• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BOGOR

Oleh:

Asril Hafif Sachmud

A 34201010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA

SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA,

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Asril Hafif Sachmud

A 34201010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

ASRIL HAFIF SACHMUD. Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN.

Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor merupakan desa kaya akan potensi alam pertanian dan perikanan dengan background pegunungan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Tapak memiliki luas 371,31 Ha dan terletak di sebelah barat Kota Bogor dengan jarak tempuh 15 km dari pusat kota tersebut. Pengembangan tapak melalui perencanaan lanskap agrowisata bertujuan agar lanskap pertanian yang ada dapat lebih berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan dengan pelestarian pertanian lokal, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalamnya

Metode dalam perencanaan lanskap agrowisata menggunakan metode Gold (1980) dengan pendekatan sumber daya alam dan harmonisasi aktivitas pertanian dan wisata. Proses perencanaan lanskap diawali dengan persiapan studi kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis yang berkaitan dengan potensi dan kendala dalam pengembangan tapak. Dari hasil analisis data secara spasial dan deskriptif, diperoleh hasil sintesis berupa block plan, suatu rencana ruang yang diharapkan di dalam tapak. Tahap akhir dari proses perencanaan berupa perencanaan lanskap sebagai batasan dari studi ini. Produk akhir studi ini berbentuk site plan dengan kegiatan pendukung agrowisata di dalamnya.

Konsep agrowisata yang dikembangkan pada tapak merupakan upaya memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal. Optimalisasi tapak sebagai kawasan agrowisata dilakukan dengan mengintegrasikan setiap elemen pembentuk lanskap yang diterjemahkan kedalam ruang dan sirkulasi agrowisata berdasarkan ragam aktivitas dan fasilitas serta penataan hijau yang akan dikembangkan. Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata di Desa Situdaun adalah pusat budidaya pertanian dan perikanan yang mendukung aktivitas wisata, sehingga dapat menjadi objek dan atraksi agrowisata berbasis pertanian dan perikanan. Dengan konsep tersebut, tapak diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan ruang untuk budidaya dan pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada tapak. Pengembangan tapak sebagai objek dan atraksi agrowisata harus mampu memberikan manfaat bagi lanskap itu sendiri maupun tanpa mengorbankan kepentingan ekologis. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, konservasi, pendidikan, dan ekonomi.

(4)

kemudahan serta kenyamanan aktivitas agrowisata. Sedangkan ruang penyangga sebagai ruang konservasi pada tapak. Konsep aktivitas yang dikembangkan berdasarkan keikutsertaan pengunjung di dalam proses pertanian, sehingga terbagi atas aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Konsep fasilitas yang dikembangkan adalah penyediaan fasilitas yang memberikan nilai fungsional, peletakan yang tepat, memiliki nilai estetik, mudah pemeliharaan serta mendukung karakter tapak. Sedangkan konsep sirkulasi dikembangkan dengan membedakan jalur pengunjung dan masyarakat sehingga keteraturan dan kenyaman bagi masing-masing tujuan tersebut dapat tercapai.

Tapak merupakan kawasan yang cukup luas dengan pola pemanfaatan yang cukup beragam pula. Pola pemanfaatan lahan pertanian dan perikanan dengan produk bernilai komersial yang dihasilkan merupakan potensi dasar bagi pengembangan agrowisata. Lokasinya yang strategis karena dekat dan berada di antara beberapa objek wisata lainnya, seperti Kawasan Agroedutourism Kampus IPB Dramaga, Kampung Wisata Cinangneng, dan objek wisata Gunung Salak. Bahkan dengan keberadaan beberapa objek wisata ini, dapat diciptakan sebuah alur perjalanan wisata dari hilir ke hulu atau sebaliknya. Tiga akses masuk ke dalam tapak memudahkan dalam pengaturan jalur masuk-keluar pengunjung maupun masyarakat, sehingga mempermudah dalam hal keamanan dan kenyamanan. Pemandangan hamparan lahan budidaya dengan background pegunungan merupakan objek menarik yang terdapat di dalam tapak, didukung dengan variasi kondisi topografi memberikan kesan dinamis serta good view yang dapat menunjang konsep agrowisata yang diharapkan.

Ruang agrowisata dibentuk berdasarkan potensi penggunaaan lahan dan jenis produk yang ada, sehingga terbagi atas ruang agrowisata pertanian (35,93 %) dan agrowisata perikanan (5,63 %). Ruang pendukung agrowisata dibagi atas ruang penerimaan (0,34 %) sebagai welcome area, ruang pelayanan (1,13%) sebagai ruang yang dapat memberikan pelayanan dan kemudahan bagi pengunjung, ruang transisi (0,4 %) sebagai ruang persiapan untuk mengarahkan dan memperkenalkan pengunjung terhadap ruang-ruang wisata di dalam tapak, ruang masyarakat (6,35 %) sebagai alokasi ruang bagi kehidupan mayarakat petani yang terdapat pada tapak. Ruang penyangga (50,21 %) pada tapak merupakan ruang konservasi untuk mempertahankan fungsi kawasan sebagai kawasan konservasi tanah dan air.

Aktivitas yang dikembangkan di dalam tapak vditerjemahkan ke dalam keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas pertanian, sehingga terbagi atas aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Aktivitas aktif yang dikembangkan pada ruang agrowisata dapat berupa aktivitas budidaya yang mulai dari persiapan lahan hingga proses pasca panen. Sedangkan aktivitas pasif yang dikembangkan adalah aktivitas yang lebih rekreatif tanpa melibatkan pengunjung dalam proses budidaya secara langsung. Fasilitas yang disediakan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas yang dikembangkan serta konsep yang diharapkan.

(5)

primer dan sekunder. Jalur primer bagi masyarakat ditujukan untuk kepentingan produksi dan angkutan umum, sedangkan jalur sekunder bagi hubungan lingkungan dan ketetanggaan.

(6)

Judul : Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Asril Hafif Sachmud

NRP : A 34201010

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP. 131 430 805

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019

(7)

RIWAYAT HIDUP

Asril Hafif Sachmud lahir di Sibuhuan 24 September 1983 merupakan putra pertama dari empat bersaudara pasangan Samri Achyar dan Salmawati.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul studi ini berjudul ‘Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor’. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan semangat, arahan, bimbingan, motivasi serta inspirasi bagi penulis. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga atas kasih sayang, cinta, doa dan dukungannya. Tidak lupa teima kasih kepada teman-teman lanskap atas semangat dan kebersamaannya, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin

Bogor, Juli 2008

(9)

DAFTAR ISI

2.1.2. Perencanaan Lanskap... 5

2.1.3. Proses Perencanaan Lanskap... 6

2.1.4. Produk Perencanaan Lanskap ... 8

2.2. Rekreasi dan Wisata... 8

2.2.1. Pengertian Rekreasi dan Wisata ... 8

2.2.2. Sumberdaya Wisata ... 10

2.2.3. Objek dan Atraksi Wisata ... 11

2.2.4. Pelayanan Wisata ... 11

2.2.5. Produk Wisata ... 12

2.2.6. Perencanaan Kawasan Rekreasi ... 12

2.2.7. Daya Dukung Rekreasi ... 13

2.3. Agrowisata... 14

2.3.1. Pengertian Agrowisata... 14

2.3.2. Manfaat Agrowisata ... 16

2.3.3. Lanskap Agrowisata ... 16

2.3.4. Ruang Lingkup Agrowisata ... 17

2.3.5. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata... 18

2.3.6. Saran dan Prasaran Pendukung Agrowisata ... 19

(10)

4.1.1.7. Hidrologi ... 48

4.1.1.8. Sensuous Quality... 55

4.1.1.9. Tata Guna Lahan... 57

4.1.1.10. Fasilitas dan Ultilitas ... 61

4.1.2. Aspek Sosial ... 63

4.1.2.1. Kpendudukan, keinginan pengguna tapak ... 63

4.2. Sintesis ... 66

4.3. Konsep Perencanaan ... 70

4.3.1. Konsep Dasar ... 70

4.3.2. Pengembangan Konsep ... 72

4.3.2.1. Konsep Ruang ... 72

4.3.2.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas... 73

4.3.2.3. Konsep Sirkulasi... 75

4.3.2.4. Konsep Tata Hijau ... 76

4.4. Perencanaan ... 78

4.4.1. Rencana Ruang ... 78

4.4.2. Rencana Aktivitas dan Fasilitas ... 83

4.4.3. Rencana Sirkulasi... 93

4.4.4. Rencana Tata Hijau ... 97

4.4.5. Touring Plan... 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 105

5.1. Kesimpulan ... 105

5.2. Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 107

(11)

KABUPATEN BOGOR

Oleh:

Asril Hafif Sachmud

A 34201010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA DI DESA

SITUDAUN, KECAMATAN TENJOLAYA,

KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Asril Hafif Sachmud

A 34201010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

RINGKASAN

ASRIL HAFIF SACHMUD. Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN.

Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor merupakan desa kaya akan potensi alam pertanian dan perikanan dengan background pegunungan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Tapak memiliki luas 371,31 Ha dan terletak di sebelah barat Kota Bogor dengan jarak tempuh 15 km dari pusat kota tersebut. Pengembangan tapak melalui perencanaan lanskap agrowisata bertujuan agar lanskap pertanian yang ada dapat lebih berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan dengan pelestarian pertanian lokal, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalamnya

Metode dalam perencanaan lanskap agrowisata menggunakan metode Gold (1980) dengan pendekatan sumber daya alam dan harmonisasi aktivitas pertanian dan wisata. Proses perencanaan lanskap diawali dengan persiapan studi kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisis yang berkaitan dengan potensi dan kendala dalam pengembangan tapak. Dari hasil analisis data secara spasial dan deskriptif, diperoleh hasil sintesis berupa block plan, suatu rencana ruang yang diharapkan di dalam tapak. Tahap akhir dari proses perencanaan berupa perencanaan lanskap sebagai batasan dari studi ini. Produk akhir studi ini berbentuk site plan dengan kegiatan pendukung agrowisata di dalamnya.

Konsep agrowisata yang dikembangkan pada tapak merupakan upaya memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal. Optimalisasi tapak sebagai kawasan agrowisata dilakukan dengan mengintegrasikan setiap elemen pembentuk lanskap yang diterjemahkan kedalam ruang dan sirkulasi agrowisata berdasarkan ragam aktivitas dan fasilitas serta penataan hijau yang akan dikembangkan. Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata di Desa Situdaun adalah pusat budidaya pertanian dan perikanan yang mendukung aktivitas wisata, sehingga dapat menjadi objek dan atraksi agrowisata berbasis pertanian dan perikanan. Dengan konsep tersebut, tapak diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan ruang untuk budidaya dan pengunjung, dengan menonjolkan karakter lanskap atau nilai-nilai ekologis pada tapak. Pengembangan tapak sebagai objek dan atraksi agrowisata harus mampu memberikan manfaat bagi lanskap itu sendiri maupun tanpa mengorbankan kepentingan ekologis. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak dikembangkan beberapa fungsi, yaitu fungsi budidaya, wisata, konservasi, pendidikan, dan ekonomi.

(14)

kemudahan serta kenyamanan aktivitas agrowisata. Sedangkan ruang penyangga sebagai ruang konservasi pada tapak. Konsep aktivitas yang dikembangkan berdasarkan keikutsertaan pengunjung di dalam proses pertanian, sehingga terbagi atas aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Konsep fasilitas yang dikembangkan adalah penyediaan fasilitas yang memberikan nilai fungsional, peletakan yang tepat, memiliki nilai estetik, mudah pemeliharaan serta mendukung karakter tapak. Sedangkan konsep sirkulasi dikembangkan dengan membedakan jalur pengunjung dan masyarakat sehingga keteraturan dan kenyaman bagi masing-masing tujuan tersebut dapat tercapai.

Tapak merupakan kawasan yang cukup luas dengan pola pemanfaatan yang cukup beragam pula. Pola pemanfaatan lahan pertanian dan perikanan dengan produk bernilai komersial yang dihasilkan merupakan potensi dasar bagi pengembangan agrowisata. Lokasinya yang strategis karena dekat dan berada di antara beberapa objek wisata lainnya, seperti Kawasan Agroedutourism Kampus IPB Dramaga, Kampung Wisata Cinangneng, dan objek wisata Gunung Salak. Bahkan dengan keberadaan beberapa objek wisata ini, dapat diciptakan sebuah alur perjalanan wisata dari hilir ke hulu atau sebaliknya. Tiga akses masuk ke dalam tapak memudahkan dalam pengaturan jalur masuk-keluar pengunjung maupun masyarakat, sehingga mempermudah dalam hal keamanan dan kenyamanan. Pemandangan hamparan lahan budidaya dengan background pegunungan merupakan objek menarik yang terdapat di dalam tapak, didukung dengan variasi kondisi topografi memberikan kesan dinamis serta good view yang dapat menunjang konsep agrowisata yang diharapkan.

Ruang agrowisata dibentuk berdasarkan potensi penggunaaan lahan dan jenis produk yang ada, sehingga terbagi atas ruang agrowisata pertanian (35,93 %) dan agrowisata perikanan (5,63 %). Ruang pendukung agrowisata dibagi atas ruang penerimaan (0,34 %) sebagai welcome area, ruang pelayanan (1,13%) sebagai ruang yang dapat memberikan pelayanan dan kemudahan bagi pengunjung, ruang transisi (0,4 %) sebagai ruang persiapan untuk mengarahkan dan memperkenalkan pengunjung terhadap ruang-ruang wisata di dalam tapak, ruang masyarakat (6,35 %) sebagai alokasi ruang bagi kehidupan mayarakat petani yang terdapat pada tapak. Ruang penyangga (50,21 %) pada tapak merupakan ruang konservasi untuk mempertahankan fungsi kawasan sebagai kawasan konservasi tanah dan air.

Aktivitas yang dikembangkan di dalam tapak vditerjemahkan ke dalam keikutsertaan pengunjung dalam aktivitas pertanian, sehingga terbagi atas aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Aktivitas aktif yang dikembangkan pada ruang agrowisata dapat berupa aktivitas budidaya yang mulai dari persiapan lahan hingga proses pasca panen. Sedangkan aktivitas pasif yang dikembangkan adalah aktivitas yang lebih rekreatif tanpa melibatkan pengunjung dalam proses budidaya secara langsung. Fasilitas yang disediakan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan aktivitas yang dikembangkan serta konsep yang diharapkan.

(15)

primer dan sekunder. Jalur primer bagi masyarakat ditujukan untuk kepentingan produksi dan angkutan umum, sedangkan jalur sekunder bagi hubungan lingkungan dan ketetanggaan.

