• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Produksi Akar Wangi dan Minyak Akar Wangi Budidaya Akar Wangi

Kabupaten Garut merupakan bagian Selatan dari Propinsi Jawa Barat yang terletak pada posisi 107º 46' - 107º 6' BT dan 5º 50' - 1º 20' LS. Luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²). Sebelah Utara Kabupaten Garut berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, sebelah timur Kabupaten Tasikmalaya,

12

sebelah Selatan Samudera Indonesia, dan sebelah Barat Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung.

Kampung Legok Pulus di Kabupaten Garut merupakan salah satu tempat yang cocok untuk budidaya akar wangi dan usaha penyulingan akar wangi dikarenakan kondisi alam yang mendukung, baik akan kebutuhan tanah yang berpasir dan air. Haji Ede merupakan salah satu pelaku budidaya akar wangi sekaligus pengusaha produksi minyak akar wangi. Bibit akar wangi yang dibutuhkan berasal dari kebun Haji Ede sendiri dengan bonggol (bibit) pilihan. Bonggol ini diperoleh ketika panen akar wangi, yang diambil untuk disuling hanya akarnya lalu bonggolnya dipisahkan untuk dijadikan bibit penanaman berikutnya. Selama ini belum pernah terjadi kekurangan bibit akar wangi.

Proses pengolahan tanah dilakukan mulai dari jam 07.00-12.00 dengan cara manual menggunakan cangkul. Pekerja yang dipekerjakan untuk mengolah tanah rata-rata 4 orang dengan usia yang beragam, mulai dari anak muda sampai orang tua sehingga kecepatan kerjanya berbeda. Tanah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman akar wangi, jika akar wangi terlalu banyak perlu dilakukan pembakaran. Setelah itu baru dicangkul dengan membuat gundukan dan parit/saluran irigasi, dimana lebar rata-rata gundukan 1.32 m dengan panjang rata-rata13.64 m, dan parit/saluran irigasi yang terbentuk sebanyak 20 serta gundukan sebanyak 21. Luas rata-rata pengolahan tanah adalah 473.91 m2/hari, sehingga diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk mengolah tanah seluas 1 ha yaitu 105 jam (21 hari). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kecepatan pekerja dalam pengolahan tanah Daerah Pekerja (orang) Waktu (jam) Panjang (m) Lebar (m) Luas (m 2 ) V (m2/menit) Siekek 3 5 31.30 16.12 504.56 1.68 Siekek 8 5 41.55 16.12 669.79 2.23 Parabon 2 5 28.50 8.68 247.38 0.82 Total 1.58 V : kecepatan

Proses penanaman dilakukan setelah selesai pengolahan tanah, misalnya hari ini dilakukan pengolahan tanah besoknya sudah mulai proses penanaman. Waktu yang dibutuhkan untuk penanaman adalah 5 jam terhitung mulai jam 07.00 sampai 12.00, sama dengan pengolahan tanah. Jika hari ini tidak selesai penanaman bisa dilanjutkan keesokan harinya. Tenaga yang dibutuhkan pada proses ini biasanya 4 orang, dimana satu orang pengangkat bibit ke lokasi, biasanya tenaga kerja laki-laki, satu orang pencacah bibit, satu orang pembuat lubang, dan satu orang lagi yang memasukkan bibit dan menutup lubang tanam. Jarak tanam akar wangi di UKM Haji Ede yaitu 48 x 34 cm dan kapasitas penanaman sebesar 65 jam/ha (13 hari). Tabel 3 menunjukkan luas dan kecepatan untuk menanam akar wangi.

