• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu Di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu Di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERTANIAN

TERPADU DI DESA CIKAHURIPAN KECAMATAN

LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

AFIFAH SALIMAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

(4)

ABSTRAK

AFIFAH SALIMAH. Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.

Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki 457.9 ha kawasan pertanian (61.1 %). Desa ini berpotensi dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Namun, Lembang terancam mengalami konversi lahan pertanian yang cukup besar dan berdampak terhadap perubahan kesejahteraan petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi fisik dan biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya, karakteristik dan persepsi pengunjung, dan karakteristik pertanian, menganalisis potensi dan kendala, dan membuat perencanaan lanskap agrowisata. Metode yang digunakan adalah proses perencanaan oleh Gold (1980). Terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan, inventarisasi (kondisi fisik dan biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya, karakteristik dan persepsi pengunjung, dan karakteristik pertanian), analisis, sintesis, dan perencanaan. Analisis secara spasial dan deskriptif. Hasil penelitian berupa perencanaan lanskap yang terbagi menjadi rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi rencana aktivitas dan fasilitas, dan rencana daya dukung kawasan. Perencanaan ruang terdiri dari ruang penerimaan (0.70 ha), ruang rekreasi dan wisata (67.26 ha) ruang pendukung (311.70 ha), dan ruang konservasi (369.64 ha).

Kata kunci: pertanian terpadu, perencanaan lanskap, agrowisata

ABSTRACT

AFIFAH SALIMAH. Planning Landscape Integrated Farming in Cikahuripan Village Lembang Sub-Distric Bandung Barat Regency. Supervised by TATI BUDIARTI.

Desa Cikahuripan is located in Lembang, Bandung Barat Regency, Province of West Java. This village has 457.9 ha agriculture areas (61.1%). This village is potential developed to be agrotourism area. Furthermore, Lembang is threatened to converted into vast farm field and affect toward farmer prosperity. The aims of this research is to identify and analysis the physical and biophysic condition, sosiology, economic, and cultural, characteristic and perception of tourist, and agricultural characteristic, analysis potential and obstacle, and make agrotourism landscape planning. The research use planning recreational area method by Gold (1980). The steps are preparing, inventarisation (physical and biophysic condition, sosio-cultural and economic, characteristic and perception of tourist, and agricultural characteristic), analysis, synthetic, and planning. Analysis with spatial and descriptive. The result of this research are landscape plan that describe space plan, circulation plan, vegetation plan, activity and facility plan, and carrying capacity area. The planned zone are entrance zone (0.70 ha), tourism zone (67.26 ha), supporting zone (311.7 ha), and conservation zone (369.64 ha).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERTANIAN

TERPADU DI DESA CIKAHURIPAN KECAMATAN

LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

AFIFAH SALIMAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah perencanaan kawasan agrowisata, dengan judul Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu di Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Keluarga tercinta: bapak (Drs.med.vet. Eko Sudjarwo), ibu (Ir. Siti Sholechah) dan keluarga Salimah (Azizah Salimah S.pd, Aisyah Salimah ST, MT, Khodijah Salimah, Fatimah Salimah, Aminah Salimah, dan Abdurrahman Salim) atas segala doa, dukungan moril dan kasih sayangnya. 3. Teman-teman satu perjuangan penelitian: Nira Lir Rasmi, Yuni Asnidar,

Aliya Faizah dan Debra Cadrina, atas bantuan, semangat, dan kerjasama dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Teman-teman dekat: Yenny Nurfajriani, Rekyan Hanung Puspadewi, Annisa Amalia, Nur Eliya Farida, dan Novi Anggraini, atas semangatnya dan dukungannya.

5. Teman–teman (Arsitektur Lanskap 47) yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan.

6. Teman–teman Senior Residen Asrama TPB IPB angkatan 46, 47, 48, 49, dan 50 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan.

7. Adik-adik Asrama TPB IPB angkatan 49, 50, dan 51 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala dukungan dan motivasinya.

8. Digo Prima Kurniawan, Rakhmat Arif, dan Ghulampit F atas bantuannya dalam pengolahan data spasial.

9. Masyarakat, aparat dan pemerintahan Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penelitian ini.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Lanskap Pedesaan 3

Rekreasi dan Wisata 3

Perencanaan Lanskap Agrowisata Pedesaan 3

Agrowisata dan Pertanian Terpadu 4

Profil Desa Cikahuripan 6

METODE 7

Tempat dan Waktu Penelitian 7

Alat dan Bahan 7

Metode Penelitian 8

Batasan Studi 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Administrasi dan Geografis 14

Aspek Fisik 16

Lokasi dan Aksesibilitas 16

Fasilitas dan Utilitas 18

Topografi dan Kemiringan Lereng 19

Tanah 23

Tata Guna Lahan 26

Iklim 30

Hidrologi 31

Kualitas Visual 33

Aspek Biofisik 35

Vegetasi 35

Budidaya Jamur Tiram 37

Satwa 37

Aspek Sosial, Ekonomi, Karakteristik Pertanian, dan Budaya 38

Demografi 38

Karakteristik Pertanian 40

Kebudayaan 42

Kelembagaan 43

Persepsi dan Preferensi Pengunjung 44

(12)

Lanskap Alam 47

Kebun Sayuran 47

Budidaya Tanaman Hias dan Bunga 47

Peternakan 47

Perikanan 49

Pengolahan hasil pertanian dan nonpertanian 49

Objek wisata di sekitar kawasan Desa Cikahuripan 49

Hasil Analisis dan Sintesis 49

Konsep Dasar 59

Pengembangan Konsep 59

Konsep Ruang 59

Konsep Sirkulasi 60

Konsep Vegetasi 60

Konsep Fasilitas 61

Konsep Aktivitas 61

Perencanaan Lanskap 62

Rencana Ruang 62

Rencana Sirkulasi 64

Rencana Vegetasi 70

Rencana Fasilitas dan Aktivitas 73

Rencana Daya Dukung 73

Rencana Lanskap 73

Rencana Tour Agrowisata 73

SIMPULAN 83

SARAN 83

DAFTAR PUSTAKA 84

LAMPIRAN 86

(13)

DAFTAR TABEL

1 Jenis, spesifikasi, dan sumber data yang digunakan dalam penelitian 10 2 Kriteria penilaian dan skor kesesuaian ruang rekreasi 11 3 Kriteria penilaian dan skor kesesuaian kepekaan terhadap erosi 11

4 Penilaian kelayakan potensi agrowisata 12

5 Jarak (km) Desa Cikahuripan terhadap kawasan lain 16 6 Jumlah sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Cikahuripan 18

7 Luas kelas lereng Desa Cikahuripan 19

8 Pola penggunaan lahan di Desa Cikahuripan 27

9 Luas penutupan lahan di Desa Cikahuripan 27

10 Rata-rata curah hujan, suhu, dan kelembaban udara Kecamatan

Lembang dari tahun 2011-2013 30

11 Produktivitas tanaman hortikultura dan pangan di Desa Cikahuripan 35 12 Luas lahan tanaman buah dan produktivitasnya di Desa Cikahuripan 36 13 Produktivitas tanaman obat di Desa Cikahuripan 36

14 Jenis dan produksi budidaya ikan air tawar 38

15 Populasi hewan ternak di Desa Cikahuripan 38

16 Mata pencahariaan pokok penduduk Desa Cikahuripan 39 17 Tingkat pendidikan tertinggi penduduk Desa Cikahuripan 40 18 Preferensi pengunjung berdasarkan hasil kuesioner 46

19 Hasil analisis dan sintesis tapak 50

20 Analisis nilai kelayakan potensi agrowisata Desa Cikahuripan 58

21 Konsep aktivitas 62

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu

Desa Cikahuripan 2

2 Peta lokasi penelitian di kawasan Desa Cikahuripan, Kecamatan

Lembang, Kabupaten Bandung Barat 7

3 Proses perencanaan agrowisata modifikasi Gold (1980) 9 4 Batas administratif Desa Cikahuripan (Sumber: Google Earth 2014) 14 5 Peta lokasi dan batas tapak Desa Cikahuripan 15 6 (a) Kondisi jalan yang menghubungkan antar kampung dan (b) antar

desa 16

7 Peta analisis aksesibilitas Desa Cikahuripan 17 8 Fasilitas (a) masjid dan (b) penginapan yang ada di Desa Cikahuripan 18 9 Kondisi topografi di Desa Cikahuripan berbukit dan berlereng 19

10 Peta topografi Desa Cikahuripan 20

11 Peta analisis analisis kemiringan lereng Desa Cikahuripan 21 12 Peta analisis kesesuaian ruang rekreasi dari kemiringan lereng Desa

