Dari data karakteristik umum subyek penelitian terlihat bahwa umur, tinggi badan, berat badan, indeks masa tubuh dan jenis kelamin ( tabel 4.1-1 ) pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik yang berarti subjek penelitian adalah homogen dan layak untuk dibandingkan. Juga tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara kedua kelompok penelitian pada jenis operasi maupun pada lamanya operasi dan lamanya anestesi ( tabel 4.2-1).
Banyak penelitian yang tentang ektubasi pasien dengan berbagai kasus yang menyebutkan akan meningkatkan sementara tekanan darah dan laju nadi sebesar 10- 30%. Keadaan ini akan menyebabkan ejection fraction sebesar 10 ± 7%, peningkatan tekanan arteri yang beresiko akan terjadinya iskemi miokard, perdarahan intrakranial dan peningkatan tekanan intra kranial.1
Untuk mengurangi efek yang merugikan ini, dapat diberikan obat-obatan tertentu sebelum tindakan ekstubasi. Obat yang biasa digunakan untuk tujuan tersebut adalah obat golongan opiod, vasodilator, β bloker, Ca Antagonis, atau obat anestesi lokal. Obat-obat tersebut antara lain : lidokain, fentanil, alfentanil, remifentanil, esmolol, verapamil, diltiazem, nitrogliserin / nitroprusid, propopol, thiopental, kombinasi anti hipertensi dan analgetik.1,12
Pada penelitian ini digunakan opioid fentanil 1µg/kgBB pada satu kelompok dan lidokain 1 mg/kgBB pada kelompok yang lain untuk menekan respon hemodinamik saat ekstubasi pada anestesi umum dengan ETT orotrakeal yang diberikan sebelum tindakan ekstubasi.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan arteri rerata dan laju nadi pada waktu preoperatif, waktu sebelum pemberian reversal, waktu ekstubasi, menit ke-1, menit ke- 2, menit ke-3, menit ke-4 dan menit ke-5 setelah ekstubasi.
Katoh dkk (1999) menyatakan bahwa fentanil dapat menghambat impuls saraf afferent yang dihasilkan oleh stimulus pada faring, laring dan paru-paru pada saat manipulasi laringoskopi. Reseptor opioid banyak terdapat pada nukleus solitair dan nukleus ke-9 dan ke-10 saraf kranial. Hal ini berhubungan dengan serabut saraf viseral dari saraf tersebut yang berasal dari area di faring, laring dan paru-paru.38
Sementara itu anestesi lokal intravena yang diberikan dapat menghambat respon simpatis yang berhubungan dengan manipulasi laringoskopi dengan meningkatkan ambang rangsang dari stimulasi jalan nafas, inhibisi sentral dari transmisi simpatis, depresi langsung terhadap kardiovaskular dan vasodilatasi perifer yang dihasilkannya.19
Pada penelitian ini kedua kelompok tidak terdapat perbedaan variabel dasar hemodinamik antara tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan arteri rerata dan laju nadi pada saat pengukuran preoperatif ( p>0,05 ) dengan uji t independent.
Pada penelitian ini terdapat perubahan tekanan darah sistolik antara kelompok fentanil 1 µg/kgBB (kelompok A) dan kelompok lidokain 1 mg/kgBB ( kelompok B ) pada saat preoperatif dibandingkan dengan waktu lain seperti saat sebelum pemberian reversal, pada saat ekstubasi, pada menit pertama setelah ekstubasi, menit ke-2, menit ke-3, menit ke-4 dan menit ke-5 setelah ekstubasi.
Terdapat perbedaan bermakna pada waktu ekstubasi, menit ke-1, menit ke-2 dan menit ke-3 setelah ekstubasi dengan nilai p < 0,05 sementara pada waktu preoperatif, menit ke-4 tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p > 0,05 ( uji t-independent ). Pada kelompok fentanil perbedaan kenaikan tekanan darah sistolik diuji dengan uji-t berpasangan ( t-pair test ). Hasilnya terdapat perbedaan
55 bermakna kenaikan tekanan darah sistolik pada saat ekstubasi ( p=0,0001 ) dan menit ke-1 setelah ekstubasi ( p= 0,026 ) dari tekanan darah sistolik preoperatif. Kenaikan tertinggi terjadi pada saat ekstubasi sebesar 14,28 mmHg ( 11,59% ) dibandingkan dengan data preoperatif.
Sementara kelompok lidokain kenaikan tekanan darah sistolik terjadi pada saat ekstubasi ( p=0,0001 ), pada menit-1 setelah ekstubasi( p=0,0001 ), pada menit ke-2 setelah ekstubasi ( p=0,001, menit ke-3 setelah ekstubasi ( p=0,003 ), dan menit ke-4 setelah ekstubasi( p=0,011 ) dengan uji t berpasangan ( t-pair test ). Kenaikan tertinggi terjadi pada saat ekstubasi sebesar 28,44 mmHg ( 23,22% ). Berdasarkan uji statistik di atas didapatkan fentanil lebih baik menekan respon hemodinamik tekanan darah sistolik pada saat ekstubasi.
Pada penelitian ini terdapat perubahan tekanan darah diastolik antara waktu diastolik dengan waktu lain. Terdapat perbedaan bermakna pada waktu menit pertama setelah ekstubasi, menit ke-2 dan menit ke-3 dengan nilai p < 0,05 dengan uji t- independent. Terdapat perbedaan bermakna terhadap penurunan rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok fentanil pada saat menit ke-1, sampai menit ke-5 setelah ekstubasi dengan nilai p<0,05 ( uji t berpasangan ). Sementara pada kelompok lidokain terjadi peningkatan tekanan darah diastolik pada saat sebelum pemberian reversal, waktu ekstubasi, menit ke-1 sampai menit ke-3 setelah ekstubasi dengan p<0,05 ( uji t- berpasangan ). Penurunan tekanan darah diastolik tertinggi pada kelompok fentanil terjadi pada saat menit ke-5 setelah ekstubasi sebesar 8,56 mmHg ( 10,73% ). Sementara pada kelompok lidokain kenaikan tertinggi tekanan darah diastolik pada saat ekstubasi sebesar 16,04 mmHg ( 21,52% ) dibandingkan dari tekanan darah diastolik saat preoperatif.
Pada perubahan tekanan arteri rerata antara kedua kelompok fentanil dan lidokain terdapat perbedaan bermakna saat sebelum pemberian reversal, saat ekstubasi, menit ke-1 sampai menit ke-4 setelah ekstubasi dengan p<0,05 ( uji t-independent ).
Sementara kelompok fentanil penurunan dan peningkatan tekanan arteri rerata tidak berbeda secara bermakna p>0,05 sedangkan pada kelompok lidokain terjadi peningkatan tekanan arteri rerata yang berbeda secara bermakna pada saat sebelum pemberian reversal, saat ekstubasi, menit ke-1 sampai menit ke-3 setelah ekstubasi ( p<0,05 ) dengan uji t-berpasangan. Kenaikan tertinggi pada kelompok fentanil sebesar 3,08 mmHg ( 3,45% )terjadi pada saat ekstubasi. Kenaikan tertinggi pada kelompok lidokain sebesar 20,12 mmHg( 21,80% ) juga terjadi pada saat ekstubasi dibandingkan tekanan arteri rerata pada waktu saat preoperatif.
Insiden peningkatan tekanan darah yang terjadi pada kelompok fentanil adalah akibat manipulasi tindakan ekstubasi yang menyebabkan stimulasi simpatis yang berlebihan. Fentanil akan menyebabkan penurunan tonus simpatis sentral dan aktivasi tonus vagus yang berakibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat mencegah peningkatan darah yang berlebih7-8.
Pada penelitian ini terdapat perubahan laju jantung tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p > 0,05 dengan uji t independent. Rata-rata peningkatan laju nadi pada kelompok fentanil berbeda bermakna hanya terjadi pada saat ekstubasi dengan p=0,036. Sementara pada waktu lain tidak terdapat perbedaan p>0,05 ( uji t-berpasangan ). Pada kelompok lidokain laju nadi terjadi peningkatan secara bermakna pada waktu ekstubasi, menit ke-1, menit ke-2, dan menit ke-3 setelah ekstubasi dibandingkan laju nadi waktu preoperatif dengan p<0,05. Sedangkan waktu lain tidak berbeda bermakna p>0,05 ( uji t- berpasangan ). Pada penelitian ini fentanil lebih baik dalam menekan laju nadi akibat tindakan ekstubasi. Hal ini disebabkan karena fentanil mendepresi tonus simpati sentral dan mengaktivasi tonus vagus sedangkan lidokain menstabilisasi membran otot jantung dengan cara mencegah depolarisasi membran saraf 7-8,16-20.
Pada kelompok fentanil kenaikan laju jantung tertinggi terjadi pada saat ekstubasi sebesar 7,44 kali ( 9,63% ), dan peningkatan rata-rata laju jantung pada
57 kelompok lidokain tertinggi pada saat menit ke-1 setelah ekstubasi sebesar 14,76 kali ( 20,25% ).
Efek samping dari pemberian fentanil antara lain emesis dijumpai pada 1 orang ( 4% ) dan mendapat therapy ondansetron 4 mg intra vena, serta 1 orang ( 4% ) tersedasi setelah pemberian fentanil selama 3 menit dengan tingkat kesadaran respon terhadap nyeri ( response to pain ). Menurut penelitian Recep Aksu dkk, efek fentanil yang dapat menyebabkan emesis sebesar 5 % dari populasi yang diteliti, serta penurunan kesadaran sebesar 5%.15