(16)

Judul : Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor

Nama Mahasiswa : Asril Hafif Sachmud

NRP : A 34201010

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP. 131 430 805

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019

(17)

RIWAYAT HIDUP

Asril Hafif Sachmud lahir di Sibuhuan 24 September 1983 merupakan putra pertama dari empat bersaudara pasangan Samri Achyar dan Salmawati.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul studi ini berjudul ‘Perencanaan Lanskap Agrowisata di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor’. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS. selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan semangat, arahan, bimbingan, motivasi serta inspirasi bagi penulis. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga atas kasih sayang, cinta, doa dan dukungannya. Tidak lupa teima kasih kepada teman-teman lanskap atas semangat dan kebersamaannya, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin

Bogor, Juli 2008

(19)

DAFTAR ISI

2.1.2. Perencanaan Lanskap... 5

2.1.3. Proses Perencanaan Lanskap... 6

2.1.4. Produk Perencanaan Lanskap ... 8

2.2. Rekreasi dan Wisata... 8

2.2.1. Pengertian Rekreasi dan Wisata ... 8

2.2.2. Sumberdaya Wisata ... 10

2.2.3. Objek dan Atraksi Wisata ... 11

2.2.4. Pelayanan Wisata ... 11

2.2.5. Produk Wisata ... 12

2.2.6. Perencanaan Kawasan Rekreasi ... 12

2.2.7. Daya Dukung Rekreasi ... 13

2.3. Agrowisata... 14

2.3.1. Pengertian Agrowisata... 14

2.3.2. Manfaat Agrowisata ... 16

2.3.3. Lanskap Agrowisata ... 16

2.3.4. Ruang Lingkup Agrowisata ... 17

2.3.5. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata... 18

2.3.6. Saran dan Prasaran Pendukung Agrowisata ... 19

(20)

4.1.1.7. Hidrologi ... 48

4.1.1.8. Sensuous Quality... 55

4.1.1.9. Tata Guna Lahan... 57

4.1.1.10. Fasilitas dan Ultilitas ... 61

4.1.2. Aspek Sosial ... 63

4.1.2.1. Kpendudukan, keinginan pengguna tapak ... 63

4.2. Sintesis ... 66

4.3. Konsep Perencanaan ... 70

4.3.1. Konsep Dasar ... 70

4.3.2. Pengembangan Konsep ... 72

4.3.2.1. Konsep Ruang ... 72

4.3.2.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas... 73

4.3.2.3. Konsep Sirkulasi... 75

4.3.2.4. Konsep Tata Hijau ... 76

4.4. Perencanaan ... 78

4.4.1. Rencana Ruang ... 78

4.4.2. Rencana Aktivitas dan Fasilitas ... 83

4.4.3. Rencana Sirkulasi... 93

4.4.4. Rencana Tata Hijau ... 97

4.4.5. Touring Plan... 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 105

5.1. Kesimpulan ... 105

5.2. Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 107

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Aspek, Jenis, Kegunaan dan Sumber Data... 23

2. Data Iklim Desa Situdaun Tahun 2002-2006... ... 32

3. Nilai THI Desa Situdaun ... 34

4. Vegetasi Non Pertanian di Desa Situdaun... 44

5. Potensi Eksisiting Vegetasi terhadap Pengembangan Ruang ... 45

6. Potensi Eksisiting Satwa terhadap Pengembangan Ruang... 47

7. Karakteristik Badan dan Aliran Air ... 48

8. Analisis Kualitas Fisika dan Kimia Air... 53

9. Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan... 58

10.Potensi Tata Guna Lahan sebagai Pembentuk Ruang... 59

11.Jenis Fasilitas Umum ... 61

12.Jumlah Penduduk Desa Situdaun berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

13.Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencahariannya ... 64

14.Jumlah Kunjugan ke Desa Situdaun ... 65

15.Hasil Analisis dan Sintesis ... 66

16.Pengembangan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata ... 90

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

(23)
(24)

DAFTAR LAMPIRAN

(25)

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan oganisme dinamis dengan perkembangan pola pikir dan tingkat kebutuhan tumbuh semakin pesat. Salah satu bentuk kebutuhan yang dinamis itu adalah kebutuhan akan keindahan, kenyamanan, dan suasana pencarian keseimbangan dengan alam. Kebutuhan ini cenderung berada pada dimensi psikologis manusia karena berhubungan langsung dengan naluri eros, ego, dan super ego, nilai rasa, cipta, serta keinginan berapresiasi. Pemenuhannya biasanya dilakukan pada waktu tertentu (waktu luang) dengan melakukan berbagai kegiatan antara lain rekreasi atau wisata pada berbagai macam lanskap yang menjanjikan pemuasan kebutuhan tersebut.

Semakin meningkatnya permintaan untuk memenuhi kebutuhan ini menyebabkan peranan keanaekaragaman dalam rekreasi pun sangat penting, diselaraskan dengan semakin bervariasinya keinginan dan selera wisatawan, sehingga tersedia berbagai pilihan untuk berekreasi (Soemarwoto, 1991). Dalam perkembangannya, semakin beragam pula model lanskap wisata yang ditawarkan disesuaikan dengan jenis kegiataannya. Kegiatan wisata sendiri dapat berupa agrowisata, wisata alam, wisata buru, dan wisata rimba (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

(26)

sebelah selatan; dan diapit oleh aliran Sungai Ciheudeng dan Cinangneng yang memainkan peran penting dalam siklus hidrologi dalam menopang keberlangsungan kegiatan pertanian dan perikanan di daerah ini.

Pada kenyataannya potensi tesebut tidak berkembang maksimal. Masalah yang terdapat pada tapak adalah munculnya gejala masalah alih guna lahan. Gejala masalah alih guna lahan adalah isu tata guna lahan yang dapat disebabkan oleh terjadinya perpindahan penduduk ke kota, penghasilan yang rendah, peluang/kesempatan kerja, kesehatan dan nutrisi yang buruk, produksi subsisten yang tidak sesuai, terjadi degradasi lahan-lahan erosi di tanah pertanian dan banjir (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Gejala masalah alih guna lahan yang terdapat pada tapak meliputi penghasilan yang rendah disebabkan biaya produksi yang lebih tinggi, dan peluang/kesempatan beralih ke jenis mata pencaharian lain. Kondisi ini dikhawatirkan dapat meningkatkan jumlah konversi lahan pada tapak. Tak jarang bagi mereka, pilihan untuk menyewakan atau menjual lahan kepada pengusaha luar daerah menjadi solusi efektif dan populis sampai saat ini.

Solusi berupa perencanaan agrowisata yang komprehensif dan imparsial setidaknya akan mampu menggali dan mengarahkan potensi kawasan ini. Nantinya tapak tidak hanya dikembangkan hanya untuk kegiatan produksi tetapi juga mempunyai nilai jual pada sektor wisata. Imbasnya, pendapatan petani semakin meningkat sehingga dapat mempertahankan dan terus memberdayakan lahannya.

1.2. Tujuan

(27)

1.3. Kegunaan

Hasil studi ini berupa rencana lanskap agrowisata Situdaun diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Acuan rencana pengembangan agrowisata bagi pemerintah setempat.

2. Bahan pertimbangandalam usaha pelestarian pertanian lokal serta peningkatan kesejahteraaan masyarakat setempat.

1.4. Kerangka Pikir Studi

Studi ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa kondisi tapak sangat potensial untuk dikembangkan menjadi suatu objek agrowisata. Desa Situdaun memiliki banyak potensi sumberdaya alam dan aktivitas masyarakatnya yang terkomposisi dalam karakter lanskap pertanian. Namun selama ini potensi tersebut dominan difungsikan pada kegiatan produksi. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan yang dapat mengakomodasi dua fungsi yang berbeda tersebut dan menjadikannya suatu kesatuan fungsi tapak yang sinergi.

(28)

Gambar 1. Kerangka Pikir Studi Eksisting lanskap Desa Situdaun :

lanskap pedesaan berupa pertanian dan perikanan

Produk :

Perencanaan Lanskap Agrowisata Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor

•Gambar site plan

•Gambar rencana ruang •Gambar rencana sirkulasi •Gambar rencana tata hijau

(29)

2.1. Perencanaan Lanskap

2.1.1. Pengertian Lanskap dan Tapak

Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, di mana karakter tersebut menyatu secara harmoni dan alami untuk memperkuat karakter lanskapnya (Simonds, 1983). Menurut Rachman (1984), lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau bagian dari muka bumi dengan segala sifat dan kehidupan yang ada di dalamnya baik yang bersifat alami maupun buatan, manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan.

