• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor"

Copied!
292
0
0

Teks penuh

(1)

           

KECA

DEP

AMATAN C

M

PARTEME FAKU INSTITU

CIJERUK K

 

Oleh MEGA AM

EN ARSIT ULTAS PE UT PERTA

2010

KABUPAT

: MALYA

EKTUR L ERTANIAN ANIAN BOG

0

TEN BOGO

ANSKAP N

GOR

(2)

MEGA AMALYA. Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI dan NIZAR NASRULLAH.

Kecamatan Cijeruk merupakan salah satu dari 36 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dengan potensi pertanian dan pemandangan alam yang belum sepenuhnya dikembangkan untuk tujuan wisata. Kecamatan Cijeruk terbagi menjadi 9 desa yaitu Desa Sukaharja, Tajurhalang, Cipelang, Cijeruk, Palasari, Tanjungsari, Cipicung, Cibalung, dan Warung Menteng. Desa yang akan dikembangkan ialah Desa Sukaharja yang memiliki potensi tanaman hortikultur, khususnya sentra tanaman hias, buah-buahan semusim serta sayuran dan palawija, dan Desa Tajurhalang sebagai desa yang turut dikembangkan dengan potensi pertanian berupa tanaman hias dan peternakan. Selain potensi pertanian serta pemandangan alam tersebut, desa ini juga memiliki potensi masyarakat yang mengusahakan lahan pertanian di desanya dalam bentuk kelompok tani.

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan rencana lanskap (landscape plan) agrowisata berkelanjutan melalui penataan ruang, pengadaan fasilitas dan utilitas yang mendukung aktivitas agrowisata maupun wisata umum di perdesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitis melalui kegiatan survey baik observasi maupun non-observasi lapang. Tahapan penelitian meliputi mengidentifikasi dan merumuskan masalah, menyusun kerangka teoritis dan konsultasi dengan ahli, mengumpulkan data, menganalisis data, mensintesis data, dan perencanaan. Data persepsi atau preferensi masyarakat diambil dengan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden, pengambil kebijakan, instansi dan masyarakat : petani, pedagang, pengusaha kecil/pengrajin, kelompok wanita, pengunjung. Data keberlanjutan masyarakat dikaji dengan metode

Community Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan

Masyarakat (PKM). Penilaian berdasarkan kriteria tertentu dilakukan terhadap tiga alternatif perencanaan untuk menentukan alternatif terpilih.

(3)

Pembagian ruang yang dihasilkan meliputi ruang utama agrowisata seluas 231,3 ha (25%), ruang pendukung agrowisata seluas 341,9 ha (37%), serta ruang penyangga 352 ha (38%). Masing-masing ruang terbagi ke dalam area-area yang memegang fungsi penerimaan, pelayanan, budidaya, display, pasca panen, pendidikan, rekreasi, evaluasi dan konservasi. Ruang utama agrowisata memiliki pembagian area berdasarakan komoditi yakni, area tanaman hias, area sayuran palawija dan padi, area tanaman buah, serta area peternakan. Ruang pendukung agrowisata memiliki area penerimaan, area pelayanan, area transisi, dan area masyarakat atau pemukiman. Sedangkan ruang penyangga memiliki area konservasi.

Konsep dasar perencanaan lanskap agrowisata ini adalah menciptakan kawasan agrowisata yang berkelanjutan dengan memanfaatkan ragam komoditas pertanian sebagai obyek wisata dan peran aktif masyarakat setempat yang diwujudkan dalam bentuk menyediakan fasilitas pelayanan, jasa pemandu dan tenaga kerja serta mengelola aktivitas agrowisata bagi pengunjung. Konsep berkelanjutan terletak pada potensi sumberdaya yang termanfaatkan tanpa merusak lingkungan alami perdesaan yang menjadi daya tarik sehingga tetap dapat lestari hingga waktu yang akan datang. 

Rencana ruang dan aktivitas yang dikembangkan adalah rencana berdasarkan fungsi pelayanan serta fungsi agrowisata dan wisata umum. Aktivitas pelayanan wisata yang direncanakan seperti penyambutan, parkir, registrasi, memperoleh informasi, menyewa alat transportasi desa, berbelanja, makan, bermalam, beribadah, dan MCK, sedangkan aktivitas agrowisata dan wisata umum antara lain budidaya, pengolahan dan pengemasan hasil, pengolahan limbah pertanian, jalan santai, memetik buah, memerah sapi, bersepeda, menikmati pemandangan, piknik, photohunting, dan jalan santai. Fasilitas yang dikembangkan meliputi fasilitas pelayanan wisata, fasilitas agrowisata dan rekreasi umum, serta fasilitas penunjang wisata. Fasilitas agrowisata yang umumnya ada di tiap obyek agrowisata ialah jalan setapak, papan penanda, papan informasi, shelter, lahan pembibitan, dan lahan percobaan, tempat sampah, tempat duduk, tempat pengemasan hasil dan pengolahan limbah pertanian. Fasilitas penunjang wisata yang disediakan seperti utilitas air bersih, jaringan listrik oleh PLN, jaringan telekomunikasi, pengelolaan limbah padat dan cair serta informasi dan promosi.

(4)

KECAMATAN CIJERUK KABUPATEN BOGOR

             

MEGA AMALYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor

Nama : Mega Amalya

NRP : A44050040

Mayor : Arsitektur Lanskap

Disetujui,

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS

NIP. 19610720 198403 2 002

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr

NIP. 19620118 198601 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA

NIP. 19480912 197412 2 001

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat

sehat, rizki, waktu dan kesempatan yang telah diberikan sehingga tugas akhir

dengan judul Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian

KKP3T T.A 2009 yang dilaksanakan atas kerjasama LPPM IPB dengan Balitbang

Pertanian RI yang berjudul “Pengembangan Agrowisata Berbasis Komunitas

untuk Konservasi Lanskap Pertanian dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

di Perdesaan”.

Terima kasih dan penghargaan tak terhingga penulis ucapkan kepada Papa

dan Mama serta keluarga yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta doa

dan dukungan baik berupa materi, moral maupun spiritual. Selain itu terima kasih

pula penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah

banyak membantu serta memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis.

2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi II yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan

bimbingan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir. Afra D. N, MSc; Ir.Umi Haryati; dan Ir.Saptana, MSi yang telah

banyak membantu serta memberikan saran, Bapak Didi selaku staf

Departemen Arsitektur Lanskap yang penuh semangat menata

tanaman-tanaman sehingga nyaman dipandang mata, segenap staf Tata Usaha dan

Komisi Pendidikan Departemen Arsitektur Lanskap, serta keluarga besar

IPB yang telah menggunakan perannya dengan sebaik mungkin.

4. Pihak Pemda Kabupaten Bogor, Bakosurtanal, Kecamatan Cijeruk,

UPTD Caringin, Kepala Desa, serta kelompok tani yang telah banyak

(7)

6. Teman-teman ARL 42 yang setia menemani dan berbagi, serta teman

saya dari Taman kanak-kanak, SD, SMP, dan SMA yang telah

memberikan pengalaman penuh arti.

7. Adik-adik ARL angkatan 43, 44 dan 45 yang senantiasa memberi

semangat untuk pengerjaan skripsi.

8. Keluarga tercinta: Akang Idham, Teh Anne, Tasya dan saudara-saudara

yang tak mampu saya sebutkan satu persatu namanya, namun telah

memberi banyak arti dalam hidup saya.

9. Berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena begitu

banyaknya orang yang telah memberi arti dalam hidup saya sampai saat

ini, semoga kebaikan kalian mendapat balasan yang lebih baik dari Allah

SWT.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, serta

kelanjutan penelitan yang akan datang. Segala kekurangan yang ada datangnya

dari saya semoga dapat diperbaiki, serta kelebihan yang ada datangnya dari Allah

SWT, semoga dapat kita syukuri.

