• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo ‘Cikoneng’

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum pertumbuhan panjang tunas vegetatif, jumlah tunas vegetatif, dan jumlah tunas generatif dipengaruhi oleh perlakuan tingkat pembuahan sebelumnya dan letak kawat strangulasi. Hal ini sesuai hasil penelitian Novita (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan panjang dan jumlah tunas vegetatif dipengaruhi oleh perlakuan strangulasi. Sementara Putra (2002) mengemukakan strangulasi nyata mempengaruhi jumlah tunas generatif, kuncup bunga, bunga mekar, fruit set dan karbohidrat daun. Berbeda dalam penelitian Yamanishi et al. (1993) melaporkan bahwa tunas vegetatif pada tanaman yang distrangulasi akan lebih rendah dibanding dengan tanaman tidak distrangulasi.

Tingginya pertumbuhan generatif jumlah kluster bunga, kuncup bunga dan bunga mekar tersebut diduga merupakan hasil penekanan strangulasi yang memblokir gerakan fotosintesis dari daun ke akar, sehingga terjadi penumpukan karbohidrat yang selanjutnya digunakan untuk pembungaan. Selain itu, perubahan dalam transportasi beberapa asimilat ke jaringan meristematik pucuk/ujung batang akan merupakan suatu komponen yang penting dari induksi pembungaan. Induksi pembungaan mengakibatkan meningkatnya aliran karbohidrat menuju ke ujung batang (Kinet et al. 1985 dalam Setiawan 2005).

Berdasarkan data Tabel 2, terlihat bahwa tingginya kuncup bunga dan bunga mekar tidak diikuti dengan jumlah buah yang terbentuk, hal ini disebabkan pada saat menjelang bunga mekar intensitas curah hujan tinggi yaitu 655 mm/bulan (Diperta Sumedang 2007) sehingga menyebabkan banyak bunga yang rontok sebelum terbentuk buah. Hal yang sama dilaporkan Sedley dan Grifin (1989) bahwa temperatur dan curah hujan berpengaruh terhadap proses mekar dan menutupnya bunga. Lebih jauh Rukayah et al. (1996) menyatakan bahwa selain faktor genetik, penyebab kerontokan buah adalah curah hujan, angin, serangan hama dan penyakit, defisiensi hara dan hormonal. Kerontokan buah

Menurut Quintana et al. (1984), tingkat kerontokan yang tinggi terjadi pada minggu pertama setelah fruit set.

Persentase fruit set yang tinggi diperoleh dari semakin banyaknya jumlah buah yang terbentuk. Produksi buah tergantung pada tunas yang berdeferensiasi menjadi bunga, bunga mekar yang mengalai penyerbukan, dan bunga yang berkembang menjadi buah (Ryogu 1988). Menurut Susanto et al. (1993) bunga leafless sedikit atau tidak sama sekali dapat menyumbang pembentukan buah pada tanaman jeruk besar.

Hasil skala klorofil menunjukkan kandungan klorofil tersebut cukup besar. Klorofil daun merupakan pigmen yang mengabsorbsi cahaya yang diperlukan fotosintesis. Tinggi rendahnya kandungan klorofil di daun berhubungan dengan kecukupan hara yang diperlukan tanaman. Heath (1970) dalam Susanto et al.

(2004) menyatakan kekurangan besi dan nitrogen akan menghambat pembentukan klorofil daun. Taiz dan Zeiger (1995) menambahkan, bahwa selain N dan Fe hara lain seperti Mg, Mn, Cu dan Zn juga berpengaruh dalam pembentukan klorofil daun. Kandungan klorofil yang tinggi diduga mampu mendorong proses fotosintesis tanaman sehingga fotosintat yang dihasilkan akan lebih banyak dan pertumbuhan vegetatif lebih pesat.

Perbedaan luas daun antar perlakuan secara langsung menyebabkan rasio luas daun dari pertanaman per luasan permukaan tanah berbeda dalam menerima radiasi matahari, sehingga daun yang luas mengabsorpsi radiasi terbanyak dan mentranslokasikan asimilat ke bagian lain..

Perbedaan ini merupakan hasil fiksasi karbon dimana produksi bahan kering tanaman merupakan akumulasi asimilasi CO2 selama pertumbuhan dari absorpsi energi matahari. Semakin tinggi berat kering maka semakin tinggi pula menggunakan energi matahari yang ditangkap untuk dipergunakan oleh jaringan fotosintetik (klorofil-kloroplas-daun).

