• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Kualitas Tiga Lapangan Media Tanam Lapangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola lapangan sepakbola di ketiga stadion diketahui bahwa masing-masing lapangan menggunakan media tanam pasir, namun terdapat perbedaan pada jenis pasir yang digunakan. Pemilihan pasir sebagai media tanam didasarkan pada kebutuhan rumput Zoysia matrella yang tidak toleran terhadap genangan air dan sifat fisik pasir yang memiliki ukuran butiran lebih besar dibanding dengan ukuran tanah liat atau debu dan banyak memiliki ruang pori besar di antara butir-butirnya sehingga memiliki daya permeabilitas yang tinggi. Menurut Emmons (2000), lapangan olahraga dengan media tanam berupa pasir merupakan lapangan yang paling aman karena lebih mudah dalam memelihara kepadatan rumput dan permukaan yang tidak padat. Tanah berpasir merupakan media yang memiliki drainase baik karena memiliki pori besar dan memiliki aliran udara yang baik sehingga pertukaran udara dari tanah ke atmosfir menjadi lebih mudah. Karakter tanah berpasir yang tidak melekat juga baik untuk zona perakaran. Hal ini diperkuat hasil penelitian Ayuningtyas (2007) yang menyatakan media tanam yang baik untuk lapangan sepakbola adalah jenis tanah berpasir dibandingkan jenis tanah berliat. Tanah berpasir lebih baik karena memiliki partikel yang tidak mudah melekat satu sama lain sehingga permukaan lapangan tidak menjadi padat jika traffic diatasnya berat. Pada Stadion Gelora Bung Karno, media tanam rumput yang digunakan adalah pasir pasang dan pasir beton. Media tanam rumput yang digunakan pada Stadion Si Jalak Harupat adalah pasir galunggung yang dicampur dengan sekam dengan perbandingan 10:1. Pada Stadion Maguwoharjo, jenis media tanam rumput yang digunakan adalah pasir pantai yang berasal dari Pantai Parangtritis. Hasil uji laboratorium media tanam untuk ketiga stadion dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Menurut Hanafiah (2007), bobot tanah (bulk density) merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan, yaitu kerapatan partikel dan kerapatan massa. Kerapatan partikel (bobot partikel, BP) adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, sedangkan kerapatan massa (bobot isi, BI) adalah bobot massa tanah pada kondisi lapang yang dikering- ovenkan per satuan volume. Tanah yang bertekstur kasar berBI antara 1,3-1,8 g/cm3. Lebih lanjut Hanafiah (2007) menjelaskan bahwa porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar secara leluasa, demikian sebaliknya.

26

Berdasarkan hasil uji laboratorium dapat diketahui bahwa nilai kerapatan tanah (bulk density) ketiga lapangan memiliki nilai yang cenderung tidak jauh berbeda yang juga mempengaruhi nilai porositas dari ketiga media tanam di ketiga lokasi survei. Perbedaan nilai bulk density dan porositas di ketiga lokasi stadion terkait dengan jenis media tanam yang digunakan. Pada stadion Maguwoharjo dengan media tanam berupa pasir pantai memiliki bobot isi yang lebih berat dibandingkan dengan media tanam yang digunakan pada dua stadion lain. Menurut Chilton (1996) bahwa porositas pasir berada pada nilai antara 25% - 50%. Nilai uji sifat fisik ketiga media tanam menunjukkan angka mendekati 50% yang masih termasuk di dalam jangkauan nilai porositas tersebut. Porositas mencerminkan tingkat kesarangan tanah untuk dilalui aliran massa air (permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah (perkolasi, waktu per jarak). Kelas permeabilitas dan perkolasi tanah menurut USSCS tertera pada Tabel 8 (Hanafiah 2007).

