• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI DI KAWASAN KOTA

LAMA SEMARANG

Sintia Dewi Wulanningrum1

1Jurusan Arsitektur, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440

Email: sintiadewe@gmail.com

ABSTRAK

Jalur pejalan kaki merupakan jalur yang disediakan untuk untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyaman. Sebagai salah satu destinasi wisata di kota Semarang, jalur pejalan kaki di Kota Lama Semarang menjadi salah satu faktor penting bagi wistawan, karena dengan adanya jalur pejalan kaki yang nyaman dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatan ke kawasan ini. Studi kasus berada di jalur pejalan kaki di kawasan kota lama Semarang yang dirasa masih kurang nyaman karena terdapat beberapa masalah antara lain letak pohon yang berada di jalur pedestrian; tidak terdapat shelter pejalan kaki dll. Indikator yang digunakan untuk mengetahui kenyaman di jalur pejalan kaki antara lain; sirkulasi, aksesibilitas, gaya alam, keamanan, kebersihan dan keindahan (Uterman,1984). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona jalur pejalan kaki yang paling nyaman di kawasan Kota Lama Semarang yang diklasifikasikan menjadi 5 segmen atau zona. Segmen/zona di kawasan ini anatara lain zona Soeprapto, Tawang, Tantular, Kepodang dan Cendrawasih. Metodologi penelitian menggunakan deduktif kualitatif mengenai kajian jalur pejalan kaki yang nyaman di kawasan kota Lama Semarang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jalur pedestrian yang paling nyaman berada di jalur Soeprapto.

Kata kunci : jalur pejalan kaki, kenyamanan, kota lama semarang

1. PENDAHULUAN

Jaringan pejalan kaki yang aman, nyaman, dan manusiawi di kawasan perkotaan merupakan komponen penting yang harus disediakan untuk meningkatkan keefektifan mobilitas warga di perkotaan. Saat ini ketersediaan jaringan pejalan kaki belum dapat memenuhi kebutuhan warga baik dari segi jumlah maupun standar penyediaannya. Selain itu keterpaduan anta rjalur pejalan kaki dengan tata bangunan, aksesibilitas antar lingkungan, dan sistem transportasi masih belum terwujud.

Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, jalur pedesrtian di kawasan Kota Lama Semarang perlu diperhatiakan karena dapat mewujudkan jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan yang aman, nyaman, dan manusiawi sehingga mampu mendorong masyarakat untuk lebih senang berjalan kaki dan menggunakan transportasi publik, sehingga dapat mendukung terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Shirvani (1985) dan Lynch (1987) mengemukakan bahwa pedestrian bagian dari public space dan merupakan aspek penting sebuah urban space, baik berupa square (lapangan-open space) maupun street (jalan-koridor).

Permasalahan yang ditemui di jalur pejalan kaki kawasan Kota Lama Semarang antara lain; masalah sirkulasi pejalan kaki yang terganggu karena adanya vegetasi yang berada di tengah-tengah jalur sehingga mengurangi ruas jalur, bau yang kurang sedap yang timbul dari selokan terbuka, penerangan yang kurang optimal pada saat malam hari karena adanya lampu jalan dan lampu taman yang telah rusak .

(2)

Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kawasan Kota Lama Menurut RTBL Kota Lama Berdasarkan RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) Kawasan Kota Lama yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 tahun 2003, menjelaskan bahwa Kawasan Kota Lama Semarang merupakan warisan sejarah pertumbuhan Kota Semarang yang memiliki nilai arsitektural, estetis, ilmu pengetahun dan budaya yang tinggi sehingga perlu dilestarikan dan ditata kembali secara terarah untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Visi Kota Lama Semarang adalah “Terwujudya Kawasan Kota Lama sebagai Kawasan Historis

yang Dinamis dan Hidup untuk Kegiatan Sosial, Ekonomi, Wisata dan Budaya”. Kota Lama

merupakan bagian Kota Semarang yang dulu merupakan kota yang dibatasi oleh benteng de Vijthoek. Dilihat dari pemanfaatan ruangnya, Kawasan Kota Lama ditetapkan berdasarkan komposisi fungsi kawasan yaitu : fungsi Hunian; fungsi Perdagangan dan Perkantoran; fungsi Rekreasi dan Budaya.

