• Tidak ada hasil yang ditemukan

Planting Medium, Nutrition and Mowing Engineering to Improve Visual and Functional Qualities of Soccer Field’s Grass

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Planting Medium, Nutrition and Mowing Engineering to Improve Visual and Functional Qualities of Soccer Field’s Grass"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

REKAYASA MEDIA TANAM, NUTRISI DAN PEMANGKASAN

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS VISUAL DAN

FUNGSIONAL RUMPUT LAPANGAN SEPAKBOLA

EMY JUNATAN MUAKHOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Rekayasa Media Tanam, Nutrisi dan Pemangkasan untuk Meningkatkan Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Lapangan Sepakbola adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

EMY JUNATAN MUAKHOR. Rekayasa Media Tanam, Nutrisi dan Pemangkasan untuk Meningkatkan Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Lapangan Sepakbola. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH dan AFRA DN. MAKALEW.

Permainan sepakbola merupakan salah satu jenis olahraga yang sudah populer di seluruh dunia. Olahraga ini membutuhkan kondisi lapangan yang prima untuk perfomance para pemain. Lapangan sepakbola harus memenuhi kualitas standar, baik standar nasional maupun standar internasional. Masalah terkait rumput lapangan sepakbola di Indonesia yaitu kesesuaian pemilihan jenis rumput, media tanam, dan pertumbuhan rumput yang dipengaruhi kondisi iklim dan ketersediaan nutrisinya. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kualitas rumput dengan melihat pengaruh komposisi media tanam, pemberian nutrisi, dan pemangkasan di tiga lapangan sepakbola yang digunakan kompetisi, mempelajari pengaruh perbedaan komposisi media tanam, pemberian nutrisi, dan pemangkasan terhadap pertumbuhan rumput ditinjau dari kualitas visual dan fungsional rumput lapangan sepakbola, memberikan rekomendasi pada pengelola lapangan sepakbola terkait media tanam, nutrisi, dan pemangkasan yang dapat menghasilkan performa yang prima bagi rumput lapangan sepakbola. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dan eksperimental. Survei lapang dilakukan dengan mengunjungi tiga lapangan sepakbola untuk mengidentifikasi teknik pengelolaan dan permasalahan lapangan sepakbola. Penelitian eksperimental dilakukan dengan menanam rumput manila dan menerapkan perlakuan berupa rekayasa media tanam, pemberian nutrisi dengan level yang berbeda, dan pemangkasan dengan ketinggian yang berbeda. Parameter yang digunakan yaitu kepadatan, warna, tekstur, elastisitas, hasil pangkasan, panjang akar, dan berat kering akar.

(5)

SUMMARY

EMY JUNATAN MUAKHOR. Planting Medium, Nutrition and Mowing Engineering to Improve Visual and Functional Qualities of Soccer Field’s Grass. Guided by the NIZAR NASRULLAH and AFRA DN. MAKALEW.

Soccer is one of the popular sport around the world. Soccer requires field with excellent performance for the player perfomance. Soccer field have to comply quality standards, including national and international standards. The problems of soccer field occurred in Indonesia were the suitability of grass type election, planting medium, and grass growth which were influenced by climate and nutrition availability. This was conducted to evaluate the effect of planting medium composition, nutrient, and mowing on grass quality of three soccer fields, to observe the effect of different planting medium composition, nutrition, and mowing on visual and functional qualities of grass growth, to give suggestion for management of soccer field related planting medium, nutrient, and mowing in order to produce excellent grass field. The methods consisted of survey and experiment. Survey method involves visiting three soccer fields to identify management techniques and soccer field issues. Experiment method was divided into planting manila grass and applying the treatment namely planting medium modification, different level of nutrient, and different height of mowing. The parameter of this method was density, color, texture, elasticity, yield, root length, and dry weight of root.

The survey was conducted in three soccer stadiums namely Gelora Bung Karno Stadium, Si Jalak Harupat Stadium, and Maguwoharjo Stadium.Grass quality of Maguwoharjo Stadium has the lowest quality than the others because the shortage of fertilizers condition in planting medium. Consequently, it affected grass growth and performance. Based on the existing problems, some improvements of planting medium fertility were needed to get the optimal growth and performance in Maguwoharjo Stadium. As for the results, the interaction of three treatment factors was not significant. Significant influence was only detected in one or two treatment factors interaction, but the significant influence was not seen at all in each observation variables. It was recommended for manila turfgrass using medium of sand, fertilizing 5 g/m2 of N, 2,5 g/m2 of P2O5, and 2,5 g/m2 of K2O once a month, and mowing at height of 2 cm.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Arsitekstur Lanskap

REKAYASA MEDIA TANAM, NUTRISI DAN PEMANGKASAN

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS VISUAL DAN

FUNGSIONAL RUMPUT LAPANGAN SEPAKBOLA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Rekayasa Media Tanam, Nutrisi dan Pemangkasan untuk Meningkatkan Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Lapangan Sepakbola

Nama : Emy Junatan Muakhor NIM : A451110061

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr Ketua

Dr Ir Afra DN. Makalew MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Arsitekstur Lanskap

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 06 Februari 2014 (tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:

(tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah rumput lapangan sepakbola, dengan judul Rekayasa Media Tanam, Nutrisi dan Pemangkasan terhadap Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Lapangan Sepakbola.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr dan Ibu Dr Ir Afra DN. Makalew, MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak pengelola Stadion Gelora Bung Karno (Jakarta), pihak pengelola Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), dan pihak pengelola Stadion Maguwoharjo (Kabupaten Sleman) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang dan bantuan yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Yudha Kartana, Florenthius Agung, Vina Pratiwi, Ratsio Wibisono, E. Yusuf Tammara, dan Oktaviana Herlin yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini dari awal hingga penelitian ini selesai terlaksana, serta teman-teman Pascasarjana Arsitekstur Lanskap yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis sehingga penelitian ini berjalan dengan baik.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Media Tanam Rumput Lapangan 10

Kebutuhan Nutrisi Rumput 12

METODE 15

Waktu dan Tempat 15

Metode Survei 15

Metode Rancangan Percobaan 16

Metode Eksperimental 18

KONDISI UMUM 21

Lokasi Penelitian Survei 21

Iklim 22

Pengelola 23

Jenis Rumput 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Penilaian Kualitas Tiga Lapangan 25

Penilaian Kualitas Rumput Percobaan 51

SIMPULAN DAN SARAN 62

Simpulan 62

Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 665

(12)

DAFTAR TABEL

1. Rancangan faktorial 3 faktor 17

2. Parameter dan teknik pengamatan kualitas visual 20 3. Parameter dan teknik pengamatan kualitas fungsional 20

4. Standar penilaian rumput lapangan sepakbola 20

5. Kondisi iklim bulanan tahun 2011 pada ketiga lokasi survei 23

6. pH dan KTK media tanam di ketiga stadion 26

7. BD, porositas, dan permeabilitas media tanam di ketiga stadion 26

8. Kelas permeabilitas dan perkolasi tanah 27

9. Jenis dan susunan material konstruksi lapangan di ketiga stadion 29 10.Hasil penghitungan jumlah tunas di ketiga stadion 31 11.Hasil pengukuran warna daun di ketiga stadion 32 12.Hasil analisis laboratorium total klorofil daun di ketiga stadion 34 13.Hasil pengukuran tekstur daun di ketiga stadion 35 14.Hasil pengukuran elastisitas rumput di ketiga stadion 36 15.Hasil pengukuran berat kering pucuk di ketiga stadion 37 16.Hasil pengukuran panjang akar di ketiga stadion 39 17.Hasil pengukuran berat kering akar di ketiga stadion 41

18.Jenis, Dosis, dan Waktu Pemupukan 43

19.Intensitas Penyiraman pada ketiga stadion 45

20.Intensitas pemangkasan rumput pada ketiga stadion sepakbola 46 21.Jenis gulma da intensitas penyiangan di ketiga stadion 48 22.Jenis hama atau penyakit pada ketiga stadion 49 23.Korelasi antarvariabel Stadion Gelora Bung Karno 50 24.Korelasi antarvariabel Stadion Si Jalak Harupat 50