Mengacu pada tabel kelas permeabilitas tanah dibandingkan dengan hasil uji ketiga media tanam dapat dinyatakan bahwa ketiga media rumput lapangan sepakbola memiliki klasifikasi permeabilitas tanah kelas cepat. Sehingga tingkat peresapan airnya tinggi dan tidak menyebabkan air tergenang dipermukaan tanah, namun keberadaan air di dalam pori tanah sangat sedikit karena air mudah cepat hilang. Pada Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Si Jalak Harupat memiliki kelas permeabilias sangat cepat, sedangkan pada Stadion Maguwoharjo memiliki kelas permeabilitas cepat. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan jenis media tanam pasir yang digunakan pada ketiga stadion. Pada Stadion Maguwoharjo menggunakan jenis pasir pantai (Pantai Parangtritis) yang memiliki ukuran

Tabel 6 pH dan KTK media tanam di ketiga stadion

No Parameter

Kesuburan Tanah Satuan

Stadion Gelora Bung Karno Si Jalak Harupat Maguwo- harjo 1 pH - 6,60 6,60 5,40 2 KTK me/100g 11,06 16,08 3,99

Tabel 7 BD, porositas, dan permeabilitas media tanam di ketiga stadion No Parameter Sifat

Fisik Tanah Satuan

Area Sampel Stadion Gelora Bung Karno Si Jalak Harupat Maguwo- harjo 1 Bulk Density g/cm3 Gawang 1,21 1,00 1,43 Back 1,15 1,16 1,37 Striker 1,44 1,40 1,29 Rataan 1,27 1,19 1,36 2 Porositas % Gawang 51,60 62,36 46,12 Back 53,94 53,81 48,20 Striker 42,24 24,03 51,34 Rataan 49,26 46,73 48,55 3 Permeabilitas cm/jam Gawang 38,35 53,81 16,20 Back 27,77 48,17 23,28 Striker 23,80 36,38 14,62 Rataan 29,97 46,12 18,03

27 partikel lebih kecil dibandingkan jenis pasir yang digunakan pada Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Si Jalak Harupat. Jenis pasir pantai yang memiliki ukuran partikel lebih kecil menyebabkan banyaknya total pori mikro yang dimiliki sehingga kemampuan menahan airnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan pasir yang memiliki ukuran partikel lebih besar (Sutanto 2005).

Nilai permeabilitas dan perkolasi lebih jauh dapat dikaitkan dengan praktik pemupukan atau amelioran (bahan penyubur tanah, seperti kapur dan pupuk organik) maka pada tanah yang memiliki permeabilitas dan perkolasi cepat akan mengakibatkan bahan-bahan yang diberikan akan cepat hilang sehingga menjadi tidak efisien (Hanafiah 2007), sehingga pada ketiga lapangan sepakbola dapat dikatakan bahwa nutrisi tanah yang diberikan melalui pemupukan cenderung mudah hilang dari dalam tanah karena sifat fisik tanah yang memiliki kelas permeabilitas cepat sehingga pupuk yang diberikan mudah tercuci dan terbuang ketika penyiraman atau terjadi hujan. Hal demikian menyebabkan perlunya pemberian nutrisi secara intensif sehingga nutrisi yang dibutuhkan tanaman tetap tersedia di dalam tanah. Selain itu, jenis media tanam pasir merupakan tanah yang cukup miskin hara dan nutrisi dan memiliki KTK yang cukup rendah. KTK (Kapasitas Tukar Kation) merupakan nilai yang menunjukkan tingkat pertukaran ion-ion dalam tanah menjadi unsur yang mudah diserap oleh tanaman. Semakin kecil nilai KTK, maka pertukaran ion menjadi semakin sukar sehingga unsur hara dalam tanah menjadi sulit diserap oleh tanaman. Menurut AgSource Laboratories (2012) tanah pasir memiliki nilai KTK sebesar 1-5 me/100g.

Nilai pH dan KTK di ketiga lokasi survei memiliki nilai yang relatif berbeda, terutama pada lokasi Stadion Maguwoharjo yang memiliki nilai pH di bawah 6,0 dan KTK yang sangat rendah yaitu 3,99 me/100g. Pada dasarnya, nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini semua unsur makro tersedia secara maksimum, sedangkan unsur hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan. Pada pH di bawah 6,5 dapat terjadi defisiensi P, Ca, dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn, dan Fe; sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca, dan Mg, juga keracunan B dan Mo (Hanafiah 2007).