Hasil analisis kandungan nitrogen daun pada perlakuan mempunyai nilai terendah dibanding kontrol. Menurut Timmer dan Duncan (1999) dalam Susanto (2004), kandungan hara daun jeruk yang termasuk dalam kategori rendah apabila N= < 2.5 %, sedang 2.5-2.7 % dan tinggi 2.8-3.0 %. Kisaran kandungan nitrogen

daun pada semua perlakuan strangulasi mengindikasikan kategori rendah dan kontrol termasuk tinggi.

Hasil pengukuran persentase gula total dan persentase nitrogen dapat digunakan untuk menduga nisbah C/N. Masing-masing perlakuan baik tingkat pembuahan sebelumnya dan letak kawat strangulasi mempunyai perbedaan yang nyata dengan kontrol. Nisbah C/N mengalami peningkatan tertinggi pada perlakuan tingkat pembuahan yang sedikit sebelumnya dan letak kawat strangulasi cabang primer yaitu masing-masing 11,76 % dan 12,61 % dibandingkan dengan kontrol hanya mengandung 4,52 %. Hasil penelitian Novita (2007) melaporkan bahwa strangulasi pada jeruk ‘Cikoneng’ menghasilkan karbohidrat daun (22.86 %). Hasil persentase karbohidrat dan nitrogen dapat digunakan untuk menduga nisbah C/N. Masing-masing perlakuan baik tingkat buah dan letak strangulasi mempunyai perbedaan yang nyata dengan kontrol.

Strangulasi yang bertujuan untuk menghambat translokasi fotosintat dari tajuk ke akar, juga dapat menginduksi pembungaan berhubungan dengan kemampuan perlakuan tersebut dalam menurunkan kandungan giberelin, meningkatkan kandungan gula total dan nisbah C/N daun. Strangulasi juga dilaporkan dapat menginduksi pembungaan tanaman manggis (Rai et al. 2004) Hal yang sama dilaporkan Putra (2002), strangulasi menyebabkan jeruk besar ”Nambangan” berbunga lebih cepat 56 hari dibandingkan kontrol karena meningkatnya kandungan karbohidrat, tetapi kandungan nitrogen daun menurun.

Hubungan meningkatnya kandungan gula total daun dengan pembungaan juga terjadi pada jeruk Satsuma Mandarin (Luis et al. 1995, apel (Vemmos 1995) serta leci dan longan (Thunyarpar 1997). Berdasarkan hasil penelitian Yamanishi dan Hasegawa (1995) strangulasi menginduksi pembungaan pada tanaman jeruk besar karena menghambat translokasi fotosintat dari tajuk ke akar sehingga terjadi akumulasi karbohidrat di bagian tajuk. Terhambatnya translokasi karbohidrat ke akar menurut Wallerstein et al. (1973) menyebabkan akar kekurangan fotosintat dan respirasi akar menurun sehingga mengakibatkan aktivitas akar dalam mengabsorpsi hara mineral dan air terganggu. Kandungan total gula daun yang tinggi pada penelitian ini menyebabkan terhambatnya translokasi fotosintat, sedangkan terganggunya sarapan hara ditunjukkan oleh turunnya kandungan N

total daun sehingga nisbah C/N pada perlakuan strangulasi tinggi. Nisbah C/N tinggi menurut Cameron dan Dennis (1986) merupakan faktor pendorong tanaman berbunga. Akar yang kekurangan fotosintat mengganggu sintesis dan transport giberelin sehingga kandungannya dipucuk menurun (Wallerstein et al. 1978).

Percobaan II

Pengaruh Waktu Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo ‘Cikoneng’

Fase induksi dalam proses pembungaan merupakan fase paling penting yang menentukan apakah tanaman tersebut akan berbuah atau tidak. Salah satu bentuk perubahan yang terjadi pada fase ini adalah fisiologi atau biokimia pada mata tunas dari pertumbuhan vegetatif mengarah pada pertumbuhan generatif. Faktor yang berperan penting dalam induksi pembungaan adalah: 1) faktor eksternal seperti suhu, stress air, dan panjang hari, 2) faktor internal seperti kandungan nitrogen, karbohidrat, asam amino, dan hormon dan 3) faktor manipulasi atau rekayasa manusia seperti ringin atau strangulasi, pemangkasan, pengeringan, pemangkasan akar, pelengkungan cabang dan pemberian zat pengatur tumbuh.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan waktu strangulasi mampu menginduksi pembungaan jeruk pamelo sehingga tanaman berbunga lebih banyak (50-83 %) dan cepat (2.86-6.85 MSP). Hal tersebut menunjukkan terbuka peluang untuk dapat memproduksi pembuahan jeruk pamelo di luar musm.

