• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

Parameter yang sering digunakan dilaboratorium untuk mengukur tensile bond strength bahan restorasi pada dentin yaitu dengan menggunakan tensile bond strength. Ikatan yang kuat antara dental biomaterial dan struktur gigi yang sangat penting. Buonocore (1995) menemukan bahwa kekuatan bonding terhadap email bertambah dengan nyata setelah pengetsaan dengan menggunakan asam fosforik.10 Tidak seperti enamel, dentin merupakan jaringan hidup. Struktur kimianya termasuk komponen organik dan anorganik mempunyai struktur fisik yang sangat kompleks yang bervariasi pada kedalaman dentin. Sehingga menjadikan masalah terhadap pemberian bahan adhesif, pemberian bahan adhesif pada dentin lebih sulit dibandingkan enamel.

Tensile bond strength suatu bahan tumpatan terhadap jaringan keras gigi dapat diukur dengan uji tarik (tensile bond strength). Pengukuran tensile bond strength

dilakukan dengan menggunakan alat uji Torsee`s Electronic System Universal Testing Machine ( 2tf “Senstar” , SC-2-DE. Tokyo-Japan ) yang dijalankan dengan beban tarik maksimal sebesar 200 kgf. Pengujian dilakukan dengan cara menarik cetakan sampel yang terbuat dari self curing acrylic sampai restorasi terpisah. Besar beban yang didapat berupa satuan kilogramforce (kgf) yang dikonversikan ke dalam satuan Newton. Nilai tensile bond strength yang diperoleh akan memberikan gambaran bagaimana tensile bond strength bahan itu terhadap jaringan keras gigi.

Pada penelitian ini, digunakan 32 buah gigi premolar bawah yang telah diekstraksi. Sampel yang dipakai bebas karies dan tidak ada restorasi. Daerah uji dilakukan pada permukaan oklusal gigi yang sehat, sebab gigi dengan karies dapat menyebabkan perubahan pada struktur dentin sehingga hasil ikatan yang diperoleh akan berbeda. Gigi – gigi ini direndam dalam larutan saline sampai saat diberikan perlakuan, kemudian sampel ini dibagi ke dalam dua kelompok dimana masing- masing kelompok terdiri dari 16 sampel. Pada kelompok I, dilakukan apilkasi bahan adhesif self-etch two-step (Silorane System Adhesive) dengan resin komposit silorane

( Filtek P90 ). Pada kelompok II, dilakukan aplikasi bahan adhesif self-etch two-step (Adper SE Plus) dengan resin komposit silorane (Filtek P90 ). Dari penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kelompok I yang menggunakan bahan adhesif Silorane System Adhesive dengan resin komposit silorane ( Filtek P90 ) memiliki nilai rerata tensile bond strength sebesar 552,96 ± 109.88 N. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan kelompok II yang menggunakan bahan adhesif self-etch (Adper SE Plus) dengan resin komposit silorane (Filtek P90

Dari Tabel 3 hasil penelitian terlihat bahwa restorasi pada sampel kelompok II (Adper SE Plus) lebih banyak yang lepas dibandingkan dengan kelompok I (Silorane System Adhesive). Hal ini membuktikan bahwa bahan adhesif slef-etch (Silorane System Adhesive) dapat menghasilkan perlekatan yang lebih baik terhadap resin komposit silorane dibandingkan dengan bahan adhesif self-etch (Adper SE Plus),

karena bahan adhesif self-etch (Silorane System Adhesive) dirancang sesuai dengan ), yaitu sebesar 478.48 ± 87,67 N. Secara analisis statistik menggunakan uji t ( t-test ), hasil penelitian ini berbeda secara signifikan ( p < 0,005 ).

komposisi resin komposit silorane.5 Berbeda dengan self-etch (Adper SE Plus) yang komposisinya dsesuaikan dengan resin komposit methacrylate. Selain itu, jaringan kolagen pada dentin sangat mempengaruhi hasil tensile bond strength. Self-etch

menggunakan asam primer untuk memodifikasi smear layer, mendeminerilasaikan permukaan dentin dan mengekspos kolagen. Aplikasi bahan adhesif akan berikatan dengan kolagen yang terekspos dan membentuk lapisan hybrid. Pembentukan lapisan

hybrid ini penting untuk membentuk ikatan yang kuat antar resin dan dentin.15

Resin komposit yang digunakan untuk membandingkan tensile bond strength

antara kedua sitem adhesif tersebut adalah resin komposit tipe terbaru yaitu resin komposit berbasis silorane ( filtek P

90 ). Menurut Weinman et al (2005) menyatakan bahwa silorane merupakan bahan resin yang berbasis sistem monomer baru yang memiliki tekanan pengerutan lebih rendah dan warna yang lebih stabil dibandingkan resin komposit berbasis methacrylate.4 Silorane dihasilkan dari reaksi molekul

oxirane dan siloxane, yang mekanismenya dapat mengurangi stress dengan cara terbukanya cincin oxirane selama polimerisasi.5

Sistem adhesif self-etch semakin berkembang, dimulai dengan sistem self- etch-primer yang terdiri dari dua tahap aplikasi hingga sistem adhseif self-etch

dengan satu tahap aplikasi dengan pemberian bahan etsa dan primer yang digabung menjadi satu, tidak ada tahap pencucian dan pembuangan smear layer.