Bogor, April 2010

(8)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Januari 1988 dari pasangan

Sjamsudin (ayah ) dan Schenny Noor (ibu). Penulis merupakan anak ketiga dari

empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

Strata 1. Setelah melalui masa Tahap Persiapan Bersama (TPB)-IPB selama dua

semester, penulis memilih jurusan Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas

Pertanian sebagai program mayor, serta Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa

Lingkungan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

Fakultas Kehutanan sebagai program minor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis mendapat amanat menjadi bendahara

kelas Arsitektur Lanskap (ARL) angkatan 42. Penulis juga sering mengikuti

kepanitian di beberapa acara departemen, seperti menjadi anggota sie.konsumsi

untuk kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen (MPD) ARL angkatan 43 dan

bendahara untuk kepanitiaan Fieldtrip angkatan 43 pada tahun 2007, serta

bendahara Hari Pelepasan Sarjana (HPS) ARL angkatan 39 dan bendahara Temu

(9)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Pengertian Lanskap ... 5

Arsitektur Lanskap ... 5

Agrowisata Pengertian Agrowisata ... 5

Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata ... 6

Manfaat Agrowisata ... 6

Aktivitas Agrowisata ... 6

Sarana dan Prasarana Penunjang Agrowisata ... 6

Perencanaan Agrowisata ... 7

Pengembangan Agrowisata ... 7

Keberlanjutan (sustainability) ... 8

Perencanaan Perencanaan Lanskap ... .10

Perencanaan Kawasan Wisata ... .10

Wisata Pengertian Wisata ... .11

Aktivitas Wisata ... .11

Produk Wisata ... .11

(10)

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ... .12

Informasi dan Promosi Wisata ... .12

Pelaku wisata ... .13

Rekreasi Pengertian Rekreasi ... .14

Program dan Aktivitas Rekreasi ... .14

Perencanaan Kawasan Rekreasi ... .15

Perdesaan Pengertian Perdesaan ... .15

Potensi Desa ... .16

Lanskap Perdesaan ... .16

Pertanian Aktivitas Pertanian ... .16

Pertanian Berkelanjutan ... .17

Hasil Penelitian Sebelumnya ... .17

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ... .19

Batasan Penelitian ... .20

Metode Penelitian ... .20

DATA DAN ANALISIS Aspek Fisik dan Bio-Fisik Letak, Luas, dan Batas Kawasan ... .27

Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Kawasan ... .28

Tata Guna Lahan ... .30

Iklim dan Kenyamanan ... .36

Jenis Tanah ... .39

Hidrologi ... .42

Vegetasi dan Satwa ... .44

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ... .45

(11)

Aspek Sosial dan Ekonomi

Penduduk ... .66

Kelembagaan ... .67

Obyek dan Atraksi Pendukung Agrowisata ... .68

Pengunjung ... .69

Pengelolaan Kawasan Agrowisata ... .71

Rencana Tata Ruang Wilayah ... .74

Aspek Estetika View atau Potensi Pemandangan ... .76

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat ... .80

SINTESIS Pembagian Ruang ... .81

Karakteristik Ruang ... .86

KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN Alternatif Perencanaan ... .89

Pemilihan Alternatif ... .90

Konsep Dasar ... .91

Konsep Pengembangan Lanskap ... .91

Konsep Ruang dan Aktivitas ... .91

Konsep Fasilitas dan Utilitas ... .92

Konsep Jalur Agrowisata ... .93

Konsep Vegetasi ... .94

Konsep Berkelanjutan ... .95

Konsep Pengelolaan Pengunjung ... .96

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas ... .97

Rencana Fasilitas dan Utilitas ... 109

Rencana Jalur Agrowisata ... 111

Rencana Vegetasi ... 112

(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(13)

No Teks Halaman

1 Jenis, sumber, cara pengambilan data, dan bentuk hasil data ... 24

2 Kriteria penilaian dalam PKM / CSA ... 26

3 Proporsi, fungsi, serta pengembangan pola pemanfaatan lahan pada kawasan penelitian ... 34

4 Kriteria kesesuaian iklim untuk beberapa tanaman di kawasan ... 37

5 Jenis tanah serta pola dan solusi pemanfaatan lahan ... 40

6 Kondisi jalan dan solusi pemanfaatannya di dalam kawasan ... 50

7 Potensi eksisting obyek dan daya tarik di kawasan ... 58

8 Potensi obyek dan daya tarik wisata serta solusi pemanfaatannya ... 59

9 Pengembangan aktivitas agrowisata di dalam ruang utama agrowisata ... 61

10 Obyek wisata di sekitar kawasan ... 62

11 Fasilitas wisata berdasarkan aktivitas ... 65

12 Jumlah penduduk di kawasan ... 66

13 Karakteristik pengunjung ... 69

14 Data ekologi lanskap, estetika, potensi dan permasalahan serta solusi yang ditawarkan ... 82

15 Pembagian ruang, aktivitas serta fasilitas pendukungnya ... 88

16 Penilaian kriteria alternatif perencanaan ... 90

17 Rencana penggunaan ruang ... 107

18 Rencana penggunaan ruang untuk aktivitas agrowisata ... 108

(14)

No Teks Halaman

1 Kerangka pikir perencanaan... .4

2 Peta orientasi lokasi penelitian ... 19

3 Peta lokasi penelitian ... 27

4 Peta topografi dan ketinggian kawasan ... 31

5 Peta kelas kemiringan kawasan... 32

6 Peta tata guna lahan kawasan ... 35

7 Peta jenis tanah kawasan ... 41

8 Peta hidrologi kawasan ... 43

9 Vegetasi di dalam kawasan ... 44

(a)pohon pinus (b)pohon, semak, dan penutup tanah 10 Satwa di dalam kawasan ... 45

(a)berbagai jenis unggas (b)mamalia 11 Peta aksesibilitas kawasan ... 46

12 Kondisi jalan di dalam kawasan... 47

13 Jenis kendaraan di dalam kawasan... 48

14 Pejalan kaki sebagai pengguna jalan ... 48

15 Penggunaan elemen tanaman pada sisi jalan ... 49

16 Peta potensi obyek agrowisata dan rekreasi di kawasan ... 52

17 Kondisi eksisting usaha tani tanaman hias ... 53

(a)saung dalam kelompok usaha tani untuk budidaya tanaman hias (b)halaman rumah sebagai display tanaman hias 18 Kondisi eksisting kebun sayuran palawija dan padi ... 55

19 Kondisi eksisting tempat pembibitan tanaman buah durian ... 56

(a)display bibit tabulampot durian (b)jalan setapak di dalam kebun buah 20 Kondisi eksisting peternakan sapi ... 57

(a)kondisi ternak dalam kandang (b)pengolahan kotoran sapi menjadi biogas 21 Kondisi eksisting Taman Gajah di Cijulang ... 62

(15)

23 Atraksi pendukung agrowisata ... 68

(a)arak-arakan hasil pertanian (b)kesenian bela diri 24 Papan penanda Bunga Desa ... 72

25 Sarana informasi dan promosi dalam kawasan ... 72

(a)leaflet kelompok tani Bunga Desa dari program KKP mahasiswa IPB 2009 (b)logo kelompok tani Bunga Desa dari program KKP mahasiswa IPB 2009 26 Peta Rencana Tata Ruang Kawasan tahun 2005-2025 ... 75

27 Peta potensi pemandangan di dalam kawasan ... 77

28 Potensi pemandangan pendukung konsep agrowisata ... 78

(a)latar Gunung Salak di sawah (b)pemandangan Kota Bogor (c)bentangan sawah di perdesaan (d)rangkaian perbukitan di kaki Gunung Salak 29 Permasalahan sampah di dalam kawasan... 79

30 Kondisi jalan yang kotor di dalam kawasan ... 79

31 Pembagian ruang (BLOCK PLAN) ... 87

32 Ilustrasi area tanaman hias ... 98

33 Ilustrasi area sayuran palawija dan padi ... 99

(a)komoditas sayuran (b)komoditas palawija dan padi 34 Ilustrasi area tanaman buah ... 101

(a)lahan budidaya durian (b)lahan budidaya nanas 35 Ilustrasi area peternakan ... 102

(a)kandang ternak (b)tempat penggembalaan (c)tempat pembuatan biogas 36 Ilustrasi area penerimaan ... 103

