• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Kawasan Rekreasi Pertanian di Desa Sadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Kawasan Rekreasi Pertanian di Desa Sadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN KAWASAN REKREASI PERTANIAN

DI DESA SADENG KECAMATAN LEUWISADENG

KABUPATEN BOGOR

NURUL NAJMI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya, dan

yang menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di

samping Allah ada (tuhan) yang lain? Sebenarnya kebanyakan

(3)

Kawasan Rekreasi Pertanian di Desa Sadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

(4)

Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI NURISYAH.

Penelitian mengenai kawasan rekreasi pertanian merupakan sebuah topik menarik karena hal tersebut berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia secara psikologis. Perencanaan kawasan rekreasi pertanian ini bertujuan untuk menganalisis potensi dan kendala, mendeskripsikan kegiatan rekreasi yang dapat dikembangkan, serta merencanakan lanskap yang estetis dan edukatif.

Lokasi penelitian terletak di Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Tapak yang direncanakan adalah lahan Padepokan Aziziyah seluas 13.661 m2 yang berada di bagian barat daya Desa Sadeng. Tapak terbagi menjadi dua area, yakni tapak area utara seluas 7.275 m2 dan tapak area selatan seluas 6.386 m2. Kedua area tersebut berjarak 20 m. Batas utara tapak adalah Jalan Raya Leuwiliang, batas selatan adalah Sungai Cikaniki, batas barat adalah sawah dan lahan pertanian milik penduduk, dan batas timur adalah sawah dan pabrik meubel.

Metode penelitan menggunakan tahapan menurut Gold (1980) yang terdiri dari pengumpulan data dan informasi, analisis, sintesis, dan perencanaan lanskap. Proses pengumpulan data dan informasi dibagi menjadi dua, yakni pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan bantuan alat meteran ukur dan GPS tipe Garmin 76CSX untuk mengukur luas dan menentukan koordinat tapak. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan perangkat lunak Auto Cad. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan wawancara terhadap 7 orang dari 37 pengguna tapak saat ini. Pemilihan responden dilakukan dengan cara sengaja, yaitu kapala pengelola padepokan, pekerja harian yang merupakan penduduk asli desa, istri Lurah Desa Sadeng sekaligus kepala TK Padepokan Aziziyah, serta empat orang tua murid yang menjadi guru TK. Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi pemerintah dan badan penelitian, yaitu Dinas Tata Ruang dan Pertanahan (DTRP) Kabupaten Bogor, kantor Desa Sadeng, Badan Informasi dan Geospasial (BIG), dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dramaga-Bogor. Data sekunder yang diperoleh berbentuk peta dan data deskriptif. Data deskriptif ini diolah dengan bantuan Ms.Word dan Ms.Excel.

Analisis dilakukan terhadap aspek fisik dan aspek pengguna. Analisis aspek fisik terhadap tata guna lahan, topografi, geologi dan tanah, iklim, hidrologi, aksesibilitas, dan visual dilakukan untuk mendapatkan zonasi tapak bagi pengembangan rekreasi, sedangkan analisis aspek pengguna dilakukan untuk mengetahui preferensi dan harapan pengguna terhadap rekreasi pertanian. Sintesis aspek fisik dan aspek pengguna menghasilkan zona ruang-ruang fungsional pada tapak.

(5)

Area penerimaan dan area transisi menjadi bagian dari tapak area utara serta dilengkapi dengan akses jalan masuk dan jalur-jalur penghubung antarsub-sub ruang yang dikembangkan. Tapak area utara dan tapak area selatan dihubungkan oleh dua buah jalur penghubung dimana jalur penghubung utama berasal dari kondisi eksisting dan jalur penghubung lainnya merupakan pengembangan jalur alternatif.

Hasil perencanaan lanskap terdiri dari rencana ruang, rencana jalur, serta rencana aktivitas dan fasilitas. Rencana ruang terbagi menjadi tiga area, yaitu area penerimaan sebesar 2.397,17 m2, area transisi sebesar 1.366,1 m2, dan area utama rekreasi sebesar 9.897,73 m2. Rencana jalur terdiri dari jalur primer, jalur sekunder, dan jalur tersier. Jalur primer adalah akses jalan masuk menuju tapak dengan panjang dan lebar jalur ± 40 m dan 6 m, jalur sekunder adalah akses jalan penghubung antara tapak area utara dan tapak area selatan dengan panjang dan lebar jalur ± 25 m dan 1,8 m , dan jalur tersier merupakan jalur-jalur penghubung antarsub ruang yang berada di area utama rekreasi dengan panjang dan lebar jalur beragam. Rencana aktivitas dan fasilitas kawasan ditentukan berdasarkan ruang-ruang aktivitas, yaitu fasilitas tempat parkir pada area penerimaan, fasilitas pelayanan pada area transisi, dan fasilitas untuk kegiatan memancing, bersampan, berkebun, dan aktivitas rekreasi lainnya yang dapat dilakukan pada area utama rekreasi.

Pada rencana lanskap juga dihitung daya dukung aktivitas yang dihitung berdasarkan jenis aktivitas pada masing-masing ruang. Perhitungan akhir daya dukung ditentukan sebesar 60% dari jumlah daya dukung maksimum karena mempertimbangkan mobilisasi pengguna dan kelestarian kawasan. Pada lahan parkir di area penerimaan dengan luas 1.469,38 m2 mampu menampung kendaraan sebanyak 18 mobil dan 60 motor. Kolam untuk aktivitas bersampan memiliki daya dukung 4-5 perahu dengan panjang 3-4 m yang memiliki kapasitas 2-6 orang/perahu. Daya dukung untuk aktivitas memancing adalah 300 orang, memandikan kerbau 15 orang, berkebun 200 orang, aktivitas di sawah 70 orang, dan aktivitas di area piknik dan berkemah sebanyak 80 orang. Jumlah total daya dukung aktivitas pada satu kali rotasi adalah 675 orang. Jika dihitung secara umum dari total luas kawasan sebesar 13.661 m2, setiap orang memiliki ruang gerak ± 20 m2 untuk beraktivitas. Jika satu kali rotasi aktivitas membutuhkan waktu selama dua jam dan waktu rekreasi yang diizinkan per hari adalah enam jam, maka jumlah pengguna yang diizinkan dalam satu hari rekreasi adalah sebanyak 2.025 orang.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebuah pesantren yang idealnya merupakan kawasan pendidikan juga berpotensi menjadi kawasan rekreasi yang mendukung nilai edukasi, khususnya di bidang pertanian. Saran ditujukan terkait kawasan yang terbagi menjadi tapak area utara dan tapak area selatan, sebaiknya memiliki elemen-elemen lanskap yang serupa agar kedua area menjadi lebih menyatu sebagai satu kawasan rekreasi pertanian.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN KAWASAN REKREASI PERTANIAN

DI DESA SADENG KECAMATAN LEUWISADENG

KABUPATEN BOGOR

NURUL NAJMI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya

untuk kepantingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,

penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan

tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan

dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk

(8)

NIM : A44080037

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(9)

Setiawan dan Dessy Ayu Bulan Savitri. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai siswa SMA Negeri 1 Depok. Selama SMA penulis aktif di berbagai organisasi keagamaan dan keilmiahan, seperti Rohani Islam, Kelompok Ilmiah Remaja, dan Klub Sains. Penulis juga memiliki berbagai prestasi, beberapa di antaranya adalah Juara I Lomba Pengolahan Limbah Toyota Eco Youth Program 2005, Juara I Lomba Karya Tulis Tingkat Sekolah 2006, dan Juara I Lomba Karya Ilmiah Pesta Sains IPB 2007.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur tanpa tes atau Undangan Masuk Seleksi IPB (USMI). Selain aktivitasnya di kegiatan akademik, penulis juga aktif di berbagai kegiatan non-akademik dan organisasi kampus. Selama setahun penulis menjabat sebagai Lurah Asrama Putri Gedung A2 (2008-2009). Penulis juga mengikuti organisasi keilmiahan FORCES selama tiga tahun, mulai diterima sebagai anggota aktif (2008-2009) sampai menjadi sekretaris divisi HRD (2009-2010). Kegiatan di luar kampus yang dijalani penulis antara lain menjadi guru mengaji dan pengajar privat, tentor di SMP dan SMA di Depok, serta aktif di berbagai kegiatan sosial sebagai anggota Forum Indonesia Muda.

Dalam bidang Arsitektur Lanskap, penulis pernah mengikuti sayembara desain taman yang diselenggarakan oleh Fakultas Arsitektur, Universitas Petra, Surabaya (2010) dan juga mengikuti konferensi CISAK 2012 di Korea dengan memperkenalkan konsep Taman Petak Umpet sebagai alternatif ruang bermain anak. Penulis juga merupakan anggota aktif Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP).