Siloxane merupakan bahan yang memiliki sifat hydrophobic dan oxirane sangat dikenal karena penyusutannya yang rendah dan stabilisasinya yang sangat baik terhadap pengaruh reaksi fisik dan kimia. Resin komposit berbasis silorane ini memiliki mekanisme kimia yang berbeda dengan resin komposit methacrylate.

19

perkembangan sistem adhesif self-etch terdapat perbedaan komposisi dan komponen kimia, tehnik aplikasi, jumlah penggunaan botol, dan efektivitasnya secara klinis. Perbedaan ini terjadi karena para peneliti terus melakukan upaya untuk menyederhanakan tehnik aplikasi dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem self-etch seperti kebocoran tepi dan lemahnya tensile bond strength resin komposit pada permuakan gigi.

Dari penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa resin komposit berbasis

silorane ini memiliki mekanisme kimia yang berbeda dengan resin komposit

methacrylate. Oleh karena itu, resin komposit silorane membutuhkan sistem adhesif yang sesuai dengan mekanisme kimianya. Sistem adhesif yang telah beredar di pasar adalah sistem adhesif yang sesuai dengan mekanime resin komposit methacrylate

bukan silorane. Sistem adhesif dari resin komposit silorane telah dirancang khusus, yaitu Silorane System Adhesive yang memiliki komposisi yang disesuaikan dengan mekanisme kimia dari resin komposit silorane. Silorane System Adhesive ini bersifat

hydrophobic sama dengan resin komposit silorane.5 Berbeda dengan sistem adhesif

self-etch (Adper SE Plus) yang mekanisme kimianya disesuaikan dengan resin komposit berbasis methacrylate. Menurut Prachi Joshi et al (2008) menyatakan bahwa silorane merupakan resin komposit yang pertama dengan tingkat pengerutannya kurang dari 1%, kuat dan tahan lama, daya serap air yang rendah, sistem adhesif self-etch untuk mendapatkan tensile bond strength yang baik.12 Klautau et al. membandingkan tingkat pengerutan antara resin komposit berbasis silorane yang menggunakan sistem adhesif silorane dan empat jenis resin komposit methacrylate yang menggunakan sistem adhesif yang sama yaitu self-etch

(acid&adper single bond). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa resin komposit berbasis silorane memiliki tingkat pengerutan yang paling rendah. Namun menurut Klautau et al. yang menentukan besar tensile bond strength yang dihasilkan adalah sistem adhesif silorane.9

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa yang menggunakan bahan adhesif self-etch (Silorane System Adhesive) dengan resin komposit silorane ( Filtek P90 ) memiliki nilai rerata tensile bond strength yang lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan bahan adhesif self-etch (Adper SE Plus) yaitu sebesar 552,96 ± 109.88 N. Secara analisis statistik menggunakan uji t ( t- test ), hasil penelitian ini berbeda secara signifikan (p < 0,005).

Dari keterangan di atas jelas terlihat bahwa Silorane System Adhesive yang sesuai dengan resin komposit silorane.

Dari tabel 3 hasil penelitian terlihat masing – masing kelompok ada beberapa hasil uji tarik sampel yang nilainya berbeda jauh dengan sampel lain dalam kelompoknya, seperti sampel 2 dan 12 pada kelompok I serta sampel 23 dan 28 pada kelompok II. Hal ini mungkin disebabkan kesalahan dalam manipulasi, yaitu : desain dan ukuran kavitas yang tidak sama untuk setiap sampel, jarak, arah, dan kualitas sinar tidak dikendalikan, pengolesan vaseline pada akrilik di sekitar gigi di dalam cetakan terlalu banyak atau terlalu sedikit, kekentalan akrilik yang berbeda – beda saat mengisi cetakan, dan kedalaman penanaman gigi ke dalam cetakan berbeda – beda, sehingga akan mempengaruhi hasil. Jaringan kolagen di dentin yang berbeda- beda pada setiap sampel juga sangat mempengaruhi hasil tensile bond strength. Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah sejak ditanam dalam balok gips, sampel dalam penelitian ini tidak mengikuti simulasi di dalam rongga mulut, sebab sampel

dibiarkan di udara terbuka pada temperatur kamar, sehingga kelembapan dentin tidak terjaga. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang didapat menjadi kurang akurat.

Dokumen terkait