13 Tabel 3 Kecepatan pekerja dalam penanaman akar wangi

Daerah Pekerja (orang) Waktu (jam) Panjang (m) Lebar (m) Luas (m 2 ) V (m2/menit) Siekek 4 5 64.24 16.12 1035.55 3.45 Siekek 3 5 55.30 14.50 801.85 2.67 Siekek 2 4 30.36 14.50 440.22 1.83 Total 2.65 V : kecepatan

Proses pemeliharaan dilakukan setelah akar wangi berumur 4-6 bulan. Perlakuan terhadap pemeliharaan akar wangi Haji Ede berupa pembersihan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman akar wangi. Tenaga kerja yang diperlukan 10 orang dan umumnya wanita. Kegiatan ini dimulai dari jam 07.00 – 12.00. Kapasitas pemeliharaan yaitu 70 jam/ha (14 hari). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kecepatan pekerja dalam pemeliharaan akar wangi Daerah Pekerja (orang) Waktu (jam) Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2) V (m2/menit) Parabon 10 5 37.80 13.50 510.30 1.70 Parabon 10 5 40.70 13.50 549.45 1.83 Parabon 10 5 42.30 24.70 1044.81 3.48 Total 2.34 V : kecepatan

Proses selanjutnya adalah pemanenan dan pengangkutan. Umur akar wangi yang dipanen berkisar 8 bulan sehingga dalam 2 tahun pemanenan dilakukan sebanyak 3 kali panen. Kegiatan ini juga berlangsung mulai dari jam 07.00-14.00, dimana pekerjanya 8 orang. Biasanya dilakukan suami-istri, bagian yang mencangkul dan menarik akar wangi adalah tugas laki-laki sedangkan yang memotong akar adalah tugas perempuan. Proses pengangkutan dilakukan bergantian dengan cara menggendong dipunggung masing-masing. Jika jarak kebun kurang dari 1 km maka pekerja mengangkut sampai pabrik, dan jika jarak kebun jauh lebih besar dari 1 km maka pekerja manganggkut hanya sampai tempat pengumpulan kemudian akar wangi diangkut ke pabrik dengan menggunakan angkutan umum sewaan. Kapasitas pemanenan yaitu 112 jam/ha sama dengan 16 hari. Tabel 5 menunjukkan produktivitas akar wangi.

Table 5 Produktivitas akar wangi di Kampung Legok Bulus Daerah Waktu (jam) Pekerja (orang) Luas (m2) Produksi (kg) Produktivitas (kg/m2) Siekek 7 8 667.4 940 1.4 Parabon 7 8 719.23 1013 1.4 Parabon 7 8 489.19 689 1.4

14

Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan saat panen akar wangi belum terpenuhi, karena saat panen para pekerja membawa alat masing-masing seperti cangkul dan bacok. Cangkul digunakan untuk mencangkul akar lalu akar ditarik dan dipukul-pukul ke tanah untuk mengurangi tanah yang menempel pada akar, sedangkan bacok digunakan untuk memisahkan akar dengan bonggol dan daunnya (Gambar 1). Selain itu penyediaan transportasi untuk mengangkut hasil panen juga belum tersedia. Selama ini Haji Ede menggunakan jasa angkut dari angkutan umum dengan sistem sewa. Kondisi akar wangi yang ada di pabrik termasuk kondisi segar yang baru di panen lalu diangin-anginkan sehingga memiliki kadar air sebesar 42% (Tutuarima 2009). Sementara menurut pendapat Ketaren (1985) pengeringan akar wangi akan membantu percepatan proses penyulingan, meningkatakan rendemen, dan memperbaiki mutu minyak akar wangi walaupun kemungkinan terjadi kehilangan minyak karena penguapan dan oksidasi oleh oksigen udara.

Gambar 1 Pemotongan bonggol dan akar tanaman akar wangi

Dari pengamatan budidaya akar wangi, ditemukan praktek-praktek yang memerlukan perbaikan, yaitu pemanenan dan pengeringan sebelum pengolahan akar wangi. Adapun perbaikan yang direkomendasikan antara lain, pada pemanenan perlu adanya penyeragaman umur panen agar diperoleh rendemen minyak yang lebih banyak. Sedangkan pada pengeringan akar wangi perlu pengeringan yang merata agar diperoleh kadar air yang sama (seragam).