Pemanfaatan ruang tersebut terbagi dalam 5 segmentasi tata guna lahan yang meliputi:  Segmen I / zona 1 dengan tema Budaya, berlokasi di Jl. Letjend Suprapto

Rencana peruntukan ruang :

Konservasi fungsi Gereja Blenduk sebagai gereja Kristen tertua di Semarang dan Taman Srigunting; Fungsi-fungsi lama yang bernilai sejarah dan atau sesuai dengan tema kawasan wisata budaya; Museum; Cafe pendukung kegiatan budaya; Restoran tradisional khas semarang; Pentas atau festival budaya; Bank; Galler; Pasar seni; Fasilitas dan perdagangan pasar cinderamata; Fasilitas lingkungan; Bisnis menengah keatas di khususkan bagi yang berhubungan dengan kegiatan budaya; Ruang Terbuka Umum

 Segmen II dengan tema Rekreatif, berlokasi disekitar Jl. Tawang, Jl. Merak, Jl. Garuda, Jl. Nuri, Jl. Srigunting dan Jl. Cendrawasih

Rencana peruntukan ruang :

Pasar rakyat atau bazaar yang tertata; Jasa; Permukiman; Fasilitas social; Kantor biro perjalanan pariwisata; Pusat rekreasi anak; Fasilitas lingkungan; Ruang terbuka umum dan kolam rekreasi

 Segmen III dengan tema Komersial dan Perkantoran berlokasi disekitar Jl. Mpu Tantular, Jl. Nuri dan Jl. Garuda, sisi utara Jembatan Berok sampai batas rencana jalan tembus sejajar jalur kereta api tawang ke Jl. Kolonel Soegiono

Rencana peruntukan Ruang :

Fungsi-fungsi lama yang bernilai sejarah dan atau sesuai dengan tema kawasan wisata budaya; Café dan pujasera; Perkantoran; Bank; Pedagang eceran; Panggung seni; Pertokoan, jasa; Penginapan; Permukiman bertingkat; Restoran; Ruang terbuka umum; Parkir; Rekreasi tepian sungai; Toko cinderamata

 Segmen IV dengan tema Perkantoran, Komersial dan Perdagangan Tradisional, berlokasi disekitar Jl.Mpu Tantular sisi Selatan, Jl.Kepodang dan Kawasan Jurnatan

Rencana peruntukan ruang :

Fungsi-fungsi lama yang bernilai sejarah dan atau sesuai dengan tema kawasan wisata budaya; Kegiatan bazaar; Pasar tradisonal yang tertata; Bank; Rumah makan; Pertokoan, penginapan; Toko cinderamata; Kantor; Rekreasi air; Ruang terbuka dan taman-taman; Pasar ikan hias dan pameran unggas

 Segmen V dengan tema Perdagangan Modern, Pendidikan dan Perkantoran, berlokasi disekitar Jl. Haji Agus Salim, Bundaran Jurnatan, Jl. MT. Haryono. Jl. Ronggowarsito, Jl. Widoharjo dan sebagian Jl. Cendrawasih

(3)

Fungsi-fungsi lama yang bernilai sejarah dan atau sesuai dengan tema kawasan wisata budaya; Gereja Gedangan dan Susteran; Pertokoan; Perkantoran; Perdagangan kecil; Pendidikan; Jasa; Fasilitas sosial

Gambar 1. Peta kawasan Kota Lama Semarang (Sumber: Bapeda Semarang,2013) TUJUAN

Untuk mengkaji segmen/ zona yang memiliki jalur pedestrian paling nyaman berdasarkan paramater.

MANFAAT

Sebagai rujukkan untuk meningkatkan kenyamanan jalur pejalan kaki pada kawasan wisata sehingga mampu mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan meningkatkan jumlah kunjungan wisata .

BATASAN PENELITIAN

Penelitian hanya dibatasi pada 4 segmen/ zona yaitu segmen 1 letjen Soeprapto, segmen 2 jalur Tantular, segmen 3 jalur Tawang, segmen 4 jalur Kepodang dan segmen 5 jalur Cendrawasih.

2. KAJIAN PUSTAKA

Menurut John Fruin( 1979 )

Berjalan kaki merupakan alat untuk pergerakan internal kota, satu –satunya alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada didalam aktivitas komersial dan kultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan kaki merupakan alat penghubung antara moda–moda angkutanyang lain.