37 Ilustrasi area pelayanan ... 104

(a)terminal angkot dan tempat parkir (b)pasar desa (c)penginapan 38 Ilustrasi area transisi ... 105

(a)Cijulang (b)Tajurhalang atas 39 Ilustrasi area masyarakat ... 106

(16)

40 Ilustrasi area konservasi ... 106 (a)metode lahan teras

(b) menara pandang (c)papan informasi (d)rail jalan setapak

41 Contoh ilustrasi fasilitas dan utilitas ... 109 (a)fasilitas

(b)utilitas

42 Rencana jalur jalan dan track sepeda ... 112 (a)jalan primer

(b)jalan sekunder (c)jalan tersier (d)jalur track sepeda

(17)

No Teks Halaman 1 Standar teknis kegiatan dan sarana prasarana yang boleh dibangun

di dalam kawasan konservasi ... .119

2 Data iklim kawasan (1999-2008) ... .120

3 Daftar kekuatan dan kecepatan angina (Skala Beaufort) ... .121

4 Syarat pertumbuhan nanas, durian, dan jambu biji ... .122

5 Hubungan antar ruang ... .122

6 Standar perencanaan panjang jalur sepeda ... .122

7 Peta rencana lanskap agrowisata alternatif I ... .123

8 Peta rencana lanskap agrowisata II ... .124

9 Peta rencana lanskap agrowisata III ... .125

10 Peta rencana lanskap agrowisata ... .126

11 Keunggulan alternatif terpilih berdasarkan kriteria ... .127

12 Peta rencana lanskap agrowisata Section 1 ... .128

13 Peta rencana lanskap agrowisata Section 2 ... .129

14 Peta rencana lanskap agrowisata Section 3 ... .130

15 Peta rencana lanskap agrowisata Section 4 ... .131

16 Kuesioner pengunjung ... .132

(18)

Latar Belakang

Indonesia dengan posisi geografis di khatulistiwa serta kondisi alam,

hayati, dan budaya yang beragam, merupakan negara agraris dengan

keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia. Kekayaan

alam yang melimpah tersebut merupakan potensi yang jika dikelola dengan tepat

mampu diandalkan menjadi andalan perekonomian nasional sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat di Indonesia sangat

beragam, dan sebagian besar masih bekerja dalam sektor pertanian dan menetap

menjadi penduduk perdesaan. Walaupun saat ini kondisi pertanian di Indonesia

sudah cukup berkembang, namun banyak diantara penduduk perdesaan yang

belum menikmati hasil kemerdekaan dan hasil pembangunan, karena

pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia sangat lambat bila dibandingkan

dengan negara tetangga dan/atau negara berkembang lainnya. Diakui bahwa

potensi sumberdaya alam dan budaya tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

dan objek yang sudah dikembangkan juga belum optimal. Hal ini menjadi

tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan nilai manfaat sumberdaya dalam

bentuk pariwisata nasional, terutama bagi daerah yang sekarang berupaya untuk

memacu perkembangan pariwisata dan pembagian hasilnya bagi masyarakat.

Pada dekade terakhir, pembangunan pariwisata di Indonesia maupun di

mancanegara menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Komoditas pertanian

di daerah perdesaan (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang

bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam

merupakan potensi besar untuk pengembangan pariwisata dengan bentuk

agrowisata yang diharapkan dapat menjadi alternatif pemanfaatan sumberdaya

sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan tanpa merusak

lingkungan untuk kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan bagi generasi di

waktu yang akan datang. Untuk itu, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan

demi terwujudnya suatu keberlanjutan, seperti dalam merencanakan, mengelola

(19)

Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten

Bogor, memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat

dikembangkan menjadi objek agrowisata. Desa Sukaharja memiliki potensi objek

agrowisata berupa pembibitan tanaman hias (kelompok tani Bunga Desa), lahan

sayuran palawija dan padi, serta pembibitan tanaman buah (durian, jambu biji,

nanas), sedangkan Desa Tajurhalang memiliki potensi objek agrowisata berupa

peternakan dan tanaman hias (kelompok tani Violces). Desa Sukaharja memiliki

kelembagaan dalam bentuk beberapa kelompok tani yang masih didominasi oleh

kelompok tani pemula serta gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang baru

dibentuk tahun 2009 lalu. Desa Tajurhalang memiliki beberapa kelembagaan

meliputi kelompok tani, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Beberapa Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) dan lembaga pemerintah lainnya seperti Unit Penyuluhan

Pertanian Daerah (UPTD) juga memiliki kegiatan dalam pengembangan

sumberdaya di kedua desa ini. Potensi agrowisata berupa faktor-faktor alam dan

sosial ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu daerah perdesaan dengan objek

agrowisata yang menarik dan sekaligus mampu melestarikan sumber daya lahan

yang ada maka perlu dirumuskan langkah-langkah yang terukur dan rasional serta

kajian yang mendalam (Damanik 2006). Dalam hal ini perencanaan menjadi tahap

awal yang menentukan tercapainya keberhasilan pengembangan objek agrowisata

tersebut. Pengembangan objek agrowisata harus memperhatikan faktor-faktor

keserasian alam, sosial, ekonomi dan budaya, serta dibutuhkan kerjasama sinergis

diantara pelaku yang terlibat baik dalam perencanaan maupun pengelolaan

agrowisata, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. Harapan dan keinginan

pengunjung juga sepenuhnya menjadi perhatian bagi pengembangan agrowisata.

Sehingga tidak hanya kegiatan pengembangan dan hasil yang diharapkan dapat

disusun secara sistematis, tetapi metode pemantauan terhadap perkembangan

agrowisata juga dapat dirancang sedemikian rupa, dan dapat menjamin apa yang

kita sebut dengan prinsip-prinsip pengembangan agrowisata berkelanjutan

(20)

Tujuan Penelitian

1) Mengidentifikasi karakter lanskap perdesaan, potensi dan berbagai

permasalahan dalam perencanaan agrowisata di Desa Sukaharja dan

Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor

2) Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat

yang mempunyai potensi untuk pengembangan agrowisata perdesaan

3) Membuat perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan di Desa

Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan

lanskap agrowisata yang memperhatikan aspek keberlanjutan sumber daya. Serta

menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan dan diterapkan oleh pemerintah

Kabupaten Bogor untuk memulai perencanaan dengan titik-tolak faktor potensi,

kekuatan, kelemahan, hambatan dan peluang pengembangan agrowisata yang

memperhatikan inspirasi dan aspirasi masyarakat demi keberlanjutan sumber

daya.

(21)

Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang memiliki faktor-faktor penyusun

lanskap perdesaan berupa lahan pertanian serta sosial budaya masyarakat yang

berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Analisis terhadap

beberapa faktor tersebut merupakan upaya untuk mendapatkan penilaian berupa

potensi dan kendala yang dikaji dari aspek ekologis, sosial, dan estetika yang

mencakup penilaian keberlanjutan masyarakat untuk selanjutnya diterjemahkan

dalam bentuk pembagian ruang. Konsep agrowisata berkelanjutan merupakan

upaya pengembangan kawasan dengan memanfaatkan ragam komoditas pertanian,

bentukan lanskap perdesaan dan peran aktif masyarakat untuk dapat menarik

pengunjung serta menyejahterakan masyarakat perdesaan tanpa merusak

lingkungan alami pedesaan sehingga tetap lestari hingga waktu yang akan datang.

Berdasarkan pembagian ruang dan konsep tersebut akan menghasilkan rencana

lanskap agrowisata. Kerangka pikir terdapat pada Gambar 1.

 

Gambar 1 Kerangka pikir perencanaan Analisis dan Penataan Bio-Fisik,

SDA dan Lingkungan

Analisis Keberlanjutan

Masyarakat

Penilaian dan Konsep

Pengembangan Agrowisata 

Perencanaan Lanskap Perdesaan untuk

Pengembangan Agrowisata Berkelanjutan  Karakteristik Lanskap Pertanian

dan Perdesaan

Lanskap Perdesaan

Karakteristik Sosial, Ekonomi,

(22)

Lanskap

Pengertian Lanskap

Menurut Rachman (1984) dalam lanskap adalah wajah dan karakter

lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kehidupan dan

apa saja yang ada didalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan

manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh

segenap indera kita dapat menjangkau dan membayangkan.