Teknik Produksi Penyulingan

Haji Ede melakukan penyulingan dengan menggunakan metode water and steam distilation, dimana ketel suling yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2a. Ketel suling terbuat dari bahan stainless yang berkapasitas kurang lebih 2000 kg dan suhu saat penyulingan yaitu 160oC. Tinggi ketel suling yang digunakan adalah 4.2 meter dengan diameter dalamnya 1.50 m dan luar 1.59 m. Di dalam ketel terdapat saringan berlubang yang berfungsi sebagai tempat bahan baku (akar wangi). Bahan yang dimasukkan ke dalam ketel suling setinggi 1.8 m, kemudian diisi air sampai permukaan air tidak jauh di bawah saringan berlubang kira-kira 2 m, sehingga bahan baku dan air memiliki jarak 0.4 m. Di dalam ketel suling terdapat tabung pemanas atau tempat bara api (Gambar 2b) dengan diameter 40 cm dan jarak tabung dari dasar ketel suling sebesar 10 cm.

15

a b

Gambar 2 Alat/mesin penyulingan akar wangi. a) ketel penyulingan, dan b) tabung tempat bara api

Kondensasi

Kondensasi dilakukan menggunakan bak pendingin atau kondensor dengan panjang 4.75 m, tinggi 1.8 m, lebar 4.55 m,dan volume 38.9 m3. Pipa yang dihubungkan dari tutup ketel suling langsung ditarik ke dalam kondensor dengan panjang pipa 9 lente, dimana 1 lente adalah 6 m. Jadi panjang pipa yang digunakan untuk mengalirkan uap ke kondensor sepanjang 54 m dan didalam kondensor pipa berbentuk spiral seperti yang disajikan pada Gambar 3. Pipa yang berbentuk spiral memerlukan lebih sedikit air pendingin, karena berkontak langsung dengan uap sehingga kondensat mengalir lebih lama. Akibatnya daya absorbsi panas lebih besar dan suhu kondensat yang keluar mendekati suhu air pendingin yang mengalir masuk ke dalam kondensor. Oleh karena itu, kondensor lebih baik berukuran lebih besar. Uap minyak yang berbentuk gas akan mengalir melalui pipa menuju kondensor sehingga berubah wujud menjadi cair kemudian mengalir ke pemisah minyak.

Gambar 3 Bak pendingin penyulingan akar wangi Pemisahan Minyak

Hasil penguapan yang berupa gas dialirkan ke bak pendingin melalui pipa dan berubah wujud menjadi cair selanjutnya dialirkan ke penampungan pemisah minyak. Pemisahan minyak akar wangi di UKM Haji Ede ada tiga: pertama dan kedua berbentuk silinder sedangkan yang ketiga berbentuk persegi. Pemisahan yang pertama memiliki tinggi 40 cm dengan diameter 60 cm. Pemisah ini berbentuk silinder dengan volume 113 liter. Sedangkan pemisah yang berikutnya memiliki diameter lebih kecil sekitar 30 cm tetapi tinggi sama dengan volume lebih kecil sekitar 28 liter. Seharusnya pemisah minyak yang ketiga ini tidak ada, akan tetapi minyak dipemisah yang kedua masih mengandung air maka pemisah ketiga dibuat. Perbandingan hasil pemisahaan minyak akar wangi dapat

16

dilihiat pada Gambar 4. Selanjutnya minyak dan air dipisah menggunakan kain monel, dimana minyak berada dibawah sedangkan air diatas. Hal ini menunjukkan bahwa massa jenis minyak akar wangi lebih berat dibandingkan dengan massa jenis air.

Gambar 4 Proses pemisahan minyak akar wangi. a) hasil minyak pada pemisahan pertama, b) hasil minyak pada pemisahan kedua, dan c) hasil minyak pada pemisahan ketiga

Peralatan dan perlengkapan di pabrik sudah cukup memadai. Walaupun bengkel tidak tersedia di dekat pabrik, tetapi Haji Ede masih menyediakan alat-alat bengkel yang sering digunakan dan tenaga kerja bisa menggunakan alat-alat tersebut. Oleh karena itu jika ada kerusakan yang tidak terlalu serius bisa diperbaiki oleh tenaga kerja dan tidak mengganggu aktifitas produksi. Alat/mesin penyulingan akar wangi dengan metode water and steam distilation yang digunakan Haji Ede belum tersedia dipasaran. Untuk mendapatkan alat/mesin penyuling ini, Haji Ede harus memesan ke bengkel yang sudah ahli dalam pembuatan alat/mesin.