25.Korelasi antarvariabel Stadion Maguwoharjo 50

26.pH dan KTK media tanam 51

27.BD, porositas, dan permeabilitas media tanam 51 28.Pengaruh faktor pemupukan (F) terhadap pH media tanam 52

29.Jumlah tunas rumput 52

30.Pengaruh faktor pemangkasan (M) terhadap jumlah tunas/100 cm2 53 31.Pengaruh interaksi faktor pemupukan dan pemangkasan (F*M)

terhadap jumlah tunas/100 cm2 53

32.Skor warna daun rumput 54

33.Ukuran tekstur daun rumput 55

34.Hasil pengamatan jarak pantulan bola 55

35.Pengaruh faktor pemupukan (F) terhadap elastisitas 56 36.Pengaruh faktor pemangkasan (M) terhadap elastisitas 56 37.Pengaruh interaksi faktor pemupukan dan pemangkasan (F*M)

terhadap elastistas 56

38.Berat kering pucuk rumput 57

(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pikir penelitian 3

2. Tipe pertumbuhan rumput 4

3. Alat pengukur pantulan bola 6

4. Alat pengukur sudut pantulan bola 6

5. Alat pengukur jarak gelinding bola 7

6. Kualitas densitas rumput yang baik dan buruk 7

7. Kualitas tekstur rumput yang baik dan buruk 8

8. Kualitas keseragaman rumput yang baik dan buruk 8 9. Ilustrasi konstruksi media tanam lapangan sepakbola (a) Stadion

Siliwangi, (b) Stadion Singaperbangsa, (c) Stadion Haji Agus Salim 11

10.Lokasi penelitian eksperimental 15

11.Ilustrasi titik sampel survei lapangan sepakbola 16

12.Lay out plot percobaan yang diacak 17

13.Ilustrasi konstruksi media tanam plot percobaan 18

14.Lokasi Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta 21

15.Lokasi Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung 22 16.Lokasi Stadion Maguwoharjo, Kabupaten Sleman 22 17.Ilustrasi media tanam Stadion Gelora Bung Karno 29 18.Ilustrasi media tanam Stadion Si Jalak Harupat 30

19.Ilustrasi media tanam Stadion Maguwoharjo 30

20.Warna rumput pada Stadion Gelora Bung Karno 33

21.Warna rumput pada Stadion Si Jalak Harupat 33

22.Warna rumput pada Stadion Maguwoharjo 33

23.Hubungan jumlah klorofil dengan warna daun 35

24.Perbandingan panjang akar rumput 58

(14)
(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permainan sepakbola merupakan salah satu jenis olahraga yang sudah populer di seluruh dunia. Permainan yang dilakukan oleh dua tim dengan masing-masing anggota tim berjumlah sebelas pemain dengan cara menggiring bola di lapangan rumput dan memasukkannya ke gawang lawan. Di Indonesia, permainan ini sangat populer dan dimainkan oleh semua kalangan dan tingkatan usia. Indonesia kurang lebih memiliki 170 buah lapangan sepakbola, baik yang berupa stadion maupun gelanggang olahraga, dan sebagian memiliki fungsi lain (multi use). Stadion-stadion tersebut berada di bawah pengawasan lembaga sepakbola resmi Indonesia yaitu PSSI, diantaranya terdapat 7 stadion yang memiliki daya tampung penonton mencapai 40.000 hingga 88.000 orang (Riezkan 2012). Berbagai jenis pertandingan banyak dilakukan di lapangan sepakbola Indonesia, baik pertandingan nasional maupun internasional. Pertandingan tingkat nasional yang rutin dilaksanakan yaitu Indonesia Super League (ISL). Selain itu, pertandingan internasional juga kerap dilaksanakan di Indonesia seperti ASEAN Games, Asian Football Cup (AFC), Liga Champions Asia, pertandingan pra-musim maupun pertandingan amal yang mendatangkan klub-klub internasional bermain di Indonesia.

Olahraga ini membutuhkan kondisi lapangan yang prima untuk perfomance para pemain. Lapangan sepakbola harus memenuhi kualitas standar, baik standar nasional maupun standar internasional. Kondisi lapangan yang prima tercipta melalui kondisi topogafi dan rumput sebagai faktor utamanya. Kondisi topogafi dan rumput mempengaruhi kelancaran pertandingan. Kondisi topogafi yang kurang baik akan memengaruhi gerakan bola dan saat terjadi hujan akan terjadi genangan air yang akan mengganggu permainan. Untuk itu diperlukan drainase yang efektif untuk mengatasi genangan air (Puhalla et al. 1999). Masalah terkait rumput lapangan sepakbola di Indonesia yaitu kesesuaian pemilihan jenis rumput, media tanam, dan pertumbuhan rumput yang dipengaruhi kondisi iklim dan ketersediaan nutrisinya.

(18)

2

banyak terjadi kerusakan kondisi lapangan rumput yang salah satunya disebabkan oleh pemberian nutrisi dengan komposisi yang tidak tepat.

Turgeon (2005) menyatakan bahwa nitrogen merupakan komponen penting dari klorofil. Ketersediaan nitrogen yang cukup akan memberikan hasil rumput yang berwarna hijau. Pada saat ini banyak pengelola lapangan sepakbola yang terus menerus memberikan pupuk nitrogen dalam jumlah yang banyak demi menghasilkan visual rumput yang hijau dan terlihat segar. Namun, kondisi tersebut tidak diikuti dengan pemberian nutrisi lain yang seimbang sehingga menyebabkan pertumbuhan rumput yang tidak prima yaitu rumput mudah rusak (daun sobek dan perakaran lemah). Hal ini dapat mengganggu kelancaran permainan sepakbola dan menyebabkan kondisi visual yang buruk bagi suatu lapangan sepakbola. Perlu adanya suatu solusi pemberian nutrisi dengan komposisi yang tepat dan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut sehingga dihasilkan rumput yang berkualitas, baik secara estetik maupun fungsional.

Menurut Puhalla et al. (1999), respon bola merupakan faktor paling penting dalam permainan sepakbola maka rumput yang pendek lebih diutamakan. Pengelola lapangan harus memilih jenis spesies rumput yang baik dan cara budidaya yang tepat dengan pemangkasan yang pendek. Selain itu, pengelola juga harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memangkas. Pemangkasan berguna untuk mempertahankan ketinggian rumput sesuai dengan standar sehingga bola dapat memantul dan menggelinding sesuai dengan perkiraan pemain. Kondisi Indonesia yang berada di wilayah tropis dengan tingkat curah hujan cukup tinggi memicu pertumbuhan tanaman yang lebih cepat. Pada lapangan sepakbola, kondisi curah hujan memicu pertumbuhan rumput cepat dan memerlukan pemangkasan yang tepat untuk menjaga kualitas rumput tetap prima saat digunakan dalam pertandingan.

Permasalahan terkait kondisi pertumbuhan rumput lapangan sepakbola di Indonesia dapat disebabkan oleh faktor seperti media tanam rumput yang kurang sesuai, dan komposisi nutrisi bagi pertumbuhan rumput yang kurang tepat. Untuk itu, penelitian kesesuaian dan keefektifan media tanam dan pemberian nutrisi bagi pertumbuhan rumput lapangan sepak bola sangatlah penting dilakukan sehingga dapat menciptakan kondisi rumput lapangan yang prima, fungsional dan estetik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu:

1)mengevaluasi kualitas rumput dengan melihat pengaruh komposisi media tanam, pemberian nutrisi, dan pemangkasan di tiga lapangan sepakbola,

2)menganalisis pengaruh perbedaan komposisi media tanam, pemberian nutrisi, dan pemangkasan terhadap pertumbuhan rumput ditinjau dari kualitas visual dan fungsional rumput lapangan sepakbola,

(19)

3

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah mendapatkan komposisi media tanam, nutrisi dan pemangkasan yang tepat dan efektif bagi pertumbuhan rumput lapangan sepakbola, untuk menghasilkan kualitas rumput lapangan sepakbola yang prima secara visual dan fungsional, serta menjadi acuan bagi para pengelola lapangan sepakbola/stadion/gelanggang olahraga.

Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput

Rumput merupakan jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman monokotiledon atau biasa disingkat monokotil.Tanaman monokotil adalah tanaman berbunga yang hanya memiliki satu buah benih (kotiledon) disetiap biji mereka. Biasanya jaringan meristematik pada tanaman berada pada bagian ujung tanaman. Namun, hal yang berbeda terdapat pada rumput. Jaringan meristem pada rumput berada dibawah pucuk. Hal ini yang memungkinkan rumput memiliki toleransi tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Selain itu, rumput memiliki bagian yang disebut crown yang merupakan pusat aktivitas dari rumput, apabila bagian ini mati maka rumput pun ikut mati (Christians 2004).

Rumput memiliki beberapa tipe pertumbuhan, yaitu anakan (bunch type), rhizom (rhizomes), dan stolon (stoloniferous) (Gambar 2). Tipe pertumbuhan rumput dengan anakan (bunch type) terjadi ketika tunas mulai berkembang menjadi anakan baru yang disebut tiller. Setelah musim pertumbuhan dari rumput dengan tipe anakan, beberapa tiller akan tumbuh dalam kelompok yang rapat di sekitar crown tanaman induknya. Setiap tiller memiliki crown masing-masing sehingga ketika tiller dipisahkan dari tanaman induk maka dapat tumbuh dan berkembang sendiri menjadi tanaman baru.

Pada beberapa rumput, perkembangan tunas mungkin juga muncul secara lateral dan menembus sheat dari tanaman induk. Perkembangan tunas yang menembus sheat secara lateral menghasilkan batang yang dapat menjadi struktur reproduktif, yang dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, batang lateral tersebut tumbuh lateral disepanjang permukaan tanah. Bentuk cabang permukaan tanah ini disebut stolon. Stolon memiliki panjang jarak yang bervariasi yang menghasilkan tunas baru sebagai struktur reproduktif. Tunas tersebut dapat tumbuh dengan akar

(21)

5 baru dan tanaman baru yang sangat mirip dengan tanaman induknya. Kedua, batang lateral yang muncul dari tanaman induk tumbuh di bawah permukaan tanah, yang disebut dengan rhizom. Rhizom tidak memiliki klorofil dan terlihat seperti akar berwarna putih, tetapi bukan akar. Rhizom memiliki node seperti pada stolon yang setiap node dapat tumbuh akar dan tunas baru. Setiap jenis rumput memiliki tipe pertumbuhan yang berbeda-beda. Terdapat rumput yang memiliki tipe pertumbuhan hanya dengan stolon atau rhizome ataupun memiliki kedua-duanya (Christians 2004).

Menurut Emmons (2000), rumput merupakan penutup tanah yang sangat baik untuk lapangan olahraga dan tempat rekreasi. Rumput dapat membuat permukaan yang kuat dan tahan injakan. Ketika luka, rumput mempunyai kemampuan menyembuhkan diri yang baik. Rumput juga dapat menyediakan permukaan yang baik untuk pijakan atlet dan permukaan yang lembut untuk menahan atlet ketika jatuh.

Pemain sepakbola melakukan gerakan berlari dan berhenti dengan cepat dan frekuensi perubahan arah yang sering merupakan taktik dasar permainan sepakbola. Hal ini memberikan stres lokal atau pada daerah-daerah tertentu saja pada permukaan lapangan sepakbola. Kerusakan sekecil apapun pada permukaan rumput dapat menyebabkan pantulan yang buruk dan gelindingan bola yang tidak tepat arah sehingga permainan tidak berjalan dengan baik (Puhalla et al. 1999).

Rumput Lapangan Sepakbola

Puhalla et al. (1999) menjelaskan bahwa respon bola merupakan faktor paling penting maka rumput yang pendek lebih diutamakan. Selain itu, pengelola lapangan tidak hanya harus memilih jenis spesies rumput yang baik dan cara budidaya yang tepat dengan pemangkasan yang pendek, tetapi pengelola juga harus mempertimbangkan kebutuhan waktu yang tepat untuk memangkas. Drainase yang efektif merupakan bagian yang penting dalam permainan sepakbola, karena pada lokasi yang menggenang pada permukaan rumput dapat menghentikan bola yang sedang menggelinding.

Terdapat tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap permukaan lapangan sepakbola, yaitu kondisi permukaan, pemain, dan interaksi bola. Kondisi permukaan lapangan dipengaruhi oleh lingkungan, jenis lapangan, lokasi geografis, dan pengelolaan lapangan. Kondisi permukaan lapangan akan mempengaruhi interaksi bola. Faktor yang berpengaruh terhadap pemain yaitu pengalaman masa lalu, atribut psikologi, atribut fisik, dan karakter bermain. Interaksi bola dilihat dari faktor kecepatan bola, pantulan bola, dan gelindingan bola. Ketiga karakteristik bola tersebut yang dirasakan signifikan berbeda antarlapangan, terutama antarjenis permukaan lapangan, dan banyak pemain berpikir perbedaannya cukup mencolok tiap jenis permukaan lapangan (Ronkainen et al. 2012)

(22)

6

dapat memperkirakan pantulan bola, laju bola di permukaan, dan kecepatan sudut pantul bola di permukaan.

 Pantulan bola vertikal (vertical ball rebound). Jika bola memantul lebih tinggidari perkiraan,pemain mungkin gagal untuk mengontrol bola atau mungkin memantul tinggi melampaui kepala atau memantul terlalu rendah dan melewati kaki saat terangkat. Oleh karena itu, perlu untuk mengukur ketinggian pantulan bola ketika jatuh kepermukaan dari ketinggian tertentu. Pantulan bola vertikal diukur dengan menjatuhkan bola dari ketinggian 2 meter dan diukur ketinggian pantulan bola (Gambar 3). Rumput memiliki nilai pantulan antara 50-100 cm, tetapi idealnya rumput memiliki nilai pantulan antara 60-85 cm.

 Perilaku sudut lengkung bola (angled ball behaviour). Efek gabungan pantulan dan gelindingan ketika bola diluncurkan ke udara dan membentur permukaan di sudut disebut sebagai Perilaku sudut lengkung bola (Gambar 4). Perilaku sudut lengkung bola adalah interaksi yang kompleks antara bola dan permukaan melibatkan gesekan antara bola dan permukaan, kecepatan horizontal dan pantulan bola vertikal. Hantaman bola memiliki nilai sudut dan kecepatan, khususnya bola panjang, akan memantul dari permukaan pada sudut dan kecepatan tertentu. Jika bola datang pada lintasan dan kecepatan yang berbeda dari yang diperkirakan, hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam mengontrol bola. Oleh karena itu, perlu untuk mengukur efek gabungan dari Perilaku sudut lengkung bola.

Gambar 4 Alat pengukur sudut pantulan bola Gambar 3 Alat pengukur pantulan bola Sumber: FIFA (2012a)

(23)

7

 Gelindingan Bola (ball roll). Bola yang bergerak di atas tanah menuju pemain dapat bergerak lebih cepat atau lambat dari yang diperkirakan akan mengakibatkan pemain gagal mengontrol bola dengan benar. Pemain yang mengoper menganggap bola akan memperlambat di atas permukaan dan kemudian akan menendang dengan kekuatan tertentu. Tes untuk memprediksi perlambatan dari bola melewati permukaan disebut Gelinding Bola (Gambar 5). Permukaan lapangan diklasifikasikan dalam hal kecepatan permukaan atau perlambatan bola melewati permukaan lapangan. Nilai gelinding bola untuk rumput bervariasi antara 4-10 meter. Rumput yang ideal memiliki nilai gelinding dari 4-8 m. Semakin rendah nilai, semakin lambat lapangan.

Fungsional dan Estetika Rumput

Menurut Turgeon (2005), banyak faktor yang mempengaruhi kualitas rumput. Turgeon membedakan kualitas rumput menjadi dua bagian yaitu kualitas visual dan kualitas fungsional. Hal yang paling berpengaruh terhadap kualitas visual rumput yaitu kepadatan (density), tekstur (texture), keseragaman (uniformity), warna (color), perilaku pertumbuhuan (growth habit), dan kelembutan (smoothness).

