• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Menurut data Pangandaran dalam Angka dari Kabupaten Ciamis tahun 2014, Kecamatan Pangandaran berada pada Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kecamatan Pangandaran terletak diantara 07041'15,8 "LS dan 108039'33,2" BT dengan luas wilayah sebesar 52,39 km2. Kecamatan Pangandaran merupakan daerah pesisir pantai dengan ketinggian di atas permukaan laut sekitar 611,25 m yang memliki batas wilayah sebagai berikut :

a) Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Sidamulih b) Sebelah Timur : berbatasan dengan kecamatan Kalipucang c) Sebelah Utara : berbatasan dengan kecamatan Kalipucang d) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia

Kondisi umum Kecamatan Pangandaran dibagi menjadi dua yaitu aspek biofisik dan aspek sosial. Aspek biofisik menjelaskan tentang kondisi fisik yang berkaitan dengan kondisi topografi serta tata guna lahan secara spasial yang berkaitan dengan upaya mitigasi terhadap tsunami. Aspek sosial menjelaskan tentang kondisi sosial masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan serta dinamika masyarakat di Kecamatan Pangandaran. Peta administrasi Kecamatan Pangandaran disajikan pada Gambar 9.

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Pangandaran (2014)

Gambar 9 Peta administrasi Kecamatan Pangandaran

Pantai Pangandaran terletak pada peninsular atau tanjung yang masuk ke Samudera Hindia. Bagian ujung selatan tanjung merupakan Cagar Alam berbentuk

19 air mata (teardrop). Daerah ini adalah hutan lindung yang terdiri dari lahan perbukitan dan lahan daratan, sedangkan sekitar 142,87 Ha lahan yang lain di wilayah ini adalah dataran yang secara geologi dapat disebut beach ridge dan berbentuk genting tanah (isthmus) yang menghubungkan Tanjung Pangandaran dengan Pulau Jawa (Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Ciamis, 2004). Keadaan pra-pasca tsunami

Pantai yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa, termasuk Pantai Pangandaran berada di jalur pertemuan dua lempang besar yang saling bertumbukan, yaitu lempang Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Pertemuan dua lempeng besar tersebut menyebabkan sering terjadinya aktivitas pergerakan lempengan bumi yang menyebabkan gempa bumi di bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami. Aktivitas pergerakan lempeng bumi dalam kurun waktu kurang 18 tahun terakhir menimbulkan terjadinya tsunami yang cukup besar di Selatan Jawa, yaitu tsunami Banyuwangi (Jawa Timur) tahun 1994 dan Pangandaran (Jawa Barat) tahun 2006. Berdasarkan Indeks Resiko Bencana Indonesia (IRBI) Kabupaten Ciamis berada pada kelas resiko yang tinggi terhadap ancaman bencana tsunami. Peta indeks resiko bencana tsunami di Indonesia dapat dilihat melalui gambar 10

Sumber: Badan Nasional Penaggulangan Bencana (2013)

Gambar 10 Peta Indeks Resiko Bencana Tsunami Indonesia

Wilayah pesisir Pangandaran telah mengalami gempa bumi disertai tsunami pada 5 tahun yang lalu. Pada tanggal 17 Juli 2006 tepatnya pukul 15:19 WIB telah terjadi gempa bumi di sebelah selatan pantai Pangandaran. Gempa tersebut terjadi di koordinat 9,33 LS dan 107,26 BT pada kedalaman 10 km berkekuatan 7,7 SR dan titik pusat gempa terjadi di Samudera Hindia sebelah selatan Kabupaten Ciamis, serta lokasi pusat gempa terletak 245 km di sebelah selatan Tasikmalaya (Kongko 2011). Gempa tersebut diikuti peristiwa tsunami dengan kedalaman air (Flow Depth) sekitar 1 – 2 m dan jarak limpasan tsunami ke