Pengoperasian mesin/alat penyuling minyak akar wangi metode water and steam distilation tidak terlalu susah, dengan mengikuti atau memperhatikan penjelasan dari pembuat mesin/alat karyawan dengan mudah mengoperasikan mesin/alat penyuling. Pemeliharaan terhadap mesin/alat produksi juga tidak begitu rumit, berikut hal yang perlu diperhatikan yaitu pembersihan sisa-sisa yang tertinggal disaringan ketel suling, pemeriksaan baut kuping apa ada yang longgar, serta pengelasan pada body ketel bila ada yang bocor. Pergantian air dalam ketel suling dilakukan setiap 4 kali produksi, sedangkan pembersihan sisa tanah yang menempel disaringan maupun didalam ketel suling dilakukan 25-30 kali penggunaan. Pembersihan ini berfungsi untuk menghindari penyumbatan serta berkurangnya rendemen minyak yang dihasilkan.

Bahan bakar yang digunakan untuk penyulingan akar wangi metodewater and steam distilation yaitu oli bekas yang disajikan pada Gambar 5 a). Oli bekas diperoleh dari supllier dengan harga Rp 4,000/liter, dimana satu kali produksi membutuhkan oli bekas sebanyak 300 liter. Berarti biaya untuk bahan bakar sekali produksi yaitu Rp 1,200,000. Proses pembakarannya dibantu dengan compressor dan motor disel (gambar 5b). Motor disel yang digunakan merek dong feng 5 pk menggunakan bahan bakar solar dengan kapasitas bahan bakar 8 liter. Sedangkan Compressor yang digunakan model BAC 1530 made Italy Technology dengan

17 spesifikasi mesin (Gambar 5c). Kerusakan yang sering terjadi tidak begitu serius. Pergantian karet hanya sekali serta pergantian oli setiap 500 jam.

Gambar 5 Bahan bakar dan alat pembakaran. a) oli bekas sebagai bahan bakar, b) motor disel dan compressor, dan c) spesifikasi compressor

Proses penyulingan juga sangat membutuhkan air misalnya saat pencucian akar wangi ketika musim hujan, proses penyulingan, dan proses pendinginan pada kondensor. Air yang digunakan berasal dari mata air. Tujuan pencucian akar wangi saat musim hujan adalah untuk mengurangi tanah yang menempel diakar sehingga mempermudah proses penyulingan. Cara penyucian akar wangi disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Proses pencucian akar wangi Perbaikan Teknik Produksi Prapanen

Prapanen meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Pengolahan tanahpada UKM Haji Ede seperti yang sudah dipaparkan di atas tidak ada kendala yang diperoleh. Sementara penanaman menunjukkan angka berbeda berdasarkan dari hasil jarak tanam yang dipaparkan di atas menurut Santoso (1993). Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar wangi, karena memiliki jarak tanam yang dekat. Pemeliharaan berupa pembersihan gulma agar mempermudah proses pemanenan serta pemanenan yang tidak sesuai dengan umur panen akan mempengaruhi rendemen dan kualitas serta kuantitas produksi minyak akar wangi.