Menurut Amos Rapoport( 1977 )

Dilihat dari kecepatannya moda jalan kaki memiliki kelebihan yakni kecepatan rendah sehingga menguntungkan karena dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati objek secara detail serta mudah menyadari lingkungan sekitarnya.

(4)

4 faktor yang mempengaruhi panjang atau jarak orang untuk berjalan kaki Menurut Unterman (1984)

Waktu

Berjalan kaki pada waktu-waktu tertentu mempengaruhi panjang atau jarak yang mampu ditempuh. Misalnya: berjalankaki pada waktu rekreasi memiliki jarak yang relatif, sedangkan waktu berbelanja terkadang dapat dilakukan 2 jam dengan jarak sampai 2 mil tanpa disadari sepenuhnya oleh si pejalan kaki.

Kenyamanan

Kenyamanan orang untuk berjalan kaki dipengaruhi oleh faktor cuaca dan jenis aktivitas. Iklim yang kurang baik akan mengurangi keinginan orang untuk berjalan kaki.

Ketersediaan Kendaraan Bermotor

Kesinambungan penyediaan moda angkutan kendaraan bermotor baik umum maupun pribadi sebagai moda penghantar sebelum atau sesudah berjalan kaki sangat mempengaruhi jarak tempuh orang berjalan kaki. Ketersediaan fasilitas kendaraan angkutan umum yang memadai dalam hal penempatan penyediaannya akan mendorong orang untuk berjalan lebih jauh dibanding dengan apabila tidak tersedianya fasilitas secara merata, termasuk juga penyediaan fasilitas transportasi lainnya seperti jaringan jalan yang baik, kemudahan parkir dan lokasi penyebaran, serta pola penggunaan lahan campuran (mixed use) dan sebagainya.  Pola Tata Guna Lahan

Pada daerah dengan penggunaan lahan campuran (mixed use) seperti yang banyak ditemui di pusat kota, perjalanan dengan berjalan kaki dapat dilakukan dengan lebih cepat dibanding perjalanan dengan kendaraan bermotor karena perjalanan dengan kendaraan bermotor sulit untuk berheni setiap saat.

Persyaratan Teknis Fasilitas Pedestrian

Kebutuhan fasilitas pejalan kaki biasanya terkosentrasi didaerah perkotaan, mengingat dinamika masyarakatnya yang cukup tinggi terutama dipusat-pusat keramaian seperti pusat perdagangan, stasiun, terminal, sekolahan, dan lain sebagainya.

Hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan fasilitas pejalan kaki adalah : 1. Mudah dan jelas, fasilitas yang dibuat harus mudah diakses dan cepat dikenali

2. Nyaman dan aman, fasilitasnya harus dirancang yang menyenangkan dan aman dari sisi konstruksi dan lingkungan.

3. Sebaiknya menerus, langsung dan lurus ketempat tujuan

Menurut Unterman (1984) , terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi kenyamanan (comfort) pada suatu pedestrian. Unsur-unsur tersebut adalah sirkulasi, aksesibilitas, gaya alam dan iklim, keamanan, kebersihan,dan keindahan.

 Sirkulasi, yaitu perputaran atau peredaran. Adapun aspek-aspek yang terkait dengan sirkulasi pejalan kaki adalah dimensi jalan dan jalur pedestrian, tempat asal sirkulasi dan tempat tujuan sirkulasi pejalan kaki, maksud perjalan, waktu hari dan volume pejalan kaki.  Aksesibilitas, yaitu derajat kemudahan dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan

ataupun lingkungan. Adapun ketentuan-ketentuan yang harus terpenuhi dalam suatu rute perjalanan, meliputi :

a. Peniadaan Hambatan dan Halangan b. Lebar dan Bebas

(5)

d. Kemiringan / Grades e. Curb Ramps pada Trotoar f. Ramps

g. Permukaan dan Tekstur

 Gaya Alam dan Iklim, yaitu keadaan alam sekitar dan iklim yang terjadi pada suatu waktu.  Keamanan (Safety), keamanan ditujukan bagi pejalan kaki baik dari unsur kejahatan

maupun faktor lain misalnya kecelakaan.

Elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan keamanan pedestrian meliputi : Desain jalan dan jalur pedestrian; Kecepatan dan kepadatan; Pemilihan perencanaan jalur pedestria yang berkesinambungan; Waktu.

 Kebersihan, sesuatu yang bersih yang akan menambah daya tarik juga kenyamanan bagi pejalan kaki.

 Keindahan,merupakan unsur kenyamanan yang mencakup masala kepuasan batin dan panca indera, sehingga sulit untuk menilai suatu keindahan pada setiap orang karena memiliki persepsi yang berbeda pula.

3. METODOLOGI

Metodologi penelitian yaitu deskriptif kualitatif untuk mengetahui kenyamanan jalur pejalan kaki berdasarkan parameter kenyamanan jalur pejalan kaki menurut Unterman. Metode pengumpulan data melalui; data primer diperoleh dengan observasi lapangan dan data sekunder diperoleh melalui literatur yang berkaitan tentang kawasan kota lama dan kenyamanan jalur pejalan kaki. Teknik analisa menggunakan analisa scoring untuk mengetahui jalur pedestrian yang paling nyaman dilihat berdasarkan zona kawasan

4. PEMBAHASAN

Pembagian Jalur di kawasan Kota Lama Semarang a. Jalur Letjen Soeprapto

Sirkulasi pada Pedestrian di segmen suprapto, tergolong kurang baik karena jalur pedestrian yang cukup lebar yaitu 2 m-1m digunakan sebagai tempat parkir kendaraan. Parkir kendaraan di pedestrian dapat dilihat disisi utara yaitu di sekitar taman Srigunting dan disisi selatan SAMSAT. Akses menuju pedestrian ini juga tergolong mudah karena pada segmen 1, dilalui oleh angkutan umum dan bus trans semarang. Jalur hijau di sepanjang jalur masih kurang, hanya terdapat beberapa pepohonan terutama disekitar gereja Blenduk. Faktor keamanan di jalur pedestrian ini tergolong aman karena jalur ini merupakan salah satu jalur utama yang sering dilewati kendaraan dan merupakan destinasi utama di kawasan, dimana terdapat bangunan yang paling terkenal di Kota Lama Semarang yaitu Gereja Blenduk. Kebersihan di jalur ini cukup baik, hal ini didukung dengan adanya kantong-kantong sampah terutama di sekitar taman Srigunting. Faktor keindahan sangat baik, dimana terdapat bangunan tua disisi utara yang masih terawat misalnya Gereja Blenduk, gedung Telkom, IBC dll.

(6)

Gambar 2. Kondisi jalur pedestrian di jalan Letjen Soeprapto (Sumber: Peneliti,2016)

b. Jalan Tantular

Sirkulasi pada Pedestrian di segmen Tantular terdapat disisi kanan dan kiri jalan dengan lebar 1 m, akan tetapi pada sisi barat jalan terdapat pohon yang berada di tengah-tengah pedestrian sehingga mengurangi luasaan jalur pejalan kaki. Akses menuju pedestrian ini juga tergolong mudah karena pada segmen 2, dilalui oleh angkutan umum.. Gaya alam di sepanjang jalur pedestrian jalur masih kurang, hanya terdapat beberapa pepohonan terutama disisi barat. Faktor keamanan di jalur pedestrian ini tergolong kurang aman karena kurangnya lampu penerangan dijalur ini.. Kebersihan di jalur ini kurang baik, Tempat sampah pada jalur Tantular masih kurang, tetapi sampah pada jalur ini tidak terlalu terlihat karena sebagian besar bangunan tidak digunakan sehingga mengurangi adanya sampah dari aktivitas di dalam bangunan. Faktor keindahan kurang baik, dimana Selokan pada jalur ini terbuka sehingga terkadang tercium bau yang kurang sedap di jalur ini serta terdapat selokan yang berlubang.