(10)

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah perencanaan lanskap, dengan judul Perencanaan Kawasan Rekreasi Pertanian di Desa Sadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada

1. Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA. sebagai dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dan banyak memberikan arahan serta saran,

2. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. dan Dewi Rezalini Anwar, SP. M.A.Des. sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan, 3. Bapak A.R.Jatnika dari Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor,

Bapak Agus Sanggawa selaku Lurah Desa Sadeng, dan Bapak Fahmi selaku kepala pengelola Padepokan Aziziyah, yang telah membantu selama pengumpulan data,

4. kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan besar dalam moral maupun material,

5. Yasmin, Tegar, dan khususnya kakak Muhammad Ikhwan Syahiddin yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian karya ini,

6. Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, M.Si atas semangat dan inspirasi kepada penulis dalam menempuh masa akhir studi,

7. teman-teman satu bimbingan, Fathiin Muhtadi Priyatama, Marisha Deslia, Keke, dan Togar untuk semangat dan dukungannya,

8. keluarga ARL 45 untuk kebersamaannya,

9. seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan ilmu dan dukungan selama penulis menjadi mahasiswa,

(11)

12.Farisa, Irma, dan Silvya untuk segala dukungannya yang begitu berarti,

13.Dimas, Alfa, Ichi, Nadita, Arina, dan teman-teman Fim Bogor di Rumbel Hore,

14.Kak Ivan, Kak Maghleb, dan seluruh keluarga besar Forum Indonesia Muda, 15.teman-teman Forsila, Salam 1 Depok, Imani, alumni UQ Angkatan 4, dan

seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu untuk semua doa dan dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata penulis berharap karya ini dapat menjadi suatu sumbangsih kecil bagi pengembangan ilmu di bidang Arsitektur Lanskap. Penulis juga menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga karya ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013

(12)

DAFTAR TABEL

Definisi Pertanian ... 4

Lahan ... 4

Tahapan dan Metode Perencanaan Lanskap ... 14

Tahap 1. Pengumpulan Data dan Informasi ... 15

Tahap 2. Analisis ... 16

Tahap 3. Sintesis ... 17

Tahap 4. Perencanaan Lanskap ... 18

KONDISI UMUM Letak Administratif ... 19

(13)

Area Tapak ... 22

Analisis Aspek Fisik ... 23

Tata Guna Lahan ... 23

Topografi ... 27

Geologi dan Tanah ... 29

Hidrologi ... 31

Iklim dan Kenyamanan ... 33

Vegetasi ... 35

Aksesibilitas ... 37

Visual ... 40

Hubungan Jenis Rekreasi dan Aspek Fisik ... 42

Analisis Aspek Pengelolaan ... 43

Analisis Aspek Pengguna ... 44

Sintesis ... 46

Konsep Dasar ... 47

Konsep Pengembangan... 48

Rencana Ruang Rekreasi Pertanian ... 48

Rencana Jalur Rekreasi Pertanian ... 49

Rencana Aktivitas dan Fasilitas Kawasan ... 52

Rencana Lanskap ... 56

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 64

Saran ... 65

(14)

Halaman

1. Jenis Rekreasi ... 7

2. Kebutuhan Alat ... 13

3. Aspek, Jenis, dan Sumber Data ... 14

4. Kesesuaian Lahan untuk Taman Rekreasi ... 16

5. Aktivitas Rekreasi Pertanian ... 18

6. Tata Guna Lahan dan Potensi Rekreasi ... 25

7. Data Iklim Wilayah Bogor Tahun 2008-2012 ... 33

8. Hubungan Jenis Rekreasi dan Aspek Fisik ... 42

9. Preferansi Pengguna dan Potensi Rekreasi ... 45

10. Rencana Aktivitas dan Fasilitas ... 52

(15)

1. Kerangka Pikir ... 3

14. Modifikasi Kemiringan Lahan ... 29

15. Peta Jenis Tanah Desa Sadeng ... 30

16. Peta Tanah ... 31

17. Sumur Buatan di Tapak Area Selatan ... 32

18. Peta Hidrologi ... 32

19. Rata-Rata Curah Hujan Bulanan Tahun 2008-2012 ... 33

20. Rata-Rata Suhu 2008-2012 ... 34

21. Rata-Rata Kelembaban Udara 2008-2012 ... 35

22. Peta Vegetasi ... 36

28. Rencana Ruang Rekreasi Pertanian ... 48

29. Diagram Keterhubungan Ruang ... 49

(16)

33. Contoh Jalur Tersier ... 51

34. Contoh Paket Bertani ... 54

35. Contoh Paket Memancing ... 55

36. Contoh Paket Berkebun... 55

37. Contoh Aktivitas Edukasi ... 55

38. Rencana Tapak ... 57

39. Perspektif ... 58

40. Potongan A – A’ ... 59

41. Potongan B – B’ ... 59

42. Spot Area Parkir ... 60

43. Spot Area Pelayanan ... 60

44. Spot Rekreasi Basis Air ... 61

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan secara fisik maupun kebutuhan psikologis. Kebutuhan fisik adalah pemenuhan kebutuhan tubuh, seperti makan, pakaian, tempat tinggal, obat-obatan, dan lain-lain. Disamping kebutuhan fisik, pemenuhan kebutuhan psikologis juga tidak kalah pentingnya. Hal ini berkaitan dengan kesenangan, ketenangan dalam berpikir, dan juga berkaitan dengan kesehatan jiwa. Berhibur dan berlibur adalah cara-cara untuk memenuhi hal ini, sehingga kegiatan ini penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia.

Kegiatan rekreasi adalah salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan psikologis manusia. Secara bahasa rekreasi berasal dari dua kata, yakni “re” yang berarti kembali dan “kreasi” yang berarti menciptakan (Ahira 2010). Rekreasi dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan daya cipta manusia. Rekreasi juga dapat dilakukan untuk mengembalikan energi yang hilang akibat kepenatan rutinitas sehari-hari.

Ada berbagai jenis rekreasi yang dapat dipilih. Rekreasi pertanian adalah salah satunya. Seperti namanya, rekreasi pertanian merupakan kegiatan rekreasi yang berkaitan dengan dunia pertanian. Kawasan rekreasi ini berisi berbagai macam tempat atau spot yang berhubungan dengan pertanian. Pertanian di sini dapat berupa pertanian sawah, ladang, perkebunan, perikanan, ataupun peternakan.

(18)

Perumusan Masalah

Desa Sadeng memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas. Salah satunya adalah lahan Padepokan Aziziyah. Pada lahan ini hendak dibangun sebuah pesantren bernuansa pertanian yang diperuntukkan bagi masyarakat putus sekolah. Lahan pertanian yang ada didalamnya dimaksudkan sebagai salah satu basis pendapatan dari operasional padepokan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana merencanakan rekreasi pertanian yang memanfaatkan potensi tapak, tidak hanya terbatas sebagai lahan produksi, tetapi juga menjadi suatu kawasan rekreasi yang memiliki nilai edukasi bagi pengguna serta dapat meningkatkan pendapatan untuk pengelolaan padepokan.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah

1. mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kendala pada tapak untuk dikembangkan sebagai kawasan rekreasi pertanian,

2. mendeskripsikan berbagai kegiatan rekreasi pertanian baik aktif maupun pasif yang dapat dikembangkan pada tapak, dan

3. merencanakan kawasan rekreasi pertanian yang estetis dan edukatif.

Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah

1. sebagai rujukan kepada pemilik lahan untuk membangun kawasan rekreasi pertanian yang akan dibuat,

2. menjadi salah satu model sarana pariwisata yang memberi peluan bagi pemilik untuk meningkatkan pendapatan padepokan, dan

(19)

Kerangka Pikir

Padepokan Aziziyah di Desa Sadeng merupakan suatu kawasan pesantren yang dibangun dengan basis lanskap pertanian. Kawasan ini potensial dikembangkan untuk rekreasi. Pengembangan potensi ini dapat ditinjau dari beberapa aspek fisik-biofisik tapak berupa tata guna lahan, topografi, geologi, iklim, hidrologi, aksesibilitas, dan komoditi pertanian. Disamping potensi pada tapak juga dipertimbangkan keinginan pengguna saat ini terhadap rekreasi, analisis potensi dan kendala aktivitas pertanian yang dilakukan oleh masyarakat, serta sasaran pengguna yang diharapkan dari pengembangan kawasan sebagai rekreasi pertanian. Analisis tapak yang menghasilkan zona tapak, dilengkapi oleh analisis preferensi pengguna yang menghasilkan deskripsi keinginan pengguna, akan dibuat suatu perencanaan kawasan rekreasi pertanian (Gambar 1).

bbx

Gambar 1. Kerangka Pikir Perencanaan Lanskap

Deskripsi Keinginan Calon Pengguna

• Persepsi kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap rekreasi

• Analisis potensi-kendala aktivitas pertanian masyarakat

• Sasaran pengguna Padepokan Aziziyah di Desa Sadeng

Kawasan Pesantren Berbasis Pertanian

Potensi Pengembangan Rekreasi Pertanian

Pengguna Tapak

Zona Tapak untuk Rekreasi

Perencanaan Kawasan Rekreasi Pertanian di Desa Sadeng

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian Definisi Pertanian

Pertanian merupakan suatu pola teknologi yang memerlukan energi, memproses energi, mengubah energi, dan menghasilkan energi (Jumin 2005). Sementara itu, menurut Nasoetion (2008), pertanian merupakan usaha yang dilakukan untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang berfungsi menyediakan makanan bagi manusia. Asal mula kegiatan pertanian adalah kegiatan bercocok tanam yang bertujuan menyediakan makanan. Oleh karena itu, pertanian identik dengan proses budi daya tanaman utnuk pangan (Dhalhar 2008).

Perkembangan pengetahuan pertanian telah membuat lingkup pertanian menjadi lebih luas. Tidak hanya terbatas pada budi daya tanaman untuk pangan, pertanian juga meliputi pembudidayaan ikan, ternak, dan budi daya hutan untuk hutan tanaman industri. Perkembangan bidang pertanian ini muncul ketika hewan hasil kegiatan berburu tidak dibunuh untuk dimakan, melainkan dipelihara. Akhirnya hewan yang dipelihara tersebut berkembang biak dan terciptalah usaha peternakan.

Kegiatan pertanian mengalami beberapa perubahan, mulai dari pertanian ladang berpindah sampai pertanian menetap. Usaha pertanian sendiri berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada pertanian menetap, mempertahankan dan mengembalikan energi dan hara pada lahan menjadi sangat penting agar kegiatan pertanian dapat berkelanjutan. Salah satu cara yang dilakukan di Indonesia adalah mengubah lahan menjadi sawah, dengan harapan lahan-lahan yang dibuat datar untuk sawah dapat terhindar dari erosi dan proses irigasi sawah akan mengembalikan mineral hara yang hilang.

Lahan

(21)

padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Peruntukan penggunaan lahan bergantung pada kesesuaian lahannya. Kesesuaian lahan merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan dengan jenis tanaman dan tingkat pengelolaan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka dari FAO, 2007).

Pada umumnya, penggunaan lahan (landuse) untuk usaha pertanian dilakukan melalui dua cara. Pertama adalah melalui kegiatan bercocok tanam dan kedua adalah usaha peternakan. Akan tetapi, efektivitas dan efisiensi yang tinggi dapat diperoleh jika dapat memadukan bentuk-bentuk pertanian tersebut. Dalam hal ini, penulis sependapat dengan Nasoetion (2008) bahwa usaha yang terbaik ialah campuran kedua kegiatan itu secara berimbang dan dinamakan sebagai pertanian campuran. Berbagai usaha pertanian yang digabung menjadi satu kesatuan juga dapat disebut sebagai pertanian terpadu.

Dewasa ini, usaha pertanian tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti menghasilkan bahan pangan, tetapi juga mulai berkembang ke tingkat pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi, yakni kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial tersebut dapat berupa hiburan, kenyamanan, dan kesenangan bagi manusia. Salah satunya adalah aktivitas rekreasi pertanian.

Rekreasi Definisi Rekreasi

Secara harfiah, rekreasi berasal dari kata ‘re’ yang berarti kembali atau mengulang dan kata ‘kreasi’ yang berarti menciptakan. Rekreasi dapat berarti membentuk atau menciptakan kembali. Secara terminologis, rekreasi dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan pada waktu luang untuk mengembalikan kesegaran fisik (Ahira 2010).

(22)

menyatakan bahwa rekreasi seharusnya tidak hanya berisi aktivitas yang menyenangkan secara personal, tetapi juga dapat diterima oleh lingkungan, tetap menjaga nilai-nilai moral, dan dapat memberikan kontribusi bagi pelaku rekreasi dan lingkungan sosialnya menjadi lebih baik.

Pada perkembangan gaya modern, Kraus (1977) menilai bahwa rekreasi dikenal sebagai suatu bentuk penting dari rehabilitasi untuk penyakit mental, kelainan fisik, ataupun kelompok masyarakat khusus lainnya. Rekreasi juga dapat mengakomodasi kesempatan yang baik bagi anak-anak, pemuda, maupun orang dewasa untuk berbagi suatu hal yang menyehatkan dan mendukung pengalaman berkelompok dengan orang lain.

Gold (1980) menyatakan bahwa pemerintah dan pihak pengembang swasta memiliki tanggung jawab terhadap ketersediaan kawasan rekreasi dan pelayanan waktu luang dalam suatu kota. Perencana kawasan urban dan arsitek lanskap mempunyai peran penting dalam menentukan lokasi, preservasi, hingga desain dari kebutuhan ruang terbuka, penyediaan fasilitas rekreasi, dan analisis program sosial untuk memenuhi kebutuhan rekreatif pengunjung. Mereka juga harus bekerjasama dengan pihak-pihak profesional dari bidang lainnya serta agen-agen yang mengatur peluang kegiatan rekreasi.

Jenis Rekreasi

Ahira (2010) menggolongkan rekreasi ke dalam dua bentuk, yakni rekreasi berdasarkan sifat dan rekreasi berdasarkan tujuan. Rekreasi berdasarkan sifat dibedakan menjadi rekreasi aktif dan pasif. Rekreasi aktif merupakan pilihan yang lebih menekankan pada rekreasi bersifat fisik daripada mental, misalnya olahraga. Sebaliknya, rekreasi pasif lebih menekankan pada aktivitas yang bersifat mental daripada fisik, misalnya membaca atau menonton film. Sementara itu, rekreasi berdasarkan tujuan juga dibagi dua, yakni rekreasi indoor dan outdoor. Rekreasi

indoor adalah rekreasi yang dilakukan di dalam ruang tertutup, misalnya

(23)

Klasifikasi kegiatan rekreasi menurut Gold (1980) dibagi berdasarkan kesamaan pengalaman dan sumber daya. Berikut ini adalah kategori rekreasi berdasarkan pengalaman yang akan diperoleh:

a. rekreasi fisik yang mengutamakan kegiatan fisik sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas,

b. rekreasi sosial yang mengutamakan interaksi sosial sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas,

c. rekreasi kognitif yang mengutamakan budaya, pendidikan, dan kreativitas sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas, dan

d. rekreasi alam yang mengutamakan kegunaan sumber daya alam seperti air, pepohonan, pemandangan alam, dan kehidupan liar sebagai fokus utama dari suatu aktivitas.

Pengalaman dari kegiatan rekreasi indoor dan outdoor juga harus dipertimbangkan (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis Rekreasi

Pengalaman Rekreasi Kelompok Aktivitas Contoh Aktivitas

Rekreasi fisik

Outdoor Permainan bebas dan aktivitas individual

Melompat, memanjat tebing, meluncur,

jogging, skateboarding

Permainan di rumput dan lapangan perkerasan

Voli, basket, tenis

Permainan di rumput Kriket, bulutangkis, golf, lawn bowling

Olahraga Baseball, sepak bola

Indoor Permainan individual Basket, voli, squash

Olahraga Basket, bowling, tenis, wrestling,

gymnastic, squash

Rekreasi Sosial

Outdoor Partisipasi Piknik, tari, restoran, flea market

Penonton Menonton olahraga, drama,

mendengarkan musik

Indoor Partisipasi Pertemuan, bazar, kerajinan tangan, menari, permainan meja

Penonton Menonton olahraga, drama, film, televisi

(Sumber: Gold 1980)

Rekreasi Pertanian

(24)

rekreasi pertanian di sini diterapkan kepada berbagai kalangan. Tidak hanya terbatas pada komunitas akademisi lokal, rekreasi pertanian ini juga diminati oleh siswa TK, SD, SMP, hingga SMA, serta masyarakat umum. Kawasan IPB Darmaga memiliki luas lebih dari 230 hektar dengan lebih dari 20 titik lokasi (spot) untuk berekreasi di area yang bersentuhan dengan nuansa pertanian (Febry 2011).

Perencanaan Lanskap

Perencanaan (planning) merupakan salah satu prinsip utama dan tahap pertama dalam ilmu Arsitektur Lanskap sebelum melakukan proses perancangan (designing) dan pengelolaan (managing), di samping tata hijau (vegetation planting) yang juga menjadi bagian dari bidang ilmu ini. Menurut Catanese dan Snyder (1988), perencanaan merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara berbagai alternatif yang ada. Perencanaan menjadi konsep dasar yang dilakukan manusia sebelum mengambil tindakan dan keputusan-keputusan tertentu.

Permasalahan dalam bidang perencanaan dewasa ini semakin banyak dan rumit. Hal ini juga terkait dengan lanskap, bentang alam tempat manusia melakukan berbagai aktivitasnya. Pertumbuhan manusia terus meningkat, sementara lanskap yang tersedia tetap berada pada kondisinya seperti sediakala. Permasalahan ini dapat disebabkan oleh ketidakselarasan antara penggunaan lahan dengan lingkungan. Penggunaan lahan merupakan buah proses dari kebijakan manusia, sedangkan lingkungan berkaitan dengan alam yang memiliki aturannya sendiri.

(25)

dilakukan di atas lahan yang tidak sesuai. Hal ini dapat memberikan dampak perubahan lingkungan ke arah negatif, seperti terjadinya banjir dan rusaknya sumber air. Ketiga adalah pergeseran karakter sosial. Perkembangan teknologi menyebabkan perubahan fungsi area, misalnya jalan di sepanjang area permukiman yang pada awalnya dirancang untuk jalur gerobak dan kuda, kini dilalui oleh berbagai kendaraan bermotor seperti mobil dan truk-truk besar. Dampak negatif yang terjadi berupa bising, polusi udara, dan meningkatnya masalah keamanan di jalan raya. Keempat adalah pelanggaran nilai-nilai oleh manusia yang berdampak pada punahnya berbagai spesies makhluk hidup, rusaknya hutan, dan perubahan nilai lanskap kesejarahan.

Dapat dipahami, ketidakselarasan antara penggunaan lahan dan lingkungan, menurut Marsh (1991), diawali dari keputusan yang buruk dalam penetapan penggunaan lahan. Hal ini berdampak pada perubahan lingkungan sehingga menjadi tidak ideal. Perubahan dari segi aspek sosial dan kerusakan nilai di antara manusia juga menjadi faktor ketidakselarasan tersebut. Oleh karena itu, perencanaan lanskap yang baik menjadi suatu hal yang penting agar tercipta keselarasan antara penggunaan lahan dengan lingkungan, serta terjadi interaksi yang seimbang antara manusia dengan alam.

Secara umum, perencanaan bertujuan membuat kebijakan mengenai pemanfaatan sumber daya. Menurut Marsh (1991), terdapat tiga aktivitas utama yang membentuk suatu perencanaan lanskap modern, yakni pembuatan keputusan, perencanaan teknis, dan perancangan lanskap. Ketiga area aktivitas tersebut saling terkait dan keseimbangan di antara ketiganya menjadi faktor penentu untuk menyelesaikan permasalahan dalam proses perencanaan. Proses perencanaan formal sendiri meliputi tiga bidang, yakni perencanaan urban, arsitektur lanskap, dan arsitektur.

(26)

aspek sosio-ekonomi masyarakat. Terdapat dua prinsip pendekatan, yaitu kajian terintergrasi dari satuan lingkungan dan analisis lingkungan dengan melihat setiap elemen sebagai sektor mandiri serta memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perencanaan Lanskap untuk Kawasan Rekreasi

Gold (1980) mengemukakan bahwa perencanaan rekreasi adalah sebuah proses yang dilakukan terkait kebutuhan manusia dalam memanfaatkan waktu senggangnya. Perencanaan rekreasi menyatukan pengetahuan dan teknik menata lingkungan serta ilmu sosial untuk membangun suatu alternatif penggunaan ruang, waktu, energi, dan biaya yang dapat mengakomodasi kebutuhan manusia. Pendekatan yang dilakukan dalam suatu perencanaan rekreasi adalah hubungan antara waktu, aktivitas, dan ruang.

Secara umum Gold (1980) menyampaikan bahwa sasaran utama dari suatu perencanaan rekreasi adalah meningkatkan kualitas hidup dan kualitas lingkungan di dalam kota. Garis besar tujuannya yakni memaksimalkan kemakmuran hidup manusia dengan menciptakan suatu lingkungan perkotaan yang lebih baik, lebih sehat, menyenangkan, dan atraktif. Gold (1980) menjabarkan tujuan perencanaan rekreasi ke dalam lima poin berikut:

1. meningkatkan kualitas suatu lingkungan dan membuatnya menjadi lebih fungsional, indah, aman, efisien, dan menyenangkan,

2. menyediakan suatu ruang publik bagi warga kota yang merupakan salah satu tugas pemerintah dalam rangka melayani kebutuhan warganya,

3. membuat suatu keputusan cepat dan efisien dalam membagi alokasi sumber daya umum dan kepemilikan pribadi,

4. menyediakan pengetahuan teknis terkait pengambilan kebijakan sosial, ekonomi, dan pembangunan fisik di lingkungan masyarakat, dan

5. mengeratkan komunikasi, kooperasi, dan koordinasi di antara seluruh elemen yang terkait dengan pengembangan masyarakat.

(27)

Pengumpulan Data

dan Informasi Analisis Sintesis

Perencanaan

Departemen Komunitas Queensland (2009) menyatakan bahwa perencanaan rekreasi merupakan proses merumuskan informasi, pemberdayaan potensi sumber daya, dan mengalokasikan kegiatan rekreasi yang berorientasi pada manusia. Perencanaan rekreasi ini dapat dibuat untuk lingkup lokal, regional, sampai level yang paling luas berupa kota. Keberhasilan perencanaan rekreasi didasarkan pada pertimbangan berbagai faktor, yaitu

a) permintaan saat ini dan perkiraan permintaan di masa yang akan datang, b) penentuan pilihan yang mempertemukan keragaman permintaan,

c) keberadaan ruang dan kondisi eksisting untuk melakukan aktivitas rekreasi yang diinginkan, dan

d) dan jenis layanan yang dapat mendukung aktivitas rekreasi tersebut.

Para perencana rekreasi membutuhkan berbagai informasi sebelum memutuskan jenis rekreasi yang akan dibuat. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya dilihat dari segi fisik, seperti kondisi alam dan ruang yang akan dijadikan kawasan rekreasi, tetapi juga dilihat dari segi sosial. Informasi sosial yang dibutuhkan para perencana meliputi aspek demografi, kebutuhan masyarakat terhadap rekreasi, pengaturan rekreaasi yang diinginkan, fasilitas yang dibutuhkan oleh pengguna kawasan rekreasi, serta tingkat partisipasi pengguna terhadap aktivitas rekreasi tersebut.

(28)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Lokasi perencanaan lanskap terletak di Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Desa ini berada di bagian barat dari Kabupaten Bogor. Lahan yang dijadikan lokasi penelitian adalah lahan Padepokan Aziziyah milik Bapak Muhammad Aziz yang terletak di Kampung Kosol, RT 7/RW 4. Gambar lokasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Lokasi Penelitian (GoogleMap 2011)

0 200 km

U

100

Babakan Sadeng

Sadeng

(29)

Waktu penelitian berlangsung selama delapan bulan. Rincian kegiatan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tahapan Waktu Penelitian Tahun 2012

Alat dan Bahan

Kebutuhan alat yang digunakan selama proses penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Alat

No. Jenis Alat Jumlah Kegunaan dalam

Penelitian Sumber

1 GPS Garmin 76CSX 1 Penentuan koordinat

dan elevasi tapak Dept.ARL

2 Kamera 1 Dokumentasi

eksisting tapak Individu 3 Software pengolah data:

a. Garmin Mapsource App.

b.Land Development

4 Alat tulis Disesuaikan Wawancara Individu

5 Alat gambar Disesuaikan Menggambar tapak Individu

6 Meteran ukur 30 m 1 Mengukur luas tapak Dept.ARL

Bahan-bahan yang diperlukan meliputi berbagai jenis peta dan data wilayah. Kebutuhan bahan diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Dinas Tata ruang dan Pertanahan (DTRP) Kabupaten Bogor, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Kantor Desa Sadeng. Secara lengkap aspek, jenis, dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 3.

(30)

Tabel 3. Aspek, Jenis, dan Sumber Data

Tahapan dan Metode Perencanaan

Metode perencanaan yang akan digunakan adalah perencanaan menurut Gold (1980). Metode ini merupakan cara sistematis dalam suatu perencanaan rekreasi untuk mengantisipasi, menyebabkan, mencegah, atau mengontrol perubahan yang terkait dengan kesempatan individu ataupun kelompok dalam menggunakan waktu senggangnya dalam menggunakan ruang. Gold (1980) mengharuskan dalam suatu proses perencanaan bersifat evolusioner (perubahan pada tapak harus berdasarkan kepentingan publik), pluralistik (alternatif pilihan mempertimbangkan berbagai individu atau kelompok yang memiliki tujuan berbeda), objektif (kriteria dalam membuat alternatif harus meminimalkan distorsi dari kondisi sebenarnya walaupun keputusan dapat dibuat berdasarkan nilai subjektif), realistik (proses pengembangan sesuai anggaran), dan humanistik (perencanaan, desain, dan program dibuat untuk melayani pengguna). Tahapan-tahapan dalam metode ini adalah proses secara umum mulai dari pengumpulan data hingga menghasilkan produk berupa gambar perencanaan tapak.

Aspek Jenis Data Pengumpulan Sumber Data Bentuk Data

Fisik

Geografi Tata guna lahan Sekunder Kelurahan Peta

Tanah dan geologi Sekunder DTRP Peta

Batas tapak Sekunder Kelurahan Peta

Iklim Curah hujan Sekunder BMKG Tabel

Suhu dan kelembapan Sekunder BMKG Tabel

Hidrologi Badan air, kualitas air, drainase

Primer Tapak Deskriptif

Aksesibilitas Jaringan jalan Primer Tapak Peta

Visual Kondisi good view dan

bad view

Primer Tapak Peta

Sosial Persepsi dan harapan Primer Pengguna tapak Deskriptif

(31)

Gambar 5. Tahapan Perencanaan Lanskap (Gold 1980)

Tahap 1. Pengumpulan Data dan Informasi

Tahap pengumpulan data dan informasi didahului oleh penetapan tujuan dan persiapan. Persiapan berupa surat izin penelitian dikeluarkan oleh Departemen Arsitektur Lanskap. Setelah surat izin keluar, pengumpulan data dilakukan kepada dinas pemerintah dan berbagai instansi penelitian, seperti BIG (dulu dikenal dengan nama Bakosurtanal) yang berada di Jalan Raya Jakarta-Bogor KM 46, DTRP Kabupaten Jakarta-Bogor, dan BMKG Dramaga - Jakarta-Bogor.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui dua cara, yakni pengambilan data primer dan data sekunder. Kebutuhan data primer diperoleh langsung dari tapak, seperti orientasi tapak, luas tapak, dan penutupan lahan. Alat yang digunakan dalam pengambilan data primer ini adalah meteran ukur dan GPS tipe Garmin 76CSX.

Selain data aspek fisik, data primer juga diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap 7 orang dari 37 orang yang menjadi pengguna tapak saat ini dan kepada Bapak Agus Sanggawa sebagai Lurah Desa Sadeng. Tujuh orang yang diwawancara dalam melihat preferensi dan harapan pengguna adalah orang-orang yang dinilai memiliki tingkat kepercayaan tinggi dalam memberikan jawaban, serta memiliki pengeruh terhadap proses pengembangan tapak. Ketujuh orang tersebut adalah kepala pengelola padepokan yang juga orang kepercayaan dari pemilik lahan (Pak Fahmi), istri Lurah Desa Sadeng yang menjadi kepala TK/PAUD Padepokan Aziziyah (Bu Irma), pekerja harian di padepokan yang

Zonasi ruang

dan Informasi Analisis Sintesis

(32)

merupakan penduduk asli desa (Oje), serta empat orang guru yang juga orang tua dari murid TK/PAUD Padepokan Aziziyah.