Pascapanen

Pascapanen merupakan tahap penanganan hasil pertanian setelah panen yaitu pengeringan, pendinginan, pembersihan, penyortiran, dan pengemasan. a

18

Guenther (2006) berpendapat bahwa persiapan bahan dalam metode water and steam distilation (kukus) memerlukan perhatian khusus. Pengeringan akar wangi hingga mencapai kadar air yang seragam yaitu 15% akan meningkatkan hasil minyak. Pengisian akar wangi ke dalam ketel juga harus seragam dan diatur sedemikian rupa agar uap dapat berpenetrasi dan merata dalam bahan, sehingga rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi. Sementara bahan baku yang digunakan pada UKM Haji Ede kurang diperhatikan, misalnya tidak ada penyortiran pada bahan baku baik dari umur panen, dan ukuran yang seragam dan optimum. Jika akar wangi yang disuling di bawah umur panen akan mengandung minyak yang sedikit seperti yang dipaparkan di atas, serta ukuran bahan terlalu halus akan menimbulkan penggumpalan dan menyebabkan terjadinya penghambatan penetrasi uap.

Selain umur panen, lama penyulingan dan tekanan saat penyulingan juga sangat berpengaruh terhadap proses penyulingan akar wangi. Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium ITB, lama penyulingan optimum adalah 20 jam dengan metode penyulingan steam. Percobaan yang dilakukan dengan membedakan tekanan ternyata mempengaruhi rendemen yang diperoleh. Penyulingan dengan 1 bar memperoleh rendemen minyak sebesar 1.08%, 2 bar 1.92%, dan 3 bar 1.94%. Rendemen yang diperoleh dari tekanan 2 bar ternyata tidak berbeda jauh dibandingkan dengan tekanan 3 bar. Oleh karena itu tekanan optimum penyulingan akar wangi dengan metode steam adalah 2 bar. Kardinan (2005) menyatakan bahwa penyulingan akar wangi dalam bentuk segar akan menghasilkan rendemen minyak yang rendah (0.4-0.5%), dibandingkan dengan rendemen minyak pada penyulingan akar wangi kering (1.6-2.1%).

Penyulingan di UKM Haji Ede berdasarkan hasil wawancara menggunakan tekanan tinggi yaitu 5 bar. Semesntara itu, hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan gas ideal nilai tekanan yang diperoleh sebesar 2.6 bar dengan asumsi massa jenis 1.3 kg/m3 dan suhu 1600C. Penyulingan dengan tekanan tinggi akan mempengaruhi kerusakan minyak, misalnya bau gosong, dan warna minyak yang kecoklatan. Selain itu, faktor yang perlu diperhatikan juga adalah pergantian air dalam ketel suling. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, proses pergantian air di UKM Haji Ede dilakukan setiap 4 kali produksi. Hal ini akan menimbulkan terjadinya dekomposisi zat ekstraktif dalam bahan, serta menghasilkan zat yang mudah menguap dan berbau tidak enak karena menggunakan air yang berulang-ulang (Guenther 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Moestafa et al. (1991) bahwa laju penyulingan sangat berpengaruh nyata terhadap rendemen dan kadar vetiverol minyak akar wangi. Jumlah minyak dan kadar vetiverol minyak akar wangi lebih tinggi pada laju penyulingan 600 gram uap per jam dibandingkan dengan laju penyulingan 500 gram uap per jam. Semakin lama penyulingan dilakukan, hasil minyak yang diperoleh semakin banyak dengan kadar vetiverol yang lebih tinggi serta bobot jenis dan indeks bias yang lebih tinggi. Laju aliran uap air juga berpengaruh terhadap laju ekstraksi minyak serta berhubungan dengan konsumsi energi (Suwarda 2009).

Rekomendasi perbaikan teknik produksi di UKM Haji Ede agar meningkatkan rendemen minyak akar wangi adalah adanya perhatian khusus terhadap ukuran akar wangi yang berpengaruh terhadap rendemen minyak, melakukan penyortiran terhadap umur panen, melakukan pengeringan akar wangi

19 secara lebih baik hingga diperoleh akar wangi yang lebih kering, memperhatikan kapasitas penyulingan sehingga tidak memuat akar wangi secara berlebih, melakukan pembalikan bahan baku pada waktu penyulingan agar penyulingan minyak maksimal dan rendemen meningkat, melakukan penggantian air suling lebih sering karena penggunaan air yang berulang-ulang sangat berpengaruh terhadap hasil minyak yang disuling, pengaturan laju penyulingan melalui pengaturan tekanan.

