• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

Secara umum responden berada pada kategori cemas ringan 89,4% (Tabel 2). Cemas ringan yang dialami pasien biasanya ditandai hanya dengan perasaan yang tidak menyenangkan saja pada pasien dan belum sampai ke tahap adanya gejala fisiologis. Hal ini mungkin disebabkan pasien merupakan pasien berulang atau pasien memiliki hubungan yang baik dengan dokter gigi pada perawatan sebelumnya sehingga mengurangi kecemasan pasien saat kunjungan berikutnya.30

Berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa responden pria berada pada kategori tidak cemas 17,6%, sedangkan responden wanita hanya 8,2%. Dengan kata lain persentase responden wanita yang mengalami cemas lebih banyak daripada responden pria (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wael dkk. yang menemukan bahwa persentase wanita (13,17%) yang cemas lebih banyak daripada pria (12,29%). Pada penelitian Bushra dkk. di Pakistan juga menemukan bahwa kecemasan lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dengan perbandingan 1:5. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemasan dental antara responden pria dan wanita (p=0,0001) (Tabel 8). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marya dkk. di India yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan pria dan wanita (p=0,0000). Hal ini mungkin disebabkan karena wanita memiliki ambang toleransi sakit yang rendah dan secara umum wanita juga memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Selain itu mungkin disebabkan karena wanita lebih terbuka dalam mengekspresikan apa yang ada pada perasaannya daripada pria yang cenderung lebih memendam apa yang sebenarnya ia rasakan dan memiliki emosi yang lebih stabil.5,7,8,38

Pada penelitian ini dijumpai cemas tinggi sebanyak 12,3%. Cemas tinggi yang dialami pasien biasanya ditandai dengan timbulnya gejala-gejala fisiologis, contohnya tangan berkeringat, merasakan ingin buang air kecil terus menerus dan tidak

kooperatif selama perawatan. Hal ini mungkin disebabkan responden pernah memiliki pengalaman buruk pada pencabutan gigi sebelumnya. Persentase cemas tinggi yang dijumpai hanya 12,3%, ini mungkin disebabkan kebanyakan responden merupakan pasien berulang yang tidak memiliki pengalaman buruk pada pencabutan gigi sebelumnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bushra dkk. yang menjumpai cemas tinggi hanya 14,5%. Pada penelitian ini tidak ditemukan phobia terhadap tindakan pencabutan gigi baik pada responden pria maupun wanita. Penelitian Marya dkk. di India juga hanya menemukan pasien phobia terhadap tindakan pencabutan gigi sebesar 4,38%.8,30

Pada penelitian ini dijumpai tingkat kecemasan dental paling banyak berada pada kategori tidak cemas yaitu pada kelompok usia lansia (>50 tahun) 22,5%, dewasa (34-49 tahun) 11,1%, sedangkan kelompok usia dewasa muda (18-33 tahun) hanya 6,7%. Dengan kata lain pada kelompok usia muda paling banyak dijumpai kecemasan dental (Tabel 3). Sama halnya dengan penelitian Busra dkk. yang menunjukkan hasil tingkat kecemasan paling banyak dialami oleh dewasa muda (18-33) 49,5%, dewasa (34-49) 32,5%, dan lansia (>50) 18%. Penelitian Humphris dkk. juga menyatakan bahwa tingkat kecemasan empat kali lebih banyak dialami oleh kelompok usia dewasa muda (18-39 tahun) di bandingkan kelompok usia di atas 60 tahun. Hal ini mungkin saja disebabkan karena kelompok usia muda masih dalam usia labil. Tingkat kecemasan pada usia lansia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah meningkatnya tingkat kedewasaan seseorang dalam menghadapi suatu masalah atau ancaman yang ada dan meningkatnya kemampuan atau cara pandang seseorang dalam menghadapi pengalaman hidup seiring bertambahnya usia.7,48