Arsitektur Lanskap

Pada hakikatnya Arsitektur Lanskap adalah ilmu dan seni perencanaan

(planning) dan perancangan (design) serta pengaturan daripada lahan,

penyusunan elemen-elemen alami dan buatan melalui aplikasi ilmu

pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan keseimbangan kebutuhan

pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga pada akhirnya dapat

tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis (Hakim 2003).

Agrowisata

Pengertian Agrowisata

Agrotourism, agrowisata, wisata agro atau wisata pertanian

merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian

(Nurisjah 2001). Secara spesifik, wisata agro atau wisata pertanian adalah

rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau

kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk

pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk

memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang

pertanian ini. Sajian yang diberikan pada wisatawan tidak hanya

pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan kenyamanan di alam

pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas yang digunakan

dan dilakukan dalam lahan pertanian dimana wisatawan juga dapat

(23)

dinikmati wisatawan, nilai historik lokasi, arsitektur, atau kegiatan tertentu,

budaya pertanian yang khas, dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata No.

KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989,

agrowisata sebagai bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk

kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan

tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan

usaha di bidang pertanian (Tirtawinata 1996).

Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata

Ismaun (1990) mengungkapkan secara umum, lingkup dan potensi

agrowisata yang dapat dikembangkan adalah: 1) wisata di daerah

perkebunan, 2) wisata di daerah pertanian tanaman pangan, 3) wisata di

daerah peternakan, dan 4) wisata di daerah perikanan.

Manfaat Agrowisata

Beberapa manfaat agrowisata menurut Titawinata (1996) antara lain:

1) meningkatkan konservasi lingkungan, 2) meningkatkan nilai estetika dan

keindahan alam, 3) memberikan nilai rekreasi, 4) meningkatkan kegiatan

ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan 5) meningkatkan

keuntungan ekonomi.

Aktivitas Agrowisata

Nurisjah (2001) berpendapat bahwa dalam aktivitas agrowisata ini

wisatawan diajak berjalan-jalan untuk menikmati dan mengapresiasi

kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan alam binaannya sehingga

daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan

melestarikan alam semakin meningkat. Dalam aktivitas agrowisata ini,

petani yang berada dalam kawasan wisata agro, dapat menjadi obyek atau

bagian dari sistem pertanian yang ditawarkan pada aktivitas wisata tetapi

juga dapat bertindak sebagai pemilik atau pengelola kawasan wisata ini.

Sarana dan Prasarana Penunjang Agrowisata

Tirtawinata (1996) menjelaskan bahwa agrowisata sebagai obyek

wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara

(24)

didirikan di lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara

maksimal. Dalam hal penyediaan fasilitas, hendaknya dilakukan dua

pendekatan. Pendekatan pertama dengan memanfaatkan semua obyek, baik

prasarana, sarana, dan fasilitas lingkungan yang masih berfungsi baik dan

melakukan perbaikan bila diperlukan. Langkah kedua yakni membangun

prasarana, sarana, dan fasilitas yang masih dianggap kurang. Sarana dan

fasilitas yang dibutuhkan ialah seperti berikut: a) jalan menuju lokasi, b)

pintu gerbang, c) tempat parkir, d) pusat informasi, e) papan informasi, f)

jalan dalam kawasan agrowisata, g) shelter, h) menara pandang, i)

pesanggrahan/pondok wisata/guest house, j) sarana penelitian, k) toilet, l)

tempat ibadah, m) tempat sampah.

Perencanaan Agrowisata

Berdasarkan Tirtawinata (1996) ada beberapa prinsip yang harus

dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata yaitu: 1) sesuai dengan

rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada; 2) dibuat

secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin; 3) mempertimbangkan tata

lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya; 4) selaras dengan

sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik

yang ada; 5) perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

Pengembangan Agrowisata

Upaya pengembangan agrowisata secara garis besar mencakup aspek

pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan

sarana dan kelembagaan (Deptan 2008). Menurut Nurisjah (2001), kawasan

agrowisata dapat ditata dan dikembangkan dengan menggunakan lima

konsep sebagai berikut: 1) mengakomodasi kepentingan dan keinginan serta

kepuasan wisatawan, 2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

wilayah yang terkait dengan kegiatan agrowisata yang akan dikembangkan,

3) melestarikan budaya pertanian tradisional dan juga lingkungan alaminya,

4) diarahkan untuk suatu kegiatan rekonstruksi dan penataan suatu kawasan

sebagai suatu aset budaya pertanian wilayah, dan 5) sebagai sarana

(25)

Wilayah kawasan wisata agro awalnya adalah perdesaan karena secara

tradisional merupakan daerah produksi pertanian, tetapi saat ini dapat

berkembang kemana saja tergantung bentuk pertanian yang ditawarkan.

Berdasarkan pendapat E.Salim pada Nurisjah (2001) untuk pengembangan

wisata agro ini ada tiga hal yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu: 1)

wisata agro merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada keaslian

agro-ekosistem; 2) dalam mengembangkan aktivitas wisata agro harus bersendi

pada riset ilmiah; 3) wisata agro merupakan suatu pemandangan alamiah

yang bertumpu pada bentuk lanskap regional. Selanjutnya ada dua azas yang

harus diakomodasikan pada aktivitas dan pengembangannya, yaitu (1) azas

manfaat, dalam arti penyelenggaraan program wisata agro dapat

memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan;

(2) azas pelestarian dalam arti penyelenggaraan program wisata agro

diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai

sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan.

Keberlanjutan (sustainability)

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam Laporan

Brutland tahun 1987 dijelaskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan

saat ini tanpa harus berkompromi dengan kemampuan generasi selanjutnya dalam

memenuhi kebutuhannya. World Summit on Social Development tahun 1955

menjelaskan definisi pembangunan berkelanjutan adalah suatu kerangka kerja

dalam upaya memperoleh kualitas hidup seluruh umat manusia yang lebih tinggi,

dimana pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan alam

saling ketergantungan sebagai komponen yang saling memperkuat satu sama lain.

Keberlanjutan merupakan upaya menyediakan keluaran atau hasil terbaik

bagi manusia maupun lingkungan pada masa sekarang dan masa yang akan datang

tanpa batas waktu yang ditentukan. Keberlanjutan berhubungan dengan

kontinuitas dari aspek sosial, ekonomi, institusi dan lingkungan dalam

masyarakat, demikian pula dengan lingkungan non-manusia. Keberlanjutan

bertujuan membentuk peradaban dan kegiatan manusia, dimana setiap anggota

(26)

terbesarnya di masa sekarang sementara keragaman biota dan ekosistem alami

terlindungi. Masyarakat yang berkelanjutan merencanakan dan bertindak agar

mampu mencapai idealisme di atas dalam jangka panjang. Suatu keberlanjutan

dapat dijelaskan dari sisi kualitatif secara deskriptif dan kuantitatif yang berwujud

kenaikan secara eksponensial dari kehidupan seseorang atau organism dalam

suatu sistem (Wikimedia Foundation 2010).

Lanskap berkelanjutan (sustainable landscape) menurut Nurisjah (2008)

dimengerti sebagai suatu lanskap yang tidak hanya produktif, fungsional dan

dapat dimanfaatkan oleh penggunanya di saat ini tetapi juga tetap dijaga

produktifitas dan fungsinya sehingga terus dapat dimanfaatkan oleh para

penggunanya pada masa yang akan datang. Rencana perubahan dan pemanfaatan

yang dilakukan pada sumberdaya lanskap seharusnya tetap menjaga dan

mempertahankan keberlangsungan produksi dan fungsi lanskap ini sehingga

kesejahteraan yang potensial dimiliki oleh sumberdaya tersebut dapat tetap

dimiliki dan dikendalikan. Untuk mendukung konsep keberlanjutan ini maka pada

setiap rencana perubahan dan penataan lanskap, tidak hanya bentuk dan

karakternya tetapi juga key factors dan key elements pembentuk lanskap tersebut

(baik lanskap alami maupun binaan) perlu untuk diketahui sehingga

keberlanjutannya secara fisik dan konsepsional dapat diwujudkan.