Menurut Gardner et al. (1991), pH tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman. Kebanyakan nutrisi lebih banyak tersedia dalam nilai pH antara 6,0 dan 7,0. Pemupukan N berjumlah besar yang umum pada tanaman budidaya rumput-

Tabel 8 Kelas permeabilitas dan perkolasi tanah

Kelas Permeabilitas

(mm/jam)

Perkolasi (menit/inchi (=2,54cm))

LAMBAT: 1. sangat lambat < 1,25 < 1200

2. lambat 1,25 – 5,0 300 – 1200

SEDANG: 3. agak lambat 5,0 - 16 75 – 300

4. sedang 16 - 50 24 – 75

5. agak cepat 50 - 160 12 – 24

CEPAT: 6. cepat 160 - 250 6 - 12

7. sangat cepat > 250 < 6

28

rumputan (jagung dan gandum) dapat meningkatkan keasaman dan mungkin merangsang keracunan Al, penjenuhan basa yang rendah, dan defisiensi Ca, K, dan Mg. Nutrifikasi pupuk N merupakan penyebab utama timbulnya tanah-tanah pertanian yang asam dan defisiensi Ca, Mg, dan K pada umumnya berhubungan dengan pemupukan N yang tinggi.

Lebih lanjut Sutedjo dan Kartasapoetra (2005) menjelaskan peran penting pH dalam menentukan tingkat kesuburan tanah. Menurutnya, kemasaman tanah (pH) berakibat langsung terhadap tanaman karena meningkatkan kadar ion-ion hidrogen bebas. Masing-masing tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada pH optimum yang dikehendaki. Bila pH jenis tanaman itu tidak sesuai dengan persyaratan fisiologinya, pertumbuhan tanaman akan terhambat atau bahkan mati. pH tanah berakibat pula pada baik atau buruknya dan cukup atau kurangnya unsur hara yang tersedia. Brosnan dan Deputy (2008) menyebutkan bahwa Rumput Zoysia sp. memiliki toleransi yang cukup tinggi pada berbagai jenis tipe tanah tetapi akan tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki drainase baik dengan tingkat pH antara 5,8-7,5.

Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa pH tanah pada Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Si Jalak Harupat memiliki nilai pH 6,60. Nilai ini mendekati pH normal (7,0) dan berada dalam rentang pH tanah yang terdapat banyak bahan atau nutrisi bagi pertumbuhan tanaman, sehingga dapat dikatakan bahwa media tanam pada kedua stadion tersebut memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Terutama hal ini didukung dengan nilai kapasitas tukar kation (KTK) media tanam di kedua stadion yang memiliki nilai cukup tinggi, yaitu pada Stadion Gelora Bung Karno sebesar 11,06 me/100g dan pada Stadion Si Jalak Harupat sebesar 16,08 me/100g. Nilai KTK yang cukup tinggi ini mempengaruhi tanaman dalam proses penyerapan unsur hara atau nutrisi yang ada di dalam tanah karena tanaman menyerap nutrisi dalam bentuk ion-ion dan semakin besar nilai KTK menunjukkan semakin mudah terjadi pertukaran unsur/nutrisi menjadi ion- ion yang tersedia bagi tanaman.

Hasil uji yang berbeda terlihat pada media tanam Stadion Maguwoharjo. Pada lokasi ini memiliki pH yang cukup rendah di bawah 6,0 yaitu sebesar 5,40 yang berarti media tanam bersifat asam. Kondisi yang demikian menyebabkan unsur hara atau nutrisi tanaman sedikit tersedia di dalam tanah. Selain itu, nilai KTK media tanam lapangan juga menunjukkan nilai yang rendah sebesar 3,99 me/100g. Rendahnya nilai KTK ini dapat menyebabkan sulitnya pertukaran unsur dalam tanah dan sulit untuk diserap oleh tanaman. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan cenderung menyebabkan defisiensi nutrisi pada tanaman.

Konstruksi Media Tanam

Wawancara dengan pihak pengelola ketiga stadion dilakukan untuk mengetahui jenis dan susunan media tanam yang digunakan di masing-masing stadion.Jenis dan susunan material konstruksi lapangan sepakbola pada ketiga stadion lokasi survei berdasarkan hasil wawancara dapat lihat pada Tabel 9. Konstruksi lapangan sepakbola merupakan salah satu bagian yang sangat penting yang dapat mempengaruhi permainan sepakbola. Lapangan yang memiliki konstruksi baik dapat digunakan diberbagai musim, terutama pada saat musim hujan, permainan sepakbola dapat terganggu jika terjadi genangan air di lapangan.

29 Konstruksi lapangan yang baik dan sesuai juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput menjadi lebih baik dan tahan lama. Dasar pertimbangan utama pemilihan materi/bahan konstruksi lapangan bola yaitu mampu mengalirkan atau meresapkan air ke dalam tanah dengan cepat, terutama pada saat musim hujan.

