PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA
DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI
PANORAMIK ANTARA PRIA DAN
WANITA SUKU BATAK
DI FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
NOVI DARA UTAMI NIM: 100600018
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental Tahun 2014
Novi Dara Utami
Perbedaan ketebalan korteks mandibula ditinjau menggunakan radiografi panoramik antara pria dan wanita suku Batak di FKG USU.
xii + 34 halaman.
Ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita berbeda terutama pada ras atau suku yang tertentu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, hormon, nutrisi, ras, genetik dan faktor lingkungan. Radiografi panoramik dapat digunakan untuk mengetahui rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketebalan korteks mandibula ditinjau menggunakan radiografi panoramik pada pria dan wanita suku Batak usia 20-30 tahun di FKG USU.
Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan jumlah sampel 50 orang yang terdiri dari 25 orang pria dan 25 orang wanita. Penelitian ini dilakukan di Unit Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini adalah rata-rata ketebalan korteks mandibula suku Batak usia 20-30 tahun pada sisi kanan pria adalah 4,20mm±0,630 dan wanita adalah 4,09mm±0,408. Sedangkan pada sisi kiri pria adalah4,27mm±0,585 dan wanita adalah 4,19mm±0,413. Kesimpulan dari penelitian ini nilai adalah rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria adalah 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata korteks mandibula pada wanita adalah 4,14 mm±0,370. Nilai signifikan didapatkan bahwa p > 0,05 dinyatakan tidak berbeda secara signifikan berdasarkan hasil tes
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 8 Januari 2014
Pembimbing: Tanda tangan
Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG ………..
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 8 Januari 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada ayahanda Zunaidi, S.E dan ibunda tercinta Sri Damayanti atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril ataupun materil yang tidak akan terbalas oleh penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada abangda M. Khahfi Zuhanda, adinda Arbie Saldi Zusri dan Prizuri Hartadi yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG. yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan semangat, motivasi, bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp. Ort selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG. (K), H. Amrin Thahir, drg., Dewi Kartika, drg., dan Maria Sitanggang, drg., atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Muslim Yusuf, drg., Sp. Ort., selaku penasihat akademik yang telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Pegawai Departemen RadiologiKedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (Kak Rani, Kak Tetty dan Bang Ari).
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani masa pendidikan.
7. Sahabat-sahabat tersayang (Dina, Astrid, Cucu, Putri, Dila, Fitri, Elsi, dan Ipho) yang selalu memberikan dukungan moril kepada penulis dalam penelitian ini 8. Anggota-anggota penelitian (Liyah, Dani, Lim dan Thesdave) yang setia
menemani penulis dalam penelitian ini.
9. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Medan, 8 Januari 2014 Penulis
(………....) Novi Dara Utami
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antropologi Suku Batak ... 4
2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi Radiografi Panoramik ... 12
2.3.4 Keuntungan dan Kerugian Radiografi Panoramik ... 12
2.4.1 Pengukuran Ketinggian Korteks Mandibula Menggunakan
Mental Index (MI) ... 14
2.5 Kerangka Teori... 15
2.6 Kerangka Konsep ... 16
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 17
4.3 Rata-rata Ketebalan Korteks Mandibula pada Kanan dan Kiri 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Aspek lateral anatomi mandibula ... 6
2. Aspek anterior anatomi mandibula ... 6
3. Aposisi dan reabsorpsi tulang ... 8
4. Foto radiografi panoramik ... 11
5. Pengukuran ketebalan korteks mandibula berdasarkan letak foramen mental ... 14
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner penelitian
2. Hasil pengukuran ketebalan korteks mandibula 3. Hasil perhitungan spss
4. Surat konsultasi bagian biostatistika FKM
5. Surat persetujuan komisi etik (Ethical Clearance) 6. Lembar penjelasan kepada calon responden
7. Surat pernyataan persetujuan subjek penelitian (Informed Consent) 8. Jadwal pelaksanaan penelitian
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental Tahun 2014
Novi Dara Utami
Perbedaan ketebalan korteks mandibula ditinjau menggunakan radiografi panoramik antara pria dan wanita suku Batak di FKG USU.
xii + 34 halaman.
Ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita berbeda terutama pada ras atau suku yang tertentu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, hormon, nutrisi, ras, genetik dan faktor lingkungan. Radiografi panoramik dapat digunakan untuk mengetahui rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketebalan korteks mandibula ditinjau menggunakan radiografi panoramik pada pria dan wanita suku Batak usia 20-30 tahun di FKG USU.
Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan jumlah sampel 50 orang yang terdiri dari 25 orang pria dan 25 orang wanita. Penelitian ini dilakukan di Unit Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini adalah rata-rata ketebalan korteks mandibula suku Batak usia 20-30 tahun pada sisi kanan pria adalah 4,20mm±0,630 dan wanita adalah 4,09mm±0,408. Sedangkan pada sisi kiri pria adalah4,27mm±0,585 dan wanita adalah 4,19mm±0,413. Kesimpulan dari penelitian ini nilai adalah rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria adalah 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata korteks mandibula pada wanita adalah 4,14 mm±0,370. Nilai signifikan didapatkan bahwa p > 0,05 dinyatakan tidak berbeda secara signifikan berdasarkan hasil tes
significant T-test.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiografi panoramik merupakan salah satu pemeriksaan ekstra oral di bidang kedokteran gigi. Pada radiografi panoramik didapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial mencakup maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya. Gambaran yang dapat diperoleh meliputi semua gigi geligi, tulang basal, adanya lesi patologis, gigi supernumerary, gigi impaksi, dan gambaran kondilus dalam satu film dengan dosis relatif kecil dimana untuk satu kali pembuatan radiografik panoramik dosis radiasinya hampir sama dengan empat kali foto intraoral.1,2
Kegunaan radiografi pada pemeriksaan tulang sangat diperlukan karena radiografi menggambarkan jaringan keras pada rahang atas dan rahang bawah. Radiografi panoramik dapat digunakan untuk mendeteksi massa tulang dengan biaya yang rendah dibandingkan melakukan tes BMD (Bone Mineral Density). Salah satu teknik deteksi massa tulang adalah dengan mengukur ketebalan korteks mandibula berdasarkan letak foramen mental (mental index).3,4
Massa tulang adalah jumlah kandungan mineral tulang yang diukur dengan alat densitometer. Massa tulang pada remaja dapat menentukan risiko osteoporosis saat usia lanjut. Densitas tulang secara umum disebut dengan istilah massa mineral tulang atau BMD.1,3,4
Kehilangan kandungan mineral tulang berkaitan erat dengan faktor usia yang secara signifikan muncul pada usia pertengahan atau orang tua dan berhubungan dengan kondisi fisiologis serta jenis kelamin. Hilangnya mineral tulang dua kali lebih besar pada wanita dibanding pria.1,4
terdiri dari 467 wanita dan 410 pria, didapatkan rata-rata ketebalan korteks mandibula kelompok usia 20-29 tahun adalah 3,47 mm untuk pria dan 3,31 mm untuk wanita. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata ketebalan korteks mandibula pada wanita lebih kecil dibandingkan ketebalan korteks mandibula pada pria dan berbeda secara signifikan.4
Suatu penelitian yang dilakukan Nasrulloh (2013), pada suku Jawa mengenai ketebalan korteks mandibula dengan menggunakan radiografi panoramik digital pada sampel berusia 20-30 tahun menunjukkan pada usia tersebut kondisi mandibula masih normal dan belum ada perubahan morfologi karena penurunan massa tulang. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil rerata ketebalan korteks kanan dan kiri pada pria adalah 4,96 mm, dan wanita didapatkan hasil sebesar 4,33 mm. Data tersebut menunjukkan ketebalan korteks mandibula pria lebih besar dibandingkan wanita.1
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang seseorang diantaranya adalah ras, usia, jenis kelamin, hormon, proses penuaan, gaya hidup seperti kebiasaan berolahraga dan mengkonsumsi makanan. Selain itu, obat-obatan tertentu dapat berpengaruh terhadap ketersediaan biologik kalsium atau meningkatkan ekskresi sehingga dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang.5-7
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik, dikarenakan belum adanya penelitian mengenai hal tersebut di kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
2. Apakah terdapat perbedaan ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka beberapa tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik.
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketebalan korteks mandibula pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik.
1.5 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: Secara teoritis :
1. Memberikan informasi ilmiah mengenai ukuran ketebalan korteks mandibula menggunakan mental index antara wanita dan pria Suku Batak.
Secara aplikatif :
1. Sebagai salah satu sumber informasi dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Masukan bagi para klinisi mengenai penggunaan radiografi panoramik
digital untuk menentukan ketebalan korteks mandibula.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antropologi Suku Batak
Suku Batak merupakan bagian dari ras Proto-Melayu yang menempati pulau Sumatera. Sifat paling dominan dari suku ini adalah kebiasaan hidup dalam splendid isolation di lembah sungai dan puncak pegunungan. Pertambahan penduduk mendesak beberapa kelompok melakukan perpindahan. Beberapa kelompok diantaranya turun ke timur untuk menetap dan membuka tanah, sedangkan sebagian yang lain membuka pemukiman baru di daerah hutan belukar di arah pantai selatan.
Suku Batak merupakan suku terbesar yang menempati wilayah Sumatera Utara yaitu sebanyak 44,75%. Suku ini memiliki beberapa sub suku yang masih memiliki ikatan kuat antara satu dengan lainnya yaitu sub suku Toba, Karo, Mandailing, Simalungun dan Pakpak. Beberapa pendapat ada yang menyatakan dalam sebelas sub suku yaitu ditambah dengan Pasisir, Angkola, Padang Lawas, Melayu, Nias dan Alas Gayo.8
2.2 Tinjauan Umum Mandibula
2.2.1 Anatomi Mandibula
Mandibula terdiri atas dua bagian yaitu:9,10 A. Korpus (body)
Merupakan bagian tengah yang melengkung horizontal, yang membentuk dagu dan tempat tersusunnya gigi geligi rahang bawah. Korpus mandibula mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1) Tulang alveolar
Merupakan tempat perlekatan dari gigi geligi. Terdapat delapan lekukan dari masing – masing belahan mandibula yaitu dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi molar. Pada orang tua setelah gigi geligi tanggal lekukan ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan berkurangnya lebar korpus mandibula.
