• Tidak ada hasil yang ditemukan

BT Batas Tapak

Lahan kepemilikan Padepokan Aziziyah Tanpa skala Pabrik meubel Jalan Raya Leuwiliang TAPAK AREA UTARA TAPAK AREA SELATAN Sawah Lahan Pertanian Sawah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Batas Tapak dan Geografis

Padepokan Aziziyah yang menjadi lokasi penelitian berada di bagian barat daya Desa Sadeng, tepatnya pada koordinat 06o33’43.5” - 06o33’51.0” LS dan 106o34’46.4” - 106o34’48.5” BT. Batas tapak di sebelah utara adalah Jalan Raya Leuwiliang, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Cikaniki, sebelah timur berbatasan dengan lahan industri kayu (meubel) dan sawah penduduk, dan sebelah barat berbatasan dengan lahan pertanian milik penduduk. Letak geografis tapak dan batas tapak dapat dilihat pada Gambar 7.

Sungai Cikaniki

U

Gambar 7. Letak Geografis dan Batas Tapak

0 50 100m

Area Tapak

Total luas lahan padepokan adalah 13.661 m2 atau sebesar 1,37 Ha. Lahan terbagi menjadi dua area, yakni tapak area utara seluas 7.275 m2 dan tapak area selatan seluas 6.386 m2. Kondisi eksisting pada tapak secara umum belum tertata rapi karena masih dalam tahap pembangunan. Pada tapak area utara terdapat petak-petak kolam, beberapa bangunan semi-permanen, seperti musala dan saung yang terbuat dari bambu, dan dua bangunan permanen yang terletak di bagian selatan dari tapak area utara.

Pada tapak area selatan, sebagian lahan dimanfaatkan menjadi kebun budi daya dan sebagian lainnya masih dibiarkan sebagai lahan kosong yang ditumbuhi oleh rumput dan semak. Terdapat sebuah saung bambu dan sumur buatan yang dimanfaatkan sebagai sumber air untuk kegiatan penyiraman tanaman. Terdapat pula lahan tegalan yang kadang dimanfaatkan untuk menanam sayuran atau palawija, namun lahan ini lebih sering dibiarkan kosong atau bera.

Kondisi sirkulasi pada tapak juga belum rapi walaupun sudah terlihat jalurnya. Sirkulasi eksisting pada tapak adalah sirkulasi dua arah yang hanya dilalui pada satu jalur yang tersedia. Sirkulasi dimulai dari akses masuk pada tapak area utara yang berbatasan dengan Jalan Raya Leuwiliang menuju tapak area selatan yang berada di sisi Sungai Cikaniki. Tapak area utara dan selatan dihubungkan oleh sebuah akses penghubung berupa jalan setapak.

Matahari bergerak dari arah timur ke arah barat dan arah angin bergerak dari barat laut ke tenggara. Kondisi ini menjadi pertimbangan dalam menentukan elemen lanskap bangunan dan vegetasi yang akan mempengaruhi arah jatuh bayangan dan tingkat kenyamanan pengguna. Selanjutnya hal ini akan dibahas pada sub bab analisis aspek fisik. Peta eksisting dapat dilihat pada Gambar 8.

Luas tapak yang direncanakan adalah keseluruhan lahan milik Padepokan Aziziyah seluas 1,37 Ha. Persentase perubahan yang dapat dilakukan pada tapak adalah sebesar 70% dari kondisi eksisting. Kondisi yang tidak bisa diubah adalah luas dari petak-petak kolam serta keberadaan bangunan permanen yang telah dibangun pada tapak area utara, sementara fungsi dari kolam-kolam dan bangunan tersebut masih mungkin untuk diubah. Pada tapak area selatan, perubahan dari segi fungsi dan ruang masih memungkinkan untuk dilakukan.