Data sekunder diperoleh melalui berbagai dinas dan instansi pemerintah dalam bentuk peta dan data deskriptif. Peta topografi wilayah diperoleh dari BIG. Data iklim meliputi suhu udara, curah hujan, dan kelembaban diperoleh dari BMKG Bogor merujuk pada stasiun penangkap curah hujan di Cikasungka, Kabupaten Bogor. Peta jenis tanah diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor. Informasi deskriptif mengenai Desa Sadeng diperoleh dari arsip desa tahun 2011.

Tahap 2. Analisis

Tahap analisis dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan kendala pada tapak. Potensi ini dilihat dari (1) aspek fisik tapak berupa kondisi umum topografi, iklim, geologi, hidrologi, aksesibilitas, dan visual, (2) aspek pengelolaan berupa jenis kepemilikan lahan dan legalitas hukum batas tapak sehingga lahan ini berpotensi sebagai kawasan rekreasi pertanian, dan (3) aspek pengguna berupa deskripsi keinginan dan harapan pengguna terhadap aktivitas rekreasi pertanian di masa yang akan datang.

Analisis kesesuaian lahan terkait kondisi fisik tapak untuk tujuan perencanaan kawasan rekreasi mengikuti ketentuan dari US Department of Agriculture dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007).

Tabel 4. Kesesuaian Lahan untuk Taman Rekreasi

Sifat Tanah Kelas Kesesuaian

Baik Sedang Buruk

Drainase Cepat, baik, dan

agak baik. Air tanah >50 cm

Agak baik & agak buruk. Air tanah <50 cm

Buruk, sangat buruk. Air tanah <50 cm dan sering dekat permukaan

Banjir Tidak pernah Sekali dalam setahun >1 kali dalam sebulan

Lereng 0-8% 8-15% >15 %

*) lp=lempung berpasir, lph=lempung berpasir halus, lpsh=lempung berpasir sangat halus, l=lempung, ld=lempung berdebu, lli=lempung liat, llip=lempung liat berpasir, llid=lempung liat berdebu, pl=pasir berlempung, lip=liat berpasir, lid=liat berdebu, li=liat, p=pasir

(33)

Acuan kesesuaian lahan berdasarkan Tabel 4 digunakan untuk analisis kondisi topografi dan kemiringan lahan, hidrologi, dan geologi. Sementara data iklim untuk tingkat kenyamanan pengguna dianalisis dengan menghitung nilai

Temperature Humidity Index (THI). Persamaan untuk menentukan nilai THI

adalah sebagai berikut:

Konsep rekreasi bernuansa pertanian menjadi konsep awal dalam mendaftar aktivitas pada proses perencanaan lanskap yang akan dikembangkan berdasarkan tata guna lahan pada kawasan. Konsep ini merupakan konsep awal sebelum lebih lanjut dikembangkan dengan mempertimbangkan keinginan pengguna.

Tahap 3. Sintesis

Sintesis merupakan tahap lanjutan dari analisis yang dilakukan dengan cara menggabungkan data spasial dan data untuk pengembangan rekreasi dari aspek fisik dengan aspek pengguna. Pada tahap sintesis diarahkan untuk kegunaan fungsional area yang disesuaikan dengan tata guna lahan kawasan. Hasil gabungan dari setiap aspek yang dianalisis akan membentuk zona ruang-ruang fungsional pada tapak.

Tabel 5. Aktivitas Rekreasi Pertanian

Penggunaan Lahan Aktivitas

Pasif Aktif

1. Daratan

1.1 Fungsi-fungsi bangunan Membaca, menonton Bermain dengan alat bantu

1.2 Kebun - Berkebun (menyiram,

menanam, mencangkul), jalan-jalan

1.3 Tegalan Duduk-duduk, makan bersama Berlari, berkemah

1.4 Rumput dan ilalang Pengenalan lingkungan Menjelajah, jalan-jalan

2. Badan air

2.1 Kolam-kolam ikan Memancing Berkano/berperahu

2.2 Kolam lumpur - Memandikan ternak

THI = 0.8T + (Rh x ( T/500))

Keterangan:

T = temperatur rata-rata (oC) Rh = kelembaban (%)

(34)

Tabel 5 menggambarkan hubungan antara tata guna lahan dengan jenis aktivitas yang akan dikembangkan pada ruang-ruang fungsional tapak. Aktivitas rekreasi dibagi berdasarkan sifatnya, yakni rekreasi pasif dan rekreasi aktif. Rekreasi pasif mengajak pelaku rekreasi untuk melakukan aktivitas yang tidak membutuhkan banyak gerak dan ruang, sedangkan rekreasi aktif menekankan pada aktivitas yang memerlukan gerak fisik dan membutuhkan ruang gerak yang lebih luas. Sifat dari rekreasi pasif adalah menerima, sedangkan rekreasi aktif adalah melakukan.

Tahap 4. Perencanaan Lanskap

Rencana ruang yang diperoleh dari hasil analisis dan sintesis diterapkan ke dalam konsep untuk perencanaan lanskap. Jalur rekreasi juga ditentukan berdasarkan konsep ruang ini. Pada tahap ini, konsep yang dikembangkan ke dalam rencana adalah konsep pertanian edukasi untuk perencanaan lanskap kawasan rekreasi pertanian. Produk akhir dari proses ini adalah gambar rencana lanskap kawasan rekreasi pertanian yang fungsional dan estetis.

Pada hasil perencanaan lanskap, kegiatan rekreasi yang direncanakan akan berpengaruh terhadap fasilitas rekreasi yang harus disediakan. Jenis dan jumlah fasilitas rekreasi maupun elemen lanskap ditentukan berdasarkan rencana jumlah pengunjung dan aktivitas pasif-aktif di kawasan rekreasi. Penentuan daya dukung dihitung berdasarkan tata guna lahan dan potensi aktivitas yang dapat dilakukan. Perhitungan daya dukung menggunakan rumus sebagai berikut:

DD = A T = total kunjungan per hari yang diperkenankan K = koefisien rotasi

N = jam kunjungan per hari yang diizinkan R = rata-rata waktu kunjungan

(35)

KONDISI UMUM

Letak Administratif

Desa Sadeng merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Desa ini memiliki luas wilayah 463 Ha yang terbagi menjadi 6 RW dan 30 RT. Arah timur Sadeng merupakan jalur utama yang menghubungkan daerah Cibungbulang, Darmaga, sampai ke Kota Bogor. Arah barat Sadeng masih termasuk kawasan Leuwiliang dengan jalur yang menghubungkannya sampai dengan Jasinga, Nanggung, dan Cigudeg.

Secara administratif Desa Sadeng berbatasan langsung dengan tiga desa lainnya, yakni Desa Sibanteng di bagian timur, Desa Kalong II di bagian barat, dan Desa Banyu Resmi di bagian utara. Bagian selatan desa dibatasi oleh Sungai Cikaniki yang memisahkan Desa Sadeng dengan Desa Babakan Sadeng. Desa Sadeng memiliki tiga anak sungai yang mengalir di dalamnya, yaitu Sungai Cijambu, Sungai Cisarua, dan Sungai Cimanggung.

Gambar 6. Orientasi Wilayah (Google Earth 2007) U

0 250 500m

Desa Babakan Sadeng Desa Kalong II

Desa Banyuresmi

Desa Sibanteng

(36)

Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sadeng adalah sebanyak 11.257 jiwa, dengan pembagian jumlah laki-laki 5.848 dan jumlah perempuan 5.409. Sekitar 30% diantaranya tergolong ke dalam keluarga pertanian, dan selebihnya memiliki jenis pekerjaan beragam. Ada yang bekerja sebagai buruh tani, pedagang, buruh pabrik, buruh bangunan, supir, dan lain-lain (Arsip Desa 2011).

Berbagai sarana umum yang terdapat di desa meliputi sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan, sarana perekonomian, dan sarana akomodasi dan pariwisata. Ada 22 lembaga pendidikan yang berada di desa, terdiri dari 7 TK, 8 SD, 4 SMP, dan 3 SMA atau sederajat dengan level-level pendidikan tersebut. Desa Sadeng memiliki 8 masjid jami’ sebagai tempat beribadat umat muslim. Pada sarana kesehatan, desa memiliki 15 unit sarana meliputi balai pengobatan, puskesmas, bidan, dan posyandu. Jumlah tenaga kesehatan yang menetap di desa juga tidak banyak, yakni 5 orang, terdiri dari 1 dokter, 1 bidan, dan 3 dukun beranak.

(37)

06o33’43,5” LS 06o33’47,7” LS 06o33’51,0” LS

Lahan kepemilikan Padepokan Aziziyah Tanpa skala

Batas Tapak dan Geografis

Padepokan Aziziyah yang menjadi lokasi penelitian berada di bagian barat daya Desa Sadeng, tepatnya pada koordinat 06o33’43.5” - 06o33’51.0” LS dan 106o34’46.4” - 106o34’48.5” BT. Batas tapak di sebelah utara adalah Jalan Raya Leuwiliang, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Cikaniki, sebelah timur berbatasan dengan lahan industri kayu (meubel) dan sawah penduduk, dan sebelah barat berbatasan dengan lahan pertanian milik penduduk. Letak geografis tapak dan batas tapak dapat dilihat pada Gambar 7.