2) Basis mandibula
Bagian tepi inferior mandibula yang tebal dan melengkug sampai tepi inferior ramus dengan batasan gigi molar ke tiga.
B. Ramus
Gambar 1. Aspek lateral anatomi mandibula.9
Gambar 2. Aspek anterior mandibula.9
2.2.2 Proses Pertumbuhan Mandibula
remodelling di tempat-tempat lain menyebabkan mandibula bertambah besar sesuai dengan bentuknya. Pertambahan panjang mandibula disebabkan adanya aposisi di sisi posterior ramus dan terjadi resorpsi di anterior ramus. Pertambahan tinggi badan mandibula sebagian besar disebabkan adanya pertumbuhan tulang alveolaris. Dagu menjadi lebih menonjol karena mandibula memanjang dan terdapat sedikit penambahan tulang pada dagu tetapi tidak terjadi lagi sesudah masa remaja.7,12,13
Mandibula mengalami pertumbuhan melalui kartilagius, periosteal, dan endosteal. Kedua kartilago pada simpisis mandibula dan lainnya membentuk lapisan pada kepala masing-masing kondilus mandibula. Kartilago ini bukanlah sisa dari kartilago Meckel, yang membentuk bakal mandibula embrionik, tetapi merupakan kartilago sekunder yang berkembang sesudah sebagian besar kartilago Meckel digantikan dengan osifisikasi intramembranosis.7,12,13
Gambar 3. Aposisi dan resorpsi tulang mandibula.12
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tulang
Massa tulang pada remaja dapat menentukan risiko osteoporosis saat usia lanjut. Massa tulang memiliki hubungan terbalik yang berkelanjutan dan bertahap dengan risiko fraktur tulang, semakin rendah massa tulang maka semakin besar risiko fraktur tulang.14
Beberapa faktor yang mempengaruhi massa tulang seseorang diantaranya adalah:
1. Faktor Keturunan
Faktor genetik menentukan pengaturan perkembangan morfologenesis selama pertumbuhan embrional setiap individu. Diperkirakan bahwa pengaruh genetic terdapat pada ukuran, waktu, dan kecepatan pertumbuhan tulang dentofasial.5,7
2. Ras
3. Usia
Massa tulang berbeda menurut usia, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan berangsur menurun setelah dewasa. Pertumbuhan tulang mengikuti pola pertumbuhan somatik umum. Pada setiap percepatan pertumbuhan, wanita dimulai dua tahun lebih dahulu sebelum pria yaitu saat usia 12 tahun. Hal tersebut menyebabkan masa pertumbuhan dari wanita lebih cepat selesai dibandingkan pria, sehingga total masa pertumbuhan pria lebih lama dibandingkan wanita. Pria memiliki dua tahun tambahan pertumbuhan diakibatkan perbedaan maturasi.7
4. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi potensi pertumbuhan mandibula. Pria memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan wanita karena
adolescent growth spurt pada pria lebih besar dibandingkan wanita, selain itu pada pria memiliki dua tahun tambahan pertumbuhan diakibatkan perbedaan maturasi.7
5. Hormon
Setelah mencapai masa pubertas (kematangan hormon estrogen pada wanita dan kematangan hormon testoteron pada pria) karena pengaruh anabolik dan prekusor estrogen terjadilah proses remodeling tulang. Tulang manusia mengalami peluruhan dan pembentukan secara berkesinambungan. Saat usia muda, pembentukan tulang berlangsung lebih cepat dibandingkan resorpsinya.7
6. Nutrisi
Oleh karena itu, pria membutuhkan kalsium yang lebih tinggi. Konsistensi makanan yang juga mempengaruhi pertumbuhan dentofasial, dimana makanan yang keras akan merangsang pertumbuhan tulang dibandingkan makanan yang lunak.6,7,15
7. Proses penuaan
Proses penuaan pada wanita terjadi lebih awal. Usia reproduktif wanita berakhir pada usia 45-50 tahun ketika siklus menstruasi berakhir dan hormon seks dengan cepat menurun. Defisiensi estrogen memainkan peranan penting yang menyebabkan penurunan massa tulang.6,9,16
8. Pola hidup
Pola hidup seperti kebiasaan berolahraga, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, serta kebiasaan merokok mempengaruhi pertumbuhan tulang.5
9. Obat-obatan
Penggunaan glukokortikoid menyebabkan drug-related osteoporosis, penggunaan glukokortikoid jangka panjang pada penyakit-penyakit seperti rheumatoid arthritis, sistemic lupus erythematosus dan penyakit paru obstrukstif kronik terkait dengan angka kejadian fraktur tulang yang tinggi.17,18
2.3 Radiografi Panoramik
2.3.1 Definisi
Radiografi panoramik merupakan salah satu sarana yang paling sering digunakan untuk melihat keadaan gigi geligi secara keseluruhan. Melalui radiografi panoramik kita dapat melihat sebagian besar struktur anatomis rongga mulut seperti sinus maksilaris, sendi temporomandibula (TMJ), tulang hyoid. Selain itu, radiografi juga mudah dilakukan secara operasional untuk pasien yang sulit membuka mulut atau pembukaan mulutnya terbatas.1,2
Gambar 4. Foto radiografi panoramik.2
2.3.2 Jenis Radiografi Panoramik
Radiografi panoramik terdiri dari dua jenis yaitu :1,2 a. Radiografi Panoramik Konvensional
Jenis radiografi panoramik yang dalam proses pembuatan foto masih menggunakan proses kimiawi berupa cairan fixer dan developer.