Tapak (site), secara fisik, merupakan bagian dari suatu lanskap atau lanskap itu sendiri, berbentuk alami atau buatan, statis atau dinamis, dengan ukuran serta karakter yang beragam. Secara teknis, tapak didefinisikan sebagai suatu areal yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang akan direncanakan atau dirancang dengan tujuan dan manfaat tertentu. Tapak merupakan suatu sistem (fisik dan sosial) yang dibentuk dan dipengaruhi keberadaan serta kelestariannya oleh berbagai elemen pembentuk lanskap (tanah, air, vegetasi, iklim, ekonomi, politik dan budaya manusia yang mendiaminya. Setiap tapak juga memiliki bentuk fisik (forms, features, forces) dengan karakter tertentu (statis, dinamis, ramah, gagah, meluas, dan lainnya) yang mempengaruhi tujuan dan pembentukan dan penataannya (Nurisjah, 2004).

2.1.2. Perencanaan Lanskap

(30)

Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, maka akan mempengaruhi bagian lainnya (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1994), perencanaan tapak merupakan suatu bentuk pendekatan ke masa depan terhadap lahan yang diikuti imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak. Lebih lanjut Laurie (1994) menyatakan perencanaan tapak adalah suatu proses ketika persyaratan-persyaratan program dilengkapi, ditempatkan, dihubungkan satu sama lain, dengan menghindari kerusakan pada tapak. dan diikuti oleh proses imajinasi serta kepekaan terhadap analisis tapak. Tahap ini adalah tahap awal terjadinya proses pemahaman dan pengaturan ruang, sirkulasi, saran dan prasarana. nilai-nilai keindahan. air dan perlindungan tanah serta keadaan di atasnya pada suatau tapak. Hubungan timbal balik antara tapak dengan program menghasilkan tata guna lahan.

2.1.3. Proses Perencanaan Lanskap

Gold (1980) menyatakan bahwa proses perencanaan merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait dan saling menunjang. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa proses perencanaan merupakan suatu tahapan sistematis untuk menentukan kondisi awal tapak, kondisi yang diinginkan pada tapak dan cara atau model terbaik untuk mencapai kondisi yang diinginkan pada tapak tersebut. Adapun proses perencanaan yang dikemukakan Gold (1980) terdiri dari enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan.

(31)

tidak dapat dihindari. Selama dapat menunjang tujuan yang direncanakan, perubahan-perubahan tersebut dapat ditoleransi atau diakomodasikan (Nurisjah dan Pramukanto, 1996).

Inventarisasi merupakan proses pengumpulan data keadaan awal dari tapak. Dilakukan dengan survei lapang, wawancara, pengamatan, perekaman, studi pustaka dan sebagainya. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1996), data yang dikumpulkan dalam inventarisasi meliputi: (a) Data fisik, terdiri dari: data iklim, fisiografi, topografi, hidrologi, kemiringan, biota, kualitas visual dan tata ruang; (b) Data sosial, terdiri dari: kebudayaan, kependudukan, perilaku dan kebiasaan pengguna lanskap; (c) Data ekonomi, menyangkut tentang berbagai ketersediaan biaya untuk pelaksanaan dan pemeliharaan.

Analisis merupakan suatu tahapan untuk mengidentifikasi potensi, masalah dan kemungkinan pengembangan lain dari tapak sebagai alternatif berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi tapak (Rachman, 1984). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1996), analisis dilakukan terhadap berbagai aspek dan faktor yang berperan terhadap keindahan dan kelestarian rencana pada tapak/lahan tersebut sehingga dapat diketahui masalah, hambatan, potensi dan berbagai tingkat kerawanan atau kerapuhan tapak. Penentuan suatu potensi bila sesuai dengan tujuan dan atau mengganggu tapak dan daerah sekitarnya. Secara kualitatif deskriptif, elemen pembentuk lanskap dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu masing-masing yang termasuk ke dalam kelompok potensi, kendala, amenity, danger signal. Secara kuantitatif, dihitung daya dukung dari sumber daya yang akan dikembangkan untuk tujuan dan fungsi yang direncanakan atau diinginkan. Untuk pengembangan suatu tapak/lahan sebaiknya diperhatikan ambang batas daya dukungnya agar tidak terjadi degradasi sumber daya sehingga kelestarian dan keindahan alamnya dapat tetap terjaga. Hasil dari proses analisis disajikan dalam bentuk kemungkinan atau alternatif pengembangan tapak/lanskap, baik dalam skala lanskap total maupun hanya bagian dari tapak yang direncanakan.

(32)

analisis dikristalisasi dan dikembangkan sebagai input untuk menentukan konsep pengembangan yang mengacu pada tujuan dan fungsi yang ditetapkan.

Konsep menurut Rachman (1984) merupakan tahap mencari dan menetapkan cara terbaik untuk pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi. Setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi akan diperoleh alternatif-alternatif pembagian ruang/zonasi (Rachman, 1984). Nurisjah dan Pramukanto (1996) menyatakan bahwa hasil dari tahap sintesis adalah altenatif-alternatif perencanaan, dimana altenatif-alternatif tersebut merupakan altenatif-alternatif terpilih yang berupa modifikasi dan kombinasi dari beberapa alternatif pra-perencanaan. Alternatif yang terpilih ini harus memenuhi syarat dasar yaitu memungkinkan untuk dilaksanakan dan dipelihara berdasarkan aspek fisik, sosial, ekonomi, maupun teknik.

2.1.4. Produk Perencanaan Lanskap

Perencanaan, menurut Rachman (1984), merupakan tahap penyusunan rencana seksama atas konsep dan hasilnya berupa rencana gambar dan administratif. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1996), hasil perencanaan lanskap dapat disajikan dalam bentuk gambar pra-perencanaan terdiri dari gambar situasi tapak awal (denah, perspektif atau ilustrasi lainnya), dan gambar atau ilustrasi tahap analisis dan sintesis (detil dan menyeluruh, perwilayahan, block plan), sedangkan gambar perencanaan lanskap yaitu: rencana lanskap utama (master landscape plan), rencana tata letak (site plan), rencana tata hijau (planting plan), rencana teknis konstruksi (construction plan) dan rencana teknis lainnya.

2.2. Rekreasi dan Wisata

2.2.1. Pengertian Rekreasi dan Wisata

(33)

re-kreasi, yaitu secara harfiah berarti diciptakan kembali dan memulihkan kekuatan dirinya baik fisik maupun spiritual. Menurut Nurisjah dan Pramukanto ( 1 9 9 6 ) rekreasi merupakan aktivitas penggu naan waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Rekreasi direncanakan tidak hanya suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan tetapi juga untuk memperkaya, memperluas dan mengembangkan kemampuan seseorang serta memuaskan hasrat alami manusia untuk sesuatu yang baru dengan gaya hidup yang memuaskan.

Rekreasi menuntut pemilihan berbagai pemilihan aktivitas oleh individu atau kelompok, baik yang aktif maupun pasif (Gold, 1980). Aktivitas rekreasi terjadi pada berbagai tingkatan umur manusia, ditentukan elemen waktu, kondisi dan sikap manusia serta situasi lingkungan. Ungkapan yang senada olehClawson dan Knetsch (1966), kegiatan rekreasi dibedakan menjadi kegiatan yang bersifat aktif dan pasif. Rekreasi aktif lebih berorientasi pada manfaat fisik dan pelakunya aktif secara fisik. Rekreasi pasif lebih berorientasi mental daripada fisik. Pada prakteknya kegiatan rekreasi dapat berupa aktivitas berenang, memancing, berperahu, berpiknik, sightseeing, jogging, berkemah, mendaki gunung, dan sebagainya.

Wisata merupakan pergerakan orang sementara menuju tempat tujuan yang berada di luar tempat biasa mereka bekerja dan tinggal, aktivitas yang dilakukan selama mereka tinggal ditempat tujuan dan fasilitas yang diciptakan untuk melayani kebutuhan mereka (Gunn, 1994). Holden (2000) menambahkan bahwa pembangunan wisata ditempat tujuan meliputi penggunaan sumberdaya fisik dan alam yang kemudian akan berdampak terhadap ekonomi, budaya dan ekologi di tempat tujuan wisata yang sedang berkembang. Wisata adalah sebuah sistem, tidak hanya bertemunya bisnis pengunjung, tetapi juga masyarakat dan lingkungan.