Sungai Cikaniki

U

Gambar 7. Letak Geografis dan Batas Tapak

0 50 100m

(38)

Area Tapak

Total luas lahan padepokan adalah 13.661 m2 atau sebesar 1,37 Ha. Lahan terbagi menjadi dua area, yakni tapak area utara seluas 7.275 m2 dan tapak area selatan seluas 6.386 m2. Kondisi eksisting pada tapak secara umum belum tertata rapi karena masih dalam tahap pembangunan. Pada tapak area utara terdapat petak-petak kolam, beberapa bangunan semi-permanen, seperti musala dan saung yang terbuat dari bambu, dan dua bangunan permanen yang terletak di bagian selatan dari tapak area utara.

Pada tapak area selatan, sebagian lahan dimanfaatkan menjadi kebun budi daya dan sebagian lainnya masih dibiarkan sebagai lahan kosong yang ditumbuhi oleh rumput dan semak. Terdapat sebuah saung bambu dan sumur buatan yang dimanfaatkan sebagai sumber air untuk kegiatan penyiraman tanaman. Terdapat pula lahan tegalan yang kadang dimanfaatkan untuk menanam sayuran atau palawija, namun lahan ini lebih sering dibiarkan kosong atau bera.

Kondisi sirkulasi pada tapak juga belum rapi walaupun sudah terlihat jalurnya. Sirkulasi eksisting pada tapak adalah sirkulasi dua arah yang hanya dilalui pada satu jalur yang tersedia. Sirkulasi dimulai dari akses masuk pada tapak area utara yang berbatasan dengan Jalan Raya Leuwiliang menuju tapak area selatan yang berada di sisi Sungai Cikaniki. Tapak area utara dan selatan dihubungkan oleh sebuah akses penghubung berupa jalan setapak.

Matahari bergerak dari arah timur ke arah barat dan arah angin bergerak dari barat laut ke tenggara. Kondisi ini menjadi pertimbangan dalam menentukan elemen lanskap bangunan dan vegetasi yang akan mempengaruhi arah jatuh bayangan dan tingkat kenyamanan pengguna. Selanjutnya hal ini akan dibahas pada sub bab analisis aspek fisik. Peta eksisting dapat dilihat pada Gambar 8.

(39)

06o33’43,5” 06o33’47,7” 06o33’51,0”

Padepokan Aziziyah direncanakan menjadi sebuah padepokan berbasis pertanian. Aktivitas pertanian pun telah dimulai sejak awal. Pada tapak area utara, penggunaan lahan didominasi perairan berupa petak-petak kolam yang dipersiapkan untuk kegiatan perikanan. Selain petak kolam, terdapat pula musala dan saung yang dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, yakni sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Pada tapak area selatan, penggunaan lahan lebih banyak difokuskan pada pertanian darat, seperti berkebun dan beternak. Sebagian besar lahan berupa kebun dan tegalan, sebagian kecilnya menjadi area untuk menempatkan kandang ternak, dan sebagian lainnya belum dimanfaatkan sehingga masih banyak ditumbuhi rumput dan tanaman liar. Penggunaan lahan sebagai kandang ternak direncanakan untuk relokasi ke tempat lain oleh pemilik lahan, sehingga persentase lahan berupa tegalan pada area selatan menjadi lebih luas.

Batas tapak

Gambar 8. Peta Eksisting

(40)

06o33’43,5” LS 06o33’47,7” LS 06o33’51,0” LS

Pada dasarnya fungsi lahan Padepokan Aziziyah diperuntukkan bagi para calon santriwan dan santriwati padepokan yang akan menjadi pengguna tetap lahan. Tata guna lahan pada tapak ditentukan berdasarkan keterangan dari pemilik lahan. Tata guna lahan terbagi menjadi dua fungsi, yakni fungsi lahan berbasis perairan di tapak area utara dan fungsi lahan daratan di tapak area selatan.

Tapak area utara untuk kegiatan pertanian berbasis air memiliki luas 7.275 m2 atau sebesar 53,25% dari total luas tapak. Selain area didominasi oleh kolam air, tapak area utara juga memiliki lahan untuk fungsi-fungsi bangunan. Tapak area selatan untuk kegiatan pertanian darat berbasis tanaman memiliki luas 6.386 m2 atau sebesar 46,75% dari total luas tapak. Pada masing-masing area akan dikembangkan berbagai aktivitas dengan potensi rekreasi tertentu sesuai dengan tata guna lahan yang telah ditentukan.

Tata guna lahan perairan di tapak area utara berpotensi untuk rekreasi outdoor yang berkaitan dengan air dan pertanian perikanan, misalnya bersampan dan memancing. Berbeda dengan fungsi bangunan yang potensi aktivitasnya adalah kegiatan dalam ruang (indoor). Fungsi-fungsi bangunan ini berpotensi

0 50 100m

U

Batas tapak

Tata Guna Lahan Perairan Tata Guna Lahan Daratan

(41)

menjadi bagian dari area transisi di mana terdapat fungsi pelayanan, seperti masjid, restoran, dan toilet bagi para pengguna.

Tapak area selatan yang dominan berupa lahan kering berpotensi untuk berbagai macam aktivitas rekreasi yang berkaitan dengan pertanian berbasis tanaman, seperti berkebun. Tegalan yang memiliki persentase luas yang cukup besar berpotensi untuk diubah fungsi lahannya menjadi sawah. Perubahan fungsi lahan tegalan menjadi sawah akan mendukung aktivitas pertanian yang berada pada tapak. Lahan pertanian ini tidak hanya bermanfaat untuk lahan produksi tanaman budi daya, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi pengguna dalam mengenal dunia pertanian secara lebih menyeluruh. Disamping kebun dan tegalan yang akan diubah menjadi sawah, terdapat pula area berumput yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Area berumput yang juga ditumbuhi oleh berbagai semak dan ilalang ini berpotensi diubah menjadi area berkemah ataupun area piknik keluarga. Sebagian kecil fungsi bangunan yang bisa dikembangkan pada tapak area selatan berbeda dengan tapak area utara. Fungsi bangunan pada tapak area selatan hanya diperuntukan bagi bangunan semi-permanen, seperti saung. Potensi rekreasi yang dapat dikembangkan pada setiap tata guna lahan di tapak area utara didominasi oleh jenis rekreasi outdoor. Secara lengkap potensi rekreasi pada setiap tata guna lahan terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tata Guna Lahan dan Potensi Rekreasi

Tata Guna Lahan Luas

Potensi Rekreasi Syarat

(m2) (%)

Tapak Area Utara

Kolam ikan 2.531,68 18,53 Memancing,

bersampan; memandikan ternak

Kolam dalam; kolam dangkal

Bangunan 1.080 7,9 Kegiatan dalam

ruangan

Tanah sesuai untuk pondasi bangunan Jalan dan

parkir

2.397,17 17,55 Parkir kendaraan, jalan-jalan

Kemiringan lahan 1-15%

Taman dan penghijauan

1.266,15 9,27 Viewing, duduk-duduk

Iklim mikro nyaman

Tapak Area Selatan

Kebun 3.543,82 25,94 Berkebun Tanah subur

Bangunan 36,68 0,27 Membuat prakarya

pertanian

Iklim mikro nyaman

Tegalan 1.372,3 10,05 Bersawah,

jalan-jalan

Kemiringan lahan 0-8%

Rumput 1.433,2 10,49 Menjelajah, piknik,

berkemah

Kemiringan lahan 0-15%

(42)

Tapak area utara dan tapak area selatan memiliki karakteristik tata guna lahan yang berbeda. Akses penghubung dibutuhkan Persyaratan lahan untuk pengembangan potensi rekreasi pada keduanya juga berbeda. Persyaratan lahan seperti yang tercantum pada Tabel 6 menjadi acuan dalam pengembangan sub-sub ruang aktivitas. Penyesuaian lahan terhadap jenis potensi rekreasi akan dimodifikasi sesuai kebutuhan dalam skala mikro. Analisis tata guna lahan ini menjadi acuan dalam pengembangan konsep ruang, sehingga tidak diperlukan perubahan yang terlalu banyak, khususnya dalam spasial dan luas masing-masing tata guna lahan. Gambaran persentase tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Persentase Tata Guna Lahan

Akses penghubung

Tapak area utara Tapak area selatan

Kolam 18,53%

Jalan dan parkir 17,55%

Taman 9,27% Fungsi bangunan

7,9%

Kebun 25,94%

Tegalan 10,05%

(43)

Topografi

Secara umum kondisi topografi di Desa Sadeng sangat bervariasi, mulai dari daerah tepi sungai Cikaniki di bagian selatan yang berkontur landai sampai datar, hingga wilayah berbukit menuju Desa Banyuresmi di bagian utara. Jika diasumsikann wilayah Desa Sadeng dibagi oleh jalur Jalan Raya Leuwiliang, maka bagian selatan dari jalan adalah wilayah dengan elevasi rendah dan berkontur relatif datar, sedangkan bagian utara dari jalan berkontur agak curam dengan elevasi lebih tinggi. Garis kontur terendah Desa Sadeng berada pada ketinggian 229 mdpl, sedangkan garis kontur tertingginya berada pada ketinggian sekitar 250 mdpl.

Lahan Padepokan Aziziyah yang menjadi lokasi penelitian berada pada bagian barat daya Desa Sadeng dengan elevasi yang cukup rendah, yakni pada kisaran 230-240 mdpl. Secara umum kondisi topografi tapak relatif landai hingga datar, hanya terdapat sedikit daerah curam dengan kemiringan >15% di bagian utara tapak.