06o33’43,5” 06o33’47,7” 06o 33’51,0” 106 o 34’ 46 ,4” 106 o 34 ’4 7 ,5 106 o 34 ’4 8 ,5

Analisis Aspek Fisik Tata Guna Lahan

Padepokan Aziziyah direncanakan menjadi sebuah padepokan berbasis pertanian. Aktivitas pertanian pun telah dimulai sejak awal. Pada tapak area utara, penggunaan lahan didominasi perairan berupa petak-petak kolam yang dipersiapkan untuk kegiatan perikanan. Selain petak kolam, terdapat pula musala dan saung yang dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, yakni sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Pada tapak area selatan, penggunaan lahan lebih banyak difokuskan pada pertanian darat, seperti berkebun dan beternak. Sebagian besar lahan berupa kebun dan tegalan, sebagian kecilnya menjadi area untuk menempatkan kandang ternak, dan sebagian lainnya belum dimanfaatkan sehingga masih banyak ditumbuhi rumput dan tanaman liar. Penggunaan lahan sebagai kandang ternak direncanakan untuk relokasi ke tempat lain oleh pemilik lahan, sehingga persentase lahan berupa tegalan pada area selatan menjadi lebih luas.

Batas tapak Sirkulasi Arah angin Saung Sumur Bangunan permanen Petak-petak kolam Kebun Tegalan Rumput dan ilalang

Gambar 8. Peta Eksisting

U 0 50 100m (1) (1) (2) (2) (3) (3) (4) (4) (5) (5) (7) (7) (6) (6)

06o33’43,5” LS 06o33’47,7” LS 06o 33’51,0” LS 106 o 34’ 46 ,4” BT 106 o 34 ’4 7 ,5 ”BT 106 o 34 ’4 8 ,5 BT

Pada dasarnya fungsi lahan Padepokan Aziziyah diperuntukkan bagi para calon santriwan dan santriwati padepokan yang akan menjadi pengguna tetap lahan. Tata guna lahan pada tapak ditentukan berdasarkan keterangan dari pemilik lahan. Tata guna lahan terbagi menjadi dua fungsi, yakni fungsi lahan berbasis perairan di tapak area utara dan fungsi lahan daratan di tapak area selatan.

Tapak area utara untuk kegiatan pertanian berbasis air memiliki luas 7.275 m2 atau sebesar 53,25% dari total luas tapak. Selain area didominasi oleh kolam air, tapak area utara juga memiliki lahan untuk fungsi-fungsi bangunan. Tapak area selatan untuk kegiatan pertanian darat berbasis tanaman memiliki luas 6.386 m2 atau sebesar 46,75% dari total luas tapak. Pada masing-masing area akan dikembangkan berbagai aktivitas dengan potensi rekreasi tertentu sesuai dengan tata guna lahan yang telah ditentukan.

Tata guna lahan perairan di tapak area utara berpotensi untuk rekreasi outdoor yang berkaitan dengan air dan pertanian perikanan, misalnya bersampan dan memancing. Berbeda dengan fungsi bangunan yang potensi aktivitasnya adalah kegiatan dalam ruang (indoor). Fungsi-fungsi bangunan ini berpotensi

0 50 100m

U

Batas tapak

Tata Guna Lahan Perairan Tata Guna Lahan Daratan

menjadi bagian dari area transisi di mana terdapat fungsi pelayanan, seperti masjid, restoran, dan toilet bagi para pengguna.

Tapak area selatan yang dominan berupa lahan kering berpotensi untuk berbagai macam aktivitas rekreasi yang berkaitan dengan pertanian berbasis tanaman, seperti berkebun. Tegalan yang memiliki persentase luas yang cukup besar berpotensi untuk diubah fungsi lahannya menjadi sawah. Perubahan fungsi lahan tegalan menjadi sawah akan mendukung aktivitas pertanian yang berada pada tapak. Lahan pertanian ini tidak hanya bermanfaat untuk lahan produksi tanaman budi daya, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi pengguna dalam mengenal dunia pertanian secara lebih menyeluruh. Disamping kebun dan tegalan yang akan diubah menjadi sawah, terdapat pula area berumput yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Area berumput yang juga ditumbuhi oleh berbagai semak dan ilalang ini berpotensi diubah menjadi area berkemah ataupun area piknik keluarga. Sebagian kecil fungsi bangunan yang bisa dikembangkan pada tapak area selatan berbeda dengan tapak area utara. Fungsi bangunan pada tapak area selatan hanya diperuntukan bagi bangunan semi-permanen, seperti saung. Potensi rekreasi yang dapat dikembangkan pada setiap tata guna lahan di tapak area utara didominasi oleh jenis rekreasi outdoor. Secara lengkap potensi rekreasi pada setiap tata guna lahan terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tata Guna Lahan dan Potensi Rekreasi

Tata Guna Lahan Luas

Potensi Rekreasi Syarat

(m2) (%)

Tapak Area Utara

Kolam ikan 2.531,68 18,53 Memancing,

bersampan; memandikan ternak

Kolam dalam; kolam dangkal

Bangunan 1.080 7,9 Kegiatan dalam

ruangan

Tanah sesuai untuk pondasi bangunan Jalan dan parkir 2.397,17 17,55 Parkir kendaraan, jalan-jalan Kemiringan lahan 1-15% Taman dan penghijauan 1.266,15 9,27 Viewing, duduk-duduk

Iklim mikro nyaman Tapak

Area Selatan

Kebun 3.543,82 25,94 Berkebun Tanah subur

Bangunan 36,68 0,27 Membuat prakarya

pertanian

Iklim mikro nyaman

Tegalan 1.372,3 10,05 Bersawah,

jalan-jalan

Kemiringan lahan 0-8%

Rumput 1.433,2 10,49 Menjelajah, piknik,

berkemah

Kemiringan lahan 0-15%

Tapak area utara dan tapak area selatan memiliki karakteristik tata guna lahan yang berbeda. Akses penghubung dibutuhkan Persyaratan lahan untuk pengembangan potensi rekreasi pada keduanya juga berbeda. Persyaratan lahan seperti yang tercantum pada Tabel 6 menjadi acuan dalam pengembangan sub-sub ruang aktivitas. Penyesuaian lahan terhadap jenis potensi rekreasi akan dimodifikasi sesuai kebutuhan dalam skala mikro. Analisis tata guna lahan ini menjadi acuan dalam pengembangan konsep ruang, sehingga tidak diperlukan perubahan yang terlalu banyak, khususnya dalam spasial dan luas masing-masing tata guna lahan. Gambaran persentase tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Persentase Tata Guna Lahan

Akses penghubung Tapak area utara Tapak area selatan

Kolam 18,53%

Jalan dan parkir 17,55% Taman 9,27% Fungsi bangunan 7,9% Kebun 25,94% Tegalan 10,05% Rumput 10,49%

Topografi

Secara umum kondisi topografi di Desa Sadeng sangat bervariasi, mulai dari daerah tepi sungai Cikaniki di bagian selatan yang berkontur landai sampai datar, hingga wilayah berbukit menuju Desa Banyuresmi di bagian utara. Jika diasumsikann wilayah Desa Sadeng dibagi oleh jalur Jalan Raya Leuwiliang, maka bagian selatan dari jalan adalah wilayah dengan elevasi rendah dan berkontur relatif datar, sedangkan bagian utara dari jalan berkontur agak curam dengan elevasi lebih tinggi. Garis kontur terendah Desa Sadeng berada pada ketinggian 229 mdpl, sedangkan garis kontur tertingginya berada pada ketinggian sekitar 250 mdpl.

Lahan Padepokan Aziziyah yang menjadi lokasi penelitian berada pada bagian barat daya Desa Sadeng dengan elevasi yang cukup rendah, yakni pada kisaran 230-240 mdpl. Secara umum kondisi topografi tapak relatif landai hingga datar, hanya terdapat sedikit daerah curam dengan kemiringan >15% di bagian utara tapak.

Tapak area utara memiliki kemiringan lahan yang lebih beragam dibandingkan tapak area selatan. Kemiringan lahan pada tapak area utara mulai dari kemiringan 0-8% hingga kemiringan >15%. Berbeda halnya dengan kondisi kemiringan lahan pada tapak area selatan yang relatif seragam, yakni hanya berada pada rentang kemiringan 0-8%.

Gambar 11. Peta Dasar Desa Sadeng

(Sumber: BIG 1994)

234 233 232 06o33’43,5” LS 06o33’47,7” LS 06o33’51,0” LS 106 o 34’ 46 ,4” BT U 0 50 100m

Gambar 13. Peta Kemiringan Lahan

Kemiringan >15% Kemiringan 8-15% Kemiringan 0-8% Batas tapak 0 50 100m U 06o33’43,5” LS 06o33’47,7” LS 06o 33’51,0” LS 106 o 34’ 46 ,4” BT 106 o 34 ’4 7 ,5 ”BT 106 o 34 ’4 8 ,5 BT 240 235 235 230 230 235

Gambar 12. Peta Topografi

106 o 34 ’4 7 ,5 ”BT 106 o 34 ’4 8 ,5 BT Batas tapak Kontur Mayor Kontur Minor

Pada tapak area utara yang berpotensi menjadi area penerimaan (welcome area), kondisi lereng dimodifikasi dengan sistem cut and fill dan juga pembangunan tangga bagi pejalan kaki dan pendataran lahan untuk area parkir. Karakteristik topografi pada tapak yang dominan datar memiliki kesan monoton dan berpotensi menimbulkan kebosanan. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan sedikit modifikasi untuk ruang-ruang rekreasi yang akan dibuat, yaitu dengan membuat anak tangga pada jalur sirkulasi atau membuat undakan-undakan di kebun atau di batas ruang aktivitas.

Geologi dan Tanah

Kondisi geologi dan tanah pada tapak dapat diklasifikasikan untuk dua kepentingan. Pertama adalah tanah sebagai media tumbuh tanaman (agriculture classification). Kedua adalah tanah sebagai tempat untuk kegiatan pembangunan struktur bangunan (engineering classification). Tanah untuk media tumbuh tanaman harus memiliki sifat-sifat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti bertekstur dan berstruktur baik, memiliki pori-pori yang baik, tidak terlalu lekat, mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, dan memiliki ketersediaan air yang cukup. Sementara itu, sifat-sifat tanah untuk kepentingan kegiatan pembangunan struktur bangunan ataupun bentuk-bentuk aktivitas lainnya memiliki pertimbangan yang berbeda.

Desa Sadeng didominasi oleh jenis tanah aluvial dan podsolik merah (DTRP Kabupaten Bogor, 2010). Dapat dilihat pada Gambar 17, daerah berwarna coklat yang dilalui oleh alur Sungai Cikaniki memiliki karakter tanah aluvial,

Jalur kendaraan bermotor

Jalur pejalan kaki

Area parkir

Gambar 14. Modifikasi Kemiringan Lahan 1)

sementara daerah berwarna hijau memiliki karakter tanah podsolik merah. Secara umum Padepokan Aziziyah yang terletak dekat dengan aliran Sungai Cikaniki berjenis tanah aluvial. Tanah ini berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran sungai, berwarna kelabu, dan subur. Peruntukannya sebagai media tanam baik karena tanah aluvial memiliki kandungan hara yang tinggi. Cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan. Namun, peruntukannya dalam kegiatan pembangunan struktur bangunan membutuhkan sedikit rekayasa, seperti penambahan unsur pasir, kerikil, dan batuan.

Tanah yang diperuntukkan untuk tujuan rekreasi memiliki kriteria tertentu sehingga suatu tapak dapat diklasifikasikan baik, sedang, atau buruk. Karakter fisik tanah pada tapak adalah lempung berpasir. Pada tapak area utara sifat tanah lebih padat dan memiliki kerikil dan kerakal lebih banyak dibandingkan dengan tapak area selatan. Hal tersebut merupakan bagian dari tindakan rekayasa yang dilakukan oleh pihak pemilik lahan terkait penggunaan lahan untuk fungsi-fungsi bangunan. Karakter tanah maupun sistem drainase yang saat ini ada pada tapak sudah cukup baik, terlihat dari tidak terjadinya banjir selama setahun terakhir ataupun genangan air yang melimpah ketika turun hujan. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) tentang kesesuaian lahan untuk tujuan perencanaan kawasan rekreasi, karakter fisik tanah aluvial pada tapak tergolong ke dalam kelas kesesuaian antara sedang sampai baik (Gambar 16).

Gambar 15. Peta Jenis Tanah Desa Sadeng

Hidrologi

Air yang digunakan untuk aktivitas pada tapak berasal dari air tanah permukaan dan air tanah dalam yang diambil melalui sumur-sumur resapan. Sumber-sumber air tersebut dimanfaatkan untuk pengairan kolam-kolam, untuk lahan pertanian berbasis tanaman yang berada di tapak area selatan, serta untuk kebutuhan sehari-hari para pekerja dan pengelola yang menjadi pengguna tapak. Saluran drainase pada tapak area utara mengarah ke kolam-kolam, sementara pada tapak area selatan mengarah ke sungai Cikaniki. Sumber air tidak terbatas dari air tanah yang ditarik dengan pompa, tapi juga dari air hujan yang jatuh langsung ke kolam-kolam ataupun langsung meresap ke tanah pada kebun-kebun pertanian.

Badan air yang terdapat pada tapak adalah badan air buatan berupa kolam ikan dengan luas 2.565,68 m2 di tapak area utara dan sumur buatan dengan lebar 1,5 m di tapak area selatan. Kualitas air kedua badan air tersebut dilihat secara fisik berwarna keruh, tidak berasa, dan tidak berbau. Kekeruhan air disebabkan oleh infiltrasi material tanah akibat pembuatan sumur baru dan juga disebabkan oleh sumber air tanah yang kualitasnya memang tidak begitu baik. Meskipun

0 50 100m U 06o33’43,5” LS 06o33’47,7” LS 06o 33’51,0” LS 106 o 34’ 46 ,4” BT 106 o 34 ’4 7 ,5 ”BT 106 o 34 ’4 8 ,5 B T Batas tapak Podsolik merah Aluvial

kualitas air sumur di tapak area selatan berwarna keruh, air ini tetap dapat digunakan untuk kegiatan pertanian.

Saluran drainase pada tapak sebagian besar merupakan saluran drainase terbuka. Saluran drainase ini berbentuk parit-parit yang diarahkan menuju kolam di area utara dan menuju sungai di area selatan. Pada tapak area utara, jenis parit ada yang berbeton dan ada yang alami atau hanya tanah yang ditumbuhi rumput-rumput kecil di tepiannya. Pada tapak area selatan, saluran drainase tidak tampak seperti parit dan hanya berupa alur-alur yang dibentuk oleh gundukan tanah untuk mengarahkan aliran air yang melaluinya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kebun-kebun tanaman sehingga hanya sedikit perkerasan yang terdapat di area selatan. Air hujan yang jatuh akan terserap ke dalam tanah dengan mudah.

Gambar 17. Sumur Buatan di Tapak Area Selatan

0 50 100m U 06o33’43,5” LS 06o33’47,7” LS 06o 33’51,0” LS 106 o 34’ 46 ,4” BT 106 o 34 ’4 7 ,5 ”BT 106 o 34 ’4 8 ,5 BT

Gambar 18. Peta Hidrologi

Batas tapak Badan air

Iklim dan Kenyamanan

Iklim pada tapak mengikuti jenis iklim Bogor secara umum, yakni iklim tropis basah dengan suhu yang relatif sejuk. Curah hujan berdasarkan pengamatan dari Stasiun Cikasungka, stasiun pengamat yang posisinya paling dekat dan elevasinya serupa dengan tapak, selama lima tahun terakhir adalah 2048.6 mm per tahun (BMKG, 2012). Rata-rata curah hujan ini masih tergolong lebih rendah dari rata-rata umum curah hujan Bogor sebesar 4000 mm per tahun.