Gambar 3. Kondisi jalur pejalan kaki di jalur Mpu Tantular Sumber : Dokumentasi pribadi, 2013

(7)

(Sumber: Peneliti,2016) c. Jalur Tawang

Pada segmen 3, lebar pedestrian adalah 1 m, selain itu pada sisi kanan jalan terdapat jalur pedestrian yang ditanami pohon ditengah-tengah jalur pejalan kaki sehingga mengurangi kenyamanan pejalan kaki. Akses menuju pedestrian ini juga tergolong mudah karena pada segmen 2, dilalui oleh angkutan umum.. Gaya alam di sepanjang jalur pedestrian jalur masih kurang, hanya terdapat beberapa pepohonan terutama di sekitar polder tawang . Faktor keamanan di jalur pedestrian ini tergolong kurang aman, meskipun karena terdapat lampu penerangan dan aktivitas 24 jam yaitu di sekitar stasiun Tawang, akan tetapi di sekitar polder Tawang, terdapat beberapa lampu taman yang rusak sehingga pada malam hari, penerangan di sekitar polder tawang masih kurang kurang baik. Tempat sampah di sepanjang jalur pedestrian ini masih kurang dan kondisinya kurang baik, tempat sampah banyak terdapat di polder Tawang Faktor keindahan cukup baik, terdapat keindahan visula seperti stasiun Tawang dan Polder Tawang, meskipun disepanjang barat jalur terdapat beberapa bangunan kuno yang tidak terawat.

Gambar 4. Kondisi jalur pedestrian di jalur Tawang (Sumber: Peneliti,2016)

d. Jalur Kepodang

Sirkulasi di jalur pedestrian ini kurang baik karena terdapat lubang dibeberapa titik jalur serta terdapat jalan yang belum dipaving (berada di sebelah barat jalan Kepodang), sehingga mengurangi kenyamanan pejalan kaki Akses menuju pedestrian ini juga tergolong mudah karena pada segmen 2, dilalui oleh angkutan umum dan pribadi. Gaya alam di sepanjang jalur pedestrian jalur tidak baik karena tidak terdapat jalur hijau serta peneduh di sepanjang jalur sehingga ketika siang hari, pejalan kaki merasa kurang nyaman ketika berjalan disepanjang jalur ini. Masalah keamanan pejalan kaki di jalur pedestrian ini, dirasa masih kurang karena beberapa lampu jalan telah rusak sehingga saat malam hari, pejalan kaki merasa kurang nyaman karena penerangan yang kurang. Keindahan di sekitar jalur cukup baik, dapat dilihat dari pemandangan visual diepanjang jalur, akan tetapi adanya selokan yang terbuka mengurangi kenindahan visual jalur ini.

(8)

Gambar 5. Kondisi jalur pedestrian di jalur Kepodang (Sumber: Peneliti,2016)

e. Jalur Cendrawasih

Sirkulasi pada jalur pedestrian ini cukup nyaman dengan lebar jalur 1 m. Akses menuju pedestrian kurang baik karena tidak langsung dilewqati oleh angkutan umum dan hanya kendaraan pribadi yang bisa melewati jalur ini, sehingga jika pejalan kaki ingin menuju jalur ini harus jalan dulu dari jalan Suprapto atau jalur Tawang. Sedangkan gaya alam, pada jalur pedestrian ini cukup baik karena terdapat karena terdapat deretan pepohonan disisi kanan dan kiri jalur, meskipun vegetasinya masih kurang. Keamanan jalur pedestrian kurang baik, dimana terdapat lampu penerangan jalan disepanjang jalan, akan tetapi lampu taman yang berada di sekitar jalur beberapa telah rusak sehingga ketika malam hari penerangan kurang optimal. Kebersihan di jalur ini, cukup baik dimana jarang ditemui sampah disepanjang jalur dan sampah yang ada biasanaya sampah dari daun yang jatuh. Keindahan di sepanjang jalur cukup baik yaitu terdapat deretan bangunan kuno misalnya di sisi timur terdapat gedung Marabunta, sedangkan disisi barat hanya terdapat rumah warga dan gudang penyimanan barang.