(34)

perorangan atau kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dalam kebahagiaan dengan lingkungan hidup, dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu pengetahuan. Kelly (1998) menyatakan secara kuantitatif, turis dan kepariwisataan biasanya digambarkan sebagai orang yang melakukan perjalanan di luar kepentingan bisnis, dengan jarak lebih dari 50 mil dari dan lebih dari semalam meninggalkan dan jauh dari tempat tinggalnya. Kebanyakan perjalanan dengan keberangkatan yang terjadwal, dan dengan anggaran yang tersusun dan terhitung rapi. Dari sekian banyaknya definisi tentang kepariwisataan, ada dua paradigma penting terkait dengan apakah kepariwisataan itu memiliki jaringan sehingga berhasil pada proses perencanaannya. Pertama, pardigma bahwa kepariwisataan adalah suatu pengalaman perorangan yang menurut beberapa teori antropologi adalah sebuah pengalaman ritual budaya pada manusia. Kedua, paradigma yang melihat kepariwisataan sebagai kegiatan ekspor

2.2.2. Sumberdaya Wisata

Sumberdaya untuk kegiatan wisata menurut Gold (1980) adalah tempat tujuan bagi orang yang melakukan wisata yang merupakan suatu kesatuan ruang tertentu dan dapat menarik keinginan untuk berwisata. Ketersediaan sumberdaya untuk berwisata dapat dilihat dari jumlah dan kualitas dari sumberdaya yang tersedia serta dapat digunakan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui sumberdaya yang tersedia dapat dilakukan identifikasi dan inventarisasi kemudian dianalisis potensi dan kendalanya.

(35)

2.2.3. Objek dan Atraksi Wisata

Objek wisata merupakan andalan utama bagi pengembangan kawasan wisata, dan didefinisikan sebagai suatu keadan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (Nurisjah (2004). Sedangkan atraksi wisata diartikan sebagai segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan serta dinikmati wisatawan di suatu kawasan wisata. Daya tarik wisata atau objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu darah tujuan wisata (Suwantoro 1997). Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka, sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir, serta memiliki daya tarik yang tinggi terhadap keindahan alamnya ataupun nilai khusus suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

Berdasarkan Yoeti (1997), atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan. Sedangkan objek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar. Dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan objek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Objek dan segala atraksi wisata yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung ke suatu tempat dan keasliannya harus dipertahankan, sehingga wisatawan hanya dapat melihat dan menyaksikan objek serta atraksi wisata hanya di tempat tersebut. Objek wisata khususnya agrowisata tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti areal perkebunan, namun juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik.

2.2.4. Pelayanan Wisata

(36)

1996). Fasilitas pelayaan didirikan di lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi sacara maksimal. Kehadiran wisatawan ditentukan oleh kemudahan yang diciptakan termasuk ketersediaan fasilitas pelayanan wisata (Deptan, 2003). Fasilitas dan pelayanan wisata merupakan semua fasilitas yang fungsinya memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata yang dikunjunginya, dimana mereka dapat santai menikmati dan berpartisipasi dalam kegiatan yang tersedia di daerah tujuan wisata tersebut (Yoeti 2003).

2.2.5. Produk Wisata

Produk pariwisata atau wisata merupakan susunan produk yang terdiri dari campuran atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan. Produk ini merupakan bahan baku bagi perencana dan penyelenggara perjalanan wisata untuk menyusun paket wisata yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada calon wisatawan. Produk wisata adalah satu paket atau kemasan yang terdiri dari komponen barang-barang berwujud dan tidak berwujud yang dapat digunakan untuk beraktivitas di daerah tujuan wisata dan paket ini akan dilihat atau disaksikan oleh wisatawan sebagai suatu pengalaman yang dapat dibeli dengan harga tertentu (Yoeti 2003). Menurut pengertian tersebut terdapat lima komponen utama dalam total produk wisata yaitu daya tarik daerah tujuan wisata, fasilitas dan pelayanan, aksesibilitas, image dan persepsi daerah tujuan wisata serta harga atau biaya untuk perjalanan wisata.

2.2.6. Perencanaan Kawasan Rekreasi

Gold (1980) mengungkapkan perencanaan kawasan rekreasi adalah suatu proses yang menghubu ngkan manu sia dengan waktu luang dan ruang. Penggunaan informasi untuk mengalokasikan sumberdaya dalam rangka mengakomodasikan waktu luang pada saat ini dan di masa yang akan datang, yang dibutuhkan oleh suatu populasi dan areal perencanaan (Gold, 1980).

(37)

kemungkinan-kemungkinan rekreasi lain yang sama untuk menghindari duplikasi; (3) Rekreasi harus berintegrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi; (4) Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang akan datang; ( 5 ) Fasilitas dan programnya secara finansial harus dapat dikerjakan; (6) Penduduk di sekitarnya harus dilibatkan dalam perencanaan; (7) Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi; (8) Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan evaluasi; (9) Fasilitas-fasilitasnya harus membuat lahan menjadi seefektif mungkin untuk menyediakan waktu yang sebaik-baiknya demi kesehatan, keamanan, dan kebahagiaan penggunanya; merupakan contoh desain yang positif serta suatu bentuk kepedulian terhadap manusia.

Perencanaan kawasan rekreasi dilakukan melalui empat tipe pendekatan (Gold. 1980), yaitu:

1. Pendekatan sumberdaya, yaitu dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya untuk menentukan bentuk serta kemungkinan rekreasi dan atraksi wisata.

2. Pendekatan aktivitas, yaitu dengan menyeleksi aktivitas pada masa lalu untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang.

3. Pendekatan ekonomi, yaitu dengan mempertimbangkan dasar ekonomi atau sumber fiskal dari masyarakat digunakan untuk menentukan jumlah, tipe, dan kemungkinan-kemungkinan rekreasi.

4. Pendekatan perilaku, dengan mempertimbangkan perilaku manusia dan kejadian-kejadian pada waktu luang yang mempengaruhi pemilihan tentang bagaimana, di mana dan kapan orang-orang menggunakan waktu luangnya

2.2.7. Daya Dukung Rekreasi

(38)

pengguna atau masyarakat pemakai sumberdaya tersebut tetap berada dalam kondisi sejahtera dan/atau tidak dirugikan (Bahar, 2004).

Gold (1980) mendefinisikan daya dukung rekreasi sebagai kemampuan suatu area rekreasi secara alami, segi fisik, dan sosial untuk dapat mendukung atau menampung penggunaan aktivitas rekreasi dan memberikan suatu kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan; atau jumlah penggunaan aktivitas yang dapat diberikan suatu sumberdaya yang paling sesuai terhadap perlindungan rekreasi tersebut dan kepuasaan yang didapat oleh pengguna.

Sementara itu Douglass (1992) mendefinisikan daya dukung rekreasi sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menghitung hubungan antara suatu kausalitas atraksi tersebut. Daya dukung optimal aktivitas rekreasi merupakan banyaknya aktivitas yang dapat ditampung oleh suatu area tertentu selama jangka waktu tertentu dan memberikan perlindungan yang semestinya kepada sumberdaya area tersebut dan memberikan kepuasan kepada pengguna. Daya dukung ini terbagi dua :

1. Daya dukung fisik, yaitu jumlah pengguna yang dapat ditampung pada suatu area tanpa adanya perubahan pada kualitas rekreasi pada tapak tersebut. 2. Daya dukung sosial, yaitu tingkatan aktivitas rekreasi yang sangat disukai

dan diterima oleh penggunanya.