Analisis Kelayakan Finansial

Asumsi dasar yang digunakan dalam melakukan analisis finansial dalam usaha penyulingan minyak akar wangi sebagai berikut :

1. Harga-harga yang digunakan dalam analisis finansial ini berdasarkan harga pada bulan Februari sampai bulan Juni 2013.

2. Analisis kelayakan usaha dilakukan selama 10 tahun berdasarkan umur ekonomis mesin penyulingan.

3. Semua bahan baku dianggap membeli dari petani, dan pengangkutan menggunakan transportasi.

4. Nilai sisa yang digunakan pada bangunan 10%, sedangkan nilai sisa untuk mesin dan peralatan 15% dari harga awal.

5. Biaya pemeliharaan dan perbaikan sebesar 3 % dari harga awal.

6. Suku bunga diperhitungan sebesar 19.25% berdasarkan tingkat suku bunga pinjaman di Bank Rakyat Indonesia.

7. Penentuan besar pajak penghasilan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan tahun 1994, yaitu apabila pendapatan kurang dari Rp 25,000,000, maka dikenakan pajak 10% dari pendapatan. Bila pendapatan berada antara Rp (25,000,000-50,000,000) dikenakan pajak 15%, dan pendapatan lebih dari Rp 50,000,000 dikenakan pajak 30%.

Biaya Investasi

Biaya investasi usaha penyulingan meliputi biaya bangunan, dan mesin penyulingan dengan total keseluruhan adalah Rp 204,290,000 (Tabel 6). Biaya bangunan untuk UKM ini adalah sebesar Rp 100 Juta, sedangkan biaya untuk mesin/alat penyulingan pada analisis ini sebesar Rp 104,290 Juta. (Lampiran 1).

Tabel 6 Biaya investasi bangunan dan mesin akar wangi

No. Item Total (Rp)

1 Bangunan 100,000,000

2 Mesin 104,290,000

Total 204,290,000

Biaya Tetap

Menurut Pramudya (1992) biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap adalah biaya penyusutan, bunga modal dan asuransi, pajak, dan gudang/garasi. Sedangkan biaya tetap pada analisis ini yaitu biaya sewa tanah, penyusutan mesin dan alat, penyusutan bangunan, dan pajak bumi dan bangunan.

20

UKM ini tidak menggunakan jasa pinjaman baik dari berbagai pihak, sehingga bunga modal dan asuransi tidak ada pada analisis tersebut. Dalam hal ini, jumlah produk yang dihasilkan tidak mempengaruhi biaya tetap (Tabel 7). Rincian perhitungan untuk biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tanah yang digunakan pada UKM ini adalah seluas 2000 m2 dan tanah tersebut merupakan tanah milik sendiri. Meskipun lahan milik sendiri, untuk perhitungan dipakai harga sewa tanah, dimana harga sewa tanah seluas 2,500 m sebesar Rp 1 Juta/bulan sehingga diperoleh harga sewa Rp 400/m2/bulan (http://properti24.com/tanah/sewa-tanah-33516.html). Jadi, harga sewa tanah pada UKM ini sebesar Rp 9,600,000/tahun ( 2,000 m2 x Rp 400/m2/bulan).

Tabel 7 Biaya tetap produksi selama setahun

Item Biaya (Rp/thn)

Sewa tanah 9,600,000

Penyusutan mesin dan alat 8,500,000 Penyusutan bangunan 9,000,000

Pajak bumi dan bangunan 88,000

Total 27,188,000

Biaya Variabel (Tidak Tetap)

Biaya variabel (tidak tetap) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat alat/mesin beroperasi dan jumlahnya tergantung pada jumlah jam kerja pemakaian serta jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan bakar, pelumas, perbaikan dan pemeliharaan, bahan baku, dan operator seperti pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen, pencucian, produksi, dan pengangkutan. Rincian biaya tidak tetap disajikan pada Tabel 8 dan Lampiran 2.