Pada penelitian ini terlihat bahwa kecemasan dental pada responden pria paling banyak dijumpai pada saat pemberian anastesi lokal 82,4%, diikuti saat luksasi (manipulasi ekstraksi) 55,9% dan saat menunggu di ruang tunggu 39,7% (Tabel 4). Sama halnya dengan responden pria, pada responden wanita juga dijumpai kecemasan dental paling banyak pada saat akan diberikan anastesi lokal 88,2%, diikuti saat luksasi (manipulasi ekstraksi) 83,5% dan saat menunggu di ruang tunggu

62,4% (Tabel 6). Penelitian Wael dkk. yang juga menggunakan skala MDA

(Modified Dental Anxiety Scale) menunjukkan bahwa kecemasan paling banyak

dijumpai pada saat pemberian anastesi lokal. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Mohd dkk. yang menyatakan bahwa 36% pasien merasa cemas saat diberikan anastesi lokal.5,38

Pada saat pemberian anastesi lokal responden pria dan wanita paling banyak dijumpai pada kategori cemas sedang yaitu 48,3% dan 44%. Cemas terhadap anastesi lokal mungkin disebabkan karena rasa sakit dari suntikan yang akan dirasakan pasien atau adanya persepsi pasien akan suntikan yang menakutkan, sedangkan merencanakan pencabutan gigi, saat menunggu di ruang tunggu, saat luksasi (manipulasi ekstraksi) dan tahap akhir pencabutan baik pada responden pria maupun wanita paling banyak dijumpai pada kategori cemas ringan (Tabel 5 dan 7). Berbeda halnya dengan penelitian Busra dkk. yang juga menggunakan skala MDA (Modified Dental Anxiety Scale) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan saat diberikan anastesi lokal paling banyak pada kategori phobia 27%.7

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital juga terlihat adanya perubahan, dimana perubahan tanda-tanda vital yang terjadi pada responden adalah penurunan tekanan darah sistolik, diastolik, denyut nadi dan respirasi (Tabel 9). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yoshito dkk. di Jepang yang juga menemukan adanya perubahan tanda vital yang signifikan pada pasien yang cemas. Pada penelitian Hildrum dkk. juga menemukan adanya perubahan tekanan darah sistolik pada pasien yang cemas namun pada tekanan darah diastolik tidak terjadi perubahan yang signifikan. Kecemasan dapat meningkatkan tekanan darah oleh karena stimuli sistem saraf simpatis yang meningkatkan curah jantung dan vasokonstriksi arteriol, sehingga meningkatkan tekanan darah. Pusat vasomotor bertanggung jawab atas vasokonstriktor pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung. Pusat vasokonstriktor memiliki pusat kardioakselerator yang mampu meningkatkan denyut jantung dan tekanan sistolik ventrikel yang akhirnya meningkatkan curah jantung. Menurut Salan, saat seseorang merasa cemas akan terjadi sekresi adrenalin yang berlebihan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Pada kecemasan yang

sangat tinggi kadar adrenalin juga terus meninggi, sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan darah meninggi.30,32,34

Pada saat merasa cemas, seseorang juga cenderung mengambil nafas pendek sehingga terjadilah hiperventilasi yang menjadi respons kecemasan yang dialami seseorang. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah peningkatan tekanan darah pada pasien sebisa mungkin para klinisi dapat mengatasi kecemasan pasien agar tidak terjadi sekresi adrenalin yang berlebih yang dapat meningkatkan tekanan darah. Para klinisi juga harus menciptakan suasana yang nyaman dan menjalin komunikasi yang baik dengan pasien agar pasien tidak cemas dalam menjalani perawatan dan mampu melaksanakan perawatan gigi selanjutnya di kemudian hari.30

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tingkat kecemasan dental berdasarkan jenis kelamin paling banyak dijumpai pada responden wanita daripada pria (p=0,0001). Responden wanita paling banyak dijumpai cemas sedang 45,9% dan responden pria paling banyak dijumpai cemas ringan 52,9%, sedangkan kategori cemas tinggi dijumpai hanya sedikit yaitu 12,3%, diantaranya pria 2,9% dan wanita 9,4%.