20

daratan sekitar 50 – 200 m dari pantai (Bappeda Ciamis 2012). Bencana tsunami tersebut telah menimbulkan kerusakan pada enam kecamatan di wilayah Kabupaten Ciamis yaitu, Kecamatan Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cijulang, Cimerak, dan Kalipucang, dengan kerusakan terparah berada pada Kecamatan Pangandaran, dan Sidamulih. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ciamis, tercatat data korban meninggal dunia sebanyak 405 jiwa, luka-luka 274 jiwa, korban hilang 27 jiwa, dan pengungsi sebanyak 13.198 jiwa. Kerusakan atau dampak tsunami di Pangandaran disajikan pada gambar 11

Sumber: Hasanuddin (2007)

Gambar 11 Kerusakan akibat tsunami di Pantai Pangandaran

Hasil survei yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Dinamika Pantai (DPDP-BPPT) bersama ITS menjelaskan bahwa gelombang tsunami pada saat tsunami Pangandaran 2006 memiliki ketinggian run-up maksimum sebesar 4,6 m. Ketinggian run-up maksimum terjadi di pesisir Cilacap yaitu tepatnya di daerah Widarapayung. Ketinggian run-up tsunami terendah adalah 1,1 m, dimana terletak di pantai Suwuk (Kebumen). Daerah pesisir Pangandaran yang menjadi kajian dalam penelitian ini memiliki ketinggian run-up tsunami sebesar 2,7 m – 2,9 m dan di daerah Cikembulan (Pangandaran sebelah barat) mencapai 3,1 – 3,6 m (Kongko et al., 2006). Peta ketinggian run-up tsunami hasil pengukuran lapang tim DPDP-BPPT bersama ITS disajikan pada Gambar 12.

21

Sumber: DPDP BPPT dan ITS (2006)

Gambar 12 Ketinggian run-up tsunami Pangandaran 17 Juli 2006 di berbagai lokasi pesisir selatan Jawa (IOC-ITIC, 2006)

Aspek Biofisik

Topografi

Kecamatan Pangandaran merupakan wilayah yang berada pada kawasan pantai Pangandaran. Keberadaan pantai membuat Kecamatan Pangandaran berada pada kondisi topografi yang cenderung datar (Pangandaran dalam angka 2014). Bentuk geografis Kecamatan Pangandaran dapat terlihat dari ketinggian desa dari permukaan laut. Topografi merupakan komponen dasar dalam analisis tapak yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan desa terhadap ancaman bahaya tsunami. Komponen topografi terdiri dari kemiringan lahan dan ketinggian yang memiliki potensi bahaya. Kemiringan daratan merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (0). Pada penelitian ini, satuan kemiringan yang digunakan adalah persen (%). Kemiringan daratan akan mempengaruhi tinggi gelombang tsunami (run up) yang terjadi. Semakin curam suatu daratan, maka tinggi gelombang tsunami akan semakin rendah (Sengaji 2009). Secara spasial Kecamatan Pangandaran memliki kemiringan lahan yang disajikan dalam gambar 13.

Secara spasial Kecamatan Pangandaran memiliki kemiringan lahan yang berbeda sebagai berikut, presentase kemiringan dibawah 8%, presentase kemiringan 8%-15%, presentase kemiringan 16%-25%, presentase kemiringan 26%-40% dan presentase kemiringan lebih dari 40%. Presentase kemiringan dibawah 8% merupakan yang terluas di Kecamatan Pangandaran. Kemiringan lereng dibawah 8% berlokasi disebelah selatan Kecamatan Pangandaran, terutama di kawasan lokasinya dekat dengan pantai. Klasifikasi kemiringan menurut Chiara dan Koppelman (1989) disajikan pada Tabel 4.

22

Sumber: Bappeda Kabupaten Ciamis (2012)

Gambar 13 Peta kemiringan Kecamatan Pangandaran

Tabel 4 Klasifikasi kemiringan untuk kawasan wisata dan evakuasi bencana Klasifikasi

kemiringan Karakter kemiringan Analisis

0-2% 2-4% 4-!0% 10-20% >20% -Datar

-Drainase alam buruk -Sebagian tergenang air -Landai

-Drainase alam kurang baik

-Bergelombang -Drainase alam baik -Agak curam -Drainase alam baik -Curam

-Drainase alam baik

Sesuai untuk area mitigasi dan evakuasi inti, reservoir air alami atau buatan, lapangan. Kegiatan wisata aktif, bangunan dan jalan utama