 Kepadatan (density) adalah ukuran atau jumlah dari tunas per satuan area. Jumlah tunas yang tumbuh tiap individu rumput sangat bervariasi tergantung genotip, lingkungan sekitar, dan teknik budidaya. Rumput lapangan sepakbola akan menjadi jarang jika pertumbuhannya buruk. Ilustrasi mengenai perbandingan kualitas densitas rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 6.

Rendah Tinggi

Gambar 6 Kualitas densitas rumput yang baik dan buruk Gambar 5 Alat pengukur jarak gelinding bola Sumber: FIFA (2012a)

(24)

8

 Tekstur (texture) merupakan ukuran lebar dari helaian daun. Rumput dengan lebar daun yang kecil dianggap lebih menarik. Tekstur rumput berpengaruh pada penggunaan tiap jenis rumput untuk digunakan secara bersama (mixtures). Rumput yang memiliki tekstur halus dan kasar tidak dapat digunakan secara bersama karena akan menyebabkan penampilan rumput yang tidak seragam. Kepadatan dan tekstur rumput merupakan faktor yang saling terkait, pada saat kepadatan rumput meningkat maka tekstur daun akan semakin halus. Kehalusan adalah tampilan permukaan rumput yang berpengaruh pada kualitas visual dan kualitas permainan. Kecepatan dan durasi perputaran bola akanberkurang apabila rumput tidak halus dan tidak seragam. Ilustrasi mengenai perbandingan tekstur rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 7.

 Keseragaman (uniformity) merupakan pekiraan penilaian terhadap tampilan rumput yang terlihat. Dua hal terkait dengan keseragaman tampilan rumput yaitu komposisi dan karakteristik permukaan. Komposisi terkait dengan jumlah cabang dari anakan, sedangkan karakteristik permukaan terkait dengan kesamaan jenis rumput yang digunakan. Keseragaman rumput tidak dapat dinilai secara akurat seperti menilai tekstur dan kepadatan. Keseragaman rumput dipengaruhi oleh tekstur, kepadatan, komposisi spesies, warna, ketinggian pangkasan, dan faktor lain yang menyebabkan keseragaman. Ilustrasi mengenai perbandingan keseragaman rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada Gambar 8.

 Warna (color) merupakan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput. Spesies rumput yang berbeda dan variasi budidaya rumput mempengaruhi warna rumput dari yang berwarna terang hingga hijau gelap. Warna dapat digunakan sebagai indikator kondisi umum dari rumput. Warna rumput yang menguning bisa mengindikasikan bahwa rumput kekurangan nutrisi, terkena penyakit, atau faktor lain yang tidak sesuai dalam pertumbuhannya. Kualitas pemangkasan juga dapat berpengaruh terhadap warna dari rumput.

Rendah Tinggi

Gambar 8 Kualitas keseragaman rumput yang baik dan buruk

Kasar Halus

Gambar 7 Kualitas tekstur rumput yang baik dan buruk Sumber: Turgeon (2005)

(25)

9

 Perilaku pertumbuhan (growth habit) dideskripsikan sebagai tipe pertumbuhan tunas pada tiap bagian individu rumput. Tiga tipe dasar pertumbuhan rumput yaitu anakan (bunch type), rhizome (rhizomatous), dan stolon (stoloniferous).

 Kelembutan (smoothness) adalah fitur permukaan dari rumput yang mempengaruhi kualitas visual dan kemampuan penggunaan dalam permainan. Percepatan dan durasi bola yang menggelinding akan berkurang jika permukaan rumput tidak lembut dan tidak seragam.

Kualitas fungsional dari rumput dipengaruhi oleh kekakuan (rigidity), elastisitas (elasticity), keempukan (resiliency), hasil pangkasan (yield), pertunasan (verdure), perakaran (rooting), dan kemampuan memulihkan diri (recuperative capacity).

 Kekakuan (rigidity) adalah ketahanan daun rumput terhadap tekanan dan berhubungan dengan ketahanan rumput. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi kimiawi dari jaringan tanaman, kandungan air, suhu, ukuran tanaman, dan densitas.

 Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan rumput untuk kembali tegak setelah tekanan diatasnya berpindah. Elastisitas rumput akan berkurang secara dramatis apabila rumput membeku.

 Keempukan (resiliency) adalah kemampuan rumput dalam menyerap beban tanpa merubah karakteristik permukaannya. Pada beberapa kasus, ketahanan dipengaruhi oleh kondisi daun dan akar. Pada lapangan golf, ketahanan ini dapat menahan bola secara baik sehingga dapat dibidikkan sesuai target. Pada lapangan sepakbola, ketahanan ini membantu dalam mengurangi potensi cedera pada pemain.

 Hasil pangkasan (yield) adalah ukuran jumlah sisa potongan rumput yang telah dipangkas. Hal ini merupakan indikasi pertumbuhan rumput dipengaruhi oleh pemupukan, irigasi, dan faktor-faktor alami lainnya. Jumlah yield yang berlebihan, mengindikasi penggunaan pupuk yang berlebihan, terutama nitrogen dan indikasi lainnya seperti perakaran lemah, toleransi terhadap stres, dan ketahanan terhadap penyakit.

 Pertunasan (verdure) adalah jumlah rumpun rumput yang masih tertanam setelah pemotongan. Pada beberapa genotip rumput tertentu, peningkatan verdure berhubungan dengan peningkatan rigiditas dan kemampuan menahan beban.

 Perakaran (rooting) adalah jumlah pertumbuhan akar dalam suatu masa tanam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah akar yang berwarna putih dan dari kedalamannya. Semakin banyak jumlah dan semakin dalam perakarannya, maka semakin baik kualitas rumputnya.

(26)

10

FIFA (2012b) menyebutkan bahwa kebutuhan pengelolaan lapangan sepakbola sangat mendasar untuk beberapa alasan yaitu estetika, keamanan, penampilan permainan, dan daya tahan.

 Estetika. Lapangan yang bagus akan menarik untuk bermain dan mendorong pengguna menggunakan lapangan dengan cara yang baik. Lapangan yang buruk tidak menarik untuk bermain, akan mengurangi pengguna lapangan bermain dalam waktu yang lama, dan mengundang perilaku vandalisme.

 Keamanan. Lapangan yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan bahaya bagi pengguna. Selain itu, bisa menyebabkan kecelakaan dan kerugian lain.

 Penampilan bermain. Pengelolaan yang buruk akan menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa frustasi bagi pemain karena bola bergerak lebih cepat, ketidakpastian arah gelinding bola, pantulan bola bervariasi, pemain berlari dipermukaan yang kasar, dan rendahnya cekaman permukaan.

 Daya tahan. Jangka waktu dari rumput sepakbola akan berkurang dengan cepat disebabkan oleh buruknya perawatan, atau investasi pengelolaan yang diabaikan.

Menurut Brosnan dan Deputy (2008) pemangkasan Zoysia sp. tidak boleh melebihi ketinggian 5 cm. Pemangkasan yang baik dilakukan setiap 7-10 hari dengan ketinggian antara 1,25 cm hingga 4,75 cm.

Media Tanam Rumput Lapangan

Menurut Christians (2004), uji tanah merupakan proses pengukuran status kandungan nutrisi dalam tanah yang mungkin diperoleh oleh tanaman dan dapat dijadikan dasar rekomendasi dalam progam penyuburan tanah. Proses pengujian dapat juga menggunakan alat yang dapat menilai tingkat salinitas dan untuk mengidentifikasi potensi terkena penyakit/racun. Pengujian tanah dapat memberikan informasi yang sangat berguna yang dapat menentukan kesuksesan atau kegagalan dalam progam pengelolaan rumput.

