• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bubu lipat digunakan untuk menangkap rajungan maupun biota perairan lain. Bubu lipat memiliki kelebihan diantaranya praktis atau dapat dilipat saat tidak dioperasikan, sehingga tidak banyak memerlukan ruang. Selain itu, dalam pengoperasiannya bubu lipat sangat mudah dikerjakan. Dari segi konstruksi, bubu lipat sangat sederhana, dalam arti kerangka yang terbuat dari besi bisa menjadi pemberat. Bahan badan bubu juga hampir semuanya terbuat dari bahan jaring yang sama. Kelebihan lain dari hasil tangkapan bubu yaitu kesegaran mutu, karena hasil tangkapan yang terperangkap didalam bubu masih dalam keadaan hidup

Meskipun memiliki banyak kelebihan, hanya sedikit dari nelayan Kronjo yang menggunakan alat tangkap bubu dan menjadikannya sebagai matapencaharian sampingan. Hal tersebut dikarenakan alat tangkap bubu membutuhkan modal yang lebih besar dibandingkan dengan alat tangkap lain. Contohnya antara lain umpan dan harga jaring bubu yang lebih mahal dibandingkan dengan jaring rajungan.

Dua jenis bubu lipat yang dioperasikan memperoleh hasil tangkapan berupa rajungan (14%), keong macan (11%), keong gondang (75%) dan udang barong (0%). Hasil tangkapan sampingan terbanyak dari bubu lipat adalah keong gondang dan keong macan. Hal tersebut disebabkan bau umpan yang berupa ikan asin kurisi yang sangat menyengat dan sifat dari keong tersebut yang merupakan karnivor pemakan bangkai.

Menurut Monintja dan Martasuganda (1991), salah satu yang menyebabkan hasil tangkapan masuk ke alat tangkap adalah tertarik bau umpan. Umpan ikan asin yang digunakan mengeluarkan bau melalui celah mata jaring dari badan bubu dan terbawa oleh aliran air. Mata jaring pada kedua jenis alat tangkap bubu yang dicobakan adalah sama. Dengan demikian, peluang untuk lolosnya hasil tangkapan pada alat tangkap bubu juga sama.

Meskipun keong gondang merupakan hasil tangkapan terbanyak, tapi nilai jual dari keong gondang sangat rendah. Untuk 1 kilo hasil tangkapan diberi harga Rp. 800,00. Selain itu, keong gondang tidak banyak disukai oleh konsumen.

Panjang rata-rata rajungan yang didapat bubu lipat dua pintu sebesar 4,6 cm, lebih besar dibandingkan dengan bubu lipat tiga pintu 4,3 cm. Sama halnya dengan lebar rata-rata rajungan. Bubu lipat dua pintu memiliki nilai lebar rata-rata 9,3 cm sedangkan bubu lipat tiga pintu 7,1 cm. Perbedaan dari panjang dan lebar rata-rata yang tidak terlalu besar, pada kedua jenis bubu tersebut, menyimpulkan bahwa rajungan menyebar merata di perairan.

Hasil tangkapan yang didapat tidak banyak, karena pada saat operasi penangkapan dilakukan cuaca tidak mendukung. Trip yang dilakukan berjalan pada musim Timur, dimana gelombang dan arus yang ada cukup besar. Pengoperasian dilakukan disekitar perairan Tanara dan Pulau Laki.

Meskipun bubu lipat tiga pintu yang berasal dari Kalimantan memiliki pintu yang lebih banyak, tapi hasil tangkapan yang didapat lebih sedikit jika dibandingkan dengan bubu lipat dua pintu dari Tangerang. Hal ini dikarenakan konstruksi pintu masuk bubu lipat tiga pintu yang berbentuk bulat dan kendur, sehingga menyebabkan rajungan dan biota lain susah untuk masuk. Berbeda dengan bubu lipat dua pintu, dimana pintu masuknya berbentuk horizontal yang memudahkan masuknya rajungan dan biota lain tapi menyulitkan untuk keluar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wibyosatoto (1994), yang menyimpulkan bahwa bubu lipat dengan bukaan mulut horizontal memiliki hasil tangkapan yang lebih baik jika dibandingkan dengan bukaan mulut yang bulat atau bercorong.