Sesuai sebagai area untuk dimanfaatkan sebagai area wisata aktif, serta bangunan dan fasilitas tertentu seperti pusat pendidikan bencana dan jalan penelurusan Sesuai sebagai kegiatan wisata aktif, tower reservoir air dan perpipaan, dan masih dapat digunakan sebagai jalan penelusuran Sesuai untuk area pasif, tower reservoir air perpipaan, jalan setapak, tidak sesuai untuk bangunan dan fasilitas umum

Sesuai sebagai area pasif serta tidak sesuai untuk bangunan fasilitas

Sumber: Chiara dan Koppelman (1989)

Komponen topografi yang lainnya adalah ketinggian. Kecamatan Pangandaran memiliki ketinggian kawasan pada 3-20 m dari permukaan laut. Terdapat 5 desa yang memiliki ketinggian dibawah 10 m dari permukaan laut. Luas desa dan ketinggian dari permukaan laut dapat dilihat melalui Tabel 5.

23 Tabel 5 Data ketinggian dari permukaan laut di Kecamatan Pangandaran

No. Desa Luas Desa (Km2) Ketinggian dari permukaan laut (meter) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Wonoharjo Pananjung Pangandaran Babakan Sukahurip Purbahayu Sidomulyo Pager Gunung 5,43 4,61 6,68 6,04 7,54 3,37 7,7 10,96 7 9 7 3 10 15 7 20 Sumber: Pangandaran dalam Angka (2014)

Hasil pemetaan topografi menunjukkan bahwa wilayah penelitian sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian daratan antara di bawah 75 m di sepanjang pantai Pangandaran, terutama di Kecamatan Sidamulih dan Pangandaran. Dataran tinggi di wilayah penelitian terdapat di daerah utara pesisir Pangandaran, dengan ketinggian daratan antara 75 – 325 m. Dataran tinggi juga terdapat di desa Pangandaran (Kecamatan Pangandaran), dimana pada daerah tersebut merupakan kawasan perbukitan yang membentuk tanjung dan merupakan kawasan Cagar Alam yang berada pada ketinggian diatas 75 m dari permukaan laut. Sehingga dapat. Pemetaan kelas elevasi di wilayah pantai Pangandaran ditunjukkan oleh Gambar 14.

Sumber: Bappeda Kabupaten Ciamis (2012)

Gambar 14 Peta ketinggian Kecamatan Pangandaran

Topografi Kecamatan Pangandaran yang cenderung landai turut berpengaruh terhadap jenis penggunaan lahan. Pengunaan lahan di Kecamatan Pangandaran

24

pada umumnya digunakan sebagai lahan pertanian. Luas wilayah Kecamatan Pangandaran mencapai 14.659 ha, terdiri dari tanah sawah seluas 2.218 Ha dan tanah darat seluas 12.441 Ha. Penggunaan lahan berdasarkan desa di Kecamatan Pangandaran disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Penggunaan lahan berdasarkan desa di Kecamatan Pangandaran

No. Desa Lahan Pertanian (Ha) Tanah darat (Ha)

Tanah Sawah Tanah Kering 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Wonoharjo Pananjung Pangandaran Babakan Sukahurip Purbahayu Sidomulyo Pager Gunung 336 248 0 482 110 384 466 256 38 13 4 3 27 36 3 12 248 262 674 369 8.395 545 946 1.002 Jumlah 2.082 136 12.441

Sumber: Pangandaran dalam Angka (2014)

Geologi dan Jenis Tanah

Tanah di Kecamatan Pangandaran sebagian besar merupakan jenis tanah Inceptosol dan Ultisol. Persentase jenis tanah Inceptisol di Kecamatan Pangandaran sebesar 35.09% dan persentase jenis tanah Ultisol sebesar 37.98%. Persebaran jenis tanah di Kecamatan Pangandaran dapat dilihat melalui Gambar 15.