Cikahuripan 22

13 (a) Kondisi tanah di kebun dan (b) tanah yang diolah sebagai lahan

pertanian 23

14 Peta jenis tanah Desa Cikahuripan 24

15 Peta analisis kepekan terhadap erosi dari jenis tanah Desa Cikahuripan 25 16 Penggunaan tapak (a) ladang/kebun sayuran dan (b) pemukiman 26

17 Peta penutupan lahan Desa Cikahuripan 28

18 Peta analisis kesesuaian ruang rekreasi dari kondisi tata guna lahan

Desa Cikahuripan 29

19 Kondisi (a) sungai yang melintasi desa dan (b) bak penampungan yang mengalirkan air bersih ke setiap rumah di Desa Cikahuripan 31

20 Peta analisis hidrologi Desa Cikahuripan 32

21 Kondisi visual good view ada tapak 33

22 Kondisi visual bad view pada tapak (a) lokasi tempat pembuangan yang berada dipinggir jalan dan (b) kebun rumput yang kurang tertata

rapih 33

23 Peta analisis visual Desa Cikahuripan 34

24 (a) Tanaman buah yang ditanam di pekarangan dan (b) ditanam

menyebar di dalam kebun 36

25 (a) Tanaman bunga dan tanaman hias yang dibudidayakan di green

house dan (b) pekarangan rumah 37

26 Budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) milik warga 37 27 Hewan ternak yang dimiliki penduduk desa (a) sapi perah dan (b)

budidaya ikan air tawar 38

28 Mata pencaharian utama masyarakat desa (a) petani sayuran dan

(b) petani tanaman hias dan bunga 39

29 (a) Pola tanam tumpang sari antara tanaman brokoli dan cabai dan (b)

instalasi biogas 40

30 Karakteristik pertanian dari hasil wawancara dengan petani 41 31 Aktivitas sehari-hari yang dilakukan masyarakat Desa Cikahuripan

(15)

32 Kesenian bela diri Padepokan Dayang Sumbi 43 33 Aktivitas pengunjung di Desa Cikahuripan (a) mempelajari tanaman

atsiri di Kebun Percobaan Manoko dan (b) olahraga bersepeda 44

34 Persepsi pengunjung dari kuesioner 45

35 Peta potensi agrowisata di Desa Cikahuripan 48 36 Peta analisis komposit kesesuaian ruang rekreasi 55

37 Block plan Desa Cikahuripan 56

38 Diagram konsep ruang 60

39 Diagram konsep sirkulasi 60

40 Matriks hubungan antar ruang 64

41 Rencana ruang Desa Cikahuripan 65

42 Rencana sirkulasi Desa Cikahuripan 69

43 Vegetasi yang terdapat pada tapak (a) Macadamia F. Muellen, (b) Datura metel, (c) Lavandula angustivolia, (d) Amaranthus tricolor 71

44 Rencana vegetasi Desa Cikahuripan 72

45 Rencana lanskap Desa Cikahuripan 79

46 Detail 1 rencana tapak rekreasi pertanian 80

47 Detail 2 rencana tapak rekreasi pertanian 82

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner tentang preferensi pengunjung terhadap Desa Cikahuripan 86

2 Kuesioner petani 89

3 Hasil kuesioner tentang preferensi pengunjung terhadap Desa

Cikahuripan 93

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lembang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Barat berada pada ketinggian antara <1 000 hingga 2 000 meter di atas permukaan laut dengan kisaran suhu antara 17 hingga 27 derajat Celsius merupakan sentra produksi tanaman sayuran dataran tinggi dan peternakan sapi perah (Pemerintah Kabupaten Bandung Barat 2005). Menurut Materi Teknis Rencana Ruang dan Tata Wilayah Kabupaten Bandung Barat tahun 2013 menyatakan bahwa 18 212 penduduk di Kecamatan Lembang memiliki usaha di bidang pertanian.

Terdapat permasalahan yaitu ancaman alih fungsi lahan yang cepat karena perkembangan Kabupaten Bandung yang cukup pesat membawa implikasi terjadinya konversi lahan pertanian yang cukup tinggi. Hasil penelitian Ruswandi menyatakan bahwa di Kecamatan Lembang dan Parongpong dalam periode 10 tahun (1992-2002) telah terjadi konversi lahan pertanian seluas 3 134 hektar atau 314 hektar pertahun (2.96 %). Konversi lahan pertanian di Kecamatan Lembang dan Parongpong yang cukup besar diperkirakan akan berdampak terhadap perubahan kesejahteraan petani (Ruswandi et al. 2007).

Salah satu cara untuk mengurangi konversi lahan tersebut yaitu dengan memanfaatkan penggunaaan lahan sebagai kawasan wisata untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Pariwisata dapat menaikkan taraf hidup mereka yang menjadi tuan rumah melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan. Pariwisata yang dikembangkan secara tepat dapat memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah (Mill 2000).

Lembang memiliki beberapa objek wisata yang dapat menarik wisatawan yaitu Gunung Tangkuban Perahu, Bumi Perkemahan Cikole, Lintas Hutan Jayagiri, Situ Lembang, Maribaya, Teropong Bintang Boscha, Curug Omas, dan Taman Yunghun oleh karena itu Kecamatan Lembang termasuk ke dalam zona pengembangan wisata. Lembang termasuk kawasan yang akan dipromosikan sebagai wilayah perencanaan permukiman, pertanian, pariwisata, dan konservasi (Bappeda Kabupaten Bandung Barat 2013).

Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang memiliki beraneka ragam komoditas pertanian dan peternakan. Terdapat potensi pertanian pada daerah ini yaitu tanaman sayuran, tanaman hias, peternakan, dan terdapat Kebun Percobaan Manoko. Mayoritas warga memiliki peternakan sapi dan kebun sayuran, inilah yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Kampung Manoko Desa Cikahuripan, Lembang (Departemen Pertanian 2005). Beberapa petani menerapkan sistem pertanian terpadu dan biogas untuk memanfaatkan limbah peternakan yang ada. Hal ini menjadi potensi utama Desa Cikahuripan sebagai kawasan agrowisata pertanian terpadu.

(18)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu :

1. Mengindentifikasi kondisi fisik, biofisik, karakteristik pertanian, sosial, ekonomi, dan budaya di Desa Cikahuripan.

2. Menganalisis potensi dan kendala untuk pengembangan agrowisata Desa Cikahuripan.

3. Membuat perencanaan lanskap kawasan agrowisata pertanian terpadu di Desa Cikahuripan.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi perencanaan lanskap kawasan agrowisata pertanian terpadu untuk wilayah Desa Cikahuripan, Lembang, Bandung.

Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir pada Gambar 1 perencanaan lanskap perdesaan memerlukan proses mengidentifikasi kondisi lanskap mulai dari aspek fisik, biofisik, aspek sosial, ekonomi, budaya, dan karakteristik pertanian. Selanjutnya dilakukan penyusunan konsep ruang, jalur sirkulasi, vegetasi, konsep aktivitas dan fasilitas untuk perencanaan lanskap agrowisata pertanian terpadu.

Gambar 1 Kerangka Pikir Perencanaan Lanskap Agrowisata Pertanian Terpadu Desa Cikahuripan

Desa Cikahuripan

Aspek Fisik Aspek Biofisik Aspek Sosial, Ekonomi,

Budaya, dan Karakteristik Pertanian

Sintesis

Konsep Ruang Konsep Jalur Sirkulasi Konsep Vegetasi Konsep Fasilitas

Perencanaan Lanskap Agrowisata Desa Cikahuripan, Bandung (Site plan)

-Aksesibilitas, Fasilitas, dan Utilitas -Topografi dan Kemiringan Lereng -Jenis Tanah

-Iklim -Hidrologi -Tata Guna Lahan -Kualitas visual lanskap

-Vegetasi -Satwa

-Karakteristik sosial, budaya, pertanian, dan ekonomi masyarakat setempat -Persepsi dan preferensi penduduk dan pengunjung

Analisis Kesesuaian Lahan dan Kelayakan Potensi Agrowisata (Smith 1990)

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Pedesaan

Berdasarkan Deppu (2005), lanskap pedesaan merupakan perpaduan antara lanskap alami dan lanskap buatan yang berada pada sebuah desa. Lanskap tersebut memiliki sumber daya alam berupa sumber pangan dan habitat satwa liar, serta memiliki sumber daya manusia yang mampu hidup dan mempreservasi lingkungan ekologi yang alami. Lanskap pedesaan memiliki fungsi kawasan sebagai pemukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, serta kegiatan pertanian sebagai pengelolaan utama sumber daya alamnya.