Pengembangan konsep keberlanjutan memiliki faktor kunci yang

berpengaruh (Wikimedia Foundation 2010) sebagai berikut :

1.Hak kepemilikan dan partisipasi

2.Kapasitas pembangunan dan pelatihan (capacity building & training)

3.Kebijakan pemerintah

4.Keuangan

5.Pengelolaan dan kelembagaan

6.Kebudayaan, karakter sosial dan gender

7.Teknologi

8.Lingkungan

9.Faktor politik dan ekonomi eksternal

(27)

Damanik (2006) mengungkapkan konsep pariwisata berkelanjutan adalah

pembangunan sumberdaya (atraksi, aksesibilitas, amenitas) pariwisata yang

bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan

(stakeholders) dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang.

Kepuasan tersebut terwujud dalam bentuk pengalaman yang lengkap (total

experience). Pariwisata hanya dapat berkelanjutan apabila komponen-komponen

subsistem pariwisata, terutama pelaku pariwisata, mendasarkan kegiatannya pada

pencarian hasil (keuntungan dan kepuasan) yang optimal dengan tetap menjaga

agar semua produk dan jasa wisata yang digunakan tersebut lestari dan

berkembang dengan baik.

Perencanaan

Perencanaan Lanskap

Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam

kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu

bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui

kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk

pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model

lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang

mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya

meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatannya

(Nurisjah 2008). Tirtawinata (1996) mengatakan bahwa dalam perencanaan

dikumpulkan sejumlah data-data yang berguna bagi persiapan dan

pengembangan suatu kawasan agrowisata.

Perencanaan Kawasan Wisata

Menurut Nurisjah (2008) merencanakan suatu kawasan wisata adalah

upaya untuk menata dan mengembangkan suatu areal atau jalur pergerakan

pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan lingkungan akibat

pembangunannya dapat diminimumkan tetapi pada saat yang bersamaan

(28)

Wisata

Pengertian Wisata

Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan

manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari

tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan diluar dari

lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan

tanpa bermaksud untuk mencari nafkah tetap (Nurisjah 2008).

Aktivitas Wisata

Nurisjah (2001) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan aktvitas

wisata adalah kegiatan berjalan-jalan ke luar dari ruang dan lingkup

pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak

terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan.

Produk Wisata

Menurut Freyer (1993) dalam Damanik (2006) produk wisata adalah

semua produk yang diperuntukkan bagi atau dikonsumsi oleh seseorang

selama melakukan kegiatan wisata.

Obyek dan Atraksi Wisata

Yoeti (1997) berpendapat bahwa atraksi wisata dibedakan dengan

obyek wisata, karena obyek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa

membayar. Sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau

disaksikan melalui suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan

untuk para wisatawan. Selain itu, dalam atraksi wisata untuk

menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek

wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu.

Obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan

dan dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan (Wardiyanta 2006).

Menurut Damanik (2006) atraksi dapat diartikan sebagai obyek wisata (baik

yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan

kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya,

dan buatan. Menurut Wardiyanta (2006) obyek wisata juga dapat berupa

kegiatan, misalnya kegiatan masyarakat keseharian, tarian, karnaval, dan

(29)

bisa dibawa pergi. Oleh karena itu, supaya dapat menikmatinya, seseorang

perlu aktif mendekatinya. Seringkali wisatawan harus melakukan perjalanan

dari tempat tinggalnya menuju ke lokasi obyek wisata untuk dapat

menikmatinya.

Pelayanan atau Jasa Wisata

Jasa wisata tidak lain adalah layanan yang diterima wisatawan ketika

mereka memanfaatkan (mengonsumsi) produk wisata. Jasa ini biasanya

tidak tampak (intangible), bahkan seringkali tidak dirasakan. Ia merupakan

akumulasi waktu, ruang dan personal yang memungkinkan wisatawan dapat

menggunakan produk wisata. Menurut Burkart dan Medlik (1993), jasa

wisata adalah gabungan produk komposit yang terangkum dalam atraksi,

transport, akomodasi, dan hiburan (Damanik 2006).

Potensi Wisata

Menurut Damanik (2006) potensi wisata adalah semua objek (alam,

budaya, buatan) yang memerlukan banyak penanganan agar dapat

memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan karena memiliki peluang unuk

dijadikan sebagai daya tarik wisata. Semua potensi wisata masih tergolong

embrio obyek dan daya tarik wisata. Setelah unsur-unsur aksesibilitas,

amenitas, dan hospitality menyatu dengan potensi obyek tersebut maka ia

merupakan produk wisata yang siap dikonsumsi oleh wisatawan.

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

Inskeep (1994) dalam Damanik (2006) menjelaskan bahwa

aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang

menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata,

baik dari darat, laut, maupun udara. Akses ini tidak hanya menyangkut

aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan dan

keselamatan.

Informasi dan Promosi Wisata

Menurut Yoeti (1997) informasi berfungsi untuk membantu pengunjung untuk memahami dan menikmati atraksi yang ditawarkan.

Informasi perlu disediakan agar wisatawan dapat mengetahui segala sesuatu

(30)

mencapai sasaran seperti makin banyaknya wisatawan yang datang dan

lebih banyak membelanjakan uangnya. Menurut Gazali (2009) dalam

penyajian informasi pariwisata atau promosi pariwisata terdapat beberapa

unsur dan penekanan yang dapat ditonjolkan diantaranya (1) informasi

obyek dan daya tarik wisata termasuk sarana pendukung (2) Informasi

kegiatan wisata (3) Informasi umum lainnya. Ketiga unsur ini disajikan

dengan proporsi yang ideal dengan tetap mempertimbangkan keunggulan

masing-masing unsur.

Pelaku wisata

Didalam pasar wisata banyak pelaku yang terlibat. Meskipun peran

mereka berbeda-beda, tetapi mutlak harus diperhitungkan dalam

perencanaan agrowisata. Damanik (2006) mengemukakan bahwa pelaku

wisata terdiri dari :

1) Wisatawan

Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.

2) Industri Pariwisata

Industri pariwisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan

jasa bagi pariwisata.

3) Pendukung Jasa Wisata

Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan

produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan

sebagai pengguna jasa dan produk tersebut.

4) Pemerintah

Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan

peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan

pariwisata.

5) Masyarakat Lokal

Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan

wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena

sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi

sekaligus menentukan kualitas produk wisata.

(31)

Organisasi non-pemerintah yang melakukan aktivitasnya di kawasan

wisata baik secara partikuler maupun bekerjasama dengan masyarakat.

Rekreasi

Pengertian Rekreasi

Menurut Seymor Gold (1980) yang dikutip oleh Ismaun (1990)

kegiatan wisata pada hakekatnya merupakan kegiatan rekreasi, dimana

kegiatan rekreasi ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu: 1)

rekreasi fisik, 2) rekreasi sosial, 3) rekreasi kognitif, dan 4) rekreasi

lingkungan alam. Bila dilihat dari klasifikasi kegiatan rekreasi di atas maka

agrowisata merupakan gabungan dari beberapa kegiatan tadi, karena dapat

bersifat rekreasi sosial, kognitif maupun lingkungan alam.

Nurisjah (2008) menyatakan rekreasi merupakan aktifitas penggunaan

waktu luang yang menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di dalam

ataupun di luar ruangan. Rekreasi harus juga merupakan masa istirahat dan

juga penyembuhan bagi seseorang sehingga pada kelanjutannya dapat

kembali bekerja dengan lebih baik (re-creation).