Strangulasi dapat menginduksi pembungaan berhubungan dengan kemampuan perlakuan tersebut dalam menurunkan kandungan giberelin dan meningkatkan kandungan gula total dan nisbah C/N daun. Strangulasi juga dilaporkan dapat menginduksi pembungaan tanaman manggis (Rai et al. 2004) karena perlakuan tersebut meningkatkan kadar gula total daun (Yamanishi et al. 1995). Novita (2007) melaporkan bahwa strangulasi mampu meningkatkan pembungaan jeruk ‘Cikoneng’ dibandingkan kontrol. Putra (2002) juga melaporkan bahwa strangulasi menyebabkan jeruk pamelo ‘Nambangan’ berbunga lebih cepat 56 hari dibandingkan kontrol karena meningkatnya kandungan karbohidrat, tetapi kandungan nitrogen daun menurun. Hal yang sama dilaporkan Susanto et al. (2002) bahwa strangulasi pada jeruk pamelo

‘Nambangan’ mampu berbunga 87 % dengan waktu lebih awal 8.6 MSP dibanding tanaman kontrol. Selain itu hasil penelitian Poerwanto dan Kubota (2003) melaporkan bahwa ringin pada bulan Mei, Juni atau Juli dapat menyebabkan pohon rambutan berbunga lebih awal daripada kontrol.

Menurut Yamanishi dan Hasegawa (1995) strangulasi menginduksi pembungaan pada tanaman jeruk besar karena menghambat translokasi fotosintat dari tajuk ke akar sehingga terjadi akumulasi karbohidrat di bagian tajuk. Terhambatnya translokasi fotosintat ke akar menurut Wallerstein et al. (1973) menyebabkan akar kekurangan fotosintat dan respirasi akar menurun sehingga mengakibatkan aktivitas akar dalam mengabsorpsi hara mineral dan air terganggu. Dalam penelitian ini terhambatnya translokasi fotosintat ditunjukkan oleh tingginya gula total daun, sedangkan terganggunya serapan hara ditunjukkan oleh turunnya kandungan N total daun sehingga nisbah C/N pada perlakuan strangulasi tinggi (Tabel 6). Nisbah C/N tinggi menurut Cameron dan Dennis (1986) merupakan faktor penentu dalam mendorong tanaman berbunga. Akar yang kekurangan fotosintat mengganggu sintesis dan transport giberelin sehingga kandungannya dipucuk menurun (Wallerstein et al. (1978).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan periode strangulasi mampu menghasilkan jumlah kluster bunga, jumlah kuncup bunga, jumlah bunga mekar lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini sesuai penelitian Rosawani (2004) melaporkan bahwa strangulasi mampu menghasilkan jumlah cluster, kuncup bunga, bunga mekar dan buah lebih banyak dibanding kontrol. Sementara Ramda (2005) melaporkan bahwa periode strangulasi bulan Maret-Juni memberikan jumlah buah terbentuk dan persentase fruit set lebih tinggi dibanding periode strangulasi lainnya.

Strangulasi dengan periode waktu tertentu memberikan pengaruh positif yang berhubungan erat dengan cadangan asimilat dalam jaringan tanaman sehingga dapat membuat tanaman jeruk berbunga lebih cepat. Perbedaan persentase jumlah tanaman berbunga dan waktu berbunga yang berbeda diduga disebabkan oleh ketersediaan cadangan asimilat dalam jaringan tanaman setelah mengalami masa berbuah sebelumnya. Kehadiran buah pada cabang mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan bunga berikutnya pada cabang tersebut.

Hasil penelitian Ramda (2005) melaporkan bahwa periode strangulasi jeruk besar ‘Nambangan’ bulan Februari-April, Maret-Mei, April-Juni, dan Mei-Juli masing-masing berbunga lebih awal 4 minggu setelah perlakuan.