Tabel 7. Data Iklim Wilayah Bogor Tahun 2008-2012

Tahun Suhu ( o C) Curah Hujan (mm/bulan) Kelembaban (%) Maksimum Minimum 2008 25.9 24.4 192.9 84.8 2009 26.6 25.0 158.2 81.8 2010 27.1 25.0 202.3 84.1 2011 26.3 25.1 129.4 79.9 2012 26.2 25.1 210.5 84.3 Rata-Rata 26.42 24.92 178.66 82.98 (Sumber: BMKG Dramaga-Bogor 2012)

Data curah hujan diolah dalam bentuk curah hujan bulanan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bulan-bulan dengan curah hujan rendah dan tinggi, sehingga periode tanam untuk lahan pertanian dan saat paling sesuai untuk berekreasi dapat ditentukan dengan mudah. Curah hujan bulanan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 288.1 mm dan curah hujan terendah pada bulan Juli sebesar 84.7 mm. Grafik rata-rata curah hujan bulanan tahun 2008-2012 secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 19.

Pada elemen iklim tempertaur udara, suhu rata-rata Bogor berada pada kisaran 25o-26oC. Berdasarkan data tahun 2008-2012 Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, rata-rata suhu tertinggi adalah bulan April-Mei, yakni 26.2oC, sementara rata-rata suhu terendah berlangsung pada bulan Januari-Februari, yakni 25.3oC. Rata-rata suhu bulanan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 20.

Rata-rata suhu pada tapak tergolong nyaman untuk pengguna beraktivitas. Lama penyinaran matahari juga baik dengan rata-rata intensitas penyinaran 70%, bulan tertinggi adalah Agustus, sedangkan bulan terendah adalah Januari.

Selain curah hujan dan suhu udara, elemen iklim lainnya adalah kelembaban udara. Kelembaban udara merupakan salah satu unsur iklim yang juga berpengaruh terhadap kenyamanan. Selain curah hujan tinggi, Bogor juga memiliki kelembaban tinggi. Berdasarkan data dari BMKG tahun 2008-2012, rata-rata kelembaban tertinggi berada pada bulan Februari, yakni sebesar 86,4%. Sementara itu, rata-rata kelembaban terendah adalah pada bulan September, yakni 78%. Rata-rata kelembaban udara menurut bulan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 21.

Berdasarkan data iklim yang diperoleh, kondisi iklim pada tapak cukup baik untuk kegiatan pertanian, khususnya untuk berbagai macam tanaman yang membutuhkan intensitas cahaya dan suhu yang baik. Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyatakan bahwa suhu rata-rata tahunan untuk padi sawah

(Oryza sativa) pada kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai) adalah 24 – 29 oC, artinya kondisi rata-rata suhu tapak yang berada pada kisaran 24.92-26.42 oC termasuk dalam kelas kesesuaian S1 untuk tanaman padi.

Kondisi iklim dipertimbangkan tidak hanya baik untuk pertanian, tetapi juga nyaman untuk pengguna. Berdasarkan data rata-rata suhu dan kelembaban pada Tabel 7, diperoleh THI pada tapak dengan kisaran antara 24.07– 25.52. Manusia sendiri memiliki ambang tingkat kenyamanan THI antara 18-30, artinya THI pada tapak masuk ke dalam ambang nyaman utnuk manusia. Sebagai kawasan rekreasi, tapak tergolong nyaman untuk pengguna karena rata-rata suhu udara juga tidak terlalu tinggi, sedangkan kelembapan udara yang tinggi masih dapat dikendalikan oleh jenis dan letak vegetasi untuk merekayasa arah dan kecepatan angin sehingga kelembaban udara pada skala mikro dapat diturunkan.