2.3. Agrowisata

2.3.1. Pengertian Agrowisata

(39)

Bahar (1989 ) mendefinisikan agrowisata sebagai suatu rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan objek-objek di sektor pertanian, antara lain perkebunan, ladang pembibitan, palawija dan Iain-lain, guna meningkatkan produktifitas di sektor pertanian. Ditambahkan oleh Tirtawinata dan Fachruddin (1996), agrowisata merupakan suatu upaya yang berkaitan dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian, yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaaan. Maetzold (2002) menyatakan agritourism adalah usaha alternatif dengan mengundang beberapa orang lahan pertanian atau peternakan. Dapat juga digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terjadi ketika perjalanan seseorang dihubungkan dengan produk, pelayanan, dan pengalaman pertanian. Produk itu sendiri bisa merupakan suatu pengalaman.

(40)

menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian, dan ekonomi nasional (Deptan, 2003).

2.3.2. Manfaat Agrowisata

Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang di lakukan di kawasan pertanian dan aktifitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wistawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan bahwa agrowisata merupakan suatu upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Kegiatan agrowisata juga merupakan kegiatan pengembangan wisata yang berkaitan dengan kegiatan pedesaan dan pertanian yang mampu meningkatkan nilai tambah kegiatan pertanian dan kesejahteraan pedesaaan.

Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menyatakan bahwa agrowisata dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan konservasi lingkungan.

2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam. 3. Memberikan nilai rekreasi.

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. 5. Mendapatkan keuntungan ekonomi.

2.3.3. Lanskap Agrowisata

(41)

dibentuk oleh aktivitas unsur biotik dan abiotik, serta adanya kesatuan di dalam sistem-sistemnya. Di alam terdapat lima tipe lanskap utama yaitu : ( 1 ) Lanskap alami, yang sedikit sekali dipengaruhi oleh manusia; (2) Lanskap yang dikelola, dimana biota asli tertentu dikelola dan dipungut hasilnya; (3) Lanskap pertanian, lanskap yang didominasi oleh pertanian; (4) Lanskap sub-urban, lanskap kota maupun daerah yang memiliki campuran patch yang heterogen.

Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas penunjang produksi pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Pemandangan pertanian tersebut berupa sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, tanaman koleksi, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan. Pemandangan yang biasa terlihat pada lanskap pertanian pada umumnya terdiri dari : tanaman hias, tanaman hortikultur, hutan, bangunan pertanian, rumah kaca, kandang ternak dan kolam budidaya ikan. Lanskap agrowisata adalah sebuah lanskap pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas pertanian, dan pengolahan hasil pertanian yang telah dimodifikasi oleh tangan-tangan manusia untuk kepentingan ekonomi dan rekreasi serta memanfaatkan pemandangan lanskap alaminya dengan meminimalkan perusakan lingkungan yang terjadi. Pemandangan lanskap alami tersebut dapat berupa sawah. perkebunan, palawija, taman bunga, tanaman koleksi, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan.

2.3.4. Ruang Lingkup Agrowisata

Tirtawinata dan Fachriddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang sebagai berikut :

1. Kebun raya. Obyek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan didalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.

(42)

asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi (pembibitan), produksi, dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran).

3. Tanaman pangan dan hortikultur. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur yakni bunga, buah sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan obyek agrowisata.

4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya memancing ikan.

5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola beternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan ternak.

2.3.5. Perencanaan dan Pengembangan Agrowisata

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu: (1) sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, (2) dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, (3) mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitarnya, (4) selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, (5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

(43)

Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachrudin (1996) menyatakan bahwa terdapat tiga alternatif model agrowisata yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Alternatif pertama. Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif ini dapat ditemui di daerah terpencil dan jauh dari lalu lintas ekonomi luar.

2. Alternatif kedua. Memilih salah satu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata, tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan dibuat agrowisata buatan.

3. Alternatif ketiga. Memilih daerah yang masyarakatnya memperlihatkan unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan bertani, beternak, berdagang dan sebagainya serta tidak jauh dari lalu lintas wisata yang cukup padat.

2.2.6. Sarana dan Prasarana Pendukung Agrowisata

Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat mengklasifikasikan faktor sarana pendukung agrowisata kedalam dua jenis, yaitu sarana umum dan sarana khusus. 1. Sarana umum, terbagi kedalam tiga bagian, yaitu sarana pokok, sarana

pelengkap dan sarana penunjang. (a) Sarana pokok, meliputi: sarana transportasi, sarana akomodasi, sarana restoran dan tempat makan lainnya, sarana travel biro (biro perjalanan umum), souvenir shop (perusahaan penjual cinderamata). (b) Sarana pelengkap, meliputi: fasilitas olahraga dan fasilitas permainan. (c) Sarana pendukung, meliputi: fasilitas hiburan dan lainnya. 2. Sarana khusus, diantaranya meliputi laboratorium, tempat studi, literatur

pendukung, tenaga peneliti pada objek yang dimaksud dan lain-lain.

Faktor prasarana dalam agrowisata secara umum dibagi ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Prasarana perekonomian, meliputi prasarana transportasi, prasarana komunikasi, prasarana perbankan dan prasarana utilitas.

(44)

Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk suatu agrowisata antara lain :

1. Jalan menuju lokasi 2. Pintu gerbang 3. Tempat parkir 4. Pusat informasi

5. Sign board (papan informasi)

6. Jalan (sirkulasi) dalam kawasan agrowisata 7. Shelter

8. Toilet

(45)

3.1. Lokasi dan Waktu Studi

Studi ini berlokasi di Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Barat, Propinsi Jawa Barat. Lokasi studi terletak di sebelah barat Kota Bogor, dengan jarak tempuh 15 km dari pusat kota tersebut (Gambar 2). Pengambilan data tersebut dimulai pada minggu pertama bulan Januari 2006 sampai minggu keempat bulan Juni 2006. Kegiatan studi ini diselesaikan pada minggu ketiga bulan Januari 2008.

Gambar 2. Peta Orientasi Lokasi di Desa Situdaun Sumber: Peta Rupa Bumi (1999)

Sungai Cihideung Sungai Cinangneng

Tanpa skala U

(46)

Persiapan Rencana tata hijau, Touring plan Sintesis • Gambar rencana tata hijau Pengembangan

Konsep

1. Data biofisik

• Letak, luas, dan aksebilitas • Iklim

• Tanah

• Topografi dan kemiringan lahan • Vegetasi

Proses perencanaan dilakukan dengan beberapa tahapan meliputi persiapan, inventarisasi, analisis dan sintesis, dan perencanaan (Gambar 3).

(47)

Metode yang digunakan pada studi ini adalah metode survei dan analisis deskriptif dengan mengacu pada proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Perencanaan dilakukan dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe dan kemungkinan jenis atraksi wisata dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya alam. Pendekatan aktivitas, yaitu dengan mempertimbangkan jenis aktivitas rekreasi yang dapat dikembangkan pada tapak.

Tahap persiapan merupakan tahap merumuskan masalah, menentukan arah dan tujuan studi, identifikasi keperluan data dan metode pengambilannya, serta persiapan administrasi berupa pembuatan usulan dan perijinan. Selanjutnya perumusan konsep dasar berdasarkan potensi tapak dan gambaran serta informasi umum yang telah diperoleh. Penentuan konsep dilakukan terlebih dahulu untuk memudahkan dan mengarahkan pengambilan data serta menjadi pengarah pada tahapan perencanaan selanjutnya. Konsep dasar ini akan dikembangkan setelah ditemukan solusi dari analisis data yang telah terkumpul sebelumnya.