Sumber: Bappeda Kabupaten Ciamis (2012)

25 Geologi tanah di Kecamatan Pangandaran pada umumnya berupa alluvium pada daerah kawasan Pantai Pangandaran, dan endapan undak pada daerah Cagar Alam Pananjung di Pantai Pangandaran. Sedangkan pada dataran yang lebih tinggi di Kecamatan Pangandaran geologi tanah berupa hasil gunung api muda dan formasi pamutuan. Geologi tanah di Kecamatan Pangandaran dapat dilihat melalui gambar 16.

Sumber: Bappeda Kabupaten Ciamis (2009)

Gambar 16 Peta geologi Kecamatan Pangandaran Iklim

Pangandaran memiliki iklim tropis. Curah hujan di Pangandaran adalah signifikan, dengan presipitasi bahkan selama bulan terkering. Iklim ini dianggap menjadi Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger. Suhu di sini rata-rata 26.8 °C. Dalam setahun, curah hujan rata-rata adalah 3322 mm. Bulan terkering adalah September, dengan 177 mm curah hujan. Pada Oktober, presipitasi mencapai puncaknya, dengan rata-rata 416 mm. Suhu terhangat sepanjang tahun adalah Maret, dengan suhu rata-rata 27.5 °C. Di 25.6 °C rata-rata, Agustus adalah bulan terdingin sepanjang tahun. Perbedaan dalam presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah adalah 239 mm. Variasi dalam suhu tahunan adalah sekitar 1.9 °C. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, CA dan TWA Pangandaran termasuk tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata per tahun 3.196 mm, suhu udara antara 80-90% (Menurut Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat tahun 2008).

Sarana dan Prasarana

Kecamatan Pangandaran memiliki jalur sirkulasi berupa jalan provinsi sepanjang 5,79 km km yang terdiri dari jalan beraspal sepanjang 11 km, jalan diperkeras sepanjang 6 km. Masyarakat Kecamatan Pangandaran menggunakan

26

transportasi darat. Menurut Pangandaran dalam Angka (2014) jenis angkutan dan penunjang angkutan di Kecamatan Pangandaran berupa: Ojek, delman, ototet, truk bis, mikro bis, dan mini bis. Jenis angkutan yang terbanyak tersedia di Kecamatan Pangandaran berupa becak sejumlah 836 pada tahun 2012 dan 635 pada tahun 2013. Sarana infrastruktur jalan terluas di Kecamatan Pangandaran sudah menggunakan aspal. Untuk menunjang aktifitas sehari-hari di Kecamatan Pangandaran menggunakan listrik, untuk pelanggan listrik dari PLN sebanyak 14.039 rumah tangga dimana yang paling banyak terdapat di desa Pangandaran sebanyak 3.078 dan kemudian desa Babakan sebanyak 2.881 rumah tangga.

Jumlah Sekolah Negeri yang dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sampai dengan tahun 2013 di Kecamatan Pangandaran adalah gedung sekolah negeri sebanyak 35 buah yang terdiri dari 30 Sekolah Dasar, 4 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan 1 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Jumlah tempat pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Pangandaran terdiri dari Puskesmas sebanyak 1 buah, Puskesmas Pembantu sebanyak 2 buah, Posyandu sebanyak 47 buah. Dari jumlah tempat pelayanan tersebut terdapat beberapa tenaga pelayanan kesehatan yang terdiri dari Bidan sebanyak 14 orang dan dukun bayi sebanyak 20 orang.

Tata Guna Lahan

Kecamatan Pangandaran pada bagian selatan dikembangan sebagai kawasan wisata Pantai Pangandaran, sehingga melalui peta tata guna lahan dapat dilihat bahwa pemanfaatan lahan di kawasan wisata cenderung digunakan sebagai lahan terbangun untuk sarana dan prasarana kegiatan wisata, seperti penginapan dan rumah makan. Penutupan lahan (land cover) di Kecamatan Pangandaran berupa hutan, kebun, ladang, tegalan, sawah, semak, sungai, tambak dan lahan terbangun. Sedangkan penggunaan lahan (land use) di Kecamatan Pangandaran berupa perkebunan, persawahan, pemukiman, pusat pelayanan dan pendidikan, fasilitas kesehatan, area perdagangan, area rekreasi pantai dan area konservasi berupa cagar alam. Penggunaan lahan pada kawasan Pantai Pangandaran yang terletak disebelah selatan Kecamatan Pangandaran cenderung dimanfaatkan sebagai lahan terbangun untuk fasilitas dan akomodasi wisata pantai, serta alih fungsi lahan dari semak dan lahan kosong menjadi lahan terbangun. Sempadan pantai yang berupa vegetasi pantai yang sejatinya digunakan sebagai area hijau yang dapat difungsikan sebagai mitigasi terhadap bencana pun beralih fungsi menjadi area komersial dan perdangangan. Peta penggunaan lahan di Kecamatan Pangandaran dapat dilihat pada gambar 17.

Penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Pangandaran digunakan sebagai perkebunan pada daerah sebelah utara Kecamatan Pangandaran yang meliputi Desa Pagergunung dan Desa Sukahurip. Sedangkan penggunaan lahan di sebelah selatan Kecamatan Pangandaran digunakan sebagai lahan terbangun yaitu di Desa Pananjung dan Desa Pangandaran yang merupakan lokasi area wisata Pantai Pangandaran. Pengunaan lahan pada lokasi wisata pada umumnya merupaka lahan terbangun yang berfungsi sebagai pemukiman, jasa maupun area perdagangan. Luasan penggunaan lahan di Kecamatan pangandaran disajikan pada Tabel 7.

27 Tabel 7 Luas penggunaan lahan di Kecamatan Pangandaran

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 Hutan Kebun Ladang/Tegalan Sawah Semak Sungai/Danau Tambak Terbangun 536.68 32723.73 3904.51 1210.5 2750.7 251.15 2.19 1312.73 Sumber: RTRW Provinsi Jawa Barat (2013)

Sumber: RTRW Provinsi jawa Barat (2013)

Gambar 17 Peta penggunaan lahan Kecamatan Pangandaran Vegetasi

Ekosistem pesisir selatan Jawa Barat sebagian besar sudah merupakan suatu ekosistem budidaya. Ekosistem alami yang merupakan ekosistem tanah kering dataran pantai hanya terdapat di kawasan konservasi. Kawasan konservasi yang ada di Pangandaran yaitu Cagar Alam Taman Wisata Pananjung, yang dilindungi antara lain batu kapur, gua, pantai, pantai berbatu, terumbu karang. Pada saat ini kawasan konservasi tersebut telah mengalami gangguan terutama oleh kegiatan perambahan oleh masyarakat. Memerlukan upaya besar dan mahal untuk mengembalikan kawasan konservasi tersebut pada fungsi asalnya. Kawasan konservasi ini merupakan “hutan tanah kering” dataran pantai dan vegetasinya sebagian besar didominasi oleh vegetasi pantai seperti: Terminalia catappa (Katapang), Barringtonia asiatica, Callophylum innophylum, Hibiscus tiliaseus, Cocos nucifera.

28

Ekosistem mangrove terdapat di Kecamatan Kalipucang yaitu di muara Sungai Citanduy yang merupakan bagian dari Desa Pamotan dan Desa Bojongsalawe Kecamatan Parigi. Fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai habitat yang berperan penting sebagai tempat berpijah dan tempat asuhan berbagai jenis ikan, udang, dan biota lainnya serta merupakan berbagai habitat berbagai jenis burung, mamalia dan reptil. Spesies mangrove yang terdapat di Pantai Selatan Jawa Barat adalah: Rhizophora mucronata; Bruguiera gymnorrhiza; Ceriops tagal; Xylocarpus granatum; Avicennia marina; Sonneratia alba; Aegiceras corniculata; Lumnitzera racemosa; Heritiera litoralis; Nypa fruticans.

Visual

Pemandangan atau kualitas visual di pantai Pangandaran tergolong baik. Objek wisata pantai Pangandaran yang menawarkan panorama alam yang indah menjadi suatu keunikan tersendiri dari objek wisata pantai Pangandaran seperti pada gambar 18. Pantai Pangandaran pun memiliki kualitas visual yang buruk, salah satunya adalah kehadiran area perdagangan liar disepanjang pantai barat Pantai Pangandaran sehingga menutupi pemandangan pantai dari tepi jalan utama (gambar 19).