Jika uji tanah telah dilakukan, perlakuan pemberian pupuk yang tepat dapat diberikan sesuai tingkat rekomendasi. Jika uji tanah tidak dapat dilakukan keseluruhan, minimal harus dapat diketahui tingkat pH tanah sehingga dapat diketahui pH tanah yang sesuai untuk kebutuhan material/jenis tanaman yang akan digunakan. Tanah berpasir memiliki kapasitas penyangga yang rendah (porous), kurang respon terhadap perubahan tingkat keasaman, dan membutuhkan sedikit kapur (lime) per unit untuk merubah pH. Tanah yang mengandung bahan organik tinggi memiliki kapasitas penyangga sangat tinggi dan biasanya tidak membutuhkan perlakuan untuk merubah pH (Carpenter et al. 1975).

Menurut Emmons (2000), permasalahan utama pada lapangan olahraga yaitu pemadatan dan kualitas rumput yang buruk. Permasalahan ini dapat diatasi dengan konstruksi lapangan yang baik dan pemilihan spesies dan kultivar rumput yang sesuai. Kunci utama dalam membuat lapangan olahraga yang baik adalah dengan menyediakan zona akar yang cukup. Drainase dan irigasi yang baik diperlukan untuk menjaga rumput agar tetap padat dan subur.

(27)

11 dilakukan sehari sebelum lapangan digunakan agar lapangan tidak digenangi air. Penyiraman segera setelah lapangan digunakan sangat disarankan untuk mempercepat pemulihan rumput. Lapangan yang menggunakan tanah liat akan mengeras jika tidak disiram secara regular. Coring untuk mengurangi kepadatan sangat penting. Coring adalah pembuatan lubang pada tanah untuk menjaga agar tanah menjadi gembur, terjaga porositasnya, terjaga kestabilan oksigen dalam tanah, dan mengurangi kepadatan tanah (Emmons 2000).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmasari (2011), terdapat tiga tipe media tanam yang digunakan pada lapangan sepak bola pada tiga lokasi yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Stadion Siliwangi (Bandung), Singaperbangsa (Karawang), dan Haji Agus Salim (Padang). Pada Stadion Siliwangi konstruksi media tanam lapangan terdiri dari pipa paralon (ø 10 cm), batu kali, ijuk, kerikil, serta campuran tanah andosol dan pasir. Pada Stadion Singaperbangsa konstruksi media tanam lapangan terdiri dari pipa paralon (ø 10 cm), batu kali, ijuk dan kerikil, serta campuran tanah latosol, pasir, dan pupuk kandang.Pada Stadion Haji Agus Salim konstruksi media tanam terdiri dari pipa paralon (ø 10 cm), kerikil, ijuk, serta campuran tanah entisol dan pasir. Ketiga ilustrasi konstruksi media tanam masing-masing stadion dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Ilustrasi konstruksi media tanam lapangan sepakbola (a) Stadion Siliwangi, (b) Stadion Singaperbangsa, (c) Stadion Haji Agus Salim

(28)

12

Zeolit alam merupakan mineral yang jumlahnya banyak tetapi distribusinya tidak merata, seperti klinoptilolit, mordenit, phillipsit, chabazit dan laumontit. Zeolit alam banyak mengandung mineral seperti Na, K, Ca, Mg dan Fe, namun kristalinitasnya kurang baik. Zeolit merupakan suatu mineral berupa kristal silika alumina yang terdiri dari tiga komponen yaitu kation yang dapat dipertukarkan, kerangka alumina silikat dan air. Struktur yang khas dari zeolit, yakni hampir sebagian besar merupakan kanal dan pori, menyebabkan zeolit memilki luas permukaan yang besar. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pori dan kanal dalam maupun antar kristal dianggap berbentuk silinder, maka luas permukaan total zeolit adalah akumulasi dari luas permukaan (dinding) pori dan kanal-kanal penyusun zeolit. Semakin banyak jumlah pori yang dimiliki, semakin besar luas permukaan total yang dimiliki zeolit. Zeolit alam mempunyai rasio Si/Al sebesar 4,96 (Lestari 2010).

Sifat kimia yang penting dari zeolit alam adalah kemampuannya dalam pertukaran anion dan kation. Manfaat dari zeolit sendiri adalah mampu menangkap NH4+ sehingga tidak mudah tercuci atau hilang, serta meningkatkan kapasitas tukar kation. Pemanfaatan zeolit dalam pembuatan kompos ini dapat memperbaiki sifat fisik kompos dan mengurangi bau yang menyengat dari gas amonia serta dapat meningkatkan kadar nitrogen kompos. Hal ini terjadi melalui penjerapan nitrogen oleh zeolit yang dapat dilepas kembali secara berlahan untuk keperluan tanaman. Pemberian zeolit dapat meningkatkan pH kompos, N total kompos, N tersedia kompos, dan P tersedia kompos. Pemberian zeolit juga dapat menurunkan nisbah C/N kompos (Susanti dan Panjaitan, 2010). Penambahan zeolit pada media tanam akan meningkatkan jumlah basa-basa K, Na, Ca dan Mg serta meningkatkan KTK tanah, walaupun media tanam tersebut sudah dipakai oleh tanaman selama masa pertumbuhannya. Zeolit tidak meningkatkan pH tanah (Estiaty 2012).

Menurut Nasrullah dan Ansari (2000) penambahan zeolit pada media tanam pasir dapat menurunkan kadar air dalam tanah. Selain itu, penambahan zeolit juga meningkatkan permeabilitas tanah dibandingkan media tanam pasir yang ditambahkan dengan serbuk gergaji pada taraf yang sama. Secara umum, penambahan zeolit pada media tanam rumput bermuda (Cynodon dactylon var. Tifdwarf) pada taraf 25% - 50% menghasilkan kualitas fungsional yang lebih rendah dibandingkan media tanam pasir yang dicampur dengan serbuk gergaji dilihat pada variabel berat kering pucuk, kepadatan, kepegasan, warna daun, panjang akar, dan berat kering akar.

Kebutuhan Nutrisi Rumput

(29)

13 diberikan sebagai pupuk dapat dihitung berdasarkan pada jumlah elemen tersebut di dalam tanah dan potensi pertumbuhan dari rumput pada waktu tertentu. Kebutuhan nutrisi rumput yang akan diberikan harus melihat kondisi awal tanah berupa pH tanah, kapasitas tukar kation (KTK) dan ketersediaan nutrisi di tanah. pH tanah merupakan ukuran dari aktivitas ion hidrogen (H+) di dalam tanah dan biasanya diukur dalam perbandingan 1:1 antara tanah dan air terionisasi. Tanaman rumput dapat tumbuh dengan baik pada pH tanah antara 5,5-8,3. Kapasitas tukar kation (KTK) adalah ukuran dari kemampuan tanah untuk melakukan pertukaran penyerapan kation. Mineral seperti kalsium, magnesium, dan potasium (kalium) terdegradasi dalam tanah, dan diambil tanaman dalam bentuk ion Ca2+, Mg2+, dan K+. KTK tanah sangat penting karena sebagai indikator jumlah mineral tersebut yang terdapat di dalam tanah.

Nutrisi dasar kebutuhan tanaman harus diberikan, berdasarkan pada hasil uji tanah, jika dibutuhkan untuk membentuk level tanah pada level yang dapat diterima untuk pertumbuhan rumput. Jumlah dan rasio kebutuhan nutrisi yang harus ditambahkan tergantung pada kebutuhan dasar kesuburan tanah dilihat pada hasil uji tanah, jenis rumput yang akan ditanam, kondisi iklim seperti curah hujan dan suhu, penggunaan irigasi dan jenis tanah. Nitrogen merupakan unsur utama yang sangat dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak. Rasio perbandingan yang biasa digunakan dalam pemupukan rumput yaitu 1:2:1 atau 1:3:1. Namun penambahan unsur fosfor dan potasium jumlahnya tergantung ketersediaan di tanah. Jika jumlahnya di dalam tanah sudah mencukupi, hanya unsur nitrogen yang perlu ditambahkan (Carpenter et al. 1975).

Brosnan dan Deputy (2008) menyebutkan bahwa pemberian pupuk N untuk rumput manila sebesar 4,84 g/m2 dengan perbandingan dosis NPK dalam pupuk majemuk sebesar 2:1:1. Unsur N paling banyak dibutuhkan oleh rumput yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah klorofil daun sehingga daun terlihat hijau, sedangkan unsur P dibutuhkan rumput dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, unsur P banyak terkandung dalam tanah sehingga penambahan unsur P melalui pupuk tidak perlu dalam jumlah besar. Unsur K dibutuhkan rumput dalam jumlah yang sedang karena unsur K berpengaruh terhadap kelenturan/kekakuan daun yang akan mempengaruhi performa rumput lapangan.

