• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 50 orang suku Batak yang usia 20–30 tahun yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU, yang terdiri dari 25 sampel pria dan 25 sampel wanita. Penelitian dilakukan dengan menggunakan foto ronsen panoramik untuk mengukur rata-rata ketebalan korteks mandibula dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan mental index.

Berdasarkan hasil dari penelitian pada Suku Batak didapatkan bahwa ketebalan korteks mandibula pria 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata korteks mandibula pada wanita adalah 4,14mm±0,370. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalinowski dan Kalinowska (2011) yang dilakukan di Polandia dan penelitian Nazrulloh (2013) yang dilakukan pada Suku Jawa. Penelitian yang dilakukan di Polandia, rata-rata ketebalan korteks mandibula pria adalah 3,47 mm dan wanita adalah 3,31 mm. Penelitian juga dilakukan pada suku Jawa, rata-rata ketebalan korteks mandibula pria adalah 4,96 mm dan wanita adalah 4,33 mm. Usia sampel dari penelitian ini sama dengan penelitian pada Suku Jawa yaitu usia sampel 20-30 tahun.

Tulang adalah struktur hidup yang tersusun oleh protein dan mineral. Penyusun utama tulang adalah protein yang disebut kolagen serta mineral tulang (kalsium fosfat). Lebih dari 99% kalsium tubuh terdapat dalam tulang dan gigi, dan 1% terdapat dalam darah. Terdapat dua tipe tulang dalam tubuh yaitu kortikal atau korteks dan trabekular. Tulang korteks adalah tulang yang padat atau rapat dan merupakan bagian terluar dari tulang. Tulang trabekular merupakan bagian dalam tulang yang berongga. 20,21

Tulang secara berkala akan mengalami pembentukkan kembali (remodeling). Proses ini meliputi resorpsi dan formasi. Pada saat resoprsi, tulang yang tua akan hancur dan akan dipindahkan oleh sel osteoklas. Pada saat formasi, jaringan tulang

osteoblas. Fungsi osteoklas dan osteoblas diatur oleh kalsitonin, hormon paratiroid, vitamin D, estrogen dan testosteron.5,7

Pembentukkan tulang kembali digambarkan dengan keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Proses ini terjadi pada tiap permukaan tulang, berlanjut sepanjang hidup. Fungsi pembentukan tulang kembali yaitu untuk melindungi tulang dari efek kerusakan atau menjaga kekuatan tulang. Kekuatan tulang ditentukan oleh kuantitas dan kualitas tulang. Kuantitas yaitu kepadatan tulang sedangkan kualitas yaitu ukuran (massa) tulang dan kandungan mineral. 5,7

Menurut Mann dan Truswell (2007) pembentukan tulang yang pesat dialami oleh seseorang yang berada pada rentang usia antara 18 hingga 20 tahun. Kementrian Kesehatan RI (2008), menyebutkan bahwa massa tulang pada usia 30 tahun akan mengalami suatu puncak kepadatan tulang yang biasanya disebut Peak Bone Mass.6

Menurut Internasional Osteoporosis Foundation (2009), beberapa hal yang mempengaruhi kondisi kepadatan tulang seseorang yaitu jenis kelamin, usia, ras, terapi glukokortikoid jangka panjang, pola hidup, dan asupan kalsium.6

Perbedaan ketebalan korteks pada pria dan wanita disebabkan oleh adanya

growth spurt (percepatan pertumbuhan). Pertumbuhan tulang mengikuti pola pertumbuhan somatik umum, ada percepatan pertumbuhan awal sesudah lahir kemudian menurun dan terjadi growth spurt lagi pada usia 6-7 tahun. Percepatan pertumbuhan ini berlangsung kurang lebih 3-4 bulan dan wanita mengalami lebih dahulu dibandingkan pria. Percepatan pertumbuhan akan terjadi lagi pada usia kurang lebih 12 tahun pada wanita dan 14 tahun pada pria yang disebut prepubertal (adolescene) growth spurt. Pada setiap percepatan pertumbuhan, wanita dimulaidua tahun lebih dahulu sebelum pria memulai percepatan pertumbuhan. Hal tersebut menyebabkan masa pertumbuhan dari wanita lebih cepat selesai dibandingkan pria, sehingga total masa pertumbuhan pada pria lebih lama dibandingkan wanita. Pria memiliki dua tahun tambahan pertumbuhan diakibatkan perbedaan maturasi.1,7

Berdasarkan pernyataan tersebut, pertumbuhan tulang pada pria terjadi lebih lama, sehingga ketebalan korteks pada pria lebih besar dibandingkan wanita. Faktor

yang juga berpengaruh adalah hormonal. Peningkatan hormon seks dapat menyebabkan perubahan fisiologis, termasuk percepatan pertumbuhan tubuh secara umum dan perluasan jaringan limfoid. Hormon seks pada pria dan wanita sangat berbeda. Hormon tersebut mempengaruhi pertumbuhan tulang. Testosteron memiliki peranan penting pada pria, sedangkan wanita dipengaruhi oleh hormon estrogen yang mendukung pertumbuhan tulang.1,6

Kebutuhan zat gizi selama remaja akan mengalami peningkatan karena adanya proses pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai Peak Bone Mass. Hal tersebut juga berlaku untuk kebutuhan mineral termasuk kalsium. Pria membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama kehidupan mereka dikarenakan massa tulang wanita lebih kecil dibandingkan dengan pria, sehingga absorpsi kalsium pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.6

Berdasarkan penelitian Nguyen (1995) dikatakan bahwa faktor reproduksi seperti paritas, menyusui, dan menstruasi juga berhubungan dengan rendahnya kadar kalsium tulang. Keadaan hamil dan menyusui telah menyedot persediaan bahan – bahan tulang untuk kebutuhan janin dan bayi sehingga kepadatan tulang wanita menjadi lebih rendah daripada pria.5,6

Secara fisiologis akibat dari tekanan pada tulang akan menghasilkan perubahan bentuk dan sususan pada tulang. Tulang akan bereaksi terhadap kebutuhan fungsi khususnya fungsi mastikasi pada tulang rahang dengan pembentukan elemen-elemen seluler. Rangkaian dan susunan serat-serat tulang yang merupakan trabekular di dalam tulang spongiosa sesuai dengan prinsip-prinsip bangunan. Banyak garis-garis atau serat-serat yang menyilang saling tegak lurus untuk menahan bermacam tekanan sehingga menyebabkan perubahan susunan yang ada di dalam tulang.5,7

Tulang akan bersifat spongiosa atau kompak tergantung pada kepadatan dan susunan trabekular dan jumlah lamella. Dalam hal ini konsistensi makanan berpengaruh pada fungsi mastikasi pada tulang rahang. Konsistensi makanan yang lebih halus menyebabkan fungsi mastikasi berkurang sehingga terjadinya perubahan

makanan yang konsistensinya lebih halus, yang menyebabkan wanita mempunyai rahang yang lebih kecil daripada pria.7,15

Dokumen terkait