• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.2 Nilai Keasaman (pH) Saliva Pada Karies dan Bebas Karies

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan nilai rerata pH saliva pada kelompok karies 5,26 ± 0,219 dan pada kelompok bebas karies (kelompok kontrol) 6,68 ± 0,362. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pandey (2008) yaitu nilai pH meningkat pada kelompok bebas karies dan pada kelompok karies nilai pH menurun.38 Berdasarkan uji statistik T tidak berpasangan terdapat perbedaan yang signifikan (P <0,05).

Menurut penelitian Kidd (2012), bahwa pada individu yang memiliki intensitas karies tinggi, terlihat adanya pH lebih rendah dibandingkan pada intensitas karies rendah, dengan kerusakan kavitas gigi sebagai tempat penumpukan sisa-sisa makanan yang kemudian akan terjadi pembusukan oleh bakteri dan dapat menyebabkan penurunan pH saliva. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara gigi dan saliva sebagai host, mikroorganisme normal didalam mulut, serta makanan terutama karbohidrat yang mudah difermentasikan

menjadi asam melalui proses glikolisis.2 Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis adalah

Streptococcus sp dan Lactobacillus sp, hal ini menyatakan bahwa pada kelompok karies tinggi jumlah Streptococcus sp dan Lactobacillus sp lebih banyak dari pada penderita karies rendah atau bebas karies, sedangkan asam organik yang terbentuk antara lain asam piruvat dan asam laktat yang dapat menurunkan pH saliva sehingga terjadi demineralisasi.1,2 Penurunan pH tersebut mendorong Lactobacillus sp untuk memproduksi asam dan menyebabkan terjadinya proses karies.1,2 Streptococcus sp memiliki sifat-sifat tertentu yang memegang peranan utama dalam proses karies gigi dengan memfermentasi karbohidrat menghasilkan asam sehingga mengakibatkan pH turun.1

Bakteri plak akan memfermentasi karbohidrat (sukrosa) dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH 4,5-5,0. Kemudian pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam 30-60 menit, dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus-menerus maka akan

menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini maka bakteri streptococcus mutans dan Lactobacillus sp ,yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies. Streptococcus mutans berperan dalam permulaan (initition) terjadi karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies.28 Pertama kali akan terlihat white spot pada permukaan enamel kemudian proses ini berjalan secara perlahan sehingga lesi kecil tersebut berkembang, dan dengan adanya destruksi bahan organik, kerusakan berlanjut pada dentin disertai kematian odontoblas.28

Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan pH di bawah 5,5, saat ini banyak minuman ringan dengan pH di bawah 5,5 yang dikonsumsi oleh masyarakat pH berperan pada demineralisasi karena pH yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi.39

Proses demineralisasi dan remineralisasi sering kali terjadi setiap hari pada setiap individu. Dari waktu kewaktu akan menyebabkan karies gigi. Perbaikan dan kebalikan pada lesi atau pemeliharaan. Remineralisasi sering terjadi, khususnya jika pH biofilm dikembalikan oleh saliva yang bertindak sebagai aksi buffer. Area remineralisasi mempunyai konsentrasi tinggi dari flourida dan struktur enamelnya sedikit lebih mikroporus dari pada struktur gigi aslinya disebabkan perolehan kalsium dan fosfat dari saliva.1

5.3Kadar Kalsium Saliva Pada Karies dan Bebas Karies.

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan kadar kalsium saliva pada kelompok karies 0,98 ± 0,310 mmol/L dan pada kelompok bebas karies (kelompok kontrol) adalah mmol/L 1,55 ± 0,312. Berdasarkan uji statistik T tidak berpasangan diketahui terdapat perbedaan yang signifikan (p <0,05).

Penelitian Prabhakar (2009), rata-rata konsentrasi kalsium pada anak-anak dengan karies aktif mengalami penurunan dibandingkan pada anak-anak dengan bebas karies. Penurunan pengalaman karies dengan nilai konsentrasi kalsium tinggi dalam saliva sehingga terjadi proses remineralisasi pada lesi awal pembentukan karies. Jumlah saliva yang cukup dengan kalsium dan fosfat sebagai

tempat penyimpanan ion, sangat penting dalam lingkungan rongga mulut sebagai proses remineralisasi dan mencegah demineralisasi.37

Menurut Preethi dkk (2010), rata-rata kadar kalsium menurun pada anak-anak dengan karies aktif dibandingan dengan bebas karies dan secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan. Penurunan pada pengalaman karies pada anak-anak dengan konsentrasi kalsium yang tinggi di dalam saliva dihubungan pada proses remineralisasi pada lesi awal karies. Saliva yang lewat jenuh dengan kalsium dan fosfat bertindak sebagai cadangan untuk ion-ion yang diperlukan.5

Saliva memiliki peran yang penting untuk melindungi kesehatan mulut. Saliva adalah jumlah yang cukup dibutuhkan untuk melindungi jaringan mulut. Keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi tergantung konsentrasi kalsium saliva dan fosfat maupun level alkalin fosfat saliva. Hal ini adalah poin penting, jika kalsium dan fosfat merangsang saliva berpengaruh terhadap demineralisasi dan remineralisasi. Hasil didapatkan tentang kalsium dan fosfat dalam saliva berhubungan terhadap karies gigi.12

Enamel gigi merupakan bahan yang keras dan paling padat didalam tubuh. Komposisi hidroksiapatit merupakan mineral yang mengandung kalsium dan fosfat. Struktur biomineralisasi ini adalah unik yang diperbaharui oleh remineralisasi, dimana melibatkan deposit dari ion kalsium dan fosfat dari saliva ke dalam area permukaan enamel dan didalam permukaan enamel. Dibawah kondisi asam kristal apatit dari bawah permukaan enamel, larut dalam cairan saliva disekitarnya. Demineralisasi ini merupakan salah satu langkah dalam perkembangan karies gigi, tersedianya kalsium dan fosfat faktor penting untuk remineralisasi dari awal pembentukan karies sesudah asam, selanjutnya angka karies terendah dihubungkan dengan konsentrasi kalsium saliva tinggi.16

Diet dapat memengaruhi gigi setelah erupsi melalui pengaruh lokal. Misalnya, kalsium membantu untuk mempertahankan komposisi mineral gigi, yang dapat tergantung pada demineralisasi dan remineralisasi terhadap faktor makanan dan pH dalam lingkungan mulut. Bakteri plak memfermentasi gula, memproduksi asam dan menurunkan pH (lebih asam) pada permukaan gigi, yang selanjutnya meningkatkan demineralisasi dari pelarutan kalsium (fosfat ) dari hidroksiapatit enamel. Jika kesehatan gigi tidak dijaga dengan baik (bakteri plak

tidak hilang dengan cara menyikat gigi) dan ion fluorida yang rendah, membentuk kavitas karies. Demineralisasi enemel terjadi pH sekitar 5,5 ( pH kritis ), pH kritis berbanding terbalik dari kalsium dan konsentrasi fosfat dari plak dan saliva (dipengaruhi oleh makanan) maka tidak memiliki nilai tetap. Asam dinetralkan oleh saliva, menaikkan pH pada permukaan gigi dari pH kritis, meningkatkan remineralisasi. Keseimbangan antara remineralisasi dan demineralisasi ( tinggi dan rendah pH ) ini mengurangi frekuensi fermentasi gula dengan cara menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi mengandung fluorida.24

BAB 6

Dokumen terkait