2. Tingkat kecemasan dental berdasarkan usia paling banyak dijumpai pada kelompok usia dewasa muda (18-33tahun) yaitu cemas sedang 38,6%, sedangkan pada kelompok usia dewasa (34-49 tahun) dan lansia (>50 tahun) paling banyak dijumpai cemas ringan, yaitu 50% dan 57,5%.

3. Tidak ditemukan phobia pada seluruh responden.

4. Kecemasan dental paling banyak dijumpai pada responden pria maupun wanita pada saat hendak diberikan anastesi lokal yaitu pria 82,4% dan wanita 88,2%, diikuti saat tindakan manipulasi ekstraksi yaitu pria 55,9% dan wanita 83,5%, dan saat menunggu di ruang tunggu yaitu pria 39,7% dan wanita 62,4%.

5. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital dijumpai penurunan. Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum pencabutan gigi 123,71±11,7 dan 82,58±9,7, setelah pencabutan menjadi 120,03±9,1 dan 79,47±7,8. Denyut nadi sebelum pencabutan gigi 82,35±8,5 dan setelah pencabutan gigi menjadi 79,27±8,5, dan respirasi sebelum pencabutan gigi rata-rata 22,28±3,2 dan setelah pencabutan gigi menjadi 21,1±2,4.

6.2 Saran

Perlu perhatian khusus dari pihak Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU untuk mengurangi kecemasan dental pasien, meliputi:

1. Menyediakan ruang tunggu khusus lengkap dengan fasilitas yang dapat membuat pasien nyaman dan tidak membuat strategi penatalaksanaan pasien terlalu lama menunggu antrian.

2. Membangun komunikasi serta kepercayaan pasien kembali dalam perawatan gigi agar membuat pasien nyaman dan mampu menjalankan perawatan dan instruksi pasca perawatan dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ramaiah S. Kecemasan, bagaimana mengatasi penyebabnya. ed 1. Jakarta: Pustaka Populer, 2003: 3-8.

2. Kaplan HI, Saddock BJ. Sinopsis psikiatri. Alih Bahasa. Kusuma W. Tangerang: Binarupa Aksara, 2010: 18-19.

3. Feist J, Feist GJ. Teori kepribadian. ed 7. Jakarta: Salemba Humanika, 2009: 38. 4. Kent GG. The psychology of dental care. Bristol: John Wright & Sons Ltd.,

1984: 55-63.

5. Al-Omari WM, Al-Omiri MK. Dental anxiety among university student and its correlation with their field of study. J Appl Oral Sci 2009; 17: 199-203.

6. Economou GC, Honours BS. Dental anxiety and personality: investigating the relationship between dental anxiety and self-consciousness. J Dent Edu 2003; 67: 970-9.

7. Mehboob B, Khan E, Khan M. Dental anxiety scale in exodontia patients. JKCD 2011; 1: 66-8.

8. Marya CM, Grover S, Jnaneshawn A, et al. Dental anxiety among patients visiting a dental institute in Faridadad, India. West Indian Med J 2012; 61: 187-8. 9. Trismiati. Perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor

kontrasepsi mantap di RSUP dr.Sardjoto Yogyakarta. J Psyche 2004; 1: 4-6. 10. Loekman M. Teknik dasar pencabutan gigi. JITEKGI 2008; 3: 82-84.

11. Zaviera F. Teori kepribadian Sigmund Freud. ed 1. Yogyakarta: Prismasophie, 2007: 97-8.

12. Blackburn IM, Davidson KM. Terapi kognitif untuk depresi dan kecemasan. Alih Bahasa. Koto RS. Semarang: Semarang Press, 1994: 3-15.