Gambar 6. Kondisi jalur pedestrian di jalur Cendrawasih (Sumber: Peneliti,2016)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi kenyaman jalur pejalan kaki di Kota Lama Semarang yang meliputi; sirkulasi, aksesibilitas, gaya alam dan iklim, keamanan, kebersihan,dan keindahan ( Uterman, 1984) adalah sebagai berikut ;

(9)

1 2 3 4 5 Sirkulasi 2 2 2 2 3 Aksesibilitas 4 4 3 4 2 Gaya alam 3 2 3 1 3 Keamanan 4 2 3 2 2 Kebersihan 4 2 2 2 3 Keindahan 5 2 4 2 3 Total 22 14 17 13 16

(Sumber: Analisis Peneliti,2016)

Keterangan : Kriteria scoring : 1. Tidak baik 2. Kurang baik 3. Cukup baik 4. Baik 5. Sangat baik 5. KESIMPULAN

Jalur pedestrian yang paling nyaman berada di Jalur Soeprapto dimana jalur pejalan kaki memiliki lebar 2m – 1,5 m; akses menuju jalur pedestrian mudah karena jalur dilewati oleh kendaraan umum dan pribadi; terdapat vegetasi terutama di sekitar taman; kebersihan di jalur ini juga baik, didukung dengan adanya kantong-kantong sampah; faktor keamanan di jalur pedestrian ini tergolong aman karena jalur ini merupakan salah satu jalur utama yang sering dilewati kendaraan dan merupakan destinasi utama di kawasan dan selain itu, keindahan di jalur ini sangat baik karena dimana terdapat bangunan kuno yang terkenal dan terawat; Gereja Blenduk, gedung Telkom, IBC dll.

Untuk meningkatkan kenyamanan jalur pejalan kaki di Kota Lama Semarang dengan cara mengoptimalkan kualitas dan kuantitas sirkulasi melalui; penataan dan perbaikan jalur pedestrian; optimalisasi aksesibilitas jalur pejalan kaki; gaya alam melalui penambahan vegetasi dan penataan shelter bagi pejalan kaki; keamanan melalui optimalisasi penerangan jalan dan lampu taman; kebersihan melalui penambahan kantong-kantong sampah dan perbaikan selokan dan keindahan dengan cara optimalisasi fungsi serta konservasi bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 1999. “Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum”, Keputusan Direktur Jenderal Bina Marg., PT. Mediatama Saptakarya. Jakarta. Shirvani, Hami., 1985. “The Urban Design Process”. Van Nostrand Reinhold Company. New

York.

Untermann, Richard K. 1984 . “Accommodating the Pedestrian. Adapting Towns and Neighborhoods for Walking and Bicycling”, Van Nostrand Reinhold Company Inc. New York.

(10)

Muafani , “Pengaruh Street Furniture Jalur Pejalan Kaki Koridor Jalan Utama Pada Pusat Perdagangan Terhadap Kenyamanan Pengguna”, Jurnal PPKM III (2014) Vol. 171-189

Gambar

Gambar 1. Peta kawasan Kota Lama Semarang  (Sumber: Bapeda Semarang,2013)  TUJUAN
Gambar 3. Kondisi jalur pejalan kaki  di jalur  Mpu Tantular
Gambar 4. Kondisi jalur pedestrian  di jalur Tawang  (Sumber: Peneliti,2016)
Gambar 6. Kondisi jalur pedestrian  di jalur Cendrawasih  (Sumber: Peneliti,2016)

Referensi

Dokumen terkait

kecepatan rata-rata ruang, kerapatan dan volume pejalan kaki, serta analisis. tingkat pelayanan jalur

Jalur pedestrian adalah ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan aktivitas dan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan

4 Zebra Cross Jalur pejalan kaki yang digunakan sebagai jalur menyeberang untuk mengatasi dan menghindari konflik antara pejalan kaki dengan kenderaan. Tempat berjalan kaki

Terdapat permasalahan umum pada keseluruhan kawasan, yaitu: tidak terdapat kesinambungan hubungan seluruh jalur pejalan kaki, jalur pejalan kaki tidak dapat memberi

Hambatan yang sering ditemukan pada jalur pejalan kaki di koridor Kawasan Taman Gajah adalah kegiatan non pejalan kaki yaitu keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di

STUDI KENYAMANAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR BARAT ZAINUL

Terlepas dari barang dagangan yang didagangkan, kondisi lingkungan sekitar jalur pejalan kaki juga akan mempengaruhi pejalan kaki untuk tetap melewati jalur tersebut seperti

Terdapat permasalahan umum pada keseluruhan kawasan, yaitu: tidak terdapat kesinambungan hubungan seluruh jalur pejalan kaki, jalur pejalan kaki tidak dapat memberi kenyamanan bagi