Dari 475 siswa yang diperiksa, terdapat 279 (58.7%) yang positif menderita infeksi STH. Hasil penelitian ini menunjukkan angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka nasional yang hanya 24.1%.3 Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya upaya pencegahan infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar di desa Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo sehingga mengakibatkan tingginya prevalensi kecaacingan. Tingginya prevalensi infeksi STH tersebut ada hubungannya dengan tingkat sosial ekonomi suatu masyarakat, pada umumnya mempengaruhi tingkat pendidikan dan kebiasaan hidup suatu masyarakat.30 Angka prevalensi yang tinggi ini juga disebabkan karena banyaknya kasus reinfeksi, adanya kebiasaan buruk, dan kurangnya informasi mengenai kecacingan.
Infeksi STH dapat berupa infeksi tunggal maupun campuran. 31
26
Prevalensi Ascaris lumbricoides di Propinsi DKI Jakarta adalah 4% sampai 91%, Trichuris trichiura 30% sampai 100%; prevalensi Ascaris
lumbricoides di Jawa Barat 20% sampai 90%, Trichuris trichiura 46% sampai
91%; prevalensi Ascaris lumbricoides di Yogyakarta 12% sampai 85%, Pada penelitian ini kebanyakan anak menderita infeksi campuran antara Trichuris
trichiura dengan Ascaris lumbricoides dengan prevalensi 70.6%. Infeksi
Trichuris trichiura tunggal hanya didapati pada 22.6% anak dan infeksi
Trichuris trichiura 37% sampai 95%; prevalensi Ascaris lumbricoides di Sumatera Selatan 51% sampai 78%, Trichuris trichiura 37%; prevalensi
Ascaris lumbricoides di Sulawesi Utara 30% sampai 72%, Trichuris trichiura
12%.
Perbedaan infeksi STH sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lain. Hal tersebut tergantung dari beberapa faktor seperti daerah penelitian (desa atau kota, daerah kumuh, dan sebagainya), kondisi alam atau geografi, kelompok umur yang diperiksa, teknik pemeriksaan, kebiasaan penduduk setempat (tempat buang air besar, cuci tangan sebelum makan, tidak beralas kaki), dan pekerjaan penduduk.
32
Pada infeksi Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura, kebanyakan diderita oleh anak berusia antara 5 sampai 15 tahun, dimana dengan meningkatnya usia maka infeksi STH akan semakin menurun.
32-34
35,36
Infeksi
STH jarang diderita anak berusia di bawah 5 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena anak tersebut relatif lebih sedikit tercemar infeksi.20
Besaran prevalensi infeksi STH berkaitan dengan umur, makin tinggi umur infeksi STH makin menurun. Hal ini disebabkan anak akan mengalami perubahan pola bermain, pola kegiatan, dan tingkat kebersihan ataupun daya tahan tubuh. Apabila konsumsi makanan semakin baik, penggunaan sandal dan sepatu semakin merata dan sanitasi lingkungan menjadi lebih baik, maka sejalan dengan bertambahnya umur anak dalam jangka 16 bulan tanpa
Pada penelitian ini anak yang menderita infeksi STH berumur sekitar 9 tahun.
pengobatan didaerah endemik cacing, infeksi STH akan hilang dengan sendirinya.
Pada penelitian ini anak yang menderita infeksi STH lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan. Prevalensi askariasis di Yogyakarta lebih banyak ditemukan pada anak perempuan, sedangkan di NTT lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
26
32
Prevalensi infeksi STH
tidak begitu banyak berbeda antara laki-laki dan perempuan dikarenakan kebiasaan dan cara hidup yang secara umum sama.26
Pada penelitian ini dilakukan penilaian status nutrisi antara anak dengan dan tanpa infeksi STH. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbedaan status nutrisi antara anak dengan dan tanpa infeksi STH.
Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura dapat menginfeksi anak
sejak usia dini sehingga dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Jika keadaan ini berlangsung lama pada anak usia sekolah dasar, maka akan mengganggu proses belajar anak.6 Suatu penelitian yang membahas hubungan antara infeksi Ascaris lumbricoides
dengan pertumbuhan anak didapatkan bahwa terdapat selisih berat badan yang sedikit lebih kecil dari anak yang tidak terinfeksi Ascaris lumbricoides.