Tapak area utara memiliki kemiringan lahan yang lebih beragam dibandingkan tapak area selatan. Kemiringan lahan pada tapak area utara mulai dari kemiringan 0-8% hingga kemiringan >15%. Berbeda halnya dengan kondisi kemiringan lahan pada tapak area selatan yang relatif seragam, yakni hanya berada pada rentang kemiringan 0-8%.

Gambar 11. Peta Dasar Desa Sadeng

(Sumber: BIG 1994)

(44)

234 233 232

Gambar 13. Peta Kemiringan Lahan

Kemiringan >15%

Gambar 12. Peta Topografi

(45)

Pada tapak area utara yang berpotensi menjadi area penerimaan (welcome area), kondisi lereng dimodifikasi dengan sistem cut and fill dan juga pembangunan tangga bagi pejalan kaki dan pendataran lahan untuk area parkir. Karakteristik topografi pada tapak yang dominan datar memiliki kesan monoton dan berpotensi menimbulkan kebosanan. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan sedikit modifikasi untuk ruang-ruang rekreasi yang akan dibuat, yaitu dengan membuat anak tangga pada jalur sirkulasi atau membuat undakan-undakan di kebun atau di batas ruang aktivitas.

Geologi dan Tanah

Kondisi geologi dan tanah pada tapak dapat diklasifikasikan untuk dua kepentingan. Pertama adalah tanah sebagai media tumbuh tanaman (agriculture classification). Kedua adalah tanah sebagai tempat untuk kegiatan pembangunan struktur bangunan (engineering classification). Tanah untuk media tumbuh tanaman harus memiliki sifat-sifat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, seperti bertekstur dan berstruktur baik, memiliki pori-pori yang baik, tidak terlalu lekat, mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, dan memiliki ketersediaan air yang cukup. Sementara itu, sifat-sifat tanah untuk kepentingan kegiatan pembangunan struktur bangunan ataupun bentuk-bentuk aktivitas lainnya memiliki pertimbangan yang berbeda.

Desa Sadeng didominasi oleh jenis tanah aluvial dan podsolik merah (DTRP Kabupaten Bogor, 2010). Dapat dilihat pada Gambar 17, daerah berwarna coklat yang dilalui oleh alur Sungai Cikaniki memiliki karakter tanah aluvial,

Jalur kendaraan bermotor

Jalur pejalan kaki

Area parkir

Gambar 14. Modifikasi Kemiringan Lahan 1)

(46)

sementara daerah berwarna hijau memiliki karakter tanah podsolik merah. Secara umum Padepokan Aziziyah yang terletak dekat dengan aliran Sungai Cikaniki berjenis tanah aluvial. Tanah ini berasal dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran sungai, berwarna kelabu, dan subur. Peruntukannya sebagai media tanam baik karena tanah aluvial memiliki kandungan hara yang tinggi. Cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan. Namun, peruntukannya dalam kegiatan pembangunan struktur bangunan membutuhkan sedikit rekayasa, seperti penambahan unsur pasir, kerikil, dan batuan.

Tanah yang diperuntukkan untuk tujuan rekreasi memiliki kriteria tertentu sehingga suatu tapak dapat diklasifikasikan baik, sedang, atau buruk. Karakter fisik tanah pada tapak adalah lempung berpasir. Pada tapak area utara sifat tanah lebih padat dan memiliki kerikil dan kerakal lebih banyak dibandingkan dengan tapak area selatan. Hal tersebut merupakan bagian dari tindakan rekayasa yang dilakukan oleh pihak pemilik lahan terkait penggunaan lahan untuk fungsi-fungsi bangunan. Karakter tanah maupun sistem drainase yang saat ini ada pada tapak sudah cukup baik, terlihat dari tidak terjadinya banjir selama setahun terakhir ataupun genangan air yang melimpah ketika turun hujan. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) tentang kesesuaian lahan untuk tujuan perencanaan kawasan rekreasi, karakter fisik tanah aluvial pada tapak tergolong ke dalam kelas kesesuaian antara sedang sampai baik (Gambar 16).

Gambar 15. Peta Jenis Tanah Desa Sadeng

(47)

Hidrologi

Air yang digunakan untuk aktivitas pada tapak berasal dari air tanah permukaan dan air tanah dalam yang diambil melalui sumur-sumur resapan. Sumber-sumber air tersebut dimanfaatkan untuk pengairan kolam-kolam, untuk lahan pertanian berbasis tanaman yang berada di tapak area selatan, serta untuk kebutuhan sehari-hari para pekerja dan pengelola yang menjadi pengguna tapak. Saluran drainase pada tapak area utara mengarah ke kolam-kolam, sementara pada tapak area selatan mengarah ke sungai Cikaniki. Sumber air tidak terbatas dari air tanah yang ditarik dengan pompa, tapi juga dari air hujan yang jatuh langsung ke kolam-kolam ataupun langsung meresap ke tanah pada kebun-kebun pertanian.

Badan air yang terdapat pada tapak adalah badan air buatan berupa kolam ikan dengan luas 2.565,68 m2 di tapak area utara dan sumur buatan dengan lebar 1,5 m di tapak area selatan. Kualitas air kedua badan air tersebut dilihat secara fisik berwarna keruh, tidak berasa, dan tidak berbau. Kekeruhan air disebabkan oleh infiltrasi material tanah akibat pembuatan sumur baru dan juga disebabkan oleh sumber air tanah yang kualitasnya memang tidak begitu baik. Meskipun

(48)

kualitas air sumur di tapak area selatan berwarna keruh, air ini tetap dapat digunakan untuk kegiatan pertanian.

Saluran drainase pada tapak sebagian besar merupakan saluran drainase terbuka. Saluran drainase ini berbentuk parit-parit yang diarahkan menuju kolam di area utara dan menuju sungai di area selatan. Pada tapak area utara, jenis parit ada yang berbeton dan ada yang alami atau hanya tanah yang ditumbuhi rumput-rumput kecil di tepiannya. Pada tapak area selatan, saluran drainase tidak tampak seperti parit dan hanya berupa alur-alur yang dibentuk oleh gundukan tanah untuk mengarahkan aliran air yang melaluinya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kebun-kebun tanaman sehingga hanya sedikit perkerasan yang terdapat di area selatan. Air hujan yang jatuh akan terserap ke dalam tanah dengan mudah.

Gambar 17. Sumur Buatan di Tapak Area Selatan

0 50 100m

Gambar 18. Peta Hidrologi

Batas tapak Badan air

(49)

Iklim dan Kenyamanan

Iklim pada tapak mengikuti jenis iklim Bogor secara umum, yakni iklim tropis basah dengan suhu yang relatif sejuk. Curah hujan berdasarkan pengamatan dari Stasiun Cikasungka, stasiun pengamat yang posisinya paling dekat dan elevasinya serupa dengan tapak, selama lima tahun terakhir adalah 2048.6 mm per tahun (BMKG, 2012). Rata-rata curah hujan ini masih tergolong lebih rendah dari rata-rata umum curah hujan Bogor sebesar 4000 mm per tahun.

Tabel 7. Data Iklim Wilayah Bogor Tahun 2008-2012

Tahun Suhu (

(Sumber: BMKG Dramaga-Bogor 2012)

Data curah hujan diolah dalam bentuk curah hujan bulanan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bulan-bulan dengan curah hujan rendah dan tinggi, sehingga periode tanam untuk lahan pertanian dan saat paling sesuai untuk berekreasi dapat ditentukan dengan mudah. Curah hujan bulanan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 288.1 mm dan curah hujan terendah pada bulan Juli sebesar 84.7 mm. Grafik rata-rata curah hujan bulanan tahun 2008-2012 secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 19.

(50)

Pada elemen iklim tempertaur udara, suhu rata-rata Bogor berada pada kisaran 25o-26oC. Berdasarkan data tahun 2008-2012 Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, rata-rata suhu tertinggi adalah bulan April-Mei, yakni 26.2oC, sementara rata-rata suhu terendah berlangsung pada bulan Januari-Februari, yakni 25.3oC. Rata-rata suhu bulanan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 20.

Rata-rata suhu pada tapak tergolong nyaman untuk pengguna beraktivitas. Lama penyinaran matahari juga baik dengan rata-rata intensitas penyinaran 70%, bulan tertinggi adalah Agustus, sedangkan bulan terendah adalah Januari.

Selain curah hujan dan suhu udara, elemen iklim lainnya adalah kelembaban udara. Kelembaban udara merupakan salah satu unsur iklim yang juga berpengaruh terhadap kenyamanan. Selain curah hujan tinggi, Bogor juga memiliki kelembaban tinggi. Berdasarkan data dari BMKG tahun 2008-2012, rata-rata kelembaban tertinggi berada pada bulan Februari, yakni sebesar 86,4%. Sementara itu, rata-rata kelembaban terendah adalah pada bulan September, yakni 78%. Rata-rata kelembaban udara menurut bulan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 21.

Berdasarkan data iklim yang diperoleh, kondisi iklim pada tapak cukup baik untuk kegiatan pertanian, khususnya untuk berbagai macam tanaman yang membutuhkan intensitas cahaya dan suhu yang baik. Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyatakan bahwa suhu rata-rata tahunan untuk padi sawah

(51)

(Oryza sativa) pada kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai) adalah 24 – 29 oC, artinya kondisi rata-rata suhu tapak yang berada pada kisaran 24.92-26.42 oC termasuk dalam kelas kesesuaian S1 untuk tanaman padi.