b. Radiografi Panoramik Digital
2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi Radiografi Panoramik
Indikasi penggunaan radiografi panoramik adalah sebagai berikut:1,2
1. Penilaian gambar meliputi gigi keseluruhan untuk mencatat pertumbuhan dan posisi dari perkembangan gigi permanen.
2. Untuk pemeriksaan lesi seperti kista, tumor dan anomali pada korpus dan ramus mandibula untuk menentukan letak dan ukuran.
3. Fraktur pada bagian mandibula kecuali bagian anterior.
4. Pemeriksaan kualitas permukaan kepala kondilus pada cedera TMJ, khususnya digunakan jika pasien tidak dapat membuka mulut.
5. Melihat penyebaran penyakit gigi, untuk mengetahui keseluruhan level tulang alveolar.
6. Penilaian terhadap pertumbuhan dan posisi gigi anomali.
7. Penilaian terhadap keadaan rongga mulut sebelum pemasangan gigi tiruan. 8. Mengevaluasi tinggi tulang alveolar sebelum melakukan osseo-integrated implant.
Kontraindikasi penggunaan radiografi panoramik adalah sebagai berikut: 1. Untuk melihat lesi karies yang kecil.
2. Untuk melihat lesi periapikal. 3. Untuk melihat jaringan periodontal.
2.3.4 Keuntungan dan Kerugian Radiografi Panoramik
Keuntungan radiografi panoramik adalah sebagai berikut:2 1. Gambaran meliputi tulang wajah dan gigi.
2. Dosis radiasi kecil. 3. Nyaman untuk pasien.
4. Cocok untuk pasien yang susah membuka mulut. 5. Waktu yang digunakan pendek biasanya 3-4 menit.
secara umum dan evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi pada fase bercampur.
Kerugian radiografi panoramik adalah sebagai berikut:2 1. Detail gambar yang tampil tidak sebaik periapikal intraoral. 2. Tidak dapat digunakan untuk melihat karies yang kecil.
3. Pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi.
2.4 Pengukuran Korteks Mandibula
Pengukuran massa tulang adalah pengukuran kepadatan mineral pada tulang biasanya dengan menggunakan sinar-X spesial, CT scan, atau ultrasounds. Dari hasil pengukuran kepadatan tulang ini dapat diperkirakan kekuatan tulang. Pengukuran massa tulang dimaksudkan untuk mengukur kekuatan dan massa tulang serta menganalisis kemungkinan terjadinya resiko pengeroposan atau patah tulang di masa mendatang. Pemeriksaan massa tulang dengan densitometer merupakan pemeriksaan akurat dan presisi untuk menilai kepadatan tulang, sehingga dapat digunakan untuk menilai faktor prognosis, prediksi fraktur dan diagnosis resiko osteoporosis.1,18
Pemeriksaan massa tulang ini membutuhkan biaya yang mahal sehingga tidak bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan metode alternatif untuk melihat kesehatan tulang yang dapat digunakan dalam skala besar. 1
Radiografi panoramik menggambarkan beberapa perubahan dalam tulang tulang maksila dan mandibula, sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi resiko kehilangan tulang. Beberapa indeks telah dikembangkan untuk menilai dan mengukur kualitas massa tulang mandibula dan untuk mengamati tanda-tanda resorpsi pada radiografi panoramik yaitu:19
1. Panoramic Mandibular Index (PMI) adalah ketebalan mandibula dibagi dengan jarak foramen mental ke korteks inferior mandibula.
3. Mental Index (MI) adalah ketebalan korteks mandibula berdasarkan letak foramen mental.
2.4.1 Pengukuran Ketebalan Korteks Mandibula Menggunakan Mental
Index
Salah satu cara mengukur kualitas mineral tulang adalah dengan ketebalan korteks mandibula berdasarkan letak foramen mental yaitu berada diantara gigi P1 dan P2.1,19
Gambar 5. Pengukuran ketebalan korteks mandibula pada foramen mental. Ketebalan korteks mandibula diukur pada garis putus-putus antara kedua garis tebal.1
2.6Kerangka Konsep
Suku Batak
Radiografi panoramik
Ketebalan korteks mandibula
Mental index
Pria Wanita
Perbedaan ketebalan korteks mandibula
Suku Batak
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian pada bulan September 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh suku Batak di lingkungan FKG USU.