Beberapa penelitian mendapatkan adanya hubungan antara status nutrisi dan infeksi STH. Hubungan bersifat kompleks dan dapat tergantung dari pengaruh lingkungan, sosial dan ekonomi. Perbedaan jenis infeksi STH
dapat mempengaruhi pertumbuhan dengan berbagai cara seperti 24
mengganggu absorpsi zat nutrisi dan merusak mukosa usus. Infeksi STH
dapat mempengaruhi status nutrisi pejamu dengan menyebabkan anoreksia, malabsorpsi, peningkatan kebutuhan nutrisi cacing itu sendiri, menghambat penyerapan mukosa oleh Ascaris lumbricoides dan adanya kehilangan darah oleh infeksi Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.9,10,23
Suatu penelitian di Brazil mendapatkan adanya hubungan antara infeksi STH dan status nutrisi. Infeksi Ascaris lumbricoides berkaitan dengan gangguan pertumbuhan pada masa anak dan infeksi Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale berkaitan dengan gangguan massa tubuh pada
dewasa. Hal ini selain dapat mengganggu pertumbuhan, juga dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif, kecacatan dan bahkan kematian.
Infeksi STH dapat menimbulkan stunting pada anak dan mengganggu pertumbuhan pada anak yang tinggal di daerah endemik.
10
23
Meskipun faktor prediktor stunting beragam namun infeksi STH dapat mempengaruhi status nutrisi pada anak usia sekolah dengan cara menurunnya nafsu makan dan asupan makanan akibat infeksi.
Suatu penelitian di Brazil yang dilakukan selama 9 tahun pada anak berusia 2 sampai 7 tahun didapatkan bahwa infeksi STH pada anak usia dini menyebabkan tinggi badan berkurang 4.63 cm pada usia 7 tahun.
21,37
20
Pada penelitian ini status nutrisi anak dengan infeksi STH adalah malnutrisi ringan-sedang. Status nutrisi anak tidak hanya mencerminkan adanya episode infeksi akut dan kronis sebelumnya, tetapi juga dapat
menggambarkan kecukupan asupan makanan yang mendukung pertumbuhan yang baik. Setiap anak memiliki riwayat infeksi dan pemberian nutrisi yang berbeda.
Interaksi antara keadaan nutrisi dan infeksi STH mempengaruhi kesehatan manusia, dimana efek interaksi umumnya bersifat sinergis dalam arti keadaan malnutrisi ringan-sedang memperberat infeksi STH di satu pihak dan infeksi STH memperberat keadaan malnutrisi ringan-sedang di pihak lain.
34
38
Di Indonesia masalah nutrisi yang dihadapi adalah masalah malnutrisi ringan-sedang serta penyakit infeksi STH yang masih tinggi prevalensinya, maka hendaknya para petugas kesehatan menyadari pengaruh timbal balik antara keadaan nutrisi dengan infeksi STH.
Untuk mendiagnosis ada tidaknya infeksi STH digunakan metode Kato-katz dengan menghitung jumlah telur dalam tinja.
6
36,39
Metode kato-katz masih merupakan pilihan dalam mendeteksi infeksi STH pada penelitian yang dilakukan di lingkungan pedesaan.40
Pada penelitian ini dilakukan penilaian terhadap hubungan derajat intensitas infeksi STH (baik cacing tunggal maupun campuran) dan status nutrisi anak, didapatkan bahwa derajat intensitas infeksi mempengaruhi status nutrisi anak. Cukup tingginya intensitas infeksi yang ringan dan tidak dijumpainya intensitas infeksi yang berat disebabkan anak minum obat cacing namun tidak teratur.
Untuk mendiagnosis ada tidaknya infeksi STH pada pasien penelitian ini digunakan metode Kato-katz.
Meskipun gangguan pada status nutrisi akibat infeksi STH sering terjadi pada anak dengan derajat intensitas infeksi berat, namun intensitas infeksi ringan juga telah dapat mengganggu pertumbuhan pada anak dengan kondisi nutrisi yang rentan.23 Beberapa penelitian mendapatkan bahwa intensitas infeksi yang berat dari Trichiuris trichiura berkaitan dengan gangguan pertumbuhan anak dan penanganan terhadap infeksi tersebut dapat memperbaiki laju pertumbuhan.20 Suatu penelitian mendapatkan bahwa stunting dan malnutrisi berkaitan dengan intensitas infeksi STH
derajat sedang dan berat.21
Sejumlah penelitian epidemiologi mendapatkan bahwa anak yang terinfeksi dengan infeksi STH campuran sering mendapat infeksi yang lebih berat dari pada anak yang mendapatkan infeksi STH tunggal.
35
Suatu penelitian di Kenya mendapatkan bahwa terdapat penambahan berat badan dan nafsu makan pada anak laki-laki yang ditandai dengan penurunan intensitas infeksi setelah pemberian terapi.41