Tabel 8 Biaya tidak tetap produksi selama setahun

Item Biaya (Rp)

Bahan bakar 402,930,000

Biaya pelumas 1,650,000 Perbaikan dan pemeliharaan 6,000,000

Operator 97,350,000

Bahan baku 1,485,000,000

Kemasan 3,527,500

Total 1,996,457,500

Bahan baku utama penyulingan minyak akar wangi adalah akar. Akar wangi berasal dari kebun sendiri dan petani sekitar. Banyaknya akar wangi yang dibutuhkan untuk melangsungkan proses produksi selama setahun sebanyak 660 ton/tahun. Bahan baku yang dibutuhkan cukup besar sehingga hasil dari kebun sendiri tidak mencukupi produksi pabrik. Oleh karena itu perlu dilakukan pembelian dari petani sekitar dengan kisaran harga sebesar Rp 1,000-3,000/kg. Pada analisis ini, semua bahan baku dianggap dibeli dari petani dengan harga per kg adalah Rp 2,250 dan banyaknya bahan baku yang digunakan sebanyak 660,000 kg/tahun. Jadi biaya yang dibutuhkan untuk bahan baku sebesar Rp 1.485

21 M/tahun. Kemasan minyak akar wangi berupa dirigen sebanyak 83 unit, dimana per unit 40 liter dan biaya sebesar Rp 3,527,500/tahun.

Bahan bakar utama yang digunakan pada penyulingan ini adalah oli bekas, dimana dalam setahun memerlukan sebanyak 99,000 liter. Harga per liternya Rp 4,000, sedangkan bahan bakar untuk motor diesel adalah solar dan memerlukan sebanyak 1,386 liter/tahun dan harga per liternya Rp 5,000, maka diperoleh biaya untuk bahan bakar sebesar Rp 402,930,000/tahun. Pelumas digunakan untuk compressor dan kebutuhan yang digunakan sebanyak 66 liter/tahun dengan harga per liternya Rp 25,000, sehingga diperoleh biaya untuk pelumas sebesar Rp 1,650,000. Total biaya perbaikan dan pemiliharaan diasumsikan 3% dari investasi (bangunan dan alat/mesin) yaitu sebesar Rp 6,000,000/tahun.

Proses produksi penyulingan minyak akar wangi membutuhkan tenaga kerja 3 orang. Dimana ke tiga tenaga kerja tersebut terlibat langsung dalam proses produksi. Besarnya gaji yang diterima oleh tenaga kerja per produksi sebesar Rp 150,000/3 orang. Jika dalam setahun proses produksi minyak akar wangi sebanyak 330 kali, maka gaji yang diterima ketiga tenaga kerja tersebut sebesar Rp 49,500,000/tahun. Sedangkan gaji untuk per orangnya adalah Rp 16,500,000/tahun (Rp 1,375,000/bulan). Untuk upah pencucian akar wangi sebesar Rp 25,000/ton dengan total sebesar Rp 8,250,000/tahun, dan upah pengangkutan per tonnya dibayar sebesar Rp 60,000. Jadi total biaya pengangkutan sebesar Rp 39,600,00/tahun.

Harga Pokok = 27,188,000 + 1,996,457,500 (Rp/thn)

8 kg/suling x 330 kali suling/thn = Rp766,600/kg Dengan angka-angka perhitungan di atas maka harga pokok minyak akar wangi sebesar Rp 766,600 per kilogram.

Penerimaan

Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual minyak akar wangi per kg. Jumlah produksi selama setahun yaitu 330 x produksi, dan sekali produksi menghasilkan rendemen rata-rata 0.3-0.4% (kurang lebih 6-8 kg). Dengan harga jual Rp 800,000/kg akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2,112,000,000/tahun, dan berdasarkan harga pokok akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 88,176,000/tahun.

Kriteria Kelayakan

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara finansial usaha ini layak dijalankan. Berdasarkan nilai NPV yang diuraikan pada prakiraan arus kas

Dokumen terkait