3.3.2 Sampel
Rumus Besar Sampel:
n = 2 SD (Z1-α +Z1-β)2
(µ1-µ2)2
n = 2 (0,69) (1,64 + 0,84)2
(0,63)2
n = 21,38
n = 22 sampel
Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan SD = Standart deviasi (0,69)
Z1-α = Derajat kepercayaan tipe I 10% (1,64) Z1-β = Derajat kepercayaan tipe II 20% (0,84) µ1-µ2 = Selisih mean
Jumlah sampel minimal adalah 44 sampel terdiri dari 22 sampel pria dan 22 sampel wanita. Dalam penelitian ini menggunakan 50 sampel yang terdiri dari 25 sampel pria dan 25 sampel wanita.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas : Jenis kelamin, suku Batak.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah:
Variabel Defenisi Operasional Skala Alat Ukur Hasil
Pengukuran
Numerik Komputerisasi Dalam satuan mm
(milimeter)
Usia Usia 20-30 tahun saat dilakukan pengambilan foto panoramik.
Kategorik Tahun Dalam satuan tahun
Foto ronsen ekstra oral yang memperlihatkan struktur tulang dan gigi pada rahang atas dan rahang bawah secara keseluruhan.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Pesawat radiografi panoramik merk Instrumentarium model OC 200 D 1-4-1
b. Komputer merk LG
c. Software CliniView versi 10.1.2 d. Alat tulis
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lembar pencatatan
3.6 Prosedur Penelitian
a. Peneliti memberikan lembar kuisioner kepada subjek penelitian.
b. Peneliti mengumpulkan kuisioner yang telah diisi dan melakukan
screening untuk mendapatkan sampel yang sesuai kriteria.
c. Peneliti memberikan inform consent kepada subjek penelitian, setelah subjek penelitian setuju, maka dilakukan pengambilan foto ronsen panoramik di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
d. Mengumpulkan hasil foto radiografi panoramik digital dari sampel pria dan wanita suku Batak yang sesuai dengan kriteria.
e. Melakukan pengukuran ketebalan korteks mandibula menggunakan
mental index dengan cara:
- Foto ronsen panoramik yang diperoleh diperiksa, dimana pengamatan berpusat pada daerah korteks mandibula yang berdekatan dengan foramen mental menggunakan komputerisasi.
- Tekan image dan create copy untuk menghasilkan satu foto panoramik yang sama seperti foto aslinya.
- Tekan contrast brightness dan zoom untuk membesarkan foto supaya foto lebih jelas dan terang.
- Tekan drawing toolbar (line) dan membuat garis lurus vertikal dari foramen mental ke arah korteks mandibula. Kemudian membuat garis horizontal pada kedua tepi korteks inferior mandibula. Maka akan terbentuk sudut 90 derajat.
- Tekan measurement (length) dan membuat garis lurus di antara garis yang bersinggungan yang telah terbentuk untuk mendapat ketebalan korteks mandibula.
- Hasil pengukuran akan keluar secara otomatis. - Melakukan hal yang sama pada sisi yang lain.
f. Mencatat hasil pengukuran ketebalan korteks mandibula. g. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan radiologist.
h. Membandingkan hasil ketebalan korteks mandibula pria dan wanita. i. Menganalisis data yang telah diperoleh.
Gambar 6. Pengukuran korteks mandibula dengan menggunakan mental index.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan program komputer berupa SPSS dan selanjutnya data dianalisa sesuai dengan tujuan penelitian analitik observasional.
3.7.2 Analisis Data
Data statistik yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi, nilai mean, standar deviasi, uji normalitas dan uji homogenitas dari ketebalan korteks mandibula pria dan wanita. Selanjutnya untuk melihat perbedaan kedua kelompok tersebut, maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji beda dua mean independen (T-test Unpaired) dengan menggunakan Confidence Interval
3.8 Ethical Clearance
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang suku Batak yang usia 20 – 30 tahun yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU, yang terdiri dari 25 sampel pria dan 25 sampel wanita. Penelitian dilakukan dengan menggunakan foto ronsen panoramik untuk mengukur rata-rata ketebalan korteks mandibula dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan mental index.
4.1 Distribusi Ketebalan Korteks Mandibula Pria
Ketebalan korteks mandibula pada pria dapat dilihat pada grafik 1. Ketebalan korteks mandibula pada pria yang paling tinggi adalah 5,6 mm, sedangkan ukuran yang paling rendah adalah 3,0 mm.
Gambar 1. Distribusi ketebalan korteks mandibula pria 3,8
4.2 Distribusi Ketebalan Korteks Mandibula Wanita
Ketebalan korteks mandibula pada wanita dapat dilihat pada grafik 2. Ketebalan korteks mandibula pada wanita yang paling tinggi adalah 5 mm, sedangkan ukuran yang paling rendah adalah 3,45 mm.