13. Thomas L, Leaman MD. Healing the anxiety disease. New York: Plenum Press, 1992: 34-35.

14. Anonymous. Sakit kepala

(November 10,2013)

15. Asrani Nurardi. Tangan berkeringat. Kesehatan.Kompasiana.com/medis/2012/05. (November 10,2012)

16. Kevin. Anxiety in waiting room

17. Kompas. Tegang otot leher

10,2011)

18. Anonymous. Scared of dentist

10,2013)

20. Lutfa U, Maliya A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dalam tindakan kemoterapi di Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan-1979. Surakarta: ISSN: Keperawatan FIK UMS, 2008. 1; 187-192 21. Andri, Dewi YP. Teori kecemasan berdasarkan psikoanalitik klasik dan berbagai

mekanisme pertahanan terhadap kecemasan. Maj Kedokt Indon 2007; 57(7): 233-8.

22. Conseling C. Teori kepribadian psikoanalisi.

(Oktober 5. 2013).

23. Keable D. The management of anxiety: a guide for therapists. ed 2. New York: Chruchill Livingstone, 1997: 13-21.

24. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih Bahasa. Brahm UP. Jakarta: EGC, 2008: 238.

25. University of California. A practical guide to clinical medicine. meded.ucsd.edu/clinicalmed/vital.htm (Januari 11,2014)

26. Krochack M, Slovin M, Rubun JG, Kaplan A. Treatment of dental phobia: A report of two cases. Phobia practice and Reasearch J 1988; 1(1):64-72

27. Cheung B et al. The Relationship between hypertension and anxiety or depression in Hongkong Chinese. Exp Clin Cardiol 2005; 10(1):21-24

28. Guyton A.C, Hall J.E. Fisiologi kedokteran. Alih bahasa. Irawati. Jakarta: EGC, 2008: 182-3

29. Anonymous. Tekanan Dara

30. Wahyuningsih Z, Nugroho S, Mu’ah. Hubungan cemas dengan peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi di Ruang Bourgenvil RSUD DR.Soegiri Lamongan. Surya 2011; VIII(01): 53-9

31. Gedik R.G, Marakoglu I, Demirer S. Blood pressure, heart rate, and temperature variability during periodontal surgery. West Indian Med J 2005; 54 (5): 329-333 32. Nakamura Y, Matsumura K, Miura K, Kurokawa H, Abe I, Takata Y.

Cardiovascular and sympatic responses to dental surgery with local anasthesia. Hypertens Res 2001; 24 (3): 209-2014

33. Tsuchihashi T et al. Blood pressure response during dental surgery. Hypertens Res 1996; 19 (3): 189-194

34. Hildrum B, Mykletun A, Holmen J, Dahl A. Effect of anxiety and depression on blood pressure: 11-Year longitudinal population study. The British J Psychiatry 2008; 193:108-113

35. Carter PJ. Textbook for nursing assistants. 2nd ed., Philadelphia. Lippincott Williams & wilkins., 2008: 290

36. Bayler Tj, Leinster Sj. Ilmu penyakit dalam untuk profesi kedokteran gigi. Alih Bahasa. Iyan Darmawan. Jakarta: EGC, 1993:40.

37. Lee LA, Sbarra DA, Mason AE, Law RW. Attachment anxiety, verbal immediacy, and blood pressure: result from a laboratory analog study following marital separation. J The International Association for Relationship Research 2011; 18: 298-301

38. Sghaireen MG, Zwiri AMA, Alzoubi IA, Mahmoud K. Anxiety due to dental treatment and procedures among university students and its corelation with their gender and field study. Internasional J Dentistry 2013: 1-5.

39. Armfield JM. How do we measure dental fear and what are we measuring anyway. Oral Health Prev Dent, 2010: 107-115.

40. Lewis MAO, Lamey PJ. Tinjauan klinis penyakit mulut. Alih Bahasa. Wiriawan E. Jakarta: Widya Medika,1998: 100.

41. Oktay E, Kocak M, Sahinkesen G, Topcu F. The role of age, gender, education and experiences on dental anxiety. Gulhane Med J 2009; 52: 145-8

42. Berghdal J. Clinical management of the adult patient with dental anxiety. Thesis. Tromso: Masteroppgave Klinik Odontologi, 2012: 4-6.