Hasil penelitian Rosawani (2004) melaporkan bahwa strangulasi mampu menghasilkan jumlah cluster, kuncup bunga, bunga mekar dan buah lebih banyak dibanding kontrol. Sementara Ramda (2005) melaporkan bahwa periode strangulasi bulan Maret-Juni memberikan jumlah buah terbentuk dan persentase fruit set lebih tinggi dibanding periode strangulasi lainnya.

Perbedaan tingkat kehijauan daun memberikan gambaran tinggi rendahnya kandungan hara terutaman nitrogen dalam jaringan daun tanaman. Nitrogen bersama hara lainnya seperti Mg, Mn, Cu dan Zn berperan penting dalam pembentukan klorofil daun.

Tingginya persentase tanaman tidak berbunga pada perlakuan 2 BSP diduga ada kaitannya dengan tingginya ‘flush’ daun pada 1 bulan setelah panen. Tingginya ‘flush’ daun ini diduga kuat mempengaruhi efektifitas strangulasi, termasuk menunda kemunculan tunas bunga pada perlakuan 3 BSP.

Menurut Timmer dan Duncan (1999) dalam Susanto (2004), kandungan hara daun jeruk yang termasuk dalam kategori rendah apabila N= < 2.5 %, sedang 2.5-2.7 % dan tinggi 2.8-3.0 %. Kisaran kandungan nitrogen daun pada semua perlakuan strangulasi mengindikasikan kategori rendah dan kontrol termasuk tinggi.

Strangulasi dapat menginduksi pembungaan berhubungan dengan meningkatkan kandungan gula total dan nisbah C/N daun. Novita (2007) melaporkan bahwa strangulasi mampu meningkatkan pembungaan jeruk ‘Cikoneng’ karena meningkat kadar karbohidrat daun dibandingkan kontrol. Putra (2002) juga melaporkan bahwa strangulasi selama 3 bulan menyebabkan jeruk pamelo ‘Nambangan’ berbunga dan berbuah karena kandungan karbohidrat meningkat, dan kandungan nitrogen daun menurun. rasio C/N tinggi menurut Cameron dan Dennis (1986) merupakan faktor penentu dalam mendorong tanaman berbunga yang diakibatkan oleh akar kekurangan fotosintat sehingga mengganggu sintesis dan transpor giberelin.

Penumpukan karbohidrat akan menyebabkan peningkatan rasio C/N pada tajuk. Inisiasi bunga diatur oleh hubungan antara karbohidrat dengan nitrogen (rasio C/N) pada tanaman. Rasio C/N yang tinggi dapat menginduksi pembungaan sedangkan rasio C/N yang rendah maka tanaman akan lebih mengarah pada pertumbuhan vegetatif (Janick 1972).

KESIMPULAN

Tanaman dengan tingkat pembuahan sedikit dengan perlakuan strangulasi pada cabang primer memberikan jumlah kluster bunga, kuncup bunga, bunga mekar, buah terbentuk, dan fruit set per pohon nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol, tetapi tidak berbeda nyata pada perlakuan tingkat berbuah lebat dengan strangulasi batang utama, berbuah lebat dengan strangulasi cabang primer, dan berbuah sedikit dengan strangulasi batang utama.

Semua perlakuan tingkat berbuah dengan letak strangulasi mampu meningkatkan karbohidrat daun dan rasio C/N dibanding tanaman kontrol, tetapi kandungan nitrogen daun menurun pada semua perlakuan dibanding tanaman kontrol. Perlakuan waktu strangulasi nyata meningkatkan karbohidrat daun dan rasio C/N dibanding tanaman kontrol. Sedangkan kandungan nitrogen daun pada perlakuan waktu strangulasi terjadi penurunan dan tanaman kontrol meningkat.

Waktu strangulasi 3 BSP cukup efektif menginduksi pembungaan dan nyata meningkatkan jumlah kluster bunga, kuncup bunga, bunga mekar, buah terbentuk dan persentase fruit set dibanding tanaman kontrol, tetapi tidak berbeda nyata pada perlakuan strangulasi 1 BSP dan 2 BSP.

Strangulasi tidak memberikan efek merusak secara permanen pada jaringan tanaman dan hanya membutuhkan waktu 2 bulan untuk pulih kembali.

Dokumen terkait