Grafik 2. Distribusi ketebalan korteks mandibula pada wanita
4.3 Nilai Rata-rata Ketebalan Korteks Mandibula Kanan dan Kiri
Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula pada sisi kanan dan kiri diperoleh dengan menggunakan SPSS 17 dan didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel 1. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula pada sisi kanan pria adalah 4,20mm±0,630 dan wanita adalah 4,09mm±0,408. Sedangkan nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula pada sisi kiri pria adalah 4,27mm±0,585 dan wanita adalah 4,19mm±0,413.
Tabel 1. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula kanan dan kiri
Kanan Kiri
No Jenis Kelamin N X±SD X±SD
1 Pria 25 4.20±0,630 4.27±0,585
2 Wanita 25 4.09±0,408 4.19±0,413
Total 50 4.15±0,528 4.23±0,503
4.4 Nilai Rata-rata Ketebalan Korteks Mandibula
Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan wanita Suku Batak dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel 2. Ketebalan rata-rata korteks mandibula pada pria adalah 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata korteks mandibula pada wanita adalah 4,144 mm±0,370.
Data diuji dengan independent t-test, didapatkan p>0,05 maka nilai tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan.
Tabel 2. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula
No Jenis Kelamin N X±SD P. Value
1 Pria 25 4.23±0,585 0,501
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 50 orang suku Batak yang usia 20–30 tahun yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU, yang terdiri dari 25 sampel pria dan 25 sampel wanita. Penelitian dilakukan dengan menggunakan foto ronsen panoramik untuk mengukur rata-rata ketebalan korteks mandibula dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan mental index.
Berdasarkan hasil dari penelitian pada Suku Batak didapatkan bahwa ketebalan korteks mandibula pria 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata korteks mandibula pada wanita adalah 4,14mm±0,370. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalinowski dan Kalinowska (2011) yang dilakukan di Polandia dan penelitian Nazrulloh (2013) yang dilakukan pada Suku Jawa. Penelitian yang dilakukan di Polandia, rata-rata ketebalan korteks mandibula pria adalah 3,47 mm dan wanita adalah 3,31 mm. Penelitian juga dilakukan pada suku Jawa, rata-rata ketebalan korteks mandibula pria adalah 4,96 mm dan wanita adalah 4,33 mm. Usia sampel dari penelitian ini sama dengan penelitian pada Suku Jawa yaitu usia sampel 20-30 tahun.
Tulang adalah struktur hidup yang tersusun oleh protein dan mineral. Penyusun utama tulang adalah protein yang disebut kolagen serta mineral tulang (kalsium fosfat). Lebih dari 99% kalsium tubuh terdapat dalam tulang dan gigi, dan 1% terdapat dalam darah. Terdapat dua tipe tulang dalam tubuh yaitu kortikal atau korteks dan trabekular. Tulang korteks adalah tulang yang padat atau rapat dan merupakan bagian terluar dari tulang. Tulang trabekular merupakan bagian dalam tulang yang berongga. 20,21
osteoblas. Fungsi osteoklas dan osteoblas diatur oleh kalsitonin, hormon paratiroid, vitamin D, estrogen dan testosteron.5,7
Pembentukkan tulang kembali digambarkan dengan keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Proses ini terjadi pada tiap permukaan tulang, berlanjut sepanjang hidup. Fungsi pembentukan tulang kembali yaitu untuk melindungi tulang dari efek kerusakan atau menjaga kekuatan tulang. Kekuatan tulang ditentukan oleh kuantitas dan kualitas tulang. Kuantitas yaitu kepadatan tulang sedangkan kualitas yaitu ukuran (massa) tulang dan kandungan mineral. 5,7
Menurut Mann dan Truswell (2007) pembentukan tulang yang pesat dialami oleh seseorang yang berada pada rentang usia antara 18 hingga 20 tahun. Kementrian Kesehatan RI (2008), menyebutkan bahwa massa tulang pada usia 30 tahun akan mengalami suatu puncak kepadatan tulang yang biasanya disebut Peak Bone Mass.6
Menurut Internasional Osteoporosis Foundation (2009), beberapa hal yang mempengaruhi kondisi kepadatan tulang seseorang yaitu jenis kelamin, usia, ras, terapi glukokortikoid jangka panjang, pola hidup, dan asupan kalsium.6
Perbedaan ketebalan korteks pada pria dan wanita disebabkan oleh adanya
growth spurt (percepatan pertumbuhan). Pertumbuhan tulang mengikuti pola pertumbuhan somatik umum, ada percepatan pertumbuhan awal sesudah lahir kemudian menurun dan terjadi growth spurt lagi pada usia 6-7 tahun. Percepatan pertumbuhan ini berlangsung kurang lebih 3-4 bulan dan wanita mengalami lebih dahulu dibandingkan pria. Percepatan pertumbuhan akan terjadi lagi pada usia kurang lebih 12 tahun pada wanita dan 14 tahun pada pria yang disebut prepubertal (adolescene) growth spurt. Pada setiap percepatan pertumbuhan, wanita dimulaidua tahun lebih dahulu sebelum pria memulai percepatan pertumbuhan. Hal tersebut menyebabkan masa pertumbuhan dari wanita lebih cepat selesai dibandingkan pria, sehingga total masa pertumbuhan pada pria lebih lama dibandingkan wanita. Pria memiliki dua tahun tambahan pertumbuhan diakibatkan perbedaan maturasi.1,7