Kawasan pedesaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Adisasmita 2010). Desa merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah tertentu yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dengan memperhatikan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Depdagri 2007).

Rekreasi dan Wisata

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela, serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata tersebut (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan).

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dikemukakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Berdasarkan pengertian tersebut, pariwisata memerlukan berbagai macam layanan dari semua komponen. Untuk melayani keperluan wisatawan inilah maka disediakan berbagai fasilitas pokok pariwisata, fasilitas pelengkap, dan fasilitas penunjang pariwisata antara lain: akomodasi, penyediaan fasilitas makanan dan minuman (restoran), angkutan wisata, wisata tirta, dan kawasan pariwisata.

Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan (pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009).

Perencanaan Lanskap Agrowisata Pedesaan

(20)

langkah terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Pedesaan dijelaskan bahwa perencanaan pembangunan desa disusun dalam sebuah dokumen periode lima tahunan yang kemudian disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Dokumen tersebut memuat arah kebijakan keuangan, strategi pembangunan, dan program kerja desa yang kemudian ditetapkan sebagai peraturan desa. RPJM Desa memiliki tujuan agar perencanaan pembangunan desa dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan desa, menciptakan rasa tanggungjawab pada masyarakat, dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki masyarakat.

Perencanaan adalah suatu alat sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk pencapaian tersebut (Gold 1980). Perencanaan lanskap dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain:

1. pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya

2. pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberi kemungkinan yang dapat dilakukan pada masa mendatang

3. pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia 4. pendekatan perilaku, yaitu penentuan kemungkinan aktivitas

berdasarkan pertimbangan perilaku manusia.

Terdapat beberapa prinsip pedoman dalam melakukan perencanaan agrowisata antara lain: 1) rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, 2) dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, 3) mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya, 4) selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, serta 5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada (Tirtawinata dan Fachruddin 1996).

Menurut Pamulardi 2006 untuk merencanakan agrowisata langkah-langkah yang perlu ditempuh antara lain: pertama, merencanakan kawasan agrowisata dengan menentukan lokasi yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan tujuan pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan. Langkah selanjutnya ialah menggali potensi yang dapat dikembangkan dan menyusun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pendirian dan pengembangannya. Perlu direncanakan pula strategi untuk mencapai tujuan pengelolaan agrowisata berwawasan lingkungan dengan memperhitungkan kendala-kendala yang akan mungkin timbul beserta alternatif pemecahannya.

Agrowisata dan Pertanian Terpadu

(21)

yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Depatemen Pertanian 2005).

Agrowisata merupakan bagian dari obyek kepariwisataan yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai obyek utama. Tujuannya dapat bervariasi, misalnya memperluas pengetahuan, pengalaman, atau sekedar rekreasi dan mengakrabi bidang pertanian. Pada prinsipnya, agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat pariwisata yang diselenggarakan. Aset utama untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan dan keindahan alam. Oleh karena itu faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi oleh wisatawan (Widiastuti 2005).

Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat dipeoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata (Departemen Pertanian 2005).

Agrowisata merupakan salah satu usaha agrobisnis yang prospektif untuk dikembangkan, sesuai dengan perannya dalam pengembangan ekonomi nasional dan dalam menghadapi persaingan global tersebut. Perkembangan agrowisata membuka peluang bagi tumbuhnya usaha-usaha baru, baik di sektor formal maupun informal. Sektor formal misalnya, adanya peluang bagi penduduk setempat dapat bekerja di dalam kawasan agrowisata, di penginapan, restoran yang berdiri karena kegiatan agrowisata. Tumbuhnya sektor informal, seperti adanya penjual cenderamata, penjual buah-buahan hasil budidaya setempat, penjual makanan (Pamulardi 2006).

Sistem pertanian terpadu (SPT) adalah sistem pengelolaan (usaha) yang memadukan komponen pertanian, seperti tanaman, hewan dan ikan dalam suatu kesatuan yang utuh. Definisi lain menyatakan SPT adalah suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan ternak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang optimal dan sifatnya cenderung tertutup terhadap masukan luar (Preston 2000). Sistem ini akan signifikan dampak positifnya dan memenuhi kriteria pembangunan pertanian berkelanjutan karena berbasis organik dan dikembangkan/diarahkan berbasis potensi lokal (sumberdaya lokal). Tujuan penerapan sistem tersebut yaitu untuk menekan seminimal mungkin input dari luar (input/masukan rendah) sehingga dampak negatif sebagaimana disebutkan di atas, semaksimal mungkin dapat dihindari dan berkelanjutan (Supangkat 2009).

(22)

kebutuhan pakan ternak setiap hari dapat tersedia. Sumberdaya input usaha ternak melimpah seperti hijauan antar tanaman (dari hasil pengamatan yaitu berupa rumput dan legume) dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan ternak tanpa mengganggu produktivitas sedangkan potensi limbah tanaman hortikultura dengan teknologi sederhana dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran hijauan pakan ternak sapi. Dengan adanya sistem pertanian terpadu petani semakin sejahtera karena telah ada peningkatan pendapatan. Jika harga sayur turun petani masih punya penghasilan lain yaitu dari ternak sapi, kambing, ayam yang setiap tahun dapat menghasilkan anak dan pupuk. Petani yang memiliki sapi menjadikan kotoran sapi untuk biogas sehingga tidak perlu membeli gas untuk memasak (Siswati 2012).

Profil Desa Cikahuripan

Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat berada pada ketinggian 1 200 m dpl dengan curah hujan 1 756.5 mm dalam satu tahun, temperatur maksimum 21.5ºC minimum 19.6ºC, kelembaban 85.12% serta jenis tanah Andisol (Pemerintah Kabupaten Bandung 2013). Desa Cikahuripan merupakan salah satu desa di Kecamatan Lembang yang memiliki beraneka ragam komoditas pertanian sayuran dataran tinggi dan peternakan sapi perah di setiap dusunnya.

Terdapat potensi pertanian terpadu pada daerah ini yaitu Kebun Percobaan Manoko, perbanyakan tanaman hias, tanaman sayuran, dan juga peternakan sapi perah. Kebun Percobaan (KP) Manoko adalah salah satu kebun percobaan tempat pelaksanaan kegiatan penelitian dan sebagai etalase tanaman plasma nutfah tanaman obat dan aromatik dataran tinggi. Luas Kebun Percobaan Manoko yaitu 7 ha. Secara struktural berada dibawah pengelolaan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro). Jenis tanah di daerah ini yaitu tanah andosol. Jenis tanaman yang dibudidayakan merupakan tanaman atsiri dan obat. Tipe iklim B dengan curah hujan 2599-3000 mm/tahun. Kondisi KP Manoko sesuai mandat utama KP Manoko memfokuskan pada penelitian tanaman obat dan aromatik, namun mandat KP Manoko sampai saat ini yaitu penelitian obat dan produksi minyak atsiri. Selain komoditas tersebut, KP Manoko memiliki aneka tanaman industri lainnya seperti makadamia, kayu manis, Malaleuca bracteata, dan cengkeh yang terpelihara dengan baik (Litbang Pertanian 2013).

(23)

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian dilakukan selama tujuh bulan, dimulai dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2014 dan penyusunan skripsi hingga Desember 2014.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di kawasan Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung Barat)

Alat dan Bahan

(24)

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam perencanaan kawasan yaitu metode yang dikemukakan oleh Gold (1980). Metode ini terdiri beberapa tahap yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. Analisis spasial menggunakan peta analisis kemiringan lereng, tata guna lahan, dan jenis tanah. Tiga peta hasil analisis tersebut kemudian dioverlay menjadi peta komposit dan membagi tapak menjadi zona kesesuaian ruang untuk wisata berbasis pertanian. Kelayakan potensi agrowisata di Desa Cikahuripan dinilai berdasarkan aspek kondisi atraksi dan keberadaan lahan pertanian, pemandangan alami (scenary), ketersediaan sumberdaya wisata, dan kondisi akses (Smith 1990 dalam Budiarjono 2011 dengan modifikasi). Data diperoleh dari hasil survei lapang, studi pustaka, dan wawancara.

Tahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar tersebut menampilkan tahapan kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Proses tersebut mengikuti tahap-tahap perencanaan secara umum mulai dari persiapan hingga produk perencanan agrowisata. Tahapan yang digunakan terdiri dari:

1. Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan penetapan tujuan perencanaan, dilanjutkan dengan pengumpulan data sekunder serta perizinan ke pihak-pihak terkait untuk melaksanakan penelitian perencanaan agrowisata di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Gambar 3 Proses perencanaan agrowisata modifikasi Gold (1980) Proses

perencanaan agrowisata

(25)

2. Inventarisasi

Tahap awal perencanaan yaitu pengambilan data (Tabel 1) keadaan awal dari suatu tapak. Pengambilan data meliputi data fisik, biofisik, sosial, dan ekonomi. Data diperoleh dari hasil survei lapang, wawancara, dan studi pustaka. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada tapak seperti kondisi umum tapak, fisik dan biofisik, pola penggunaan lahan, sosial dan ekonomi dengan wawancara menggunakan kuesioner kepada pengunjung, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari BAPPEDA, BMKG, Badan Informasi dan Geospasial, dan Pemerintah Daerah Desa Cikahuripan.

3. Analisis

Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan analisis terhadap tapak dari berbagai aspek. Antara lain aspek fisik dan biofisik yang terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi, vegetasi, nilai visual, dan aksesibilitas sehingga diketahui potensi, kendala, dan kesesuaian lahan. Aspek sosial meliputi keadaan masyarakat, kelembagaan, serta persepsi dan keinginan masyarakat dan pengunjung. Aspek ekonomi yaitu mengetahui pengaruh agrowisata terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Analisis dilakukan secara deskriptif berdasarkan kesesuaian area pengembangan dengan mempertimbangkan potensi dan kendala pada tapak. Analisis dilakukan secara spasial dengan menggunakan software Arc GIS dan menggunakan teknik overlay setelah ditentukan masing-masing kriteria dan skoring (Tabel 2 dan 3). Metode spasial dilakukan terhadap aspek kemiringan lereng, tata guna lahan, dan kepekaan erosi menurut jenis tanah.

(26)

Tabel 1 Jenis, spesifikasi, dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

No. Jenis Data Spesifikasi Sumber Data

A. Data Fisik

1. Lokasi tapak Letak, luas, dan batas wilayah

Survei lapang, studi pustaka 2. Aksesibilitas Fasilitas dan jaringan

jalan

Bappeda, Pemerintah Desa

3. Iklim Data iklim BMKG Bandung

4. Topografi Peta topografi BIG

5. Hidrologi Keadaan hidrologi, irigasi, dan badan air

survei lapang, dan Dinas Tata Ruang dan Pertanahan

8. Visual Informasi survei lapang

9. Penggunaan lahan

Peta penggunaan lahan Pemda Kabupaten Bandung Barat, survei lapang

10. Pola tanam pertanian

Data pola tanam survei lapang, kecamatan C. Sosial, Ekonomi, dan Budaya

11. Keadaan sosial masyarakat

Data demografi survei lapang, Profil Desa Cikahuripan

survei lapang, Profil Desa Cikahuripan

13. Pengunjung Identitas, persepsi, dan preferensi pengunjung

survei lapang 14. Kebudayaan Tradisi dan kesenian

(27)

Tabel 2 Kriteria penilaian dan skor kesesuaian ruang rekreasi

Aspek Standar Kesesuaian Kriteria

Kesesuaian

Skor Tata Guna

Lahan

Tidak terdapat struktur bangunan dan vegetasi lain selain ground cover. Tapak didominasi oleh penggunaan lahan yang terbuka.

Sesuai 3

Tapak masih cukup didominasi oleh penggunaan lahan yang terbuka, namun terdapat beberapa struktur dan bangunan serta vegetasi selain ground cover.

Cukup Sesuai 2

Tapak dominan dengan bangunan Tidak Sesuai 1

Kemiringan 0-8% (Datar dan Landai) Sesuai 3

Lahan 8-15% (Agak Curam) Cukup Sesuai 2

>15% (Curam dan terjal) Tidak Sesuai 1 *baik=3, sedang=2, buruk=1 Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 dengan modifikasi

Tabel 3 Kriteria penilaian dan skor kesesuaian kepekaan terhadap erosi

Aspek Standar Kesesuaian Kriteria

Kesesuaian Skor Kriteria jenis

tanah

Aluvial, Tanah Glei Planosol Hidromorf Kelabu, Literita air tanah, Latosol

Sesuai (Tidak peka

erosi)

3

Brown Forest Soil, Non Calcis Brown, Mediteran, Andosol, Laterit, grumosol, podsol, podsolik

Cukup Sesuai (Cukup peka

erosi)

2

Regosol, Litosol, organosol, renzina Tidak Sesuai (Peka erosi)

(28)

Perhitungan penilaian objek dan atraksi wisata menggunakan formula sebagai berikut:

Keterangan: KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata Sij = Kriteria agrowisata tiap kawasan

Aij = Bobot kriteria agrowisata

Penentuan klasifikasi tingkat potensi objek dan atraksi sebagai berikut:

Dari penghitungan skor masing-masing parameter, maka dilakukan pembobotan dan dikriteriakan dalam kelas kesesuaian, sehingga hasil penilaian kawasan wisata diklarifikasikan menjadi:

SP (Sangat Potensial): Artinya objek dan atraksi wisata sangat potensial untuk dilakukan pengembangan dan penataan kawasan wisata.

CP (Cukup Potensial): Artinya objek dan atraksi wisata cukup potensial untuk dilakukan pengembangan dan penataan kawasan wisata.

KP (Kurang Potensial): Artinya bahwa objek dan atraksi wisata kurang potensial untuk dilakukan pengembangan dan penataan kawasan wisata.

Analisis daya dukung tapak menurut Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo (2003), dihitung berdasarkan standar rata-rata individu dalam m²/orang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 4 Penilaian kelayakan potensi agrowisata

Faktor Bobot

Kondisi akses 10 Kondisi sangat baik

Kondisi baik Kondisi sedang Kondisi buruk

Sumber: Smith (1990) dalam Budiarjono 2011

∑KKA: ∑Sij.Aij

Klasifikasi Tingkat Potensi: N a i a −N i i a

N i a K a i i a i

(29)

Keterangan: DD = Daya Dukung

A = Area

S = Standar rata-rata individu

T = Total harian yang diperkenankan

K = Koefisien rotasi

N = Jam kunjungan per area yang diizinkan

R = Rata-rata waktu kunjungan

Pengukuran kenyamanan iklim diperlukan untuk mengetahui tingkat kenyamanan kawasan yang berpengaruh terhadap pengunjung. Ukuran kenyamanan tersebut dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut:

Keterangan: THI = Thermal Humidity Index

T = Suhu udara (ºC)

RH = Kelembaban nisbi udara (%)

4. Sintesis

Setelah melalui analisis mengenai potensi dan kendala di tapak, tahap selanjutnya adalah tahap penyusunan pengembangan tapak. Sintesis merupakan tahap pemecahan permasalahan sehingga suatu tapak dapat disesuaikan dengan tujuan perencanaannya. Tahap ini menentukan konsep pengembangan tapak yang sesuai pada tujuan. Konsep perencanaan tersebut meliputi konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep aktivitas dan fasilitas.

5. Perencanaan

Pada tahap perencanaan konsep dikembangkan lebih lanjut menjadi rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas, dan fasilitas. Teknik overlay digunakan dalam merumuskan konsep dasar pengembangan agrowisata. Hasil pada tahap ini berupa rencana tapak yang menggambarkan aktivitas dan fasilitas yang dapat dikembangkan, penataan jalur hijau, jalur sirkulasi yang direncanakan, serta tata letak elemen lanskap dan fasilitas yang mendukung keberadaan agrowisata.

Batasan Studi

Batasan tahapan dalam penelitian ini hanya sampai tahap perencanaan lanskap. Perencanakan lanskap ini mencakup kegiatan agrowisata pertanian terpadu. Pemanfaatan tapak dibatasi untuk mengakomodasi kebutuhan wisata serta meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Administrasi dan Geografis

Kawasan yang menjadi lokasi penelitian perencanaan lanskap agrowisata pertanian terpadu ini berada di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (Gambar 4). Desa Cikahuripan secara geografis terletak diantara 06º45’30’’ LS - 6º50’30’’ LS dan 107º35’0’’ BT - 107º38’20’’ BT (Gambar 5). Berada pada ketinggian antara 987.5 mdpl sampai 2 025 mdpl dengan luas 749.3 ha. Secara administratif Desa Cikahuripan termasuk dalam Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Desa dibagi menjadi 10 RW yaitu Cibodas, Sukalaksana, Manoko, Pojok Girang, Pojok Tengah, Karamat 1, Karamat 2, Cisaroni, Bina Hurip dan Sukamekar. Batas-batas administratif Desa Cikahuripan adalah:

Sebelah Utara : Perhutani, Kabupaten Subang Sebelah Selatan : Gudang Kahuripan, Lembang Sebelah Timur : Jayagiri, Lembang

Sebelah Barat : Sukajaya, Lembang

Tapak dikelilingi oleh bentang alam pertanian dan perbukitan yang menciptakan suasana pedesaan. Kawasan penelitian memiliki sumber daya pertanian dan pemandangan berupa pegunungan yang sangat potensial untuk dikembangan sebagai obyek dan daya tarik wisata. Desa yang akan dikembangkan merupakan salah satu sentra tanaman sayuran dan bunga potong di Lembang. Potensi pertanian dan peternakan sapi perah dapat dikembangkan menjadi obyek dan atraksi agrowisata.