Program dan Aktifitas Rekreasi

Program rekreasi di luar ruangan atau alam, umumnya, direncanakan untuk penciptaan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang mendukung

tindakan dan aktifitas rekreasi manusia guna mendukung keinginan,

kenyamanan, dan kepuasannya. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik

(olah raga, berjalan-jalan) dan rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, dan

kenyamanan. Kategori aktifitas rekreasi ini antara lain mencakup aktifitas

berjalan (hiking, bersepeda, menunggang kuda, berlayar), aktifitas sosial

(olah raga, berkemah, piknik), aktifitas estetik/artistik (fotografi, melukis,

melihat dan menikmati pemandangan), aktifitas yang bersifat petualangan

(mendaki gunung, memanjat tebing, arung jeram, out bond), dan aktifitas

untuk kelangsungan hidup (survival) seperti memancing dan berburu

(32)

Perencanaan Kawasan Rekreasi

Menurut Nurisjah (2008) merencanakan suatu lanskap untuk kawasan rekreasi, terutama rekreasi luar ruang (out door recreation, rekreasi alam),

adalah merencanakan suatu bentuk program rekreasi yang sesuai dan terbaik

pada suatu sumberdaya lanskap yang tersedia (lanskap yang berbukit,

pesisir, perkampungan, dll). Hal ini terutama untuk menjaga keindahan

alami atau panoramik dan keunikan yang dimiliki oleh lanskap atau bentang

alam tersebut serta juga untuk melindungi kelestarian ekosistemnya,

terutama, bila direncanakan pada area dengan ekosistem yang peka, langka

atau unik. Rekreasi direncanakan tidak hanya untuk berbagai bentuk

aktifitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas

dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan

yang lebih memuaskan. Aktifitas dan fasilitas yang direncanakan, selain

untuk mengakomodasi perilaku dan keinginan positif pengunjung juga untuk

menjaga kelestarian kawasan rekreasi.

Perdesaan

Pengertian Perdesaan

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang penataan

ruang, kawasan perdesaan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai

kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan

susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan

jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Desa, menurut

definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan

(rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di

Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(33)

Potensi Desa

Menurut Sajogyo (1982) potensi desa merupakan kemampuan yang

dapat diaktifkan dalam pembangunan mencakup alam dan manusianya, serta

hasil kerja manusia itu sendiri. Komponen-komponen potensi desa pada

dasarnya meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Alam

b. Lingkungan hidup manusia

c. Penduduk

d. Usaha-usaha manusia

e. Prasarana-prasarana yang telah dibuat

Lanskap Perdesaan

Simonds (1983) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada lanskap perdesaan, yaitu: 1) Lahan tersedia luas; 2) Suasana bebas,

pandangan terbuka menuju halaman, pepohonan dan langit, merupakan

kualitas lanskap penting; 3) Pemilihan tapak perdesaan menunjukkan

keinginan menyatu dengan alam; 4) Corak lanskap mayor dapat dibentuk; 5)

Karakter dan suasana lanskap alami dominan; 6) Tanah dan permukaan

lahan merupakan elemen visual yang kuat; 7) Lanskap yang menyenangkan

merupakan salah satu bentuk transisi; 8) Struktur merupakan elemen yang

timbul di tengah lanskap; 9) Lanskap perdesaan bersifat lembut, dari

bayangan daun, warna langit dan bayangan awan; 10) Tapak perdesaan

berimplikasi area yang luas dan pergerakan: pola jalur kendaraan dan

pedestrian menyatu dengan batas-batas kepemilikan; 11) Indigenous

materials dari tapak perdesaan (macam-macam batuan, kerikil hingga

mineral) membentuk karakter lanskap, penggunaan material ini menciptakan

keterkaitan dengan sumberdaya setempat.

Pertanian

Aktivitas pertanian

Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti yang

luas, adalah semua aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait

(34)

pengumpul) sampai model pertanian yang efisien dan canggih (seperti

kultur jaringan) antara lain adalah aktivitas pertanian lahan kering, sawah,

lahan palawija, perkebunan, kehutanan, pekarangan, tegalan, ladang dan

lain-lain. Aktivitas pertanian ini mencakup persiapan lahan, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil, dan juga pasar

hasil pertanian (Nurisjah 2001).

Pertanian Berkelanjutan

Menurut FAO (1989) dalam Sutanto (2001) pertanian berkelanjutan

merupakan pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, dan orientasi

perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan sedemikan rupa

sehingga menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara

berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang dimana diharapkan

dari pembangunan sektor pertanian, perikanan dan peternakan mampu

mengkonservasi tanah, air, tanaman, sumber genetik hewan, tidak merusak

lingkungan dan secara sosial dapat diterima. Pertanian berkelanjutan

mencakup hal-hal sebagai berikut (Reijntjes, et al. 1992 dalam Pujianto

2001): 1) mantap secara ekologi, yang berarti kualitas sumber daya alam

dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan, dari

manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan; 2) bisa

berlanjut secara ekonomi, yang berarti petani dapat menghasilkan segala

sesuatu untuk pemenuhan kebutuhan dan/atau pendapatan sendiri; 3) adil,

yang berarti sumber daya dan kekuasan didistribusikan sedemikian rupa

sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi; 4)

manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan

dan manusia) dihargai; 5) luwes, yang berarti masyarakat perdesaan mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung

terus (As-syakur 2009).

Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang berjudul Studi Potensi Agrowisata Berbasis

Ecovillage di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor dikaji oleh

(35)

Ario Adi Susanto. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakteristik lanskap

Desa Sukaharja sesuai untuk kawasan agrowisata dengan memperhatikan daya

dukung alam dan kearifan penduduk lokal dengan berpegang kepada ecovillage.

Karakteristik Desa Sukaharja dikatakan sesuai karena daerah ini memiliki

kawasan pertanian cukup luas, THI nyaman, iklim mikro yang sesuai dengan

pertumbuhan komoditi produk tanaman hias dan letaknya di kaki gunung salak.

Berdasarkan hasil penilaian keberlanjutan masyarakat yang dilakukan dalam

penelitian sebelumnya melalui aspek akologis, sosial dan spiritual, Desa

Sukaharja menunjukkan awal yang baik kearah keberlanjutan. Nilai terendah

terdapat pada aspek ekologis karena masyarakat belum menggunakan teknologi

ramah lingkungan dan belum swasembada pangan. Desa Sukaharja memiliki

potensi utama dalam pengembangan usaha tanaman hias/lanskap. Arah

pengembangan Desa Sukaharja diupayakan sebagai kawasan pertanian khususnya

klaster tanaman hias di Cijeruk bersama Desa Tamansari dan Tajurhalang.

Susanto (2007) dalam penelitiannya menghasilkan rencana paket wisata berupa

wisata eksplorasi dan rombongan (keluarga), disini pengunjung mengikuti

aktivitas layaknya seorang petani dan menikmati keakraban dengan warga serta

alam Sukaharja. Saran yang diajukan dalam hasil penelitian Susanto (2007) salah

satunya ialah perlu adanya perhatian dan peningkatan kesadaran dari warga untuk

peduli akan lingkungan serta penghentian konversi lahan untuk pembangunan

(36)

 

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini

dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk,

Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Sukaharja pernah menjadi tempat

penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai studi potensi agrowisata oleh

Ario Adi Susanto, mahasiswa jurusan Departemen Arsitektur Lanskap, Institut

Pertanian Bogor yang lulus pada tahun 2007. Lokasi penelitian terletak di sebelah

selatan Kotamadya Bogor dengan jarak tempuh ± 13 km dari pusat Kota Bogor,

yaitu Kebun Raya Bogor. Berikut dapat dilihat peta orientasi lokasi penelitian

pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

Proses pengambilan data dari kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Februari 2009 sampai bulan Juli 2009 dan dilanjutkan dengan kegiatan

(37)

 

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi sampai dengan hasil atau produk arsitektur lanskap

berbentuk rencana lanskap (landscape plan) agrowisata berkelanjutan di Desa

Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat deskriptif analitis yang

diperoleh dari data-data kualitatif dengan melakukan pengamatan secara intensif

suatu keadaan pada suatu waktu melalui kegiatan survey baik observasi maupun

non-observasi lapang untuk kemudian dideskripsikan semua yang diamati secara

tepat. Tahapan pelaksanaan penelitian perencanaan lanskap perdesaan untuk

pengembangan agrowisata di Kecamatan Cijeruk ini merupakan modifikasi dari

Wardiyanta (2006) dan Gulo (2003) yakni :

1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

Langkah ini menyatakan permasalahan yang akan diteliti serta

melakukan pembatasan masalah secara deskriptif.