Kondisi iklim dipertimbangkan tidak hanya baik untuk pertanian, tetapi juga nyaman untuk pengguna. Berdasarkan data rata-rata suhu dan kelembaban pada Tabel 7, diperoleh THI pada tapak dengan kisaran antara 24.07– 25.52. Manusia sendiri memiliki ambang tingkat kenyamanan THI antara 18-30, artinya THI pada tapak masuk ke dalam ambang nyaman utnuk manusia. Sebagai kawasan rekreasi, tapak tergolong nyaman untuk pengguna karena rata-rata suhu udara juga tidak terlalu tinggi, sedangkan kelembapan udara yang tinggi masih dapat dikendalikan oleh jenis dan letak vegetasi untuk merekayasa arah dan kecepatan angin sehingga kelembaban udara pada skala mikro dapat diturunkan.

Vegetasi

Vegetasi terlihat dominan di tapak area selatan. Sekitar 2000 m2 tapak area selatan tapak ditanami oleh jambu kristal (Psidium guajava) dan 1500 m2 lainnya ditanami oleh jabon (Anthocephalus cadamba) yang diselingi oleh tanaman kacang panjang (Vigna sinensis). Beberapa vegetasi lain yang terdapat menyebar pada tapak secara keseluruhan adalah pohon pisang (Musa paradisiaca), pohon kelapa (Cocos nucifera), palem (Roystonea regia), pucuk merah (Syzygium oleina), dan ilalang (Imperata cylindrica).

(52)

Keberadaan lahan yang ditanami oleh pohon jambu dan jabon akan dipertahankan sebagai kebun tanaman tahunan. Penataan dan jumlahnya secara kuantitatif dapat ditambah untuk memaksimalkan luas lahan yang ada. Tanaman penyela jabon, yakni kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan tanaman semusim yang dapat berubah pada setiap periode tanam. Penggunaan tanaman sela memungkinkan untuk dilakukan, tetapi kondisi ini hanya optimal pada saat kondisi pohon jabon masih dalam usia muda. Jika sudah dewasa, tajuk pohon jabon akan lebar dan rimbun, sehingga cahaya matahari akan sulit diterima oleh tanaman yang berada di bawahnya. Alternatif solusi bagi tanaman musiman adalah dengan menyediakan lahan tersendiri bagi kebun tanaman semusim, khusus untuk jenis palawija ataupun sayur-sayuran. Selain sebagai lahan produksi, kebun ini juga dapat menjadi sarana edukasi bagi pengguna untuk belajar bercocok tanam.

Gambar 22. Peta Vegetasi

(53)

Aksesibilitas

Akses utama menuju tapak adalah melalui Jalan Raya Leuwiliang yang juga merupakan batas utara dari tapak. Akses utama ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah lokasi tapak area utara yang berada tepat di sisi jalan raya utama, sehingga tapak mudah diakses dari berbagai arah. Kekurangannya adalah kemiringan lahan yang tergolong curam, sehingga modifikasi lahan, seperti pembuatan anak tangga bagi pejalan kaki dan pendataran sebagian lereng curam untuk area parkir perlu dilakukan. Jalur ini dapat diakses oleh manusia maupun berbagai jenis kendaraan bermotor.

Alternatif akses menuju tapak di area selatan juga ada, namun posisinya jauh dari jalan raya dan kondisi fisik jalur sirkulasinya belum begitu baik. Jalan ini menghubungkan tapak dengan Jalan Raya Leuwiliang pada sisi yang berbeda. Jalan kecil ini biasa dimanfaatkan oleh masyarakat yang memiliki keperluan di sungai, seperti mengambil air, menambang pasir, maupun anak-anak yang hendak bermain di sungai. Jalan yang dapat menjadi alternatif menuju tapak ini cukup sulit dilalui oleh kendaraan bermotor. Meskipun sama-sama menghubungkan tapak dengan Jalan Raya Leuwiliang, jarak yang harus ditempuh dari jalan di tepi sungai lebih jauh, sehingga tidak pernah digunakan oleh pengguna sebagai akses menuju tapak dan pengguna lebih memilih akses utama di bagian utara.

Akses utama masuk tapak yang memiliki kemiringan lahan curam perlu modifikasi agar lebih nyaman dan aman bagi pengguna. Modifikasi dilakukan dengan pemberian material yang tidak licin dan pembangunan tangga bagi pejalan kaki. Material yang paling sesuai untuk akses masuk adalah aspal karena akses ini yang berpotensi menjadi jalur primer dengan intensitas hilir mudik kendaraan

(54)

yang tinggi, sehingga aspal yang bersifat kuat dan perawatannya mudah adalah yang paling sesuai untuk akses jalan masuk. Lebar dan panjang jalan adalah 6,5 m dan 44 m tergolong cukup ideal sebagai akses masuk. Lebar jalan ini cukup untuk sirkulasi dua arah bagi kendaraan mobil atau sepeda motor, tetapi bagi kendaraan bis hanya bisa dilalui secara bergantian untuk arah yang berlawanan. Elemen lanskap gerbang berbentuk gapura perlu diletakkan pada akses masuk ini untuk memperkuat identitas kawasan.

Akses penghubung terdapat di antara tapak area utara dan tapak area selatan. Jalur sirkulasi pada akses penghubung ini berupa jalan setapak berukuran 40 cm yang hanya dapat dilalui oleh satu orang. Walaupun jalurnya terlihat, namun kondisinya belum dapat dikatakan nyaman untuk dilalui pengguna, khususnya untuk sebuah perencanaan kawasan rekreasi. Karena itu jalur ini perlu dimodifikasi dengan pelebaran menjadi 80-120 cm agar dapat dilalui oleh dua arah pada saat yang bersamaan. Pemberian paving dengan bata konblok atau batu alam juga dapat dilakukan untuk memperjelas sirkulasi yang sudah ada.

Pada kondisi eksisting, akses masuk utama dan akses penghubung antara tapak area utara dan selatan sudah sesuai dengan pemetaan tata guna lahan yang ada. Akses ini tetap direncanakan sesuai dengan fungsi awal, namun dimodifikasi dengan proses cut and fill bagi daerah dengan kemiringan curam, serta pemberian paving bagi akses penghubung yang masih berupa tanah. Selain akses masuk dan akses penghubung, terdapat potensi akses sirkulasi dalam tapak dan potensi jalur alternatif yang direncanakan untuk mendukung aksesibilitas yang telah ada. Analisis sirkulasi ini dapat dilihat pada Gambar 25.

(55)

Potensi akses sirkulasi dalam tapak area utara ditentukan melihat tata guna lahan yang sebagian besar diperuntukan untuk kolam-kolam air. Sirkulasi dibuat satu jalur dengan letaknya sebagai pemisah antara fungsi kolam dan fungsi-fungsi bangunan. Pada tapak area selatan, akses sirkulasi dalam tapak dapat dibuat lebih fleksibel karena kondisi lahan yang relatif datar dan tata guna lahannya serupa, yakni pertanian berbasis tanaman yang terdiri dari kebun, tegalan yang akan diubah menjadi sawah, dan area berumput untuk kegiatan piknik ataupun berkemah. Oleh karena itu arah sirkulasi dibuat menyebar, sehingga pengguna dapat mengakses tempat yang diinginkan dengan mudah.

Potensi jalur alternatif adalah jalur yang dibuat untuk mengatasi kemungkinan intensitas ramai pada akses penghubung utama. Disamping berpotensi sebagai jalur alternatif, jalur ini juga dapat menguatkan keberadaan tapak area utara dan tapak area selatan sebagai satu-kesatuan. Dalam merencanakan sebuah kawasan rekreasi, hal ini menjadi penting agar pengguna merasakan bahwa tapak adalah satu kawasan rekreasi pertanian walaupun memiliki dua basis tata guna lahan yang berbeda.

Akses masuk utama

Potensi akses sirkulasi dalam tapak Akses penghubung

Potensi jalur alternatif

Gambar 25. Peta Analisis Sirkulasi

Gambar

Tabel 3. Aspek, Jenis, dan Sumber Data
Gambar 5. Tahapan Perencanaan Lanskap (Gold 1980)
Gambar 6. Orientasi Wilayah  (Google Earth 2007)
Gambar 7. Letak Geografis dan Batas Tapak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Motivasi pemuda desa bekerja di sektor pertanian di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan termasuk ke dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan tapak di Desa Cikahuripan menjadi kawasan lanskap agrowisata terpadu dengan menyediakan ruang wisata yang dilengkapi

Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata ini adalah menciptakan kawasan agrowisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan ragam komoditas pertanian sebagai obyek wisata dan

Berdasarkan aktivitasnya tapak terdiri atas ruang pasif dan ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang diperuntukan bagi aktivitas pengguna. Termasuk kedalam ruang ini adalah

Secara ekonomi kegiatan jasa di perkotaan lebih menggiurkan bagi petani guna memperoleh pendapatan secara instan dibanding dengan bekerja di sektor pertanian yang lebih

Masyarakat pertanian di Indonesia pada umumnya berdomisili di pedesaan. Keterjangkauan mereka terhadap sumber-sumber informasi relatif terbatas, termasuk upaya-upaya

menerapkan sistem pertanian konvensional. Di antara kedua kelompok ini diduga terdapat penilaian yang berbeda mengenai konsep multifungsi pertanian, secara khusus pada

Observasi lapang merupakan survei ke dalam tapak secara langsung untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik, aksesibilitas, kondisi area pertanian terpadu, dan aspek