(31)

Ga

mbar

5 P

eta l

oka

si d

an ba

tas ta

pa

k D

esa

C

ikah

ur

(32)

Aspek Fisik

Lokasi dan Aksesibilitas

Desa Cikahuripan terletak di sebelah utara Kota Bandung. Aksesibilitas ke Desa Cikahuripan tergolong mudah yaitu 47 km dari terminal Leuwipanjang, Kota Bandung dengan waktu tempuh sekitar 1,5 sampai 2 jam. Adapun jarak Desa Cikahuripan terhadap kawasan lainnya dapat dilihat pada Tabel 5. Lokasi desa terletak dekat dengan jalan utama yaitu Jalan Raya Lembang. Terdapat dua jalan masuk menuju tapak yaitu melalui jalan Raya Lembang yang merupakan jalur akses utama kendaraan tapak dengan lebar 6-7 meter dan kedua yaitu Jalan Kolonel Masturi selebar 4-5 meter. Jalan ini dilalui mobil pribadi, angkutan umum, dan motor.

Jalan utama menuju desa merupakan jalan aspal yang kondisinya baik. Jalan sekunder yang menghubungkan antar lokasi di desa sudah diaspal namun kondisinya kurang baik dan berlubang (Gambar 6). Akses merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam merencanakan area wisata untuk memfasilitasi pengunjung. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan kualitas jalan agar lebih baik sehingga memudahkan akses bagi pengunjung. Pada Gambar 7 terdapat point 1 sampai 6 menjelaskan kondisi jalan yang terletak di dalam desa maupun kondisi jalan menuju Desa Cikahuripan.

(a) (b)

Gambar 6 (a) Kondisi jalan yang menghubungkan antar kampung dan (b) antar desa

Tabel 5 Jarak (km) Desa Cikahuripan terhadap kawasan lain

No. Lokasi

Jarak ke Desa Cikahuripan

(km)

Waktu tempuh dengan menggunakan kendaraan

(menit)

1. Ibu Kota Kecamatan 4 36

2. Ibu Kota Kabupaten 20 60

3. Ibu Kota Provinsi 30 60

(33)

Ga

mbar

7 P

eta

ana

li

sis

a

ksesibil

it

as De

sa

C

ikahur

(34)

Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas umum yang terdapat di desa (Tabel 6) yaitu fasilitas pemerintahan desa, seperti kantor desa, jalan, transportasi umum, pendidikan, kesehatan, masjid, air bersih, listrik dan energi. Utilitas yang terdapat di Desa Cikahuripan yaitu, jaringan listrik, air, dan PDAM. Kebutuhan air tercukupi karena menggunakan sumber mata air pegunungan. Fasilitas yang menunjang kegiatan wisata sudah terdapat pada tapak penelitian, seperti masjid dan penginapan (Gambar 8). Namun masih ada fasilitas pendukung yang kurang seperti signage, gapura desa yang kurang terawat, area parkir, kios souvenir, tempat beristirahat, dan fasilitas kebersihan yang kurang terpenuhi di tapak.

(a) (b)

Gambar 8 Fasilitas (a) masjid dan (b) penginapan yang ada di Desa Cikahuripan Tabel 6 Jumlah sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Cikahuripan

No. Jenis Jumlah Keterangan

1. Kantor pemerintah desa 9 Terdapat 9 kantor kerja pemerintah desa

2. Jalan/perhubungan Terdiri dari jalan aspal 12 km, jalan makadam

7 km, jalan tanah 2 km, dan jalan konblok/semen/beton 2.75 km. Total panjang jalan di dalam desa adalah 23.75 km.

3. Transportasi umum 3 Terdiri dari truck umum 2 unit, angkutan

per-desa/kelurahan 5 unit, dan ojek 415 unit.

4. Pendidikan SD Manoko, SD Barulaksana

5. Tempat peribadatan 35 Jumlah masjid 10 unit dan jumlah

langgar/surau/mushola 25 buah.

6. Komunikasi dan

informasi

Terdapat warnet 5 unit, parabola 6 unit, papan iklam reklame 1 unit, papan pengumuman 1 unit.

7. Air bersih Sumur pompa 82 unit, sumur gali 8 unit,

hidran umum 32 unit, pam 33 unit, tangki air bersih 34 unit, embung 35 unit, bangunan pengolahan air bersih 32 unit.

8. Sanitasi Saluran drainase, sumur resapan air rumah

tangga 4 unit, jumlah MCK umum 4 unit.

9. Kesehatan 16 Posyandu 10 unit, toko obat 1 unit,

rumah/kantor praktek dokter 1 unit, dan rumah bersalin 4 unit.

10. Energi dan penerangan 2634 Listrik PLN 2634 unit

11. Kebersihan TPS 50 lokasi, TPA 51 lokasi, gerobak

sampah 53 unit, truk angkut sampah 54 unit, tong sampah 8 unit.

(35)

Topografi dan Kemiringan Lereng

Desa Cikahuripan memiliki topografi berbukit dan kemiringan lahan yang bervariasi. Pada peta topografi menunjukkan bahwa Desa Cikahuripan memiliki titik tertinggi 2 025 mdpl dan titik terendah 987.5 mdpl (Gambar 10). Letaknya yang berada di pegunungan dan perbukitan menyebabkan Desa Cikahuripan memiliki kemiringan lereng yang beragam. Kemiringan lereng yang bervariasi ini memberikan view yang indah ke arah perbukitan serta nilai visual yang menarik bagi pengunjung (Gambar 9).

Berdasarkan peta topografi, maka dibuat peta kemiringan lereng tapak. Penentuan kelas kemiringan lereng di bagi menjadi 4 kesesuaian yaitu 0-8% termasuk kawasan datar, 8-15% termasuk kawasan landai, 15-25% termasuk kawasan agak curam, dan >25% termasuk kawasan curam. Gambar 11 merupakan klasifikasi peta kelas kemiringan lereng. Klasifikasi kelas lereng, luas, peresentasi luas dijelaskan pada Tabel 7.

(a) (b)

Gambar 9 Kondisi topografi di Desa Cikahuripan berbukit dan berlereng Kelas lereng 0-8% merupakan kelas lereng datar dengan presentasi luasan 14.2% dari total luas area, kelas lereng 8-15% merupakan kelas lereng landai dengan presentasi luasan 63.9%, kelas lereng 15-25% merupakan kelas lereng agak curam dengan presentase luasan 8.4%, dan kelas lereng >25% yaitu kelas lereng curam dengan luasan 13.7% dari total luas area. Pada lereng datar dan lereng landai didominasi oleh pemukiman penduduk, peternakan, kebun campuran, ladang, dan bangunan lainnya. Pada kelas kemiringan agak curam umumnya digunakan sebagai kebun campuran dan tegalan tanaman hortikultura, sedangkan lereng curam didominasi oleh pepohonan.

Tabel 7 Luas kelas lereng Desa Cikahuripan

Kelas Lereng Luas (Ha) Persentase Luas (%)

0-8% (datar) 106.4 14.2

8-15% (landai) 478.8 63.9

15-25% (agak curam) 62.3 8.4

>25% (curam) 102.8 13.7

(36)

Ga

mbar

10 P

eta topo

g

ra

fi De

sa

C

ikahur

(37)

Ga

mbar

11 P

eta k

emi

ring

an l

ere

n

g

D

esa

C

ikahur

ipa

(38)
(39)

Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian ruang wisata dari kemiringan lereng Desa Cikahuripan yang ditentukan oleh skor kemiringan lereng sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai pada Tabel 2, daerah yang yang sesuai untuk dijadikan kawasan agrowisata yaitu 106.4 ha (14.2% dari total luas area). Kemiringan lereng yang bervariasi di Desa Cikahuripan dari datar sampai curam memiliki daya tarik sendiri sebagai kawasan wisata karena pemandangannya yang menarik dan indah. Area yang curam perlu diperhatikan dalam pengembangannya karena rawan erosi dan juga berbahaya bagi pengguna tapak. Pada lahan dengan kecuraman yang tinggi perlu diupayakan sebagai daerah konservasi dengan ditanami berbagai tanaman pencegah erosi.