2. Menyusun kerangka teoritis dari literatur dan konsultasi dengan ahli

Langkah ini dilakukan berdasarkan pengkajian teori yang relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti dengan memperhatikan

kemutakhiran teori tersebut. Kerangka teoritis dibuat dalam bentuk

tinjauan pustaka atau literatur serta kerangka berpikir yang bersifat analitis

dan sistematis. Konsultasi dengan para ahli atau dosen pembimbing

dilakukan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman mengenai

permasalahan yang akan diteliti.

3. Mengumpulkan data (inventarisasi)

Langkah ini dilakukan dengan pengambilan data dan penghayatan

tapak. Data yang di ambil meliputi data aspek fisik bio-fisik,

sosial-ekonomi, potensi agrowisata, serta aspek teknik (Tabel 1). Data terdiri atas

data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survey lapang dan hasil

penelitian sebelumnya, studi pustaka, wawancara, kuesioner atau angket,

dan dokumenter. Produk dari tahap ini berupa tabel data, peta kondisi awal

(38)

 

Survey lapang dilakukan untuk mengetahui keadaan lokasi

penelitian yang sebenarnya, untuk memperoleh data penunjang penentuan

potensi, hambatan dan peluang perencanaan agrowisata berkelanjutan.

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data fasilitas standar yang

diperlukan, peraturan-peraturan atau kebijakan yang mengikat dan

membatasi pengembangan kawasan, serta data keadaan fisik dan bio-fisik

serta sosial-ekonomi dari hasil penelitian atau pengukuran yang telah

dilakukan pihak sebelumnya.

Data persepsi atau preferensi masyarakat terhadap perencanaan

agrowisata berkelanjutan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang diambil

dengan wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden,

pengambil kebijakan, instansi dan masyarakat : petani/ pedagang/

pengusaha kecil/pengrajin, kelompok wanita/ pengunjung dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Untuk itu dilakukan

pengambilan contoh secara random maupun non-random terhadap

pengunjung, anggota kelompok tani, pemilik villa, perkebunan dan objek

agrowisata lainnya.

Sebelum dilakukan wawancara dibuat instrument penelitian

wawancara. Langkah tersebut antara lain merumuskan dan menyusun

pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Sebelum wawancara

yang sesungguhnya dilakukan uji coba atau pilot study. Proses ini

ditujukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut cukup andal atau

tidak, komunikatif, dapat dipahami, dan sebagainya.

Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui persyaratan instansi

terkait. Penyebaran kuesioner pengunjung (lampiran 16) dilakukan dengan

jumlah responden 20 orang dan dipilih secara acak pada Desa Sukaharja

dan Desa Tajurhalang yang terpilih sebagai desa berpotensi untuk

perencanaan agrowisata berkelanjutan. Sedangkan responden penduduk

sekitar dipilih berdasarkan jarak lokasi rumah tinggalnya dari sentra

produksi pertanian, penginapan atau villa, serta objek wisata lainnya dan

dianggap mewakili penduduk sekitarnya. Kemudian, dilakukan cross

(39)

 

kebenarannya serta pengorganisasian ulang data yang telah terkumpul agar

dapat dianalisis.

4. Menganalisis data

Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan analisis terhadap : (1)

lokasi atau sumber daya dari beberapa aspek yang berperan sehingga

diketahui potensi, kendala, amenity dan danger signal-nya, (2) aspek

sosial-ekonomi meliputi potensi penduduk, pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya lahan, kelembagaan serta persepsi dan keinginan pengunjung

serta penduduk sekitar untuk menjadi bahan pertimbangan utama dalam

tahap selanjutnya, dan (3) mempelajari berbagai kebijakan dan peraturan

yang terkait dengan sumberdaya dan penggunaannya.

Potensi dan amenity (kenyamanan) yang terdapat di Desa

Sukaharja dan Desa Tajurhalang diupayakan untuk dapat ditingkatkan dan

dikembangkan semaksimal mungkin sehingga mendukung agrowisata

yang akan direncanakan. Sebaliknya kendala serta danger signal (bahaya)

yang ada di kedua desa tersebut diusahakan untuk ditekan seminimal

mungkin dan dicari alternatif pemecahannya. Kekhasan perdesaan sebagai

tempat yang memiliki potensi wisata pertanian atau agrowisata harus

dimunculkan dalam menganalisis semua data yang dibutuhkan untuk

penelitian ini.

Dalam analisis ini dihasilkan peta-peta tematik seperti peta

kemiringan lahan, peta hidrologi, view, peta topografi, peta potensi obyek

wisata, peta tata guna lahan.

Keberlanjutan masyarakat dikaji dengan metode Community

Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat

(PKM). Metode CSA merupakan suatu cara mengevaluasi tingkat

keberlanjutan masyarakat di suatu lokasi dalam kerangka pikir ecovillage

(suatu ekosistem di mana masyarakat perdesaan atau kota yang ada di

dalamnya berusaha mengintegrasikan kelestarian lingkungan sosial dengan

cara hidup berdampak rendah). Kriteria penilaian CSA dapat dilihat pada

Tabel 2. Acuan dalam metode CSA adalah berdasarkan metode yang

(40)

 

ekologis, sosial, spiritual. Kuesioner CSA diisi oleh tokoh masyarakat

yang dianggap mengetahui dan memahami kondisi masyarakatnya.

Penentuan tokoh masyarakat dilakukan berdasarkan posisinya di dalam

masyarakat, lama tinggal di daerah tersebut, maupun pengalamannya

dalam bermasyarakat.

5. Mensintesis data

Langkah ini dilakukan dengan mempelajari berbagai alternatif

rencana serta memperhitungkan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan

yang akan dilakukan. Hasil sintesis berupa alternatif perencanaan dalam

bentuk zonasi ruang atau block plan dan matriks hubungan antar ruang di

Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang. Zona yang terbentuk dihasilkan

berdasarkan sensitivitas fisik bio-fisik yang menjadi potensi ataupun

kendala bagi pengembangan agrowisata, kesesuaian aspek sosial-ekonomi,

kelembagaan serta teknik, dan penentuan areal aktivitas agrowisata bagi

pengunjung.

Langkah ini juga menentukan konsep dasar perencanaan untuk

kemudian dikembangkan dalam tiga alternatif perencanaan yang sudah

hampir mendekati site plan. Alternatif-alternatif ini kemudian dinilai dan

didiskusikan untuk melihat kecenderungan mengenai alternatif terbaik dari

kriteria-kriteria penilaian.

6. Perencanaan

Langkah ini menghasilkan alternatif perencanaan yang terpilih

dalam bentuk landscape plan (rencana lanskap) dan mencakup

perencanaan yang menggambarkan aktivitas dan fasilitas serta sumberdaya

pertanian yang dapat dikembangkan menjadi obyek agrowisata, penataan

ruang dari sumberdaya tersebut, penataan elemen lanskap yang

mendukung keberadaan obyek agrowisata serta pengembangan fasilitas

agrowisata dalam rangka mewujudkan konsep agrowisata berkelanjutan

(41)

 

Tabel 1. Jenis, sumber, cara pengambilan data, dan bentuk hasil data

Aspek No Jenis Data Sumber Cara Pengambilan

Data

Bentuk Hasil Teknik 1

2

Rencana Tata Guna Lahan/ Tata Ruang Wilayah

Kebijakan pemerintah dan Perundang-undangan

Tanah dan Geologi Jenis tanah, sifat kimia tanah Topografi

Kontur, kemiringan lahan Hidrologi

Pola drainase, saluran air, kualitas fisik air

Iklim dan Kenyamanan

Curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan persentase penyinaran matahari, kecepatan dan arah angin POTENSI AGROWISATA Atraksi Alam :

•Vegetasi dan satwa

Jenis dan ciri khas

•Kualitas lanskap

Visual, audio, aromatik

• Atraksi khusus Akomodasi

Homestay (jumlah kamar dan harga), losmen, villa, camping ground (kapasitasnya)

Aksesibilitas dan transportasi Jaringan dan moda angkutan, jarak dari kota besar terdekat, frekuensi dan tarif, polusi