Vegetasi

Vegetasi terlihat dominan di tapak area selatan. Sekitar 2000 m2 tapak area selatan tapak ditanami oleh jambu kristal (Psidium guajava) dan 1500 m2 lainnya ditanami oleh jabon (Anthocephalus cadamba) yang diselingi oleh tanaman kacang panjang (Vigna sinensis). Beberapa vegetasi lain yang terdapat menyebar pada tapak secara keseluruhan adalah pohon pisang (Musa paradisiaca), pohon kelapa (Cocos nucifera), palem (Roystonea regia), pucuk merah (Syzygium oleina), dan ilalang (Imperata cylindrica).

Keberadaan lahan yang ditanami oleh pohon jambu dan jabon akan dipertahankan sebagai kebun tanaman tahunan. Penataan dan jumlahnya secara kuantitatif dapat ditambah untuk memaksimalkan luas lahan yang ada. Tanaman penyela jabon, yakni kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan tanaman semusim yang dapat berubah pada setiap periode tanam. Penggunaan tanaman sela memungkinkan untuk dilakukan, tetapi kondisi ini hanya optimal pada saat kondisi pohon jabon masih dalam usia muda. Jika sudah dewasa, tajuk pohon jabon akan lebar dan rimbun, sehingga cahaya matahari akan sulit diterima oleh tanaman yang berada di bawahnya. Alternatif solusi bagi tanaman musiman adalah dengan menyediakan lahan tersendiri bagi kebun tanaman semusim, khusus untuk jenis palawija ataupun sayur-sayuran. Selain sebagai lahan produksi, kebun ini juga dapat menjadi sarana edukasi bagi pengguna untuk belajar bercocok tanam.

Gambar 22. Peta Vegetasi

Batas tapak 0 50 100m U 06o33’43,5” LS 06o33’47,7” LS 06o 33’51,0” LS 106 o 34’ 46 ,4” BT 106 o 34 ’4 7 ,5 ”BT 106 o 34 ’4 8 ,5 BT Kebun jambu Kebun jabon Rumput dan ilalang

Syzygium oleina Musa paradisiaca (1) (2) (3) (1) (2) (3)

Aksesibilitas

Akses utama menuju tapak adalah melalui Jalan Raya Leuwiliang yang juga merupakan batas utara dari tapak. Akses utama ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah lokasi tapak area utara yang berada tepat di sisi jalan raya utama, sehingga tapak mudah diakses dari berbagai arah. Kekurangannya adalah kemiringan lahan yang tergolong curam, sehingga modifikasi lahan, seperti pembuatan anak tangga bagi pejalan kaki dan pendataran sebagian lereng curam untuk area parkir perlu dilakukan. Jalur ini dapat diakses oleh manusia maupun berbagai jenis kendaraan bermotor.

Alternatif akses menuju tapak di area selatan juga ada, namun posisinya jauh dari jalan raya dan kondisi fisik jalur sirkulasinya belum begitu baik. Jalan ini menghubungkan tapak dengan Jalan Raya Leuwiliang pada sisi yang berbeda. Jalan kecil ini biasa dimanfaatkan oleh masyarakat yang memiliki keperluan di sungai, seperti mengambil air, menambang pasir, maupun anak-anak yang hendak bermain di sungai. Jalan yang dapat menjadi alternatif menuju tapak ini cukup sulit dilalui oleh kendaraan bermotor. Meskipun sama-sama menghubungkan tapak dengan Jalan Raya Leuwiliang, jarak yang harus ditempuh dari jalan di tepi sungai lebih jauh, sehingga tidak pernah digunakan oleh pengguna sebagai akses menuju tapak dan pengguna lebih memilih akses utama di bagian utara.

Akses utama masuk tapak yang memiliki kemiringan lahan curam perlu modifikasi agar lebih nyaman dan aman bagi pengguna. Modifikasi dilakukan dengan pemberian material yang tidak licin dan pembangunan tangga bagi pejalan

Dokumen terkait