Tahap inventarisasi adalah tahap pengumpuan data dan informasi dengan mengacu pada konsep serta tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung di tapak dan sekitar tapak, pengambilan foto, studi pustaka berupa laporan kegiatan dan informasi dari instansi terkait serta dari berbagai sumber ilmiah lainnya, dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui persepsi dan preferensi responden. Pada metode wawancara ini responden dipilih dengan menggunakan metode pengambilan sampel dengan tujuan tertentu (purposive sampling). Jenis data berikut kegunaannya pada studi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Aspek, Jenis, Sumber, dan Kegunaan Data

Aspek dan Jenis Satuan Bentuk Sumber Kegunaan

A. Biofisik

(48)

Aspek dan Jenis Satuan Bentuk Sumber Kegunaan

Dramaga Kenyamanan/ THI

(Temperature Humidity Indeks); Acuan rencana 3.Tanah

a.Jenis tanah Deskriptif LPT Bogor Analisis sifat fisik

dan kimia tanah; b.Titik tinggi dan rendah

%

Survei lapang Analisis jenis dan pola penyebaran

a.Jenis - Deskriptif Survei lapang Analisis potensi

fungsi satwa untuk

(49)

Aspek dan Jenis Satuan Bentuk Sumber Kegunaan

Survei lapang Mengetahui sistem jaringan utilitas yang telah dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam potensi dan kendala. Hasil klasifikasi data ke dalam potensi dan kendala tersebut dianalisis secara deskriptif dan spasial sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel analisis dan deskripsi data. Secara umum, proses analisis dilakukan dengan mencari korelasi antara kondisi dan karakteristik tapak dengan kosep yang akan dikembangkan. Analisis secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui daya dukung rekreasi yang akan dikembangkan. Nilai daya dukung wisata diperhitungkan berdasarkan rata-rata dalam m2/orang (Boulon dalam WTO dan UNEP, 1992 yang disitir oleh Nurisjah et. al, 2003):

DD = A/S

T = DD x K

K = N/R

Selanjutnya dilakukan sintesis berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah, yang diperoleh setelah dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan serta pengembangan pada konsep dasar. Peta-peta

Keterangan

DD : Daya Dukung tapak (m2/orang) A : Area yang digunakan sebagai wisata S : Standar rata-rata individu

T : Total hari kunjungan yang diperkenankan K : Koefisien rotasi

N : Jam kunjungan per hari yang diijinkan R : Rata-rata waktu kunjungan

(50)

analisis yang dihasilkan sebelumnya disuperposisikan untuk menghasilkan solusi ruang terhadap potensi dan permasalahan pada tapak berupa suatu model block plan.

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data dan Analisis

Tapak secara fisik merupakan bagian dari suatu lanskap atau lanskap itu sendiri, dapat berupa bentukan alami maupun buatan, statis atau dinamis, dengan ukuran serta karakter yang beragam. Tapak merupakan suatu sistem biofisik dan sosial yang keberadaannya dibentuk, dipengaruhi, dan dilestarikan oleh elemen-elemen pembentuk tapak. Aspek biofisik dibentuk oleh elemen-elemen pembentuk tapak terdiri dari iklim, tanah, topografi, satwa, hidrologi, sensuous quality, tata guna lahan, serta fasilitas dan utilitas. Sedangkan aspek sosial dibentuk oleh kependudukan, opini dan keinginan pengguna tapak.

4.1.1. Aspek Biofisik

4.1.1.1. Letak, Luas, dan Aksesibilitas

Secara administratif, Desa Situdaun berada dalam wilayah Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Barat, Propinsi Jawa Barat. Letak geografisnya berada pada 6036'03"-6037'59" LS dan 106041'52"-106042'59" BT. Letak tapak berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Desa Cihideung Udik

Sebelah Selatan : Desa Gunung Malang

Sebelah Timur : Sungai Cihideung, Desa Petir, Desa Purwasari

(52)

Luas tapak sebesar 371,31 hektar; terdiri dari 6 kampung, yaitu Kampung Cikupa, Cikupacaringin, Pasiripis, Situdaun, Situdaunsemper, dan Babakan Situdaun; terbagi dalam 4 Rukun Warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT). Letak tapak memang sangat strategis karena dekat dan berada di antara beberapa objek wisata lainnya, seperti Kawasan Agroedutourism Kampus IPB Dramaga, Kampung Wisata Cinangneng, dan objek wisata Gunung Salak Endah. Bahkan dengan keberadaan beberapa objek wisata ini, dapat diciptakan sebuah alur perjalanan wisata dari hilir ke hulu atau sebaliknya. Secara umum, tapak memiliki sumberdaya alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata. Tapak merupakan daerah penghasil padi, sayuran, dan ikan air tawar. Selain itu, tapak merupakan area yang sangat luas dengan bentang alam lahan pertanian dan perikanan dengan latar belakang Gunung Salak sehingga dapat mendukung berkembangnya tapak sebagai kawasan agrowisata.

Lokasi tapak berjarak 15 km dari Kota Bogor dengan waktu tempuh selama 1 jam 15 menit; berjarak 2 km dari Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga dengan waktu tempuh selama 20 menit (asumsi pencapaian lokasi Gambar 4. Batas Tapak: Patok Batas Desa Cihideung Udik (Kiri Atas); Patok

(53)

membentuk alur perjalanan wisata dari hilir ke hulu). Dari arah Kampus IPB Dramaga lokasi dapat dicapai melalui dua jalur masuk terdekat menuju tapak, yaitu melalui Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng ke arah Desa Cihideung Udik (Gambar 5). Kondisi jalan sampai Jalan Raya Dramaga berupa jalan arteri dengan lebar 6 m, sedangkan Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng sampai ke jalan desa Cideung Udik berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4 m. Akses menuju tapak merupakan jalur sirkulasi dua arah dan dapat dilalui angkutan umum maupun kendaraan pribadi roda dua dan empat.

Akses ke dalam tapak dapat dilalui dari empat arah sebagai jalur masuk. Pertama dari arah utara (jalan Desa Cihideung Udik), kedua dari arah selatan (jalan Desa Gunung Malang), ketiga dari arah timur (jalan Desa Purwasari), dan

Gambar 5. Pencapaian Lokasi Studi

Keterangan:

: Jalan Arteri : Jalan Lokal Aspal 1 : Jalan Raya Dramaga 2 : Jalan Cibanteng Proyek 3 : Jalan Desa Cinangneng

Desa Cinangneng Desa Purwasari

(54)

keempat dari arah barat (jalan Desa Cinangneng). Kondisi jalan dari arah utara, selatan, dan barat berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4 m, sedangkan kondisi jalan dari arah timur berupa jalan tanah berbatu dengan lebar 3 m. Jalan di dalam tapak berupa jalan lokal aspal dengan lebar 4 m, jalan yang diperkeras dan jalan tanah berbatu dengan lebar 3 m (Gambar 6). Sirkulasi di dalam tapak berupa sirkulasi linear membentuk pola simpul dari arah utara ke selatan dengan beberapa percabangan jalan menyebar ke tepi tapak. Akses ke dalam dan di dalam tapak merupakan jalur sirkulasi dua arah dan dapat dilalui angkutan umum maupun kendaraan pribadi roda dua dan empat, kecuali jalan tanah berbatu yang hanya dapat dilalui kenderaan roda dua.

Kemudahan dalam pencapaian lokasi merupakan salah satu syarat dalam perencanaan agrowisata. Meskipun letak tapak yang cukup jauh dari pusat kota, namun dengan adanya fasilitas angkutan umum dan jalur jalan yang cukup baik, setidaknya mampu memberikan akses bagi pengunjung menuju tapak (Gambar 7). Jalur jalan sampai ke Jalan Raya Dramaga biasa dilalui oleh kendaraan dengan intensitas penggunaan tinggi sehingga seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kondisi Jalan Cibanteng Proyek dan jalan Desa Cinangneng sebagai jalur masuk terdekat menuju tapak cukup sempit bagi kenderaan besar, penggunaan jalan berbaur, terdapat pangkalan ojek yang mengambil ruang badan jalan, padat pemukiman, di beberapa titik kondisinya berlubang dan tergenang, dan tanpa pedestrian (Gambar 8). Kondisi yang hampir sama dengan jalan di dalam tapak, bahkan di area miring minim fasilitas pengaman sehingga beresiko bagi keselamatan dan keamanan serta kenyamanan pengguna tapak.