Sumber: foto lapang (2014)

Gambar 18 Good view Pantai Pangandaran

Sumber: foto lapang (2014)

Gambar 19 Bad view pada lokasi studi Aspek Fungsional

Jenis Wisata

Pangandaran merupakan salah satu kawasan wisata pantai di Jawa Barat. Pantai Pangandaran merupakan salah satu kawasan wisata pantai yang menjadi tujuan utama wisatawan. Pantai Pangandaran terletak di semenajung pantai sealatan

29 Jawa Barat yang berjarak 223 km dari Kota Bandung. Bentuk wisata yang ditawarkan di Pantai Pangandaran berupa wisata kuliner, kemudian bentuk wisata bahari seperti berenang, banana boat, wisata keindahan bawah laut. Selain Pantai Pangandaran sebagai destinasi utama wisatawan, objek wisata lain yang terdapat di Kecamatan Pangandaran antara lain : Citumang, Green Canyon, objek wisata Selasarai, Karang nini, Pantai Karapyak, Pantai Karang Tirta dan Pantai Batu Karas. Fasilitas

Fasilitas yang tersedia di Kecamatan Pangandaran umumnya terletak di kawasan Pantai Pangandaran. Pangandaran memiliki 217 penginapan berupa hotel, rumah sewa, hostel dan wisma dengan 97 restoran berupa café dan rumah makan yang menawarkan wisata kuliner di Pangandaran. Objek wisata pantai Pangandaran pun memiliki fasilitas penunjang yang berkaitan dengan wisata pantai seperti kantor balawista, puskesmas, percetakan foto, tempat parker, kantor pos, warung internet, pasar ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Peta fasilitas di Objek wisata pantai Pangandaran disadikan pada gambar 20. Kondisi fasilitas wisata seperti balawista, pasar ikan, tempat parkir dan pos keamanan pantai disajikan pada gambar 21. Namun beberapa hotel dan café memanfaatkan ruang terbuka di sempadan pantai menjadi tempat tambahan untuk wisata kuliner yang dapat dilihat pada gambar. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan UU No. 27 tahun 2007 tentang garis sempadan pantai sejauh 100 meter dari muka laut tinggi yang seharusnya tidak diizinkan untuk melakukan pembangunan disepanjang sempadan pantai. Beberapa warung makan dan café yang bersifat semi permanen semakin banyak berdiri bersamaan dengan kios-kios pedagang yang menawarkan aneka souvenir dan makanan khas Pangandaran. Tentu saja hal perlu disediakannya suatu fasilitas yang dapat mengakomodasi hal tersebut.

Sumber: Balawista Pantai Pangandaran

30

Pos keamanan pantai Tempat parkir kendaraan

Posko balawista Pasar ikan Pangandaran

Sumber: foto lapang (2014)

Gambar 21 Fasilitas wisata objek wisata Pantai Pangandaran

Sebagai kawasan rawan bencana tsunami perlu adanya fasilitas seperti: jalur evakuasi, area evakuasi dan rambu-rambu evakuasi. Rambu evakuasi sudah tersedia di lokasi penelitian. Rambu evakusi di objek wisata pantai Pangandaran disajikan pada gambar 22. Area evakuasi yang tersedia berlokasi didua tempat yaitu masjid raya Pangandaran serta cagar alam Pananjung yang jarak nya cukup jauh untuk di jangkau, sehingga diperlukannya tempat evakuasi sementara disekitar pantai Pangandaran yang dapat digunakan sebagai tempat berkumpul sementara yang lebih aman dibandingkan dengan tetap berada di tepi pantai sebelum dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Fasilitas seperti escape building pun belum tersedia pada kawasan pantai Pangandaran. Selain itu, rambu-rambu evakuasi yang ada seharusnya menampilkan informasi nama tempat tujuan fasilitas evakuasi serta jarak menuju tempat evakusi tersebut, sehingga pada saat dilakukan evakuasi pengunjung dapat mengetahui kearah mana rambu-rambu tersebut dan seberapa jauh fasilitas evakuasi tersebut dapat dicapai.