Tanah

Jenis tanah pada Desa Cikahuripan mayoritas Andosol Coklat dengan luas 485.2 ha, Regosol Kelabu dan Andosol terdapat 263.8 ha (Gambar 14). Andosol Coklat merupakan perkembangan dari tanah Regosol. Sifat-sifat tanah ini adalah berwarna coklat sampai hitam kelam, berstruktur sedang, struktur remah sampai gumpal, memiliki sifat porosing yang tinggi, sangat gembur, mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf (Erwindy 2000). Regosol Kelabu dan Andosol mempunyai sifat-sifat Regosol dan Litosol yang ada umumnya mempunyai zat organik rendah, permeabilitas kecil-besar, daya absorpsi rendah-sedang dan kepekaan terhadap erosi besar (Erwindy 2000).

(a) (b) Gambar 13 Kondisi tanah yang diolah sebagai lahan pertanian

(40)

Ga

mbar

14 P

eta je

nis t

an

ah De

sa

C

ikahu

ripa

n

(41)

25 Gambar 15 Peta analisis kepekaan terhadap erosi dari jenis tanah Desa Cikahuripan

15

(42)

Tata Guna Lahan

Berdasarkan Profil Desa Cikahuripan tahun 2013 penggunaan lahan terbagi menjadi lahan pertanian dan non pertanian (Gambar 16) yang terdiri dari pekarangan, perkebunan, tegal/ladang, dan non pertanian terdiri dari pemukiman, perkantoran, taman, kuburan, lapangan, dan tanah desa/kelurahan dengan luasan tersaji pada Tabel 8. Klasifikasi penutupan lahan hasil olahan peta yang bersumber dari Badan Informasi dan Geospasial tahun 2011 terbagi menjadi enam kriteria yaitu bangunan, bukit pasir, vegetasi nonbudidaya, kebun campuran, ladang, dan hutan (Gambar 17).

(a) (b)

(43)

Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan menurut karakteristik penutupan oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007, lahan yang sesuai untuk dikembangkan menjadi area rekreasi dan wisata pertanian yaitu dari 61.1% dari total area luas lahan (Gambar 18). Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini berpotensi dikembangkan sebagai kawasan wisata berbasis pertanian.

Tabel 8 Pola penggunaan lahan di Desa Cikahuripan

No Jenis Penggunaan

Luas

Ha %

1. Lahan Pertanian

Pekarangan 1.5 0.2

Perkebunan 452.6 60.4

Tegal/ladang 141.6 18.9

2. Lahan Non Pertanian

Luas pemukiman 5.5 0.7

Luas Perkantoran 7.5 1

Kantor Pemerintahan 0.8 0.1

Luas kuburan 1.3 0.2

Luas Taman 0.8 0.1

Lapangan 0.7 0.9

Kas Desa/Kelurahan: 3.7 0.5

Lainnya 127.3 17

Total luas Desa 749.3 100

Sumber: Profil Desa Cikahuripan 2013

Tabel 9 Luas penutupan lahan di Desa Cikahuripan

No Penutupan Lahan Luas

Ha %

1. Bangunan 89.9 12

2. Kebun campuran 159.6 21.3

3. Ladang/ kebun sayuran 298.3 39.8

4. Vegetasi non budidaya 56.9 7.6

5. Hutan 140.9 18.8

6. Bukit pasir 3.7 0.5

Total luas 749.3 100

(44)

Ga

mbar

17 P

eta

tat

a

g

un

a laha

n di

De

sa

C

ikahur

ipa

(45)

Ga

mbar

18 P

eta

ana

li

sis

ke

se

suaia

n

ru

an

g

r

ekr

ea

si dar

i kondi

si t

ata g

un

a la

ha

n De

sa

C

ikahu

ripa

n

(46)

Iklim

Data iklim Kecamatan Lembang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika stasiun Lembang terletak pada 06º.50’ LS dan 107

º.37’ BT pada elevasi 1 241 m. Data yang diperoleh rata-rata temperatur udara, curah hujan, dan kelembaban selama kurun waktu tiga tahun dari tahun 2011 hingga tahun 2013 (Tabel 10). Berdasarkan data tersebut, diperoleh gambaran kondisi iklim Desa Cikahuripan, yaitu suhu rata-rata bulanan 21.9ºC dengan suhu minimum pada bulan Januari yaitu 20.1ºC dan suhu maksimum pada bulan Maret yaitu 25.2ºC. Curah hujan rata-rata bulanan 156.5 mm dengan curah hujan tertinggi di bulan Desember yaitu 377.5 mm dan curah hujan terendah di bulan Agustus yaitu 7.6 mm. Kelembaban rata-rata bulanan yaitu 81.8%, dengan kelembaban tertinggi pada bulan Mei yaitu 86.3% dan kelembaban terendah pada bulan September yaitu 74.7%.

Kenyamanan Desa Cikahuripan dengan menggunakan rumus THI= 0.8 T + (RHxT)/500 adalah 21.1. Menurut Laurie (1986) nilai THI yang kurang dari 27 termasuk dalam kondisi yang nyaman. Nilai THI Desa Cikahuripan yaitu 21.1 sehingga kondisi iklim di Desa Cikahuripan tergolong nyaman. Hal ini disebabkan suhu rata-rata berkisar antara 20.1-25.2 ºC dan kelembaban udara berkisar antara 74.7-80.3%.

Menurut kriteria Oldeman, Desa Cikahuripan termasuk iklim bulan lembab

(humid month) dengan rata-rata curah hujan 100-200mm. Berdasarkan klasifikasi

iklim Koppen, Desa Cikahuripan termasuk ke dalam Tipe Af, yaitu suhu bulan terdingin >18 C dan selalu basah dengan curah hujan setiap bulan rata-rata >60 mm (Handoko 1995). Suhu di Desa Cikahuripan sesuai untuk pengembangan Tabel 10 Rata-rata curah hujan, suhu, dan kelembaban udara Kecamatan

Lembang dari tahun 2011-2013 Bulan Suhu Rata-Rata

(ºC)

Curah Hujan (mm)

Kelembaban (%)

Januari 20.1 143.7 84.3

Februari 21.7 236.9 82.7

Maret 25.2 150.5 83

April 23.1 206.5 86

Mei 21.9 162.9 86.3

Rata-Rata Bulanan

Juni 21.7 72.9 83.7

Juli 21.1 76.8 82.7

Agustus 21.5 7.6 77

September 21.9 13.1 74.7

Oktober 23 101.3 75.7

November 22 329.6 82

Desember 20.5 377.5 83.7

Maksimal 25.2 377.5 86.3

Minimal 20.1 7.6 74.7

(47)

tanaman sayuran dan tanaman bunga. Suhu yang sejuk juga menambah kenyamanan dan mengundang wisatawan untuk berkunjung ke kawasan ini. Hidrologi

Sumber air yang terdapat di Desa Cikahuripan berasal dari mata air dengan debit sedang, bendungan dan embung dengan debit rendah. Sumber air bersih yang terdapat di desa yaitu terdiri dari mata air dengan jumlah 32 unit, sumur gali dengan jumlah 15 unit, sumur pompa 76 unit, dan depot isi ulang dengan jumlah 5 unit dengan kondisi baik (Profil Desa Cikahuripan 2013). Kualitas air minum mata air, sumur gali, sumur pompa, dan pipa termasuk baik. Mayoritas warga menggunakan mata air yang disalurkan ke rumah-rumah melalui selang yang sebelumnya sudah ditampung di tempat penampungan (Gambar 19b). Arah aliran air Desa Cikahuripan dari utara yang merupakan tempat yang lebih tinggi karena terletak di area pegunungan ke arah selatan yang merupakan tempat yang lebih rendah (Gambar 20). Kualitas dari sumber-sumber air tersebut baik untuk konsumsi maupun digunakan sebagai irigasi lahan, sehingga warga dengan mudah mendapatkan air bersih.

(a) (b)

Gambar 19 Kondisi (a) sungai yang melintasi desa dan (b) bak penampungan yang

mengalirkan bersih air ke setiap rumah di Desa Cikahuripan

(48)

Ga

mbar

20 P

eta

ana

li

sis

hidrolog

i De

sa

C

ikahur

ip

(49)

Kualitas Visual

Aspek visual yang terdapat di dalam tapak yaitu bad view dan good view. Good view merupakan hamparan pertanaman sayuran dengan dikelilingi perbukitan. Hamparan pertanaman sayuran dan kondisi kontur yang bervariasi berbukit dan berlereng memiliki nilai estetik (Gambar 21). Letaknya yang berdekatan dengan Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Burangrang menyuguhkan pemandangan pegunungan yang indah. Salah satu hal yang paling dicari oleh para wisatawan yaitu panorama keindahan alam (Spillane J 1994). Pada Gambar 23 terdapat point 1 sampai 4 menunjukkan arah good view dan point 5 dan 6 menunjukkan arah bad view. Untuk dijadikan area wisata perlu adanya penataan lokasi ke arah good view agar dapat menarik wisatawan.