yang juga berpengaruh adalah hormonal. Peningkatan hormon seks dapat menyebabkan perubahan fisiologis, termasuk percepatan pertumbuhan tubuh secara umum dan perluasan jaringan limfoid. Hormon seks pada pria dan wanita sangat berbeda. Hormon tersebut mempengaruhi pertumbuhan tulang. Testosteron memiliki peranan penting pada pria, sedangkan wanita dipengaruhi oleh hormon estrogen yang mendukung pertumbuhan tulang.1,6
Kebutuhan zat gizi selama remaja akan mengalami peningkatan karena adanya proses pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai Peak Bone Mass. Hal tersebut juga berlaku untuk kebutuhan mineral termasuk kalsium. Pria membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama kehidupan mereka dikarenakan massa tulang wanita lebih kecil dibandingkan dengan pria, sehingga absorpsi kalsium pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.6
Berdasarkan penelitian Nguyen (1995) dikatakan bahwa faktor reproduksi seperti paritas, menyusui, dan menstruasi juga berhubungan dengan rendahnya kadar kalsium tulang. Keadaan hamil dan menyusui telah menyedot persediaan bahan – bahan tulang untuk kebutuhan janin dan bayi sehingga kepadatan tulang wanita menjadi lebih rendah daripada pria.5,6
Secara fisiologis akibat dari tekanan pada tulang akan menghasilkan perubahan bentuk dan sususan pada tulang. Tulang akan bereaksi terhadap kebutuhan fungsi khususnya fungsi mastikasi pada tulang rahang dengan pembentukan elemen-elemen seluler. Rangkaian dan susunan serat-serat tulang yang merupakan trabekular di dalam tulang spongiosa sesuai dengan prinsip-prinsip bangunan. Banyak garis-garis atau serat-serat yang menyilang saling tegak lurus untuk menahan bermacam tekanan sehingga menyebabkan perubahan susunan yang ada di dalam tulang.5,7
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut adalah:
1. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula suku Batak usia 20-30 tahun pada pria adalah 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata korteks mandibula pada wanita adalah 4,14mm±0,370.
2. Berdasarkan hasil dari uji statistik parametrik dengan independent t-test,
didapatkan hasil p>0,05 yaitu 0,501 menunjukkan ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita suku Batak tidak berbeda secara signifikan.
6.2 Saran
1. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang dilakukan pada suku yang berbeda.
2. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alat radiografi yang lebih modern seperti CBCT atau CT-scan agar hasil lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasrulloh R, Norjanto B, Savitri Y. Ketebalan korteks mandibula pada pria dan wanita suku Jawa ditinjau radiografik panoramik. Dentomaxillofacial Radiology 2013; (4): 20-24.
2. Whaites E. Radiography and radiology for dental care professional. 2nd Ed. London. Churchill livingstone 2009: 151-70.
3. Taguchi A, Sugino N, Miki M, Korzai Y dkk. Detecting young Jepanese adults with undecteted low. http:/ 4. Kalinowski P, Kalinowka R. Mandibula inferior cortex width may serve as a
prognostic osteoporosis index in polish patients. Via Medica 2011; 70(4): 272-281.
5. Trihapsari E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang. Skripsi. Jakarta: Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2009:17-19.
6. Suryono. Hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di Asrama TPB IPB. (19 Desember 2013).
7. Mochtar M. Ortodonti dasar. Medan. Universitas Sumatera Utara Press 1998: 6- 17.
8. Siregar MA. Variasi wajah suku batak.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55278 (20 Agustus 2013). 9. Liebgott B. The anatomy basis of dentistry. 3rd Ed. Kanada. Elsevier 2011:
210-13.
10.Setiawati L. Refarat condilar fraktur neck.
12.Liu YP, Bahrent RG, Buschang PH. Mandibular growth, remodeling, and maturation during infancy and early childhood. Orthodontist J 2010;(80): 97-105.
13.Sartika L. Pertumbuhan perkembangan tulang kraniofasial. Juli 2013)
14.Hamblen DL, Simpson AH. Adam’s outline of fractures. Toronto. Churchill livingstone 2007: 74-79
15.Agustina W. Perbedaan panjang dan lebar lengkung rahang bawah antara pria dan wanitapada anak dizigotik. Skripsi. Jember: Program Studi Kedokteran Gigi UJ,2012:37-39.
16.Permana H. Patogenesis dan metabolisme osteoporosis pada manula.
17.Dhillon VB, Davies MC, Hall ML. Assessment of the effect of oral corticosteroids on bone mineral density in systemic lupus erythomatosus: a preliminary study with dual energy x ray absorptionmetry. ard.bmj.com. (6 Juli 2013).