Hal lain yang sangat mempengaruhi hasil tangkapan bubu lipat tiga pintu tidak terlalu banyak adalah konstruksi bukaan funnel yang kendur. Ketika bubu berada di dasar perairan, arus dasar yang kuat akan mempengaruhi bukaan funnel tersebut, dalam hal ini funnel tersebut tidak dalam posisi yang efektif untuk memungkinkan hasil tangkapan masuk.

Dalam pengoperasiannya pun, bubu lipat tiga pintu lebih susah dan lebih berat dibandingkan bubu lipat dua pintu. Saat hauling, bubu lipat tiga pintu lebih berat. Hal ini karena konstruksi bubu yang berbentuk bulat tidak dapat diangkat secara horizontal melainkan secara vertikal. Dimana jika diangkat secara vertikal, maka bubu tersebut mengalami tahanan hidrodinamik. Berbeda dengan bubu lipat dua pintu, dalam

pengoperasiannya bubu dapat diangkat secara horizontal dan tahanan hidrodinamiknya kecil.

Kekurangan lain pada bubu lipat tiga pintu adalah dibutuhkannya biaya yang cukup besar untuk badan bubu yang terbuat dari jaring. Dalam hal ini, badan jaring yang dibutuhkan, memakan bahan yang lebih banyak dibandingkan dengan bubu lipat dua pintu. Banyaknya badan jaring pada bubu lipat tiga pintu yang berbentuk bulat, tergantung dari diameter rangka atas dan bawah. Hal tersebut dibuktikan dengan harga bubu lipat tiga pintu yang lebih mahal (Rp. 22.000 untuk satu bubu) dibandingkan bubu lipat dua pintu (Rp. 14.000 untuk satu buah bubu).

Jika konstruksi funnel pada bubu lipat tiga pintu dibuat lebih efektif, maka alat tangkap tersebut dapat memuat hasil tangkapan yang lebih banyak, dalam arti ruangan tempat hasil tangkapan lebih luas.

Hal yang kurang efektif dari bubu lipat dua pintu adalah penggunaan kerangka besi yang berdiameter < 3 mm. Arus dasar yang kuat dapat menyebabkan bubu tidak dalam posisi yang sempurna. Hal ini memerlukan suatu pemberat yang dapat menahan bubu di dasar perairan. Kerangka besi pada bubu selain sebagai penguat struktur, juga memiliki fungsi sebagai pemberat. Maka dari itu, perlu kerangka besi yang lebih berat ( diameter > 3 mm) untuk menahan bubu dalam posisi yang sempurna.

Dari nilai uji yang dilakukan untuk jumlah, bobot, panjang dan lebar untuk hasil tangkapan rajungan, menunjukkan ada pengaruh perlakuan terhadap hasil tangkapan. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang disebutkan diatas.

Berdasarkan kekurangan dan kelebihan dari penelitian bubu lipat dua dan tiga pintu yang telah disebutkan diatas, maka bubu lipat dua pintu lebih efektif dan efisien dalam pengoperasian. Tapi, belum bisa dikatakan bahwa bubu lipat dua pintu lebih bagus dibandingkan tiga pintu. Dalam hal ini perlu menganalisis lebih lengkap tentang aspek sosial dan ekonomi yang belum terukur dalam penelitian ini.

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil tangkapan bubu lipat terdiri dari rajungan (14%), keong macan (11%), keong gondang (75%) dan udang barong (0%). Total hasil tangkapan rajungan untuk bubu lipat dua pintu adalah 53 ekor sedangkan bubu lipat tiga pintu adalah 11 ekor. Keputusan dari uji t yang dilakukan adalah tolak H0, yang berarti ada pengaruh konstruksi alat tangkap bubu lipat terhadap hasil tangkapan. Bubu yang lebih efektif dan efisien dalam pengoperasian selama penelitian adalah bubu lipat dua pintu.

Dokumen terkait