(a) (b)

Gambar 21 Kondisi visual good view hamparan tanaman sayuran pada tapak Bad view yang terdapat di tapak yaitu kebun rumput dan pekarangan yang kurang tertata rapih. Penataan kebun rumput yang kurang tertata rapih dan beberapa fasilitas desa yang kurang terawat mengurangi kualitas visual (Gambar 22). Penataan pekarangan yang kurang rapih dan bau yang berasal dari kandang sapi mengurangi kenyamanan bagi yang berkunjung. Kondisi jalan yang rusak dan fasilitas gapura desa yang dicorat-coret menjadi pemandangan yang kurang menarik. Diperlukan tempat pembuangan sampah yang menyebar di berbagai desa dan perbaikan tempat pembuangan kotoran ternak di setiap kandang-kandang ternak warga. Untuk menarik wisatawan perlu adanya penataan terhadap pekarangan dan kebun campuran yang ditanam secara teratur sehingga terlihat lebih menarik.

(a) (b)

(50)

Ga

m

ba

r

23 P

eta

ana

li

sis

visual De

sa

C

ikahur

(51)

Aspek Biofisik

Vegetasi

Vegetasi yang ada pada tapak terdiri dari tanaman pangan, tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman obat, tanaman hias dan bunga. Tanaman pangan dan hortikultura yang dibudidayakan pada tapak tersaji pada Tabel 11. Tanaman buah yang terdapat pada tapak tersaji pada Tabel 12. Tanaman obat yang terdapat pada tapak tersaji pada Tabel 13. Selain itu terdapat vegetasi liar yang tumbuh di tapak antara lain rerumputan, bambu (Bambusa vulgaris), dan beberapa semak belukar lainnya.

Desa Cikahuripan merupakan daerah yang cocok sebagai kawasan budidaya tanaman hortikultura karena letaknya di dataran tinggi dan suhu rata-rata berkisar antara 20.1-25.2 ºC. Menurut Profil Desa Cikahuripan 2013 produktivitas tanaman hortikultura yang paling tinggi adalah tomat (Lycopersicum esculantum) yaitu 67.5 ton/ha.

Tanaman buah yang terdapat di Desa Cikahuripan yaitu alpukat, mangga, pepaya, pisang, lengkeng, jeruk nipis, jambu air, nangka, dan jambu biji. Tanaman buah ini menyebar di berbagai area di desa. Menurut Profil Desa Cikahuripan 2013 produktivitas tanaman buah tertinggi yang ada di Desa Cikahuripan yang ditanam di kebun-kebun warga adalah tanaman pisang (Musa sapientum) dengan luasan 15 ha dan produktivitas 50 ton/ha (Tabel 11). Tanaman buah tersebar di pekarangan rumah penduduk (Gambar 24a) dan di kebun-kebun campuran (Gambar 24b).

Tabel 11 Produktivitas tanaman sayuran dan pangan di Desa Cikahuripan

No. Jenis Tanaman Luas (ha) Hasil Panen

(ton/ha)

1. Jagung (Zea mays) 5 5

2. Ubi kayu (Manihot utilisima) 1 3

3. Ubi jalar (Ipomoea batatas) 1.5 4.5

4. Cabai (Capsicum annuum) 5 7.5

5. Tomat (Lycopersicum esculantum) 15 67.5

6. Sawi (Brassica sp.) 1 0.75

7. Kentang (Solanum tuberosum) 30 25

8. Kubis (Brasicca oleracea) 25 25

9. Buncis (Phaseolus vulgaris) 3 3

10. Brocoli (Brasicca oleracea) 25 15

11. Terung (Solanum melongena) 0.07 1

12. Bayam (Amaranthus sp) 0.5 3

13. Kangkung (Ipomoea reptana) 0.5 1

14. Selada air (Nasturtium officinale) 0.5 2

15. Talas (Colocasia esculenta) 0.03 0.2

(52)

(a) (b)

Gambar 24 (a) Tanaman buah yang ditanam di pekarangan dan (b) menyebar di dalam kebun

Berbagai jenis tanaman atsiri juga terdapat di desa ini. Produktivitas tertinggi yaitu daun sereh mencapai 10 ton/ha (Tabel 13). Keberadaan Kebun Percobaan Manoko yang terdapat berbagai tanaman obat-obatan menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung. Selain itu, suhu yang dingin menjadi tempat yang cocok untuk budidaya berbagai jenis bunga dan tanaman hias di desa ini. Bunga dan tanaman hias yang dibudidayakan di Desa Cikahuripan yaitu gerbera (Garbera jamesonii), mawar (Rosa sp.), sedap malam, anggrek (Orchidacea), dan Phillodendron sp. sebagai tanaman dekorasi. Bunga yang banyak dibudidayakan di desa Cikahuripan ini yaitu bunga gerbera dan bunga mawar.

Tabel 12 Luas lahan tanaman buah dan produktivitasnya di Desa Cikahuripan

No. Jenis Tanaman Luas (ha) Hasil panen

ton/ha

1. Alpukat (Persea americana) 0.8 4

2. Mangga (Mangifera indica) 1 1

3. Pepaya (Carica papaya) 0.14 1

4. Pisang (Musa sapientum) 15 50

5. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) 1 1

6. Jambu air (Syzygium aqueum) 0.1 0.4

7. Nangka (Artocarpus heterophylus) 0.5 1

8. Jambu biji ( Psidium guajava) 1 1

Sumber: Profil Desa Cikahuripan 2013

Tabel 13 Produktivitas tanaman obat di Desa Cikahuripan

No. Jenis Tanaman Luas

(ha)

Hasil panen (ton/ha)

1. Jahe (Croton argyratus) 0.2 0.5

2. Kunyit (Curcuma domestica) 0.1 0.1

3. Daun Sirih (Piper betle) 0.7 0.5

4. Kayu manis (Cinnamomum zaylanicum) 0.5 0.3

5. Daun sereh (Cymbopogon ciatrus) 3 10

(53)

(a) (b)

Gambar 25 (a) Tanaman bunga dan tanaman hias yang dibudidayakan di green house dan (b) pekarangan rumah

Budidaya Jamur Tiram

Di Desa Cikahuripan tepatnya di Kampung Karamat RW 07 terdapat penduduk yang membudidayakan jamur tiram. Budidaya jamur tiram ini telah berdiri selama kurang lebih satu tahun. Hal ini bisa dijadikan sebagai objek dan atraksi agrowisata di Desa Cikahuripan.

(a) (b)

Gambar 26 Budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus) milik warga Satwa

(54)

Hewan ternak yang ada seperti sapi perah (Gambar 27a) bisa menjadi sarana aktivitas edukatif agrowisata. Kegiatan memelihara hewan ternak juga bisa menjadi daya tarik, seperti memberi makan hewan ternak, memandikannya, teknik budidaya ikan, dan teknik memanen hasil ternak seperti memancing dan memerah susu sapi.

(a) (b)

Gambar 27 Hewan ternak yang dimiliki penduduk desa (a) sapi perah dan (b) budidaya ikan air tawar

Aspek Sosial, Ekonomi, Karakteristik Pertanian, dan Budaya

Demografi

Menurut data profil desa tahun 2013 jumlah penduduk Desa Cikahuripan yaitu 10 857. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir berimbang. Presentasi jumlah penduduk laki-laki 51.3% (5 569 jiwa) dan jumlah penduduk perempuan 48.7% (5 288 jiwa). Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Cikahuripan yaitu peternak sebanyak 1 148 jiwa atau sekitar 30.3%, buruh tani sebanyak 896 jiwa atau setara 23.7%, dan petani sebanyak 542 jiwa atau sekitar 14.3% (Tabel 16). Iklim yang sesuai, tanah yang subur, dan ketersediaan air yang mencukupi merupakan faktor pendukung dalam bidang Tabel 14 Jenis dan produksi budidaya ikan air tawar

No. Jenis Ikan Nama Latin Hasil panen (ton/tahun)

1. Mas (Cyprinus carpio) 5

2. Lele (Clarias batrachus) 3

3. Nila (Oreochromis niloticus) 1

Sumber: Profil Desa Cikahuripan 2013

Tabel 15 Populasi hewan ternak di Desa Cikahuripan

No. Jenis Hewan Jumlah Pemilik

(orang)

Perkiraan Jumlah Populasi

(ekor)

1. Sapi (Bos taurus) 994 3 011

2. Ayam kampung (Gallus domesticus) 1 250 5 016

3. Bebek (Anas platyrhycos) 15 76

4. Kambing (Capra aegagrus) 2 40

5. Domba (Ovis aries) 43 130

6. Angsa (Cygnus olor) 3 65

(55)

pertanian dan peternakan di desa ini (Gambar 28). Tingkat pendidikan di Desa Cikahuripan cukup rendah, karena 3 899 jiwa atau sekitar 62.1% masyarakatnya merupakan lulusan sekolah dasar. Sebaran penduduk Desa Cikahuripan menurut tingkat pendidikan dapat dilihat di Tabel 17.

(a) (b)

Gambar 28 Mata pencaharian utama masyarakat desa (a) petani sayuran dan (b) petani bunga dan tanaman hias

Tabel 16 Mata pencahariaan pokok penduduk Desa Cikahuripan Mata Pencaharian Pokok

Jumlah Total

Laki-laki (Jiwa)

Perempuan

(Jiwa) Orang

%

Petani 521 21 542 14.3

Buruh tani 398 498 896 23.7

Buruh migran perempuan - 128 128 3.7

Buruh migran laki-laki 320 - 320 8.5

Pegawai Negeri Sipil 111 74 185 4.9

Pengrajin industri rumah tangga 215 129 344 9.1

Pedagang keliling 58 50 108 2.8

Peternak 1 122 26 1 148 30.3

Montir 15 - 15 0.4

Dokter swasta 1 - 1 0.03

Bidan swasta - 3 3 0.08

Perawat swasta - 2 2 0.05

Pembantu rumah tangga - 75 75 1.9

TNI 9 1 10 0.3

POLRI 31 2 33 0.9

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 105 15 120 3.2

Pengusaha kecil dan menengah 11 - 11 0.3

Dukun Kampung Terlatih - 3 3 0.08

Seniman/Artis 152 6 158 4.2

Karyawan perusahaan swasta 11 5 16 0.4

Karyawan perusahaan pemerintah

320 345 665 17.6

(56)

Karakteristik Pertanian

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 40 petani dan peternak di Desa Cikahuripan (Gambar 30), sumber penghasilan utama masyarakat desa berasal dari bidang pertanian dan peternakan. Luas lahan yang digarap sebagai lahan pertanian dan peternakan mayoritas seluas >10 000 m² yaitu 38%. Sebagian besar lahan digunakan sebagai lahan peternakan yaitu 65% dan lahan pertanian 35%. Status kepemilikan lahan 57% milik sendiri, 28% merupakan sewaan, dan 15 % merupakan lahan garapan. Pola tanam sebagian besar 77% petani menggunakan pola tanam secara tumpang sari (Gambar 29a). Pola tanam tumpang sari biasanya antara brokoli dan cabai, brokoli dan tomat, dan brokoli dan selada air. Berbagai teknik digunakan dalam pertanian yaitu terpadu, modern, organik dan anorganik. Selain itu terdapat pula budidaya jamur yang terletak di kampung Karamat. Usaha jamur tiram ini sudah berdiri selama satu tahun dan sudah memproduksi hasil panennya setiap hari.

(a) (b)

Gambar 29 (a) Pola tanam tumpang sari antara tanaman brokoli dan cabai dan (b) instalasi biogas

Panen di bidang peternakan dilakukan dua kali sehari dan dibidang pertanian panen dilakukan mayoritas empat puluh hari setelah masa penanaman. Hal tersebut disebabkan tanaman hortikultura seperti tanaman sayuran dan tanaman yang dibudidayakan merupakan tanaman tahunan seperti tanaman-tanaman hias bunga gerbera, bunga krisan, dan bunga anggrek. Tanaman hortikultura selalu ditanam kembali komoditasnya setiap kali panen telah selesai. Tabel 17 Tingkat pendidikan tertinggi penduduk Desa Cikahuripan

Pendidikan Tertinggi Jumlah Total

Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Orang %

Tamat SD/sederajat 1 978 1 921 3 899 62.1

Tamat SMP/sederajat 511 482 993 15.8

Tamat SMA/sederajat 452 463 915 14.6

Tamat D-1/sederajat 52 46 98 1.6

Tamat D-2/sederajat 45 38 83 1.3

Tamat D-3/sederajat 62 49 111 1.7

Tamat S-1/sederajat 96 71 167 2.6

Tamat S-2/sederajat 6 - 6 0.09

Tamat S-3/sederajat 8 - 8 0.1

Jumlah 3210 3070 6 280 100

(57)

Green house tanaman hias dan bunga bertahan hingga sekitar sepuluh tahun. Waktu panen bunga mawar dan gerbera yaitu setiap pukul tujuh pagi dan empat sore yang dilakukan seminggu dua sampai tiga kali. Masyarakat yang memiliki sapi perah melakukan panennya setiap hari pada pagi hari pukul empat dan sore hari pukul empat. Aktivitas keseharian seperti bercocok tanam dan memelihara ternak yang dilakukan masyarakat desa dapat dilihat pada Gambar 31.

(58)

Keuntungan yang diperoleh oleh petani dan peternak (82.5%) mencapai lebih dari dua juta rupiah perbulannya.

Pemasaran dari hasil panen menurut 85% petani relatif mudah. Petani yang berladang di lahan garapan dan sewaan biasanya menjual hasil panen ke tengkulak atau bandar. Petani yang menggarap lahan milik sendiri menjual hasil panennya sendiri langsung ke pasar dan biasanya sebagian kecil untuk dikonsumsi sendiri. Petani sayur yang panen akan mengumpulkan hasilnya di pengepul ataupun bandar, sedangkan untuk peternak sapi perah mengumpulkan hasilnya di pos-pos yang telah disediakan oleh KPSBU. Ada juga yang mempekerjakan orang untuk menjual atau mengirim hasil panennya tersebut. Petani tidak memiliki suatu ritual kepercayaan khusus dalam melakukan kegiatan pertanian.

(a) (b)

Gambar 31 Aktivitas sehari-hari yang dilakukan masyarakat Desa Cikahuripan (a) membudidayakan tanaman sayuran dan (b) memelihara sapi perah Hasil wawancara dengan petani dan peternak yaitu 95% menyatakan setuju jika Desa Cikahuripan dijadikan sebagai kawasan agrowisata. Warga mengharapkan dengan adanya agrowisata dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mereka. Selain itu, para petani juga berharap bahwa dengan adanya kawasan agrowisata pemerintah menjadi lebih memperhatikan masalah pertanian dan fasilitas-fasilitas yang ada di Desa Cikahuripan seperti akses jalan agar lebih baik.

Kebudayaan

Gambar

Gambar 5  Peta lokasi dan batas tapak Desa Cikahuripan
Gambar 7  Peta analisis aksesibilitas Desa Cikahuripan
Gambar 8  Fasilitas (a) masjid dan (b) penginapan yang ada di Desa Cikahuripan
Gambar 10 Peta topografi  Desa Cikahuripan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan atau lanskap perdesaan menurut UU No. 26 tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional didefinisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama

Terdapat dusun lain yang mempunyai potensi untuk dikembangkan agrowisata yaitu Dusun Muara Dua yang telah direncanakan sebagai kawasan agrowisata, selain itu

Konsep Keseluruhan dari perencanaan kawasan Dusun Muara Dua adalah dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam pertanian yang terdapat pada tapak sebagai pengembangan

Ruang pendukung agrowisata dibagi atas ruang penerimaan (0,34 %) sebagai welcome area , ruang pelayanan (1,13%) sebagai ruang yang dapat memberikan pelayanan dan

Ilustrasi Aktivitas Pengunjung di Ruang Peternakan (a) memerah susu, (b) membuat bio gas, (c) membuat kompos, (d) memberi makan ternak Pengunjung dapat melakukan wisata

Studi ini untuk membuat perencanaan lanskap kawasan wisata alam yang terintegrasi dengan wisata penunjangnya dimana memiliki nilai edukatif sebagai aset wisata, memberikan

Hasil analisis ANP menunjukkan bahwa alternatif strategi prioritas utama dalam pengembangan Agrowisata di Desa Cibodas yang diperoleh adalah strategi melakukan promosi

Observasi lapang merupakan survei ke dalam tapak secara langsung untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik, aksesibilitas, kondisi area pertanian terpadu, dan aspek