Informasi wisata terdekat

Pemandu dan interpreter wisata, brosur, atau petunjuk jalan, toilet umum, tempat istirahat, jaringan telkom

Fasilitas kesehatan dan keamanan Akses dan UGD, polisi wisata, penerangan, jalan setapak

Bakosurtanal

Survey, studi pustaka Survey, studi pustaka Survey,studi pustaka

Survey,studi pustaka

Studi pustaka

(42)

 

Fasilitas pendidikan

Taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah kejuruan, perguruan tinggi

Fasilitas belanja

Pedagang, barang kerajinan, produk lain yang dipasarkan

Energi dan limbah

Energi alternatif, tempat pembuangan sampah, dampak lingkungan

Lapang

Jumlah penduduk, jenis kelamin, mata pencaharian, luas kepemilikan lahan, pendidikan

Usaha pertanian

komoditas pertanian, peternakan, perikanan, tanaman hias, dana

POTENSI AGROWISATA Atraksi Budaya

Seni budaya lokal Tradisi dan kebiasaan lokal Festival

Peninggalan sejarah dan purbakala Ukir-ukiran dan kerajinan Lanskap budaya Makanan lokal Kehidupan sehari-hari Keramahtamahan Sumberdaya manusia

Pemilik/ pengelola, tenaga kerja, sikap dan keinginan bekerja di pariwisata, fasilitas lahan, program dan kebijaksanaan, dana

Sumber pembiayaan

Swadaya (masyarakat dan investor), Bantuan (pemerintah dan donor) Pengunjung

Karakter, persepsi thd lokasi, aktivitas, perilaku, fasilitas yang dibutuhkan, waktu, dana

BPS, Bappeda,

Bakosurtanal : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BMG : Badan Meteorologi dan Geofisika BPS : Badan Pusat Statistik

(43)

 

Tabel 2. Kriteria penilaian dalam PKM / CSA

Parameter Bobot Aspek Ekologis

1.Perasaan terhadap tempat

2. Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan 3. Infrastruktur, bangunan dan transportasi 4. Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat 5. Air-sumber, mutu, dan pola penggunaan 6. Limbah cair dan pengelolaan polusi air 7. Sumber dan penggunaan energi

*

Total nilai aspek ekologis **

Aspek Sosial

1.Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama 2.Komunikasi-aliran gagasan dan informasi

3.Jaringan pencapaian dan jasa 4.Keberlanjutan sosial 5.Pendidikan 6.Pelayanan kesehatan

7.Keberlanjuytan ekonomi-ekonomi local yang sehat

*

Total nilai aspek sosial **

Aspek Spiritual 1.Keberlanjutan budaya 2.Seni dan kesenangan 3.Keberlanjutan spiritual 4.Keterikatan masyarakat 5.Gaya pegas masyarakat

6.Holographic baru, pandangan dunia 7.Perdamaian dan kesdaran global

*

Total nilai aspek spiritual **

Total nilai keseluruhan ***

Keterangan:

* 50+ 25-49

0-24

Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan ** 333+

166-332 0-165

Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan *** 999+

500-998 0-449

Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan

 

(44)

Aspek Fisik dan Bio-Fisik Letak, Luas dan Batas Kawasan

Kawasan perdesaan yang menjadi lokasi penelitian perencanaan agrowisata

berkelanjutan ini berada di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Kawasan yang

dikaji untuk perencanaan agrowisata berkelanjutan ini berbatasan langsung

dengan Kotamadya Bogor di bagian utara dan Gunung Salak di bagian selatan

(Gambar 3). Cakupan kawasan yang akan dikembangkan meliputi Desa Sukaharja

dan Desa Tajurhalang. Kawasan ini memiliki batas tapak sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Mulyaharja, Kotamadya Bogor

Sebelah Selatan : Desa Cipelang dan Gunung Salak

Sebelah Timur : Desa Tanjungsari, Kecamatan Cijeruk

Sebelah Barat : Kecamatan Tamansari

(45)

Berdasarkan Laporan Tahunan Desa tahun 2008, luas Desa Sukaharja

adalah ± 534,7 Ha sedangkan Desa Tajurhalang adalah ± 390,5 Ha, sehingga luas

total kawasan perencanaan lanskap agrowisata adalah ± 925,2 Ha. Berbeda

dengan data luas desa pada tahun 2005 menurut sumber Dinas Tata Ruang dan

Pertanahan Kabupaten Bogor, yaitu Desa Sukaharja ± 839,1 Ha dan Desa

Tajurhalang ± 480,4 Ha. Perubahan luas desa tersebut disebabkan karena adanya

pemekaran wilayah, serta penentuan kembali batas administratif desa.

Kawasan penelitian memiliki sumber daya pertanian dan pemandangan

berupa pegunungan yang sangat berpotensi untuk dikembangan sebagai objek dan

daya tarik agrowisata. Desa yang akan dikembangkan merupakan salah satu sentra

tanaman hias di Bogor yang telah memasok ke berbagai daerah di luar pulau Jawa

bahkan di luar negeri, serta memiliki potensi buah-buahan dan beberapa sayuran

serta potensi peternakan yang dapat dikembangkan menjadi objek dan atraksi

agrowisata. Desa Sukaharja menjadi fokus perencanaan lanskap agrowisata karena

berfungsi sebagai tindak lanjut dari penelitian sebelumnya mengenai studi potensi

agrowisata, sedangkan Desa Tajurhalang dijadikan sebagai salah satu desa yang

turut dikembangkan karena dinilai berpotensi untuk mendukung keberlanjutan

pengembangan agrowisata perdesaan di Kabupaten Bogor. Selain itu, kawasan ini

memiliki lokasi yang cukup strategis dengan dilalui dua jalur jalan yang cukup

ramai yakni jalan kabupaten serta jalan alternatif Bogor-Sukabumi.

Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Kawasan

Kawasan perencanaan lanskap agrowisata berada pada ketinggian ± 412,5 –

1737,5 mdpl dengan kondisi topografi berbukit dan kemiringan lahan yang cukup

bervariasi (Gambar 4). Kawasan ini semakin tinggi ke arah selatan dan barat daya

dengan kelas kemiringan 3 - > 45 %. Gambar 5 memperlihatkan peta kelas

kelerengan atau kemiringan lahan.

Ketinggian yang bervariasi memberikan view yang bagus ke arah Gunung

Salak serta nilai visual yang menarik bagi pengunjung ketika dapat melihat kota

Bogor dan beberapa gedung tinggi di Jakarta dari kaki Gunung Salak ketika hari

cerah. Pertanian lahan basah atau persawahan di kawasan ini berada pada

Gambar

Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)
Tabel 1. Jenis, sumber, cara pengambilan data, dan bentuk hasil data
Tabel 2. Kriteria penilaian dalam PKM / CSA
Gambar 3. Peta lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google dan Dinas Tata Ruang dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desain Bogor Labirin Horticulture bertujuan menciptakan suatu kawasan agrowisata modern pertama dengan konsep vertikultur berbentuk labirin yang berfungsi sebagai wisata

Rekomendasi Rumusan Masalah 2 Apa yang menjadi faktor internal dan eksternal dalam pengembangan Agrowisata Desa Kerta sebagai pariwisata berkelanjutan di Kawasan Agropolitan

Konsep Keseluruhan dari perencanaan kawasan Dusun Muara Dua adalah dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam pertanian yang terdapat pada tapak sebagai pengembangan

Potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata di Kecamatan Cisarua cukup tinggi dan berada pada daerah pegunungan yang memiliki nilai ekologis tinggi sehingga untuk

Tujuan penelitian ini adalah menyusun rencana lanskap kawasan agrowisata di sentra produksi rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten sebagai tempat rekreasi sekaligus

Pada zona pengembangan wisata kurang potensial merupakan zona yang memiliki nilai ekologis tinggi yang meliputi kawasan yang sangat rentan dan masih sangat alami

Agrowisata Merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi petanian sebagai objek wisata,baik potensial berupa pemandangan alam kawasan pertanian maupun

Permasalahan yang diangkat dalam perencanaan Agrowisata di banjar negara adalah bagaimana merencanakan sebuah obyek wisata di bidang pertanian dan peternakan dengan bentuk