Ilustrasi konstruksi media tanam pada Stadion Gelora Bung Karno dapat dilihat pada Gambar 17. Stadion Gelora Bung Karno memiliki lima lapisan media tanam, yaitu pasir pasang, pasir beton, geotekstil, kerikil, dan pipa paralon. Sususan lapisan dari halus ke kasar membantu infiltrasi air saat penyiraman ataupun saat terjadi hujan sehingga tidak terjadi genangan air. Pasir beton merupakan pasir dengan ukuran 0,075-5 mm, sedangkan pasir pasang memiliki ukuran yanglebih halus. Ketebalan lapisan pasir pasang dan pasir beton mencapai 40 cm memberikan ruang tumbuh yang luas bagi akar dan keluasan jangkauan dalam penyerapan nutrisi oleh rumput. Lapisan geotekstil berfungsi memisahkan lapisan material halus dengan material yang kasar agar tidak terbawa bersama aliran air. Geotekstil juga berfungsi untuk mengurangi kecepatan infiltrasi air ke dalam tanah sehingga menjaga kelembaban media tanam, sehingga air tetap tersedia bagi pertumbuhan rumput lapangan.

Media tanam Stadion Si Jalak Harupat memiliki susunan yang sederhana dibandingkan dua stadion lainnya. Pada stadion ini, media tanam lapangan sepakbola hanya terdapat tiga lapisan, yaitu campuran pasir dan sekam, flanel, serta pipa paralon. Ilustrasi konstruksi media tanam Stadion Si Jalak Harupat dapat dilihat pada Gambar 18. Pada lapisan paling atas, pengelola menggunakan campuran pasir dan sekam, yang tidak dilakukan pada dua stadion lainnya. Sekam

Gambar 17 Ilustrasi media tanam Stadion Gelora Bung Karno Tabel 9 Jenis dan susunan material konstruksi lapangan di ketiga stadion

Gelora Bung Karno Si Jalak Harupat Maguwoharjo

Jenis Material Ketebalan

(cm) Jenis Material

Ketebalan

(cm) Jenis Material

Ketebalan (cm)

Rumput 2 Rumput 2 Rumput 2

Pasir Pasang 20 Pasir+Sekam 30 Pasir Pantai 30

Pasir Beton 20 Flanel 0,5 Geotekstil 0,5

Geotekstil 0,5 Pipa Paralon ø 10 Koral 2/3 20

Kerikil 20 Tanah 20

Pipa Paralon ø 10 Geotekstil 0,5

Batu Split 30

30

merupakan sumber bahan organik karena berasal dari sisa tanaman yang akan terdegradasi menjadi humus dan menjadi sumber nutrisi bagi tanaman yang akan mempengaruhi kesuburan tanah serta pertumbuhan tanaman. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2005), sumber bahan organik tanah ialah jaringan tanaman baik yang berupa serasah atau sisa-sisa tanaman, yang setiap tahunnya dapat tersedia dalam jumlah yang besar sekali. Bentuk hasil perombakan bahan organik (limbah nabati) di dalam tanah yang relatif tahan terhadap pelapukan adalah humus. Bahan ini memiliki kapasitas pengikatan hara maupun air yang tinggi, melampaui kapasitas liat. Flanel pada lapisan kedua berfungsi seperti geotekstil yaitu untuk memisahkan material yang halus dengan yang kasar untuk menjaga agar tidak terbawa aliran air dan membantu menahan ketersediaan air di dalam tanah.

Pada Stadion Maguwoharjo, konstruksi media tanam yang digunakan memiliki tujuh lapisan, yaitu pasir pantai, geotekstil, coral, tanah, geotekstil, split, dan pipa paralon. Tebal lapisan pasir yang mencapai 30 cm dan jenis pasir yang digunakan adalah pasir pantai yang memiliki ukuran partikel lebih kecil. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama pada bagian perakaran. Kedua faktor tersebut memberikan keluasan area pertumbuhan akar dan mendorong pertumbuhan akar untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Lapisan geotekstil digunakan untuk memisahlan lapisan material yang halus dengan material yang

Gambar 19 Ilustrasi media tanam Stadion Maguwoharjo Gambar 18 Ilustrasi media tanam Stadion Si Jalak Harupat

31 kasar. Stadion ini menggunakan dua lapisan geotekstil. Lapisan geotekstil atas berupa lembaran geotekstil seperti yang digunakan pada stadion yang lain, namun lapisan geotekstil bagian bawah memiliki bentuk yang bergelombang seperti tempat penyimpanan telur. Kedua lapisan geotekstil ini dibuat untuk menjaga ketersediaan air mengingat curah hujan di Kabupaten Sleman relatif rendah. Konstruksi media tanam Stadion Maguwoharjo dapat dilihat pada Gambar 19.