Sumber: foto lapang (2014)

31 Tingkat Kunjungan Wisata

Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke objek wisata Pangandaran pada tahun 2013 berjumlah 1.213.259 dengan rincian sebanyak 4.059 wisatawan mancanegara dan 1.209.200 wisatawan nusantara. Sedangkan pada tahun 2014 berjumlah 5.435 untuk wisatawan mancanegara dan 946.580 wisatawan nusantara. Angka ini turun 21.9% dibandingkan dengan tahun 2013.Penurunan ini disebabkan pada tahun 2014 wisatawan banyak yang lebih memilih untuk beralih ke tempat wisata lain di Kecamatan Pangandaran seperti batu hiu, batu karas dan green canyon. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah pengunjung di objek wisata lain yang ada di Kecamatan Pangandaran. Selain itu, infrastruktur yang baru diperbaiki pada jalur akses Pangandaran menuju Cijulang menjadi pengaruh lain yang memudahkan wisatawan untuk mengakses objek wisata lain yang ada di Kecamatan Pangandaran.

Aspek Sosial Ekonomi Budaya Demografi Penduduk

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis tahun 2014, Kecamatan Pangandaran memiliki jumlah penduduk pada tahun 2013 berjumlah 56.998 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 28.598 jiwa dan perempuan sebanyak 28.400 jiwa, Untuk jumlah Rumah Tangga adalah sebanyak 17.507 rumah tangga.dari jumlah penduduk sebanyak 56.998 jiwa yang sudah memiliki KTP sebanyak 34.545 jiwa. Apabila dilihat menurut mata pencahariannya maka penduduk Kecamatan Pangandaran sebagian besar bermata pencaharian di sektor Pertanian (Pertanian padi, palawija dan nelayan), selanjutnya sektor perdagangan dan jasa terakhir di sektor buruh atau karyawan. Tabel jumlah penduduk menurut kewarganegaraan di Kecamatan Pangandaran disajikan pada tabel 8.

Tabel 8 Jumlah penduduk menurut kewarganegaraan di Kecamatan Pangandaran

No Desa WNI WNA

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 2 3 4 5 6 7 8 Wonoharjo Pananjung Pangandaran Babakan Sukahurip Purbahayu Sidomulyo Pagergunung 5.226 4.216 5.213 5.063 1.989 2.082 3.522 1.253 5.186 4.189 5.121 5.142 1.988 1.999 3.453 1.322 2 7 14 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 28.598 28.400 34 0

Sumber : Pangandaran dalam Angka (2014)

Keadaan Ekonomi dan Pendidikan

Kegiatan masyarakat tidak lepas dari kegiatan ekonomi. Penunjang perekonomian di Kecamatan Pangandaran banyak ditunjang oleh pariwisata dimana terdapat banyak hoteldan tempat wisata, namun begitu kegiatan lain seperti perdagangan dan usaha jasa keuangan atau jasa lainnya juga tumbuh subur di

32

Kecamatan Pangandaran. Tercatat tahun 2013 terdapat 10 lembaga keuangan non KUD serta 8 Bank yang beroperasi di Pangandaran. Selain lembaga keuangan perekonomian Pangandaran ditunjang pula oleh industry industri kecil dan menengah di kecamatan Pangandaran, seperti industri pengolahan gula merah yang tercatat berjumlah 1.588 unit. Industri ini paling banyak terdapat di desa Sidomulyo sebanyak 482 dan desa Pagergunung sebanyak 351 unit.

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besar kecilnya nilai produk domestik bruto yang terlihat pada suatu daerah. Indikator ini biasa disebut PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto. Salah satu diantaranya Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 menurut lapangan usaha di Kecamatan Pangandaran tahun 2012 lalu mengalami peningkatan dari sebelumnya sebesar 374.038.126juta rupiah menjadi 429.315.257 juta rupiah. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan meningkat menjadi 6,17 persen dari tahun sebelumnya 7,28 persen. Pada tahun 2012, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlakumenurut lapangan usaha di Kecamatan Pangandaran mengalami peningkatan dari

Dokumen terkait