43. Soelarso H, Soebekti R, Muhfid H. Peran komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan gigi. Maj Ked Gigi (Dent J) 2005; 38: 124-9.

44. Dentist Mesquite Texas. Dentist.

10,2013)

45. Nolen S, Hoeksema. Abnormal psychology. 4th ed., New York: McGraw-Hill, 2007: 228.

46. Apukuttan D, Datchnamurthy M, Deborah SP, Hirudayaraj G, Tadepalli A, Victor D. Reliability and validity of the Tamil version of Modified Dental Anxiety Scale. J Oral Science 2012; 54: 313-9.

47. Campos JA, Presto CD, Martins CS, Domingos PA, Maroco J. Dental anxiety: prevalence and evaluation of psychometric properties of a scale. Psychology, Community & Health 2013; 2(1): 19-25.

48. Humphris GM, Dyer TA, Robinson PG. The modified dental anxiety scale: UK general public population norms in 2008 with further psychometrics and effects of age. BMC Oral Health 2009; 9: 1-8.

49. Marginean I, Filimon L. Dental fear survey: a validation study on the Romanian population. J Psy Edu Research JPER 2011; 19(2); 124-139.

50. Berge TM, Hoogstraten J, Veerkamp JSJ, Prins PJM. The dental subscale of the children’s fear survey schedule: a factor analytic study in the Netherlands. Disertasi. Amsterdam: Faculty of Dentistry, 2001: 43-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN PRIA DAN WANITA SEBELUM PENCABUTAN GIGI DI DEPARTEMEN BEDAH

MULUT RSGMP FKG USU MEDAN

Nama responden : No. Kartu : Usia : tahun Tanggal Pemeriksaan :

Nama Pemeriksa : Jenis Kelamin: 1. Laki-Laki

2. Perempuan

Skor

1. Jika anda pergi kedokter gigi untuk merencanakan perawatan Anda besok, bagaimana perasaan Anda ?

a. Tidak cemas b. Sedikit cemas c. Cukup cemas d. Cemas tinggi e. Sangat cemas

2. Jika Anda sedang duduk di ruang tunggu, bagaimana perasaan Anda ? a. Tidak cemas

b. Sedikit cemas c. Cukup cemas d. Cemas tinggi

e. Sangat cemas

3. Jika hendak dilakukan pengeburan gigi atau saat gigi digoyangkan (luksasi), bagaimana perasaan Anda ?

a. Tidak cemas b. Sedikit cemas c. Cukup cemas d. Cemas tinggi e. Sangat cemas

4. Jika gigi Anda hendak dibersihkan, dilakukan pemolisan atau dilakukan penjahitan bekas pencabutan, bagaimana perasaan Anda ?

a. Tidak cemas b. Sedikit cemas c. Cukup cemas d. Cemas tinggi e. Sangat cemas

5. Jika Anda hendak dilakukan bius lokal, bagaimana perasaan Anda ? a. Tidak cemas b. Sedikit cemas c. Cukup cemas d. Cemas tinggi e. Sangat cemas Total penilaian

Keterangan penilaian : Keterangan Skor Tidak cemas 1 Sedikit cemas 2 Cukup cemas 3 Cemas tinggi 4 Sangat cemas 5

Kategori tingkat kecemasan :

Skor Kategori Kode

5* Tidak cemas a

5-9 Cemas ringan b

10-15 Cemas sedang c

16-18 Cemas tinggi d

19-25 Phobia e

*Catatan : skor 5 dikategorikan tidak cemas apabila semua jawaban pada kuesioner adalah tidak cemas ( skor 1 )

Pemeriksaan Tekanan Darah, Denyut Nadi, dan Respirasi

Sebelum Pencabutan Gigi Sesudah Pencabutan Gigi

Tekanan Sistolik mmHg mmHg

Tekanan Diastolik mmHg mmHg

Denyut Nadi Denyut/menit Denyut/menit

Dokumen terkait