18.Astuti Y. Gejala medikasi, keluhan dimulut dan kemungkinan efek obat jangka panjang pada pasien systemic lupus erythematosus (studi klinis pad Yayasan Lupus Indonesia periode 13 November-4 Desember 2008). http://lontar.ui.ac.id. (12 November 2013)
19.Hastar E, Yilmaz HH, Orhan H. Evaluation of mental index, mandibular cortical index, and panoramic mandibular index on dental panoramic radiographi in the elderl 2013).
Lampiran 1
PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU
MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK
ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK
DI FKG USU
No. Kartu:
Tanggal Pemeriksaan : Nama Pemeriksa :
1. Apakah Anda pernah mengalami trauma/ kecelakaan yang melibatkan tulang rahang bawah ?
DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
2. Apakah Anda pernah mengalami patah/retak tulang rahang bawah ? a. Tidak Pernah.
b. Pernah.
B. Riwayat Kesehatan Umum
3. Apakah Anda memiliki atau sedang menderita suatu penyakit sistemik? (diabetes, jantung, atau kelainan darah?)
a. Ya, sebutkan ……… b. Tidak
4. Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu? a. Ya, obat ………
b. Tidak
C. Riwayat Medis
5. Apakah Anda pernah menjalani operasi rahang bawah ? a. Tidak Pernah
b. Pernah
jika pernah, melakukan operasi ...
6. Apakah Anda pernah menjalani operasi yang melibatkan persendian rahang? a. Pernah, operasi ...
b. Tidak pernah
D. Pemeriksaan Foto Ronsen Panoramik
1. Pemeriksaan Korteks Mandibula
Lampiran 2
LEMBAR HASIL PENGUKURAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA
Lampiran 3
HASIL PERHITUNGAN SPSS
Ketebalan Korteks Mandibula pada Pria Suku Batak
Descriptive Statistics
Ketebalan Korteks Mandibula pada Wanita Suku Batak
T-Test
Group Statistics
JenisKelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
total2 Laki-laki 25 4.2380 .58528 .11706
Lampiran 4
Lampiran 5
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi Bapak/Ibu.
Perkenalkan nama saya Novi Dara Utami. Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU dan saat ini saya sedang menjalani penelitian pada masyarakat suku Batak di kota Medan. Saya ingin memberitahukan kepada Bapak/Ibu bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Ketebalan Korteks Mandibula Ditinjau Menggunakan Radiografi Panoramik Antara Pria dan
Wanita Suku Batak di FKG USU”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita suku Batak berdasarkan foto ronsen panoramik. Manfaat dari penelitian ini untuk deteksi usia, memprediksi kemungkinan terjadinya osteoporosis dini terutama pada wanita suku Batak dengan melihat ketebalan korteks mandibula menggunakan foto ronsen panoramik dan sebagai salah satu sumber informasi data untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Bapak/ibu, kegunaan radiografi pada pemeriksaan tulang sangat diperlukan karena radiografi menggambarkan jaringan keras pada rahang atas dan rahang bawah. Radiografi panoramik dapat digunakan untuk mendeteksi massa tulang dengan biaya yang rendah dibandingkan melakukan tes BMD (Bone Mineral Density). Salah satu teknik deteksi massa tulang adalah dengan mengukur ketebalan korteks mandibula berdasarkan letak foramen mental (Mental Index).
ronsen panoramik di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengambilan foto ronsen ini hanya membutuhkan waktu kira-kira 3-4 menit.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini tidak dipungut biaya serta tidak akan menimbulkan masalah atau komplikasi yang serius. Demikian penjelasan dari saya, atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN
Setelah mendengar semua keterangan tentang keuntungan, risiko dan hak-hak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :
“Perbedaan Ketebalan Korteks Mandibula Ditinjau Menggunakan Radiografi
Panoramik Antara Pria dan Wanita Suku Batak di FKG USU”
Maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ……….
Alamat : ……….
Telepon/Hp : ……….
dengan penuh kesadaran atau tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian tersebut diatas. Saya berhak mengundurkan diri kapan saja apabila saya merasa keberatan.
Medan,………..2013
Yang menyetujui, Subjek Penelitian
Lampiran 7
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No. Kegiatan
Waktu Peneltian
Juli Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan
Proposal 2 Persiapan
Lapangan 3 Pengumpulan
Data 4 Pengolahan
dan Analisis Data
Lampiran 8
RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN
PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU
MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA
PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU
Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar lima juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:
Biaya pengambilan foto panoramik 50 sampel : Rp 5.000.000,00 Biaya alat tulis, kertas dan tinta printer : Rp 200.000,00 Biaya penggandaan proposal dan hasil penelitian : Rp 120.000,00
+
Jumlah : Rp 5.320.000,00
Lampiran 9
DATA PERSONALIA PENELITI
Riwayat Peneliti
Nama : Novi Dara Utami
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 12 November 1992 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara Alamat : Jalan Seto No. 72 Medan
No. Telp : 085260441578
Alamat e-mail : diraandrean@ymail.com
Riwayat Pendidikan
1998 – 2004 : Menjalani pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Al-Ittihadiyah Medan.
2004 – 2007 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 6 Medan.
2007 – 2010 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Medan.