(55)

Untuk mempermudah akses menuju tapak, perlu dilakukan pengaturan akses masuk dan keluar yang dilengkapi dengan papan informasi dan penunjuk arah. Jalan Cibanteng Proyek dapat difungsikan sebagai jalur masuk menuju tapak, sedangkan jalan Desa Cinangneng sebagai jalur keluar menuju tapak. Sedangkan untuk akses ke dalam tapak juga perlu dilakukan pengaturan akses masuk dan keluar ke dalam tapak yang dilengkapi dengan gerbang penanda, papan nama, papan informasi dan penunjuk arah. Perbaikan fisik jalan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan, yaitu dengan perbaikan dan pelebaran badan jalan, membangun jalur pedestrian, menyediakan fasilitas pengaman berupa Gambar 8. Jalur Masuk Terdekat Menuju Tapak: Jalan Cibanteng Proyek

(Atas); Jalan Desa Cinangneng (Bawah)

(56)

papan peringatan dan pembatas jalan, diperlukan meningkatkan keselamatan dan keamanan serta kenyamanan pengguna tapak.

4.1.1.2. Iklim

Iklim suatu tempat merupakan keadaan setimbang sejumlah faktor-faktor tidak tetap pembentuk sistem iklim yang saling mempengaruhi satu sama lain (Laurie, 1994). Iklim merupakan salah satu penentu kenyamanan di dalam perencanaan lanskap suatu tapak. Beberapa komponen pembentuk sistem iklim tersebut terdiri dari suhu, kelembaban udara, curah hujan, hari hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas penyinaran.

Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga Bogor. Data iklim lokasi studi berada pada elevasi 190 – 500 m dpl, dengan letak astronomis antara 6030'45" LS dan 106045'115" BT. Data iklim yang diperoleh adalah data iklim tahunan, dengan tahun pengukuran 2002-2006 (Tabel 2).

Tabel 2. Data Iklim Desa Situdaun Tahun 2002-2006

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga (2006)

Berdasarkan data iklim tersebut diperoleh gambaran kondisi iklim Desa Situdaun (2002-2006), yaitu :

- Suhu rata-rata tahunan : 25,8 oC

- Kelembaban udara rata-rata tahunan : 84 %

- Curah hujan tahunan : 4.137 mm/tahun

(57)

- Intensitas peninaran matahari rata-rata tahunan : 65,1 % - Kecepatan angin rata-rata tahunan : 2,2 km/jam

Suhu rata-rata tahunan tapak adalah 25,8 0C dengan fluktuasi suhu rata-rata minimum tahunan 25,3 0C pada bulan Februari, dan suhu rata-rata maksimum tahunan 26,2 0C pada bulan April, Mei, dan Oktober. Secara umum, kondisi suhu di dalam tapak dikategorikan ideal bagi penggunanya karena kisaran suhu yang nyaman bagi manusia adalah antara 27–28 0C (Laurie, 1984). Namun di beberapa area di dalam tapak bersuhu tinggi pada siang hari, disebabkan karena banyaknya ruang terbuka (hamparan sawah, kebun, dan kolam ikan) dan kurangnya vegetasi peneduh. Suhu yang terlalu tinggi di dalam tapak dapat diatasi dengan menyediakan naungan berupa vegetasi maupun struktur bangunan.

Kelembaban udara rata-rata tahunan pada tapak adalah 84 % dengan fluktuasi kelembaban terendah 78 % terjadi pada Bulan Agustus dan September, dan kelembaban tertinggi 89 % pada bulan Februari. Kelembaban udara yang cukup tinggi ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi manusia untuk beraktivitas karena terhambatnya penguapan air dalam tubuh sehingga panas tubuh meningkat dan menimbulkan rasa cepat lelah. Keadaan ini perlu diatasi dengan melakukan pendekatan kelembaban ideal dan mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna tapak merasa nyaman, seperti memanfaatkan angin.

Angin dapat dimanfaatkan untuk merubah kelembaban dan suhu tapak, yaitu dengan menggunakan vegetasi yang disusun mengikuti atau tidak memotong arah angin (Brooks, 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya evaporasi dan penutupan dari kanopi vegetasi (Gambar 9). Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk merubah kelembaban dan suhu adalah air. Air dapat memberikan dampak pada suhu udara yang panas melalui proses penguapan sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi pengguna yang berada di sekitarnya.

(58)

Index, T : suhu udara, dan RH : kelembaban udara). Hasil perhitungan menunjukkan nilai THI pada tapak berkisar 24,7-25,4 (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa tapak dikategorikan nyaman bagi manusia untuk melakukan aktivitas (comfort zone).

Tabel 3. Nilai THI Desa Situdaun

Bulan T (0C) RH (%) THI

Januari 25.5 88 24.9

Februari 25.3 89 24.7

Maret 25.9 86 25.2

April 26.2 86 25.4

Mei 26.2 84 25.4

Juni 25.7 83 24.8

Juli 25.7 81 24.7

Agustus 25.7 78 24.5

September 25.8 78 24.6

Oktober 26.2 80 25.1

Nopember 26.1 85 25.3

Desember 25.8 87 25.1

Sumber: Perhitungan THI = 0,8T+(RH.T)/500 (Laurie, 1994)

Curah hujan tahunan pada tapak adalah 4.137 mm/tahun dengan fluktuasi curah hujan terendah 168 mm pada bulan Agustus, dan tertinggi 484 mm pada bulan Januari. Jumlah hari hujan rata-rata tahunan 248 hari. Hari hujan terendah 11 hari terjadi pada bulan Agustus, dan tertinggi 27 hari pada bulan Februari dan Desember. Curah hujan yang tinggi merupakan potensi bagi suplai air tanah dan sumber ketersediaan air situ (check dam), suplai air untuk budidaya pertanian dan

(59)

Suhu Rata-Rata (2002-2006)

Gambar 10. Grafik Iklim Desa Situdaun Tahun 2002-2006

Gambar

Gambar 2.  Peta Orientasi Lokasi di Desa Situdaun
Gambar 3.  Bagan Proses Perencanaan Lanskap (Gold, 1980 dengan Penyesuaian)
Gambar 4. Batas Tapak: Patok Batas Desa Cihideung Udik (Kiri Atas); Patok Batas Desa Gunung Malang (Kanan Atas); Sungai Cihideung (Kiri Bawah); Sungai Cinangneng (Kanan Bawah)
Gambar 5. Pencapaian Lokasi Studi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Observasi lapang merupakan survei ke dalam tapak secara langsung untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik, aksesibilitas, kondisi area pertanian terpadu, dan aspek

Ruang penerimaan merupakan ruang dimana ketika pengunjung memasuki kawasan maka terlebih dahulu memasuki mang penerimaan, kemudian ruang pelayanan mempakan m g untuk

Konsep Keseluruhan dari perencanaan kawasan Dusun Muara Dua adalah dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam pertanian yang terdapat pada tapak sebagai pengembangan

Ruang pelayanan merupakan ruang yang memberikan pelayanan demi kenyamanan para wisatawan yang datang untuk berwisata. Ruang pelayanan ini diperuntukan untuk para

Menurut Nurisjah (2001), kawasan agrowisata dapat ditata dan dikembangkan dengan menggunakan lima konsep sebagai berikut: 1) mengakomodasi kepentingan dan keinginan

Ilustrasi Aktivitas Pengunjung di Ruang Peternakan (a) memerah susu, (b) membuat bio gas, (c) membuat kompos, (d) memberi makan ternak Pengunjung dapat melakukan wisata

1. Perancangan interior agrowisata salak di desa Sibetan berdasarkan konsep Education and Recreation dikelompokan menjadi tiga jenis ruang berdasarkan fungsi ruang, yaitu fungsi

Berdasarkan data yang didapatkan di lapangan untuk penilaian terhadap potensi wisata di lanskap Agrowisata Desa Colol sebagai berikut: 1 beragam objek dan aktivitas pertanian disertai