Kualitas Visual

Kepadatan

Kepadatan rumput diketahui dari jumlah tunas yang tumbuh pada luasan area sampel. Hasil penghitungan jumlah tunas rumput Zoysia matrella di ketiga lokasi stadion dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Pada area dengan lingkungan yang mendukung maka rumput dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Intensitas pemeliharaan juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan kepadatan rumput, semakin tinggi intensitasnya maka kepadatan rumput juga akan semakin tinggi. Hasil survei pada ketiga lapangan sepakbola menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tunas pada ketiga stadion cenderung tidak memiliki perbedaan jumlah yang besar. Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Maguwoharjo memiliki jumlah tunas per satuan luas yang sama yaitu 32 pucuk/100 cm2. Pada Stadion Si Jalak Harupat memiliki jumlah tunas per satuan luas yaitu 30 pucuk/100 cm2. Stadion Gelora Bung Karno memiliki intensitas pemeliharaan dan pemakaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua stadion lainnya. Pada stadion Maguwoharjo dengan tingkat pemeliharaan yang relatif rendah dan pemakaian lapangan cukup rendah, sehingga pertumbuhan rumput baik karena stres yang diterima lebih sedikit. Stadion Si Jalak Harupat memiliki tingkat penggunaan lapangan sedang tetapi memiliki kepadatan tunas yang lebih rendah karena tingkat pemeliharaan yang masih kurang terutama pada perlakuan penyiangan gulma. Namun, ketiga stadion lokasi survei memiliki tingkat kepadatan tunas yang memenuhi standar yaitu lebih dari 30 pucuk/100 cm2 yang berarti tingkat pertumbuhan rumput di ketiga stadion termasuk pertumbuhan yang baik.

Pada survei Stadion Si Jalak Harupat terlihat memiliki gulma yang banyak dibandingkan dua stadion lainnya. Banyaknya jumlah gulma pada stadion ini dapat dipengaruhi oleh jenis media tanam yang digunakan yaitu campuran pasir dan sekam sehingga memiliki kondisi tanah yang lebih subur

Tabel 10 Hasil penghitungan jumlah tunas di ketiga stadion Titik

Sampel

Jumlah Tunas (pucuk/100 cm2)

Gelora Bung Karno Si Jalak Harupat Maguwoharjo

2 30 29 28 4 34 32 31 8 31 37 30 12 29 28 33 14 32 24 27 17 35 28 44 Rataan 32 30 32

32

dibandingkan dua stadion lain. Selain itu, tingkat curah hujan di Kabupaten Bandung memiliki jumlah yang paling tinggi dibandingkan dua stadion lain, hal ini dapat memicu mempercepat pertumbuhan gulma. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan tingkat penyiangan atau pencabutan gulma yang intensif. Keberadaan gulma pada lapangan sepakbola dapat memicu terjadinya persaingan dalam penyerapan hara atau nutrisi dari dalam tanah oleh rumput manila dan menyebabkan terhambatnya tingkat pertumbuhan rumput, salah satunya adalah terhambatnya pertumbuhan tunas rumput.

Warna Daun

Warna merupakan salah satu indikator penilaian visual yang paling mudah dinilai, bahkan oleh orang awam dalam hal ini penonton, sehingga warna menjadi indikator yang cukup penting. Hasil pengamatan warna daun pada ketiga stadion dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Penonton sepakbola yang melihat dari jarak cukup jauh dapat melakukan penilaian kualitas rumput melalui warna terlihat baik atau tidak. Kualitas lapangan sepakbola yang baik memiliki keseragaman warna rumput. Warna dapat digunakan sebagai indikator kondisi umum dari rumput. Warna rumput yang menguning bisa mengindikasikan bahwa rumput kekurangan nutrisi, terkena penyakit, atau faktor lain yang tidak sesuai dalam pertumbuhannya. Pengukuran skor warna daun dilakukan dengan bantuan tabel Munsell Color Chart for Marketing and Merchandising. Data warna rumput kemudian dibandingkan dengan standar warna daun rumput Zoysia matrella. Menurut Brosnan dan Deputy (2008), rumput Zoysia matrella memiliki warna daun hijau tua atau skor warna 5. Gambar 20, Gambar 21, dan Gambar 22 menunjukkan kondisi warna rumput lapangan sepakbola ketiga stadion.

Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Si Jalak Harupat memiliki rata-rata warna daun sesuai standar warna daun rumput manila. Hal yang berbeda terjadi pada Stadion Maguwoharjo. Pada stadion tersebut memiliki warna daun hijau gelap dengan skor warna 6. Pada dasarnya warna hijau daun sangat dipengaruhi oleh klorofil daun. Lebih lanjut, dilakukan analisis daun di dalam laboratorium untuk mengetahui jumlah klorofil daun. Hasil analisis total klorofil daun ketiga stadion dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 11 Hasil pengukuran warna daun di ketiga stadion Titik

Sampel

Warna Daun (skor warna)

Gelora Bung Karno Si Jalak Harupat Maguwoharjo

2 4 5 6 4 5 5 6 8 5 4 6 12 5 5 6 14 5 5 6 17 5 5 5 Rataan 5 5 6

Ket warna: 1 : Kuning; 2 : Hijau Kuning; 3 : Hijau Muda 4 : Hijau; 5 : Hijau Tua; 6 : Hijau Gelap

33

Gambar 22 Warna rumput pada Stadion Maguwoharjo Gambar 21 Warna rumput pada Stadion Si Jalak Harupat Gambar 20 Warna rumput pada Stadion Gelora Bung Karno

34

Klorofil merupakan zat hijau daun yang sangat berperan bagi proses fotosintesis. Jumlah klorofil daun salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan unsur nitrogen (N) dalam tanah, karena nitrogen sangat berperan dalam pembentukan klorofil daun (Sutedjo dan Kartasapoetra 2005). Berdasarkan jumlah total klorofil daun rumput manila pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah klorofil tertinggi di antara ketiga area pengambilan sampel terdapat pada area gawang. Perbedaan jumlah klorofil tersebut dipengaruhi oleh intensitas penggunaan pada area gawang lebih tinggi dibandingkan area lainnya, sehingga mengakibatkan stres pada rumput lapangan dan tidak jarang rumput mati. Pada kondisi demikian rumput lapangan terlihat botak sehingga pengelola melakukan penyulaman. Penyulaman tersebut diduga mempengaruhi jumlah klorofil karena usia rumput dan kondisinya berbeda dengan rumput area lainnya.

Secara keseluruhan, rata-rata jumlah klorofil paling tinggi dimiliki oleh sampel daun yang diambil dari Stadion Maguwoharjo. Salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan klorofil daun rumput manila di Stadion Maguwoharjo tinggi adalah dosis pemupukan yang diterapkan. Teknik pemupukan yang dilakukan pada Stadion Maguwoharjo yaitu dengan memberikan pupuk nitrogen sebanyak 49,8 g/m2, fosfor sebanyak 31,2 g/m2, dan kalium sebanyak 9,6 g/m2 setiap tiga bulan yang bersumber dari pupuk NPK, urea, ZA, dan SP36. Berdasarkan jumlah pupuk yang diberikan dapat dilihat bahwa pihak pengelola memberikan pupuk yang mengandung nitrogen (N) dalam jumlah yang cukup tinggi. Sumber pupuk N yang diberikan yaitu berasal dari pupuk NPK, urea, dan ZA. Hal ini dapat dinyatakan sebagai pemborosan pupuk.

Berdasarkan data jumlah klorofil dalam daun dan warna daun dari ketiga lokasi stadion kemudian dibuat grafik hubungan antara jumlah klorofil daun dengan warna daun yang dapat dilihat pada Gambar 23. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan persamaan regresi linier hubungan jumlah klorofil daun dengan warna daun Y = 0,1621X + 4,6812 dan R2 = 0,1186. Persamaan regresi linier tersebut menyatakan bahwa dengan peningkatan 1 µmol/100cm2

Dokumen terkait