Pupuk organik hasil fermentasi EM4 memberikan pengaruh perbedaan jumlah unsur hara pada setiap level pupuk yang diberikan terutama kandungan unsur nitrogen, dimana unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang terkandung dalam pupuk tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah dwarf. Semakin tinggi konsentrasi pupuk organik yang diberikan pada media tanam, semakin besar pengaruh yang terlihat pada pertumbuhan rumput. Pengaruh tersebut terlihat pada setiap variabel pengamatan seperti tinggi tanaman, lingkar batang, lebar daun, jumlah anakan, dan panjang daun (Lasamadi et al. 2013)

(30)

14

dibanding menggunakan pupuk lambat larut. Pertumbuhan dan kualitas rumput juga sering lebih konsisten ketika pupuk larut air diberikan secara hemat dan teratur. Rumput yang sehat, bebas dari defisiensi pupuk lainnya dan bebas dari hama dan penyakit, juga harus mampu mengambil N yang diberikan secara maksimal (Barton dan Colmer 2005).

Rusdy (2010) menyebutkan bahwa peningkatan dosis N akan meningkatkan produksi bahan kering, rasio daun (tunggul-bagian tanaman bawah tanah), konsentrasi N, dan pengambilan N pada rumput alang-alang (Imperata cylindrical), rumput bahia (Paspalum notatum), dan rumput benggala (Panicum maximum). Pemupukan nitrogen tidak mempunyai pengaruh yang konsisten terhadap kandungan karbohidrat cadangan, proporsi nitrogen pada tanaman, dan efisiensi penggunaan nitrogen. Pemangkasan 70 hari setelah pemupukan nitrogen meningkatkan produksi bahan kering dan pengambilan nitrogen, tetapi menurunkan konsentrasi nitrogen pada ketiga rumput.

Inokulasi cendawan mikiroza arbuskula (CMA) dan bakteri Azospirillum meningkatkan serapan hara, efisiensi pemupukan pada turfgrass, dan kepadatan pucuk Tifdwarf. Inokulasi CMA pada dosis pupuk 25% RD (recommended dosage) meningkatkan efisiensi pemupukan N sebesar 1069% dibandingkan control. Inokulasi Azospirillum efektif pada dosis pupuk 75% RD dengan meningkatkan kandungan N tajuk, tetapi tidak meningkatkan serapan N dn efisiensi pemupukan N dibandingkan control. Penggunaan CMA+Azospirillum efektif pada dosis 100% RD (Guntoro et al. 2006).

Nasrullah dan Tunggalini (2000) menyebutkan bahwa pemupukan Polymer Coated Urea (PCU) sebesar 13,5 g N/m2 memberikan hasil kualitas rumput Bermuda yang tertinggi. Nilai tertinggi terlihat pada variabel tinggi tanaman, jumlah pucuk, berat basah dan berat kering pangkasan. Pertumbuhan rumput yang dipupuk menggunakan pupuk slow release menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pertumbuhan rumput menggunakan pupuk quick release.

(31)

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2013 hingga bulan Agustus 2013. Tahap pengambilan data terdiri dari dua bagian yaitu tahap survei dan tahap percobaan. Penelitian tahap percobaan dilakukan pada mulai Mei-Agustus 2013 di University Farm Institut Pertanian Bogor yang berada di Desa Loji, Sindang Barang, Kota Bogor Barat (Gambar 10). Pemilihan lokasi didasarkan karena Kebun Percobaan Pagentongan pernah dikelola oleh Departemen Arsitekstur Lanskap serta menjadi lokasi penelitian dan budidaya rumput. Pada lokasi tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas pembudidayaan rumput.

Metode Survei

Tahap awal penelitian dilakukan survei pengelolaan lapangan sepakbola pada bulan Januari-Februari 2013. Survei dilakukan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan di lapangan sepakbola, khususnya terkait media tanam, nutrisi dan pemangkasan. Permasalahan yang ditemukan kemudian dipelajari solusinya dengan melakukan percobaan di lapang. Lapangan sepakbola yang dipilih yaitu lapangan berstandar internasional dan menggunakan jenis rumput manila (Zoysia matrella). Ketiga lapangan yang dipilih sebagai lokasi survei yaitu (1) Stadion Gelora Bung Karno (Jakarta), (2) Stadion Maguwoharjo (Yogyakarta), dan (3) Stadion Si Jalak Harupat (Bandung). Pemilihan ketiga lokasi survei juga didasarkan pada kemudahan jangkauan (jarak) peneliti menuju lokasi survei.

Pengambilan data tahap survei dilakukan dengan dua cara, yaitu wawancara dan pengamatan langsung. Wawancara dilakukan terhadap pengelola stadion untuk mengetahui kondisi pengelolaan terkait kualitas visual, fungsional, dan pemeliharaan rumput lapangan sepakbola. Jenis data yang dikumpulkan antara lain jenis media tanam, intensitas pemupukan, jenis dan dosis pupuk yang

(32)

16

diberikan, waktu pemupukan, intensitas penyiraman, intensitas pemangkasan, ketinggian pemangkasan, kualitas rumput lapangan, hama dan penyakit yang menyerang rumput lapangan, serta masalah-masalah terkait pengelolaan rumput.

Tahap survei dengan metode pengamatan lapang secara langsung dilakukan dengan mengamati parameter kualitas yang mencakup kepadatan rumput, warna, tekstur, elastisitas, hasil pangkasan, dan perakaran. Pengamatan dilakukan pada sampel rumput di lapang kemudian parameter diukur dan dibandingkan dengan standar rumput lapangan sepak bola (Tabel 4). Selain itu, dilakukan pengambilan sampel tanah dan daun pada ketiga lokasi survei untuk dilakukan uji laboratorium. Pengamatan lapang, sampel daun, dan sampel tanah diambil dari tiga area lapangan sepakbola yaitu area gawang, area back, dan area striker. Keenam titik sampel dipilih secara acak dan diperoleh titik sampel pada titik 2, 4, 8, 12, 14, dan 17 yang masing-masing diberi tanda kotak merah mewakili ketiga area lapangan sepakbola (Gambar 11). Sampel tanah dari keenam titik pengambilan tersebut kemudian dikompositkan dan dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui KTK dan pH, sedangkan uji porositas, bulk density, dan permeabilitas diambil masing-masing dari enam titik sampel menggunakan ring sampler. Sampel daun yang diambil dari keenam titik sampel kemudian dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui jumlah total klorofil daun. Uji media tanam dilakukan di laboratorium tanah Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan IPB, sedangkan uji klorofil di lakukan di laboratorium Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.

Gambar 11 Ilustrasi titik sampel survei lapangan sepakbola

Metode Rancangan Percobaan

(33)

17

 media tanam (T) dengan 2 taraf : T1 (pasir) dan T2 (pasir:zeolit= 4:1)

 nutrisi (F) dengan 2 taraf : F1 (NPK=5:2,5:2,5) dan F2 (NPK=15:2,5:7,5)

 tinggi pemangkasan (M) dengan 2 taraf : M1 (2 cm) dan M2 (4 cm)

Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan sehingga dalam percobaan terdapat 24 plot percobaan (Tabel 1). Ukuran plot percobaan yang digunakan yaitu 1 m x 1 m. Penentuan letak plot untuk masing-masing perlakuan dilakukan dengan metode pengacakan. Hasil pengacakan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 12.

Tabel 1 Rancangan faktorial 3 faktor

Media Tanam Pemupukan Pemangkasan

M1 M2

T1 F1 T1 F1 M1 T1 F1 M2

F2 T1 F2 M1 T1 F2 M2

T2 F1 T2 F1 M1 T2 F1 M2

F2 T2 F2 M1 T2 F2 M2

Rumus yang digunakan dalam statistik untuk mengetahui interaksi perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai berikut:

Yijkl = µ + Kl + Ti+ €il + Fj + (TF)ij + ßijl + Mk + (TM)ik + (FM)jk + (TFM)ijk + γijkl

dengan:

Yijkl = pengamatan pada perlakuan ke-i faktor T, perlakuan ke-j faktor F, perlakuan ke-k faktor M pada kelompok ke-l

µ = mean populasi

Kl = pengaruh aditif dari kelompok ke-l

Ti = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i faktor T

€il = pengaruh acak dari perlakuan ke-i faktor T pada kelompok ke-l Fj = pengaruh aditif dari perlakuan ke-j faktor F

(TF)ij = pengaruh interaksi perlakuan ke-i faktor T dan perlakuan ke-j faktor F ßijl = pengaruh acak dari perlakuan ke-i faktor T dan perlakuan ke-j faktor F

pada kelompok ke-l

Mk = pengaruh aditif dari perlakuan ke-k faktor M

(34)

18

(TM)ik = pengaruh interaksi perlakuan ke-i faktor T dan perlakuan ke-k faktor M (FM)jk = pengaruh interaksi perlakuan ke-j faktor F dan perlakuan ke-k faktor M (TFM)ijk = pengaruh interaksi perlakuan ke-i faktor T, perlakuan ke-j faktor F, dan

perlakuan ke-k faktor M

γijkl = pengaruh acak dari perlakuan ke-i faktor T, perlakuan ke-j faktor F, perlakuan ke-k faktor M pada kelompok ke-l

Selanjutnya, hasil analisis ragam Rancangan Acak Kelompok kemudian dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% untuk mengetahui beda nyata antara perlakuan satu dengan lainnya.

Metode Eksperimental

Pada tahap ini dilakukan percobaan (eksperimen) dengan memberikan perlakuan pada rumput manila (Zoysia matrella) untuk mengetahui respon pertumbuhan rumput terhadap perlakuan yang dilakukan dalam kaitannya untuk memperoleh kualitas rumput yang sesuai dan memenuhi kriteria rumput pertandingan sepakbola. Rekayasa pertama dilakukan dengan memodifikasi media tanam rumput. Penanaman rumput menggunakan media tanam tanah yang dicampur dengan bahan lain yang telah dipilih sebagai campuran media tanam.

Penyiapan Media Tanam

Jenis media tanam yang digunakan yaitu pasir dan zeolit. Kedua jenis bahan tersebut memiliki sifat porositas yang tinggi sehingga dapat memperbaiki drainase media tanam rumput. Ukuran pasir yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai media tanam yaitu pasir berukuran 1-2 mm (8-20 mesh), sedangkan ukuran zeolit yang digunakan yaitu sebesar 2 mm (8-16 mesh). Perlakuan media tanam yang akan dilakukan yaitu (1) media tanam pasir (T1) dan (2) media tanam pasir-zeolit (T2) dengan perbandingan sebesar 4:1 (� �).

Media tanam diatur sesuai standar konstruksi lapangan sepakbola, yaitu pada bagian dasar terdapat pipa paralon dengan diameter 10 cm, kemudian kerikil setinggi 10 cm, ijuk setinggi 5 cm, dan media tanam sesuai perlakuan yang telah dicampur setinggi 10 cm. Ilustrasi konstruksi media tanam dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Ilustrasi konstruksi media tanam plot percobaan T1

(35)

19

Penanaman

Setelah media tanam disiapkan, selanjutnya dilakukan penanaman rumput Zoysia matrella. Metode budidaya yang dilakukan yaitu penanaman menggunakan sodding, dengan menanam lempengan-lempengan rumput berukuran 10 cm x 10 cm dan ditanam dengan jarak 5 cm. Setelah rumput ditanam kemudian diratakan untuk mendapatkan permukaan yang datar dan rata.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan, pemangkasan, penyiraman, dan penyiangan gulma. Pemberian pupuk dilakukan dengan penambahan NPK. Jenis pupuk yang digunakan merupakan pupuk tunggal dengan pupuk sumber N adalah urea (45%), pupuk sumber P2O5 adalah SP36 (36%), dan pupuk sumber K2O adalah KCl (60%). Pada penelitian ini dibuat perlakuan dosis pupuk N:P:K dua taraf, taraf 1 (F1) N:P:K = 5:2,5:2,5 g/m2 dan taraf 2 (F2) N:P:K = 15:2,5:7,5 g/m2. Pupuk diberikan pada rumput dengan cara ditebarkan dipermukaan rumput dan dilakukan satu bulan sekali pada minggu pertama, kelima, kesembilan, dan ketigabelas.

Perlakuan pemangkasan pada rumput manila (Zoysia matrella) dibedakan dalam dua taraf ketinggian, yaitu ketinggian 2 cm (M1) dan 4 cm (M2). Setelah tanaman menutup 100%, pemangkasan dilakukan setiap dua minggu sekali pada minggu kedua, keempat, dan keenam pengamatan.

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari saat tidak terjadi hujan dan penyiangan gulma dilakukan secara rutin tiga hari sekali. Penyiraman dilakukan secara manual menggunakan gembor, sedangkan penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut gulma yang terdapat pada plot percobaan dan sekitarnya.

Pengamatan

Pengamatan rumput di ketiga stadion dan kebun percobaan dilakukan berdasarkan variabel kualitas visual dan fungsional menurut Turgeon (2005). Pada penelitian ini, pengamatan terhadap parameter visual dan fungsional dibatasi hanya beberapa variabel. Variabel yang dipilih merupakan variabel yang memiliki pengaruh penting terhadap kualitas visual dan fungsional rumput lapangan dan mudah untuk dilakukan pengukuran. Variabel parameter visual yang diamati yaitu kepadatan (density), warna (color), tekstur (texture) dan tipe pertumbuhan (growth type), sedangkan variabel parameter fungsional yang diamati yaitu elastisitas (elasticity), hasil pangkasan (yield), panjang akar (root lenght), dan berat kering akar (dry weight of root). Variabel tipe pertumbuhan diamati secara deskriptif. Teknik pengamatan setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

(36)

20

Tabel 2 Parameter dan teknik pengamatan kualitas visual

Parameter Satuan Waktu

Amatan Teknik Pengamatan

Kepadatan buah Setiap

minggu

Menghitung jumlah pucuk dalam luasan sampel 10 cm x 10 cm dengan tiga ulangan.

Warna daun warna Setiap

minggu

Melihat mayoritas warna rumput didalam setiap plot percobaan kemudian ditentukan skor warna rumput dengan Munsell Color Chart for Marketing and Merchandising.

Tekstur cm Setiap

minggu

Menghitung lebar rata-rata daun rumput secara acak dengan tiga ulangan.

Tabel 3 Parameter dan teknik pengamatan kualitas fungsional

Parameter Satuan Waktu Amatan Teknik Amatan

Elastisitas cm Setiap minggu Mengukur jarak pantulan bola yang dijatuhkan dari ketinggian 2 m

Hasil Pangkasan

g Setiap dua

minggu

Mengambil sampel rumput seluas 10 cm x 10 cm dengan cara menggunting permukaan rumput. Hasil pangkasan dikeringkan dengan oven selama 24 jam dengan suhu 60oC dan kemudian

Sampel diambil dengan hole sampler (diameter 10 cm dan kedalaman 10 cm)

Tabel 4 Standar penilaian rumput lapangan sepakbola

No Parameter Penilaian Penilaian Baik Sumber

1 Kepadatan per 100 cm2 >30 pucuk Ayuningtyas (2007)

2 Warna rumput Hijau tua Brosnan & Deputy (2008)

3 Tekstur rumput (mm) < 2 Patton (2010)

4 Berat kering pucuk (g/100 cm2) >1,5 Fatmasari (2011)

5 Berat kering akar (g/100 cm2) >1,5 Fatmasari (2011)

6 Panjang akar (cm) 4-15 Christians (2004)

(37)

KONDISI UMUM

Lokasi Penelitian Survei

Stadion Gelora Bung Karno (GBK) terletak di Kota Madya Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Stadion ini merupakan salah satu bagian sarana olahraga dari komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno atau yang sering disebut dengan nama Gelora Bung Karno. Stadion ini merupakan stadion yang berstandar internasional dengan kapasitas penonton duduk sekitar 88.000 orang atau kapasitas penonton berdiri mencapai 100.800 orang. Secara geografis, Stadion Gelora Bung Karno ini terletak pada koordinat 6o13’7” LS dan 106o48’9” BT dengan batas wilayah bagian utara yaitu Jalan Gerbang Pemuda, batas bagian timur yaitu tol dalam kota Semanggi, batas bagian barat yaitu Jalan Asia Afrika, serta batas bagian selatan yaitu Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Pintu Satu Senayan (Gambar 14).

Stadion Si Jalak Harupat terletak di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Stadion ini menjadi kandang tim sepakbola milik Kabupaten Bandung yaitu Persikab dan menjadi homebase bagi tim sekota dari Persikab, yaitu Persib. Stadion ini mampu menampung kapasitas penonton duduk hingga 40.000 orang. Secara geografis, Stadion Si Jalak Harupat ini terletak pada koordinat 6o59’48” LS dan 107o31’47” BT dengan batas wilayah bagian utara, barat, dan selatan yaitu area pertanian milik masyarakat sekitar, dan batas bagian timur yaitu Jalan Raya Soreang-Cipatik (Gambar 15).

Stadion Maguwoharjo terletak di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta. Stadion ini menjadi kandang dari tim sepakbola milik Kabupaten Sleman yaitu PSS Sleman. Stadion ini mampu menampung kapasitas penonton duduk hingga 40.000 orang. Secara geografis, Stadion Maguwoharjo terletak pada koordinat 7o45’2” LS dan 110o25’5” BT dengan batas wilayah bagian utara, barat, selatan yaitu area pertanian dan permukiman penduduk setempat, dan batas bagian timur yaitu Jalan Utara Stadion Maguwoharjo (Gambar 16).

(38)

22

Iklim

Data iklim dari ketiga lokasi survei stadion diperoleh melalui data sekunder. Berdasarkan sumber data pada tahun 2012, diketahui ketiga lokasi stadion yang dipilih sebagai lokasi survei penelitian memiliki karakter iklim yang berbeda. Kondisi iklim ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan teknik pengelolaan rumput lapangan sepakbola, terutama saat pelaksanaan penyiraman rumput. Stadion Si Jalak Harupat yang berada di Kabupaten Bandung memiliki curah hujan cukup tinggi sehingga membutuhkan penyiraman yang lebih rendah dibandingkan dengan dua stadion yang lainnya. Kabupaten Sleman yang memiliki curah hujan rendah maka rumput Stadion Maguwoharjo membutuhkan penyiraman yang lebih intensif dibandingkan dua stadion yang lainnya. Tingkat curah hujan pada suatu daerah juga akan mempengaruhi pertumbuhan rumput lapangan sepakbola, semakin tinggi curah hujan semakin cepat pertumbuhan rumput. Hal ini akan mempengaruhi intensitas perawatan yang harus dilakukan, seperti pemangkasan. Pada Tabel 6 dapat dilihat data iklim pada ketiga lokasi survei penelitian.

Gambar 16 Lokasi Stadion Maguwoharjo, Kabupaten Sleman Gambar 15 Lokasi Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung

Sumber: Wikimapia.com

(39)

23

Pengelola

Ketiga stadion yang menjadi lokasi survei penelitian dikelola oleh pihak yang berbeda. Namun, pada dasarnya ketiga stadion tersebut berada di bawah pengawasan PSSI sebagai organisasi sepakbola di Indonesia. Stadion Gelora Bung Karno dikelola oleh pihak swasta di bawah Badan Pengelola Komplek Gelora Bung Karno. Pihak pengelola memberikan perhatian dan melakukan pengelolaan stadion utama dengan cukup intensif. Selain digunakan untuk pertandingan sepakbola, stadion utama Gelora Bung Karno juga sering digunakan untuk acara sosial lainnya, seperti konser musik, acara keagamaan, hingga acara partai politik. Diantara ketiga stadion yang menjadi lokasi survei, Stadion Gelora Bung Karno memiliki harga sewa yang paling mahal.

Berbeda dengan Stadion Gelora Bung Karno, Stadion Si Jalak Harupat dan Stadion Maguwoharjo dikelola langsung di bawah pemerintah daerah (PEMDA) setempat. Stadion Si Jalak Harupat dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung yang ditanggungjawabkan kepada Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (DISPOPAR) Kabupaten Bandung. Stadion Maguwoharjo dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman yang ditanggungjawabkan kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Sleman. Masing-masing Unit Pengelola Terpadu (UPT) dari ketiga stadion memiliki sistem dan teknik pengelolaan lapangan yang berbeda.

Jenis Rumput

Jenis rumput yang digunakan pada ketiga lokasi stadion merupakan jenis rumput yang sama yaitu rumput manila yang memiliki nama ilmiah Zoysia matrella Linn merr. Rumput ini digunakan sebagai rumput lapangan sepakbola karena memiliki tekstur yang lebih halus sehingga dapat menunjang permainan sepakbola. Rumput Zoysia merupakan jenis rumput yang toleran pada daerah yang memiliki iklim panas (tropis). Rumput manila memiliki ciri warna daun hijau tua, tekstur daun yang halus, kaku, dan tipe helai daun yang datar. Jenis rumput Zoysia memiliki tipe pertumbuhan yang lambat dan lebih toleran terhadap stres panas, kekeringan, dan naungan (Brosnan dan Deputy 2008).

Tabel 5 Kondisi iklim bulanan tahun 2011 pada ketiga lokasi survei

Jenis iklim Kriteria Lokasi Stadion Sepakbola

Jakarta1) Kab. Bandung2) Kab. Sleman3)

(40)

24

Menurut Brosnan dan Deputy (2008), rumput Zoysia sp. ditemukan di daerah Asia Timur hingga wilayah Pasifik Selatan. Rumput Zoysia sp. merupakan rumput yang paling toleran yang banyak digunakan di antara jenis rumput daerah tropis lainnya, tetapi memiliki daya pemulihan yang rendah. Terdapat tiga spesies Zoysia yang banyak digunakan yaitu Z. matrella, Z. Japonica, dan Z. tenuifolia.Z. japonica biasa disebut dengan nama rumput jepang, Z. matrella biasa disebut dengan rumput manila, dan Z. tenuifolia biasa disebut dengan rumput korea atau rumput velvet. Perbedaan di antara ketiganya yaitu pada tekstur daun dan warna daunnya. Z. japonica memiliki tekstur daun sedanghingga kasar dan warna daun hijau gelap, Z. matrella memiliki tekstur daun yang halus dan warna daun hijau tua, sedangkan Z. tenuifolia memiliki tekstur yang halus dan warna daun hijau.

Menurut Higgins (1998), rumput Zoysia sp. beradaptasi pada kondisi tanah dan iklim yang beragam. Rumput tersebut memiliki toleransi yang bagus pada suhu rendah, area ternaungi, dan angin yang mengandung garam. Zoysia sp. memiliki pertumbuhan yang rapat dan pertumbuhan lempeng yang lambat sehingga tidak membutuhkan pemangkasan yang sangat intensif. Namun, pertumbuhan yang lambat ini juga merupakan kelemahan yang menyebabkan rumput Zoysia sp. lambat pulih jika terserang penyakit atau kerusakan.

Rumput Manila memiliki stolon dan rhizome yang kuat dan bercabang ke segala arah. Rumput ini memiliki panjang ruas stolon yang seragam.Biasanya, ujung daun Rumput Manila selalu menggulung ke dalam. Helaian daun halus dan berwarna hijau tua ataupun hijau kebiruan. Rumput ini memiliki bunga yang membentuk sebuah bulir (Christians 2004). Berdasarkan hasil pengamatan, tipe pertumbuhan yang relatif banyak terdapat pada rumput manila yaitu tipe rhizome. Tipe pertumbuhan ini mendukung kualitas visual rumput lapangan sepakbola karena rumput dapat tumbