikit 0.25 ha.

Dachlan (2013) menyebutkan peranan hutan kota diantaranya yaitu sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon-dioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi penggenangan, ameliorasi iklim, pengelolaan sampah, pelestarian air tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan keindahan, sebagai habitat burung, mengurangi stres, dan meningkatkan industri pariwisata.

Hutan kota merupakan bagian dari program ruang terbuka hijau. Hutan kota terbagi atas enam tipe berdasarkan peruntukannya, yaitu:

1. Hutan kota tipe pe4mukiman

Berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, peresap air, penahan angin, dan peredam kebisingan. Vegetasi dapat berupa komposisi jenis pepohonan yang dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. 2. Hutan kota tipe industri

Berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan yang timbul dari kegiatan industri. Karakteristik vegetasi yang dapat digunakan pada kawasan industri yaitu pohon bertajuk lebar dan rindang, berdaun lebar, dan menghasilkan aroma harum.

3. Hutan kota tipe rekreasi

Berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi dan keindahan. Karakteristik vegetasi untuk tipe rekreasi yaitu pohon, semak, atau tanaman penutup tanah yang memiliki karakteristik fisik yang unik dan indah.

4. Hutan kota tipe pelestarian plasma nutfah

Berfungsi untuk mencegah kerusakan, perlindungan, dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Sasaran pembangunan hutan kota yaitu sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan. Vegetasi yang digunakan yaitu vegetasi langka dan/atau unggulan setempat. 5. Hutan kota tipe perlindungan

Berfungsi untuk mencegah dan mengurangi bahaya erosi dan longsor pada daerah dengan kemiringan lahan cukup tinggi dan rawan, melindungi daerah resapan air, serta melindungi daerah pantai dari abrasi. Karakteristik vegetasi dapat berupa pohon dengan daya evapotranspirasi yang rendah serta vegetasi yang dapat mengurangi bahaya abrasi pantai.

6. Hutan kota pengamanan

(20)

5 Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, hutan kota dapat berbentuk:

1. Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota dengan komunitas vegetasi terkonsentrasi pada suatu areal, dengan jumlah vegetasi minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan.

2. Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan luas minimal 2500 m. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil 3. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90%−100% dari luas

hutan kota

4. Berbentuk jalur, yaitu hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar minimal hutan kota berbentuk jalur adalah 30 m.

Lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2008, struktur hutan kota dapat terdiri dari:

1. Hutan kota berstrata dua, yaitu hanya memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan berupa pepohonan dan rumput (Gambar 4).

2. Hutan kota berstrata banyak, yaitu memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan selain terdiri dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak dan penutup tanah dengan jarak tanam tidak beraturan (Gambar 5).

Gambar 4 Pola tanam hutan kota berstrata dua

(21)

6

Rekreasi

Cooper dalam Vanhove (2005) menyebutkan rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan pada waktu luang dan kegiatan yang dilakukan untuk bersenang-senang tetapi tidak harus dengan melakukan perjalanan. Arifin (2011) mengemukakan bahwa rekreasi tidak hanya sebagai bentuk aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru.

Pigram dalam Dachlan (2013) mengemukakan bahwa rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu rekreasi di dalam bangunan dan rekreasi di alam terbuka. Selanjutnya, Brockman dalam Dachlan (2013) mengemukakan rekreasi di alam terbuka memiliki kelebihan daripada rekreasi dalam bangunan yaitu mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun rohani, serta meningkatkan keterampilan.

Penelitian tentang manajemen rekreasi dalam dekade terakhir ini menemukan dua hal, yaitu permintaan rekresi di alam terbuka terus meningkat secara terus menerus dan tidak menunjukkan tanda akan berhenti, serta jenis rekreasi yang digunakan oleh masyarakat sudah banyak berubah dalam berbagai bentuk (Bell 2008).

Gold (1980) menggolongkan bentuk rekreasi menjadi empat kategori: 1. Rekreasi fisik, yaitu rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam

melakukan aktivitas rekreasi.

2. Rekreasi sosial, yaitu rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan aktivitasnya.

3. Rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan, pendidikan, dan estetika.

4. Rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang memanfaatkan sumber daya alam.

Sumber: Bell (2008)

(22)

7

Menurut Nurisjah (2004), merencanakan lanskap untuk kawasan rekreasi alam adalah merencanakan suatu bentuk penyesuaian program rekreasi yang sesuai dan terbaik dengan suatu sumberdaya lanskap tersedia terutama untuk menjaga keindahan panorama dan keunikan yang dimilikinya serta juga untuk kelestarian ekosistemnya, terutama ekosistem yang langka dan unik.

Douglass (1982) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam perencanaan rekreasi di alam terbuka, yaitu:

1. Adanya kesesuaian antara lahan untuk rekreasi di alam terbuka dengan rencana penggunaan lahan.

2. Mengatur lahan rekreasi yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Memberi prioritas kegunaan yang lebih banyak kepada lahan yang dimiliki. 4. Memelihara lahan-lahan yang dilindungi serta tapak yang bernilai sejarah.

Menurut Gold (1980) fasilitas rekreasi merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan. Fasilitas sengaja dibuat atau disediakan pada suatu kawasan rekreasi untuk menjalankan fungsi kawasan sebagai kawasan rekreasi, dimana setiap orang harus memiliki akses untuk dapat menikmati fasilitas tersebut.

Sumber: Bell (2008)

(23)

8

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di alun-alun, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat (Gambar 8). Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, dimulai pada Februari sampai Agustus 2013 (Tabel 1).

Sumber: google.com, BAPPEDA Kota Bekasi, googleearth.com,)

Gambar 8 Lokasi penelitian

Tabel 1 Jadwal Penelitian Jenis

Kegiatan

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan penelitian Pengumpulan data

Pengolahan data

(24)

9

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2:

Metode Penelitian

Pendekatan dalam merancang lanskap alun-alun Kota Bekasi dilakukan dengan menggunakan metode survei dan deskriptif dengan mengacu pada tahapan kerja yang dikemukakan oleh Plomp (2007) yaitu preliminary research, prototyping stage, dan assessment phase. Namun dalam penelitian ini tahapan tersebut dimodifikasi menjadi 2 tahap, yaitu :

1. Preliminary research

Merupakan tahap persiapan terkait analisis kebutuhan dan konteks, kajian literatur, mengembangkan kerangka konseptual dan teoritis untuk penelitian sebelum pada tahap perancangan.

1) Inventarisasi

Tahap pengamatan tapak dan pengumpulan data. Jenis data yang dikumpulkan berupa data fisik, biofisik, dan sosial (Tabel 3). Metode pengambilan data menggunakan metode survei dan studi pustaka. Data fisik berupa batas tapak, topografi, sirkulasi, aksesibilitas, letak fasilitas dan utilitas dilakukan dengan tracking menggunakan GPS kemudian disesuaikan dengan hasil digitasi dari google earth dan peta dasar.

Pengambilan data iklim mikro dan tingkat kebisingan dilakukan 3 kali sehari (pukul 08.30; 13.00; 16.30) selama 3 hari secara acak dalam 1 minggu. Alat yang digunakan untuk pengukuran iklim mikro yaitu Heavy weather dan untuk pengukuran tingkat kebisingan pada tapak menggunakan Sound level meter. Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah secara acak di salah satu titik pada tapak dengan menggunakan bor tanah, kemudian di uji di laboratorium. Data kualitas visual, vegetasi dan satwa didapatkan melalui pengamatan langsung di tapak.

Data sosial diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan diskusi langsung dengan pengelola, pengunjung, dan penduduk di sekitar tapak. Data tersebut menjadi dasar dan masukan untuk laporan penelitian yang dilengkapi dengan studi pustaka.

Tabel 2 Kebutuhan alat dan bahan

No Alat Kegunaan

1 Global Positioning System (GPS) Membuat peta dasar

2 Meteran gelinding Pengukuran dimensi

3 Sound level meter Mengukur tingkat kebisingan

4 Bor Tanah Pengambilan sampel tanah

5 Heavy Weather Mengukur iklim mikro

6 Komputer dengan perangkat lunak Mengolah data dan analisis

7 Kamera digital Dokumentasi kawasan

No Bahan Kegunaan

1 Bahan pustaka Referensi dan studi literatur

2 Peta digital alun-alun Bekasi Acuan pembuatan peta dasar

(25)

10

Tabel 3 Jenis, sumber, dan cara pengambilan data

Jenis data Sumber data Cara pengambilan

Tahap pengolahan data fisik, biofisik, sosial dan legal. Analisis topografi menggunakan software AutoCad yang hasilnya disesuaikan dengan standar kesesuaian lahan. Iklim mikro dianalisis melalui hasil perhitungan Temperature Humanity Indeks (THI). Rumus THI yaitu:

THI = T : suhu udara (°C)

R RH : kelembaban nisbi udara (%)

(26)

11 rujukan sifat tanah. Analisis ini bermanfaat untuk menentukan perilaku yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan kegiatan penanaman. Analisis tanah diperoleh melalui hasil uji laboratorium yang disesuaikan dengan rujukan sifat tanah. Data kualitas visual dianalisis terkait bad view dan good view pada tapak. Sedangkan data tingkat kebisingan dianalisis dengan menggunakan rujukan aturan baku tingkat kebisingan yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996. Analisis sosial dilakukan dengan pengolahan statistika sederhana, hasilnya dijadikan bahan pertimbangan untuk perancangan yang akan dilakukan. Hasil dari setiap analisis kemudian dipelajari dalam menentukan alternatif untuk mengatasi kendala pada tapak, serta mengembangkan potensi untuk mencapai tujuan. Selanjutnya hasil analisis dan sintesis dituangkan ke dalam ide konsep (conceptual plan).

3) Konsep

Hasil sintesis membentuk konsep yang akan dituangkan dalam desain perancangan. Konsep yang terbentuk harus sesuai dengan tujuan dari perancangan.

Pengembangan konsep ini meliputi konsep ruang, aktivitas, sirkulasi, vegetasi, dan fasilitas.

2. Prototyping stage

Merupakan tahap menetapkan pedoman perancangan yang dimulai dari pembuatan sebuah rencana tapak (site plan), yang kemudian akan digambarkan secara lebih detil lagi berupa pembesaran rencana tapak, gambar potongan tampak, gambar rencana penanaman, gambar ilustrasi perspektif dan gambar detil elemen keras.

Batasan Penelitian

(27)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Inventarisasi Kondisi Umum

Kota Bekasi berawal dari status sebagai Kecamatan Bekasi yang kemudian pada tahun 1982 menjadi kota administratif (kotif). Pada 10 Maret 2002 berubah menjadi kota otonom. Sesuai dengan Perda Kota Bekasi No 4 Tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Alun-alun Kota Bekasi terletak di Kecamatan Bekasi Selatan.

Luas wilayah Kecamatan Bekasi Selatan menurut penggunaan lahan utama yaitu sebesar 1597 ha, terdiri dari luas lahan non pertanian 1026 ha, lahan kering 471 ha, dan lain-lain 100 ha. Keadaan topografi Kecamatan Bekasi Selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0–25 mdpl, sehingga pada beberapa daerah sulit untuk membuang air limpasan hujan dengan cepat (Bappeda Kota Bekasi 2012).

Kondisi air tanah di wilayah Kecamatan Bekasi Selatan cukup potensial untuk digunakan sebagai sumber air bersih. Iklim di Kecamatan Bekasi Selatan secara umum tergolong kering dengan tingkat kelembaban rendah. Kondisi temperatur harian 24–33°C. Jumlah penduduk di Kecamatan Bekasi Selatan 208 737 jiwa dengan rasio pertumbuhan penduduk 2.49% (Bappeda Kota Bekasi 2012).

Lokasi dan Topografi

Alun-alun Kota Bekasi berada pada posisi 107°0’0”BT dan 6°14’27”LS dan secara administratif terletak di Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Alun-alun memiliki luas 25 987 m² atau ± 2.6 ha. Batas wilayah administrasi alun-alun yaitu:

sebelah Utara : Rumah Sakit Palang Merah Indonesia sebelah Selatan : Jalan Pramuka

sebelah Barat : Jalan Veteran, Masjid Agung Al Barkah, Kodim 0507 sebelah Timur : Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kondisi topografi alun-alun Kota Bekasi relatif datar dengan kemiringan lahan 0‒2% (Gambar 9). Berdasarkan klasifikasi kemiringan menurut United Stated Soil System Management (USSSM), kondisi ini termasuk dalam kategori datar-hampir datar (Tabel 4).

(28)

13 Tabel 4 Klasifikasi kemiringan lahan berdasarkan USSSM

Klasifikasi kemiringan (%) Keterangan

0‒2

Sistem sirkulasi pada alun-alun Kota Bekasi terbagi menjadi sirkulasi di luar dan di dalam tapak. Sirkulasi di luar tapak berupa jalur pejalan kaki dengan lebar 1.5 m dan material berupa keramik outdoor (Gambar 10). Secara keseluruhan kondisi jalur pejalan kaki cukup terawat namun pada beberapa bagian terdapat keramik yang pecah. Sedangkan sirkulasi di dalam tapak berupa jalur pejalan kaki dengan lebar 2 m dan material berupa paving block (Gambar 11). Sirkulasi di dalam tapak di dominasi oleh elemen perkerasan dan banyak yang sudah tidak terlihat lagi dengan jelas polanya.

Gambar 10 Sirkulasi di luar tapak

Gambar 11 Sirkulasi di dalam tapak

Akses yang tersedia untuk mencapai alun-alun Kota Bekasi yaitu Jalan Pramuka untuk akses masuk dari sebelah Timur dan Jalan Veteran untuk akses masuk dari sebelah barat. Dari sebelah Timur tersedia dua buah akses masuk yaitu pada welcome area dan di depan Markas Kodim 0507. Sedangkan dari sebelah Barat tersedia tiga buah akses masuk yaitu satu akses masuk pada welcome area

(29)

14

Gambar 12 Peta sirkulasi saat ini

(30)

15

Gambar 13 Peta titik pengamatan data kebisingan

(31)

16

Gambar 14 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan titik pengamatan

Gambar 15 Grafik tingkat kebisingan berdasarkan waktu pengamatan

Tanah

Berdasarkan data dari BPDAS tahun 2012, alun-alun Kota Bekasi termasuk jenis tanah tipe Tropaquepts, Fluvaquents, Ustropepts. Menurut sistem taksonomi tanah USDA (1990), tanah tipe Fluvaquents termasuk dalam order tanah Entisol. Sedangkan tanah tipe Ustropepts dan Tropaquepts termasuk dalam order tanah Inceptisols.

Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengambilan satu titik sampel tanah dan diuji pada Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL) Fakultas Pertanian IPB. Hasil menunjukkan bahwa tanah pada alun-alun bersifat asam (pH 6.0–6.6) dengan kandungan C, N, P, K, Ca, Mg masing-masing sebesar 0.88%; 0.08%; 9.40ppm; 0.29(me/100g); 18.94(me/100g); 3.62(me/100g). Nilai kapasitas tukar kation (KTK) tanah sebesar 17.64(me/100g). Tekstur tanah mengandung 14.53% pasir, 57.41% debu, dan 28.06% liat.

LEGENDA

(32)

17

Iklim

Data iklim makro berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selama tahun 2002–2011. Diketahui bahwa temperatur terendah yaitu pada bulan Januari sebesar 26.5°C dan temperatur tertinggi pada bulan September sebesar 28°C. Sedangkan kelembaban terendah pada bulan Agustus sebesar 72.5%/bulan dan kelembaban tertinggi pada bulan Januari sebesar 83.4%/bulan. Sedangkan data iklim mikro didapatkan melalui pengamatan langsung di tapak (Gambar 16).

(33)

18

Pada alun-alun Kota Bekasi dilakukan pengamatan suhu dan kelembaban di bawah naungan tanpa perkerasan (A), di atas perkerasan tanpa naungan (B), dan di area tanpa naungan dan tanpa perkerasan (C). Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari, siang hari, dan sore hari. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa suhu paling tinggi terdapat di titik C sebesar 32.5°C dan suhu paling rendah terdapat di titik A sebesar 30.5°C. Suhu tertinggi terjadi pada sore hari sebesar 32.5°C dan suhu terendah terjadi pada pagi hari sebesar 30.2°C (Gambar 17). Sedangkan kelembaban paling tinggi terdapat di titik A sebesar 76% dan kelembaban paling rendah di titik C sebesar 68%. Kelembaban tertinggi pada pagi hari dan kelembaban terendah pada siang hari (Gambar 18).

Gambar 17 Hasil pengamatan suhu berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu

Gambar 18 Hasil pengamatan kelembaban berdasarkan (a) lokasi dan (b) waktu

Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas yang tersedia pada alun-alun Bekasi yaitu toilet, bak sampah, arena bermain anak, bangku taman, plaza, kantor pengelola, jalur pejalan kaki, kandang burung, planter box, lapangan sepakbola, tiang bendera, balai, dan lampu taman (Gambar 19). Namun terdapat beberapa fasilitas yang tidak berfungsi lagi karena sudah rusak seperti pada lampu taman dan toilet. Selain itu, jumlah bak sampah yang terdapat pada alun-alun saat ini sering tidak mampu menampung sampah yang ada sehingga sampah sering menumpuk dan mengganggu visual.

a) b)

(34)

19

LEGENDA:

1. Toilet 6. Balai 11. Kandang burung

2. Penampungan sampah 7. Toilet 12. Planter box (15mx4m)

3. Arena bermain anak 8. Jalur pejalan kaki 13. Planter box (1mx1m)

4. Kantor pengelola 9. Plaza berkumpul 14. Lapangan sepakbola

5. Plaza welcome area 10. Bangku taman

Gambar 19 Peta inventarisasi fasilitas

(35)

20

Gambar 20 Saluran drainase terbuka dan saluran drainase tertutup

Gambar 21 Kondisi genangan pada lapangan sepakbola

Visual

Alun-alun Kota Bekasi dikelilingi oleh lahan terbangun yang memberikan kesan kaku pada tapak. Secara keseluruhan visual menarik ke dalam tapak yaitu area taman dan plaza welcome area. Pada area taman, visual yang menarik ke arah luar yaitu visual ke arah Masjid Agung Al Barkah. Kombinasi warna yang mencolok dan arsitektural yang indah memberikan kesan estetika yang tinggi bagi pengunjung (Gambar 22).

(36)

21

Gambar 23 Visual pada plaza welcome area

Pada area lapangan sepakbola kesan yang tercipta yaitu visual yang lapang dan monoton (Gambar 24). Keberadaan baliho pada sebelah Timur lapangan membuat area ini semakin tidak menarik. Visual ke arah luar tapak juga tidak terdapat objek kawasan yang menarik.

(37)

22

Tugu Resolusi pada sebelah Selatan alun-alun memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pada tugu ini, 40 000 rakyat Bekasi menyatakan setia kepada NKRI dan lepas dari Karisidenan Jatinegara pada 17 Januari 1950. Namun visual ke arah Tugu Resolusi tertutupi oleh kanopi pepohonan sehingga tidak bisa dinikmati dari kejauhan. Visual ke arah luar tapak dari area Tugu Resolusi didominasi oleh kawasan komersial dan pemukiman warga (Gambar 25).

Gambar 25 Visual pada area Tugu Resolusi

Kondisi Biofisik

Vegetasi di alun-alun Kota Bekasi cukup beragam jenisnya dan didominasi oleh jenis pepohonan (Tabel 5). Secara keseluruhan vegetasi pada alun-alun ditanam secara acak dengan jarak tanam yang tidak teratur (Gambar 26).

Tabel 5 Jenis Vegetasi

(38)

23

Gambar 26 Peta inventarisasi vegetasi

Satwa pada alun-alun Kota Bekasi antara lain: burung merpati (Columbia livia), burung gereja erasia (Passer montanus), dan kupu-kupu pieridae (Leptosia nina). Pada area taman dibangun beberapa kandang burung merpati. Setiap siang burung-burung ini keluar dari kandangnya dan berkumpul di plaza welcome area

(39)

24

Gambar 27 Kandang burung dan burung merpati pada plaza welcome area

Karakter dan Preferensi Pengunjung

Kedatangan pengunjung ke alun-alun Kota Bekasi pada hari kerja dan hari libur memiliki beberapa perbedaan. Pada hari kerja, pengunjung meningkat pada sore hari. Dominasi pengunjung berusia dewasa dengan aktivitas berjalan-jalan atau duduk beristirahat. Pada hari libur keramaian pengunjung sudah mulai terlihat sejak pagi hari, tetapi cenderung menurun pada sore hari. Dominasi pengunjung yaitu rombongan keluarga dan remaja. Aktivitas yang dilakukan beragam, seperti bersepeda, jogging, duduk, bermain dan bersantai. Pengunjung sering berebutan tempat beristirahat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas yang tersedia. Secara umum persebaran aktivitas pengunjung baik pada hari kerja maupun hari libur ditunjukkan pada Gambar 28.

(40)

25 Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 30 responden diketahui bahwa sebagian besar responden mengunjungi alun-alun Kota Bekasi lebih dari 20 kali dalam satu bulan (Gambar 29) dan responden lebih banyak memilih berjalan kaki untuk mengakses alun-alun dibandingkan menggunakan transportasi umum maupun transportasi pribadi. Waktu rata-rata yang ditempuh responden untuk mencapai alun-alun dengan berjalan kaki yaitu 5−15 menit. Aktivitas yang sering dilakukan oleh responden yaitu jalan-jalan, jogging, dan duduk-duduk (Gambar 30). Aktivitas lainnya yaitu bersepeda, bermain sepakbola dan senam untuk responden lanjut usia.

Gambar 29 Tingkat kunjungan responden

Gambar 30 Aktivitas responden selama berada di alun-alun

(41)

26

LEGENDA

a: tegakan pohon dan plaza b: dominasi tegakan pohon c: permainan air

d: dominasi elemen manmade

e: kombinasi semak dan tanaman penutup tanah

f: nuansa komersial

Gambar 31 Preferensi pengunjung terhadap kondisi fasilitas

(42)

27

Ga

mbar

33 P

eta

invent

ar

isasi alun

-a

lun Kota Be

k

(43)

28

Analisis dan Sintesis Lokasi dan Topografi

Lokasi alun-alun Kota Bekasi merupakan suatu potensi sebagai ruang untuk berkumpul masyarakat karena lokasi yang strategis dan dekat dengan kawasan pemukiman. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung diketahui sebesar 46.7% responden berdomisili di sekitar alun sehingga untuk mengakses alun-alun cukup mudah dengan berjalan kaki, sekitar 5–15 menit. Menurut Unterman (1984), di Amerika berjalan kaki sejauh 455 m masih dianggap menyenangkan dengan waktu 30 menit sebagai batas maksimum kenyamanan. Namun di Indonesia karena cuaca yang panas, jarak tempuh yang nyaman yaitu sekitar 400 mᵃ. Lebih lanjut menurut Thompson (2007) menyebutkan bahwa untuk memudahkan interaksi masyarakat dengan sebuah ruang hijau maka kedekatan dengan tempat tinggal sangat penting.

Kondisi topografi alun-alun yang cenderung datar mempunyai potensi untuk dijadikan pusat aktivitas rekreasi serta pembangunan sarana fasilitas pendukung. Namun sistem drainase di dalam tapak harus diperbaiki karena tingkat kemiringan 0‒2% rentan terhadap terjadinya genangan yang cukup lama.

Sirkulasi dan Aksesibilitas

Lebar jalur pejalan kaki pada alun-alun Kota Bekasi telah sesuai dengan standar jalur pejalan kaki menurut Dinas Bina Marga, yaitu 1.5 m untuk dua orang. Namun lebar jalur pejalan kaki yang memanfaatkan saluran drainase tertutup tidak sesuai dengan standar. Selain itu, penggunaan keramik outdoor dapat membahayakan pengunjung jika terdapat pecahan. Penggunaan jenis material dengan pola yang sama akan menciptakan kemonotonan. Untuk itu diperlukan pelebaran jalur pejalan kaki untuk jalur yang belum sesuai standar dan menambahkan kombinasi material berupa paving block atau blok beton agar lebih tahan lama dan lebih aman untuk digunakan.

Letak alun-alun berada di dekat pusat kota sehingga akses menuju alun-alun cukup mudah. Selain itu, aksesibilitas semakin mudah karena didukung oleh adanya angkutan perkotaan yang melewati kawasan ini. Namun, tingginya tingkat lalu lintas serta adanya proyek pembangunan yang sedang berjalan di RSUD Kota Bekasi menyebabkan kondisi di sekitar alun-alun cukup bising.

Aturan baku tingkat kebisingan telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 Tahun 1996 (Tabel 6). Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Tabel 6 Baku tingkat kebisingan

Peruntukan kawasan Tingkat kebisingan (dB)

Perumahan dan Pemukiman

(44)

29 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kebisingan alun-alun adalah 62.15 dB. Berdasarkan indikator baku tingkat kebisingan, alun-alun-alun-alun cukup bising. Angka ini sudah berada di atas batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan untuk suatu kawasan RTH (50 dB). Namun, alun-alun masih bisa dikembangkan menjadi suatu kawasan rekreasi masyarakat karena batas maksimal tingkat kebisingan untuk suatu kawasan rekreasi adalah 70 dB.

Untuk mereduksi kebisingan pada tapak dibutuhkan suatu penanaman yang efektif, yaitu penanaman kombinasi pohon dan semak. Carpenter et al. (1975) menyebutkan bahwa semakin dekat jarak tanam ke sumber kebisingan akan semakin efektif tanaman dalam meredam kebisingan. Selain itu, diperlukan vegetasi yang mampu menyerap polutan gas hasil dari emisi kendaraan yang ditanam dengan jarak tanam rapat agar efektif dalam menjerap polutan.

Tanah

Alun-alun Kota Bekasi termasuk jenis tanah order Entisol dan Inceptisols. Tanah Entisol memiliki kandungan unsur hara yang banyak tergantung dari bahan induk. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatif subur, namun untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi dibutuhkan pemupukan N, P, K. Tanah ini memiliki permeabilitas lambat (Munir 1996). Hal ini ditunjukkan dengan sering terjadinya genangan air saat hujan pada lapangan sepakbola alun-alun, sehingga diperlukan perbaikan sistem drainase agar sirkulasi air dapat berjalan dengan lancar, baik berupa parit atau lubang biopori. Sedangkan tanah jenis Inceptisol memberikan daya dukung lingkungan yang lebih baik untuk dijadikan lahan pertanian dan rerumputan (Rafi’i 1990).

Berdasarkan hasil uji laboratorium Departemen ITSL Fakultas Pertanian IPB, diketahui bahwa alun-alun Kota Bekasi memiliki tanah dengan pH asam, sehingga perlu dilakukan pengapuran untuk menyesuaikan tingkat keasaman tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan berimbang adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) (Sarief 1989). Namun jumlah unsur N, P, K yang terdapat di Alun-alun Kota Bekasi tergolong sangat rendah, masing-masing yaitu 0.08%, 9.40ppm, dan 0.29(me/100g). Dibutuhkan pemberian pupuk organik untuk meningkatkan keseimbangan hara makro sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal.

Iklim

(45)

30

Tabel 7 Nilai THI pada alun-alun Kota Bekasi

Suhu (°C) Kelembaban (%) THI Keterangan

30.5 76 29.00 Di bawah naungan, THI >27

31.7 72 29.99 Di atas perkerasan, THI >27

32.5 68 30.44 Di area tanpa naungan dan tanpa perkerasan, THI>27

Hasil dari perhitungan menggunakan rumus THI dapat diketahui bahwa secara keseluruhan kawasan alun-alun Kota Bekasi tergolong tidak nyaman bagi pengguna. Dari simulasi 3D tapak saat ini dengan menggunakan software SketchUp diketahui bahwa alun-alun masih kurang pohon penaung dan tapak cenderung bersifat terbuka (Gambar 34). Kendala suhu udara dan kelembaban ini dapat diatasi melalui penambahan jumlah pohon. Keberadaan pepohonan di kawasan perkotaan juga membantu mengurangi cahaya yang menyilaukan dari paving dan permukaan bangunan (Sari 2010). Simulasi 3D juga membantu dalam menentukan lokasi titik penanaman pada area yang kurang ternaungi.

Gambar 34 Kondisi naungan pada alun-alun Kota Bekasi

Fasilitas dan Utilitas

(46)

31 kenyamanan pengunjung selama berada di alun-alun. Bangku taman saat ini letaknya terpusat pada area taman. Diperlukan penambahan jumlah bangku taman pada area di sekitar lapangan sepakbola dan Tugu Resolusi agar aktivitas masyarakat dapat menyebar merata pada seluruh kawasan alun-alun.

Disisi lain, pengunjung usia anak-anak sering menggunakan sepeda melalui jalur pejalan kaki saat menuju ke arena bermain. Hal ini dapat membahayakan pengguna jalur pejalan kaki karena mempersempit ruang berjalan. Sehingga dibutuhkan pelebaran jalur pejalan kaki di dalam tapak.

Saluran drainase terbuka dan tertutup pada alun-alun merupakan jenis drainase dengan permukaan bawah berupa tanah. Kondisi ini akan membantu penyerapan air ke dalam tanah lebih cepat. Namun di beberapa titik terjadi penumpukan sampah sehingga menghambat pergerakan air. Penggunaan drainase tertutup lebih efektif dibandingkan drainase terbuka karena dapat mengurangi kesempatan masyarakat membuang sampah pada saluran. Drainase tertutup dapat dimaksimalkan fungsinya sebagai jalur pejalan kaki dan perlu dilengkapi dengan

inlet untuk air hujan.

Visual

Dari segi visual, topografi alun-alun Kota Bekasi yang datar kurang menarik karena terkesan monoton. Namun, visual ke arah taman dan plaza banyak memberikan kualitas good view. Sedangkan pada area lapangan dan Tugu Resolusi didominasi oleh bad view karena belum tertata dengan rapih dan kurangnya perawatan. Sementara good view ke arah luar tapak terdapat pada view

yang menghadap Masjid Agung Al-Barkah.

Keragaman karakter visual yang terdapat di sepanjang kawasan alun-alun Kota Bekasi merupakan suatu potensi sekaligus suatu masalah. Merupakan potensi karena dapat memecah kemonotonan pada tapak, tetapi menjadi sebuah masalah karena alun-alun menjadi kehilangan identitas. Sehingga diperlukan penciptaan karakter yang dapat memberikan identitas yang khas pada alun-alun.

Visual ke dalam tapak secara keseluruhan merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik kawasan. Hal ini dapat didukung dengan menyediakan sarana bagi pengunjung untuk menikmati visual yang menarik. Sedangkan untuk menutupi visual yang terlihat kurang menarik pada tapak perlu dilakukan penataan ulang.

Kondisi Biofisik

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No 14 Tahun 1988 tentang Penataan RTH di Wilayah Perkotaan, karakteristik vegetasi untuk kawasan hijau rekreasi kota adalah: tidak bergetah/beracun dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat, ketinggian vegetasi bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang, kecepatan tumbuhnya sedang, jenis tanaman tahunan atau musiman, berupa habitat tanaman lokal, dan sekitar 40%−60% dari luas areal harus dihijaukan.

(47)

32

memiliki keunggulan ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan arsitektural di kota dapat menjadi bahan tanaman utama penciri ruang terbuka kota (Sari 2010).

Vegetasi penaung yang dapat ditambahkan pada tapak antara lain flamboyan (Delonix regia) dan ki hujan (Samanea saman). Selain fungsinya sebagai penaung, kedua vegetasi ini juga memiliki sifat fisik yang menarik. Penanaman untuk vegetasi penaung yaitu ditanam secara berkesinambungan. Fungsi identitas dihadirkan pada tapak melalui penanaman tanaman endemik. Jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota dapat dikoleksi pada areal hutan kota (Dachlan 2013). Tanaman endemik Kota Bekasi yaitu durian bekasi (Durio zibethinus) dan kecapi (Shandoricum koetjape). Namun durian bekasi termasuk vegetasi penghasil getah dan buah berukuran besar sehingga kurang cocok digunakan karena dapat berbahaya bagi pengunjung.

Keberadaan burung merpati pada alun-alun menjadi suatu potensi untuk menarik pengunjung datang. Kehadiran burung merpati memberikan atraksi tersendiri dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan satwa. Pretty dalam Thompson (2007) menyatakan bahwa alam dapat berpengaruh terhadap kesehatan melalui tiga bentuk, yaitu menikmati pemandangan lingkungan alami, berada dekat dengan alam, serta aktif berpartisipasi dan terlibat di dalamnya. Kegiatan berinteraksi dengan satwa merupakan salah satu bentuk partisipasi aktif yang dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan. Selain itu, kehadiran satwa dapat menambah suasana alami sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung selama beraktivitas di tapak.

Karakter dan Preferensi Pengunjung

Dominasi aktivitas pengunjung selama berada di alun-alun Kota Bekasi yaitu berkumpul, duduk-duduk, dan berolahraga. Hal ini menuntut disediakannya fasilitas pendukung seperti plaza untuk berkumpul, bangku taman, dan sarana untuk berolahraga. Karakter pengunjung yang menginginkan akses yang mudah dalam menjangkau dan memanfaatkan fasilitas maka desain fasilitas dan penempatannya harus dibuat sedekat mungkin dengan jalur sirkulasi dan lokasi strategis lainnya.

Penambahan jumlah dan keragaman fasilitas bermain anak juga harus diperhatikan karena dominasi pengunjung alun-alun berusia anak-anak. Selain itu, fasilitas seperti penerangan pada malam hari juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dan menghindari tindak kriminalitas pada tapak. Preferensi pengunjung yang mengharapkan nuansa alami pada tapak dapat dihadirkan melalui penambahan jumlah vegetasi dan menyediakan fasilitas dengan penggunaan material dari alam.

Aspek Legal

(48)

33

Ga

mbar

35 P

eta

ana

li

sis

da

n si

(49)

34

Konsep Konsep Dasar

Pada awalnya alun-alun kota bekasi tidak bisa diakses untuk umum. Kemudian pada tahun 2007 setelah dijadikan hutan kota, alun-alun mulai dapat dinikmati oleh masyarakat. Namun keberadaan alun-alun belum dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai kawasan rekreasi masyarakat. Berdasarkan hasil analisis dan sintesis tapak, maka perancangan alun-alun Kota Bekasi diarahkan sebagai kawasan rekreasi ruang luar dengan nuansa alami secara dominan.

Konsep dasar perancangan alun-alun Kota Bekasi yaitu green oasis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oasis yaitu tempat, pengalaman, dan sebagainya yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan. Green oasis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah kawasan rekreasi ruang luar dengan nuansa alami secara dominan yang menjadi kontras bagi lahan terbangun di sekitarnya. Green oasis menjadi wadah beraktivitas, lingkungan edukasi, serta ruang interaksi bagi masyarakat perkotaan (Gambar 36). Konsep ini sejalan dengan preferensi pengunjung dan pemerintah Kota Bekasi.

Gambar 36 Konsep dasar perancangan alun-alun Kota Bekasi

(50)

35

Konsep Desain

Konsep desain pada alun-alun Kota Bekasi secara dominan menerapkan bentukan-bentukan geometris yang mewakili kesan formal dari sebuah alun-alun. Bentukan ini akan diaplikasikan pada pola-pola elemen lunak taman dan elemen keras taman pada rencana tapak. Material yang digunakan pada elemen keras taman yaitu material dari alam untuk menguatkan nuansa alami dari konsep dasar perancangan. Beberapa gambar referensi pola elemen lunak taman dan elemen keras taman dengan menggunakan desain geometris dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37 Konsep desain alun-alun Kota Bekasi

Pengembangan konsep

1. Konsep ruang

(51)

36

dan ruang perkerasan. Ruang hijau yaitu ruang yang mewakili nuansa alami melalui keberadaan vegetasi sedangkan ruang perkerasan yaitu ruang yang mewakili lahan terbangun atau area yang tidak ditanami oleh vegetasi secara dominan (Tabel 8).

Tabel 8 Konsep ruang Ruang Sub ruang Aktivitas Kebutuhan

fasilitas

Luas area

RH RP

Penerimaan Keluar-masuk

tapak

Keterangan: RH = ruang hijau; RP= ruang perkerasan; *berdasakan Gold (1980)

Ruang penerimaan berfungsi sebagai penghubung utama ruang-ruang yang terdapat pada tapak dan penghubung tapak dengan ruang luar. Lokasi ruang penerimaan saat ini dipertahankan untuk efesiensi sirkulasi di dalam dan luar tapak serta sirkulasi menuju objek vital kawasan, yaitu RSUD Kota Bekasi dan Masjid Agung Al-Barkah. Selain itu, ruang penerimaan juga berfungsi sebagai kesan pertama pengunjung terhadap alun-alun Kota Bekasi. Ruang ini dibentuk dengan konsep elemen yang ikonik sehingga mudah diingat oleh pengunjung.

(52)

37 Ruang pendukung ditujukan untuk menunjang fungsi ruang rekreasi. Ruang ini merupakan tempat pengunjung memperoleh pelayanan berupa informasi dan fasilitas pendukung untuk menunjang aktivitas seperti toilet, ruang ganti, kafetaria dan kantor pengelola.

2. Konsep sirkulasi

Konsep sirkulasi ditujukan untuk menjangkau setiap ruang yang ada pada alun-alun. Perancangannya menggunakan pola yang dinamis untuk menguatkan kesan alami. Sirkulasi terbagi menjadi jalur sirkulasi di luar dan di dalam tapak. Jalur sirkulasi di luar tapak berupa jalur pejalan kaki. Sedangkan jalur di dalam tapak selain jalur pejalan kaki yang terintegrasi dengan jalur sepeda, tersedia juga jalur jogging dan jalur refleksi (Gambar 38). Akses keluar masuk pada tapak mempertahankan kondisi saat ini.

(53)

38

Gambar 39 Konsep ruang dan sirkulasi 3. Konsep vegetasi

Pemilihan vegetasi didasarkan pada potensi dan kendala pada tapak sehingga fungsi yang akan dihadirkan yaitu fungsi penyangga, estetis, identitas, pengarah, peneduh, aromatik, dan penarik burung.

a. Fungsi penyangga

(54)

39 b. Fungsi estetika

Vegetasi yang dapat memberikan kesan menarik bagi pengunjung alun-alun melalui komposisi bentuk fisik, skala, dan perpaduan warna vegetasi, seperti bungur (Lagerstromia indica), kecrutan (Spathodea campanulata), flamboyan (Delonix regia), dan ki hujan (Samanea saman).

c. Fungsi identitas

Vegetasi yang dapat dijadikan lambang atau memberikan identitas pada kawasan, seperti tanaman kecapi (Shandoricum koetjape) yang berstatus sebagai vegetasi endemik di Kota Bekasi.

d. Fungsi pengarah

Vegetasi untuk mengarahkan sirkulasi pejalan kaki di dalam tapak yang ditanam dengan pola berjajar. Vegetasi pengarah antara lain palem raja (Roystonea regia) dan glodogan tiang (Polyalthia longifolia).

e. Fungsi peneduh

Vegetasi yang berfungsi memberikan naungan pada pengunjung ketika beraktivitas. Vegetasi peneduh yaitu vegetasi dengan tajuk yang lebar untuk memberikan naungan yang maksimal, seperti flamboyan (Delonix regia) dan ki hujan (Samanea saman).

f. Fungsi aromatik

Vegetasi yang menghasilkan aroma serta mampu menyerap/menepis bau. Penanamannya dilakukan dekat dengan sumber bau. Vegetasi yang menghasilkan aroma antara lain pandan (Pandanus sp) dan tanjung (Mimosops elengi) sebagai vegetasi penepis bau yaitu

g. Fungsi penarik burung

Vegetasi yang diperlukan merupakan vegetasi penghasil biji dan nektar atau buah kecil, antara lain bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dadap merah (Erythrina christagalli), dan kayu manis (Cinnamomum burmanii).

Konsep struktur hutan kota yang akan diterapkan pada alun-alun Kota Bekasi yaitu hutan kota berstrata banyak melalui kombinasi vegetasi tanaman penutup tanah, semak, dan pohon (Gambar 40).

(55)

40

Gambar 41 Konsep vegetasi 4. Konsep fasilitas

Konsep fasilitas disesuaikan dengan fungsi peruntukan ruang agar dapat memenuhi kebutuhan pengunjung dengan optimal. Penempatan fasilitas juga diperhatikan sebagai daya tarik pergerakan ke semua ruang yang terbentuk (Gambar 42). Letak fasilitas diatur dan ditata dalam komposisi yang pas dengan ukuran dan dimensi ruang. Fasilitas yang akan dikembangkan yaitu water features,

(56)

41

Sumber: Bell (2008)

Gambar 42 Contoh penempatan papan informasi untuk menarik pergerakan

Sumber: Penelusuran melalui google.com

(57)

42

(58)

43

Perancangan Lanskap

Prinsip perancangan pada alun-alun Kota Bekasi menggunakan rujukan prinsip desain yang disampaikan oleh Ingels (2004). Ingels menyebutkan ada enam prinsip desain yaitu:

1) Keseimbangan

Terdapat tiga macam keseimbangan yaitu simetris, asimetris, dan proximal. Keseimbangan simetris yaitu komposisi keseimbangan yang mencerminkan bagian sebaliknya. Keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan secara visual pada dua sisi namun dalam komposisi yang bervariasi, seperti penggunaan material dan peletakannya. Keseimbangan proximal menyerupai keseimbangan asimetris namun diperhatikan juga kebutuhan untuk mengatur keseimbangan kedalaman komposisi lanskap.

Keseimbangan simetris yang sangat menonjol pada alun-alun terdapat pada ruang sejarah melalui penyusunan pola sirkulasi dan penanaman vegetasi. Jika ditarik suatu sumbu maka setiap sisinya akan tampak sama. Sementara keseimbangan asimetris pada alun-alun terlihat melalui komposisi volume

vegetasi. Walaupun pola penyusunan berbeda tetapi terdapat suatu keseimbangan bobot visual. Massa pohon yang padat pada sebelah kiri sumbu diimbangi dengan keberadaan gazebo dan deretan vegetasi yang diletakkan sedikit menjauh dari sebelah kanan sumbu yang menciptakan suatu kesimbangan. (Gambar 45).

Gambar 45 Keseimbangan simetris (a) dan keseimbangan asimetris (b) 2) Titik perhatian

Setiap desain yang baik memiliki titik perhatian, dengan komposisi yang menarik perhatian saat pertama kali dilihat. Segala sesuatu dalam komposisi tersebut hadir untuk mendukung titik perhatian. Titik perhatian merupakan prinsip desain dalam memilih dan menata secara visual karakter objek agar hadir secara kuat dalam komposisi lanskap.

Prinsip ini diterapkan pada alun-alun melalui pengadaan water features pada

welcome area (Gambar 46). Kehadiran water features dapat memberikan nuansa segar dari suasana monoton akibat dominasi perkerasan. Welcome area

didominasi oleh perkerasan berwarna gelap, sehingga untuk meningkatkan kontras

maka water features menggunakan material yang terbuat dari batu alam berwarna terang. Selain itu, tekstur yang besar dan menonjol pada material batu alam

menjadi kontras tersendiri terhadap material plaza yang bertekstur kecil dan merata.

(59)

44

Gambar 46 Prinsip titik perhatian 3) Kesederhanaan

Sederhana tidak berarti datar dan membosankan. Prinsip kesederhanaan dapat dicapai dengan menghindari terlalu banyak spesies, warna, tekstur, bentuk, kurva, dan sudut. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kenyamanan pengamat saat melihat lanskap.

Prinsip ini diterapkan melalui penanaman satu jenis vegetasi pohon yang sama secara merata pada kedua sisi lapangan sepakbola alun-alun. Vegetasi yang digunakan yaitu palem raja dengan karakter batang pohon yang tidak bercabang sehingga tidak mengganggu pandangan pengunjung ke arah lapangan. Penanaman dilakukan dengan pola linear dan jarak yang sama menunjukkan prinsip kesederhanaan (Gambar 47).

Gambar 47 Prinsip kesederhanaan 4) Ritme dan garis

Ritme terbentuk melalui pengulangan elemen beberapa kali secara teratur. Pengulangan dalam hal ini berlaku untuk semua elemen lanskap seperti lampu atau bangku taman. Sedangkan garis tercipta akibat pertemuan dua material yang berbeda. Tidak ada lanskap yang tercipta tanpa adanya ritme dan garis dalam pembuatan tampilannya.

(60)

45

Gambar 48 Prinsip ritme (a) dan garis (b) 5) Proporsi

Prinsip proporsi ditunjukkan melalui hubungan ukuran antara semua elemen lanskap, termasuk hubungan vertikal dan horizontal. Pada alun-alun prinsip ini diwujudkan dalam bentuk hubungan horizontal berupa pemilihan massa pohon yang sesuai. Contohnya yaitu pemilihan jenis vegetasi pada area ruang pendukung (Gambar 49). Pohon beringin pada tengah-tengah ruang mendominasi dengan massa tajuk yang rapat. Kemudian diimbangi pohon angsana pada masing-masing sisinya dengan massa tajuk yang renggang. Di sisi luar pohon angsana dihadirkan juga pohon mangga dengan massa tajuk yang rapat namun dengan dimensi tajuk yang lebih kecil sehingga dapat dihasilkan proporsi yang pas.

Gambar 49 Prinsip proporsi 6) Kesatuan

Kesatuan akan mudah diidentifikasi jika kelima prinsip telah diterapkan dengan benar dalam sebuah desain. Kesatuan desain adalah dimana setiap bagian saling memberi kontribusi pada keseluruhan desain. Pada alun-alun Kota Bekasi hal ini ditunjukkan melalui rencana tapak dimana dominasi pola-pola geometris memberikan suatu kesatuan desain (Gambar 50).

a)

(61)

46

Ga

mbar

50 R

en

ca

na

t

apa

k

(

Sit

e plan

(62)

47

Ga

mbar

51 P

embes

ara

n

re

nc

an

a tapa

k

(

blow

up

(63)

48

Ga

mbar

52 P

embes

ara

n

re

nc

an

a tapa

k

(

blow

up

(64)

49

Ga

mbar

53 P

embes

ara

n

re

nc

an

a tapa

k

(

blow

up

(65)

50

Ga

mbar

54 P

embes

ara

n

re

nc

an

a tapa

k

(

blow

up

(66)

51

Ga

mbar

55 P

otongan ta

m

pa

(67)

52

Ga

mbar

56 P

otongan ta

m

pa

(68)

53

Ga

mbar

57 P

otongan ta

m

pa

(69)

54

Ga

mbar

58 R

en

ca

na

p

en

ana

(70)

55

Sirkulasi

1) Sirkulasi pejalan kaki di dalam tapak

Jalur pejalan kaki di dalam tapak dirancang menyatu dengan jalur bersepeda. Lebar jalur yaitu 3.25 m, sesuai dengan Standar Perencanaan Geometrik yang telah ditetapkan oleh Dinas Bina Marga. Lebar tersebut untuk kapasitas satu orang bersepeda dan tiga orang berjalan berdampingan dengan nyaman. Material yang digunakan yaitu porous asphalt. Aspal jenis ini dibuat dengan tidak menggunakan agrerat halus untuk menimbulkan rongga yang dapat mengalirkan air ke dalam tanah sehingga mengurangi aliran permukaan. Penggunaan material aspal memiliki kelebihan dalam hal perawatan jika dibandingkan dengan material perkerasan lainnya. Selain itu, warna hitam aspal mempengaruhi psikologi pengguna menjadi lebih teduh dan nyaman. Ilustrasi jalur pejalan kaki di dalam tapak ditunjukkan pada Gambar 59.

Gambar 59 Ilustrasi jalur pejalan kaki di dalam tapak 2) Sirkulasi pejalan kaki di luar tapak

Lebar jalur pejalan kaki di luar tapak yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Dinas Bina Marga dipertahankan, yaitu 1.5 m untuk dua orang berjalan berdampingan. Namun untuk area jalur pejalan kaki yang masih belum sesuai maka diperlebar hingga mencapai 1.5 m. Material keramik outdoor tetap dipertahankan untuk estetika jalur, namun dikombinasikan dengan menggunakan blok beton agar lebih kuat dan tahan lama. Penggunaan material blok beton lebih aman untuk pengunjung dan material ini juga tahan terhadap genangan. Ilustrasi jalur pejalan kaki di luar tapak ditunjukkan pada Gambar 60.

(71)

56

3) Jalur Jogging

Jalur jogging dirancang menggunakan material paving block ukuran 21 x 10.5 x 8 cm yang disusun dengan pola miring 45 derajat. Permukaan paving dicat warna merah maroon untuk memberi kontras dengan jalur di sekitarnya. Jalur ini dirancang selebar 2 m untuk memberi kenyamanan pengunjung dalam berjogging. Selain itu, lebar jalur juga memungkinkan untuk dilalui oleh dua orang dengan arah berlawanan secara bersamaan. Pada sisi jalur jogging terdapat tempat beristirahat berupa bangku taman, gazebo, dan shelter yang tersebar di sepanjang jalur. Ilustrasi jalur jogging ditunjukkan pada Gambar 61.

Gambar 61 Ilustrasi jalur jogging

Plaza

Plaza olahraga ditujukan untuk olahraga yang sifatnya ringan seperti pemanasan dan senam lansia (Gambar 62). Sedangkan plaza sejarah pada Tugu Resolusi ditujukan sebagai area untuk menikmati pemandangan ke arah tugu dan sebagai media interpretasi (Gambar 63). Kedua plaza ini menggunakan material perkerasan yang sama yaitu batu sikat. Pada plaza olahraga, material batu sikat dikombinasikan dengan ubin outdoor. Kelebihan batu sikat adalah tidak licin dan perawatannya mudah. Batu sikat merupakan material asli dari alam sehingga memberikan kesan alami yang kuat pada tapak. Pola yang digunakan pada plaza olahraga berbeda dengan pola yang digunakan pada plaza sejarah, tetapi kombinasi warna yang digunakan sama, yaitu warna abu-abu gelap, abu-abu terang, dan merah bata.

(72)

57

Gambar 63 Ilustrasi plaza sejarah

Jalur Refleksi

Jalur refleksi dirancang menggunakan material batu coral yang disusun dengan pola dan tekstur yang berbeda pada setiap segmennya untuk memberikan suasana yang dinamis. Segmen jalur refleksi terbagi menjadi empat yang dipisahkan oleh jalur pejalan kaki menuju plaza olahraga (Gambar 64). Jalur refleksi dirancang dengan lebar 0.8 m untuk kapasitas berjalan satu orang. Pada sisi antara jalur refleksi dan plaza olahraga dipisahkan dengan sebuah water feature yang dapat digunakan pengguna jalur refleksi untuk mengistirahatkan kakinya sejenak sebelum melanjutkan ke segmen berikutnya (Gambar 65).

Gambar

Gambar 13  Peta titik pengamatan data kebisingan
Gambar 14  Grafik tingkat kebisingan berdasarkan titik pengamatan
Gambar 16  Peta iklim mikro
Gambar 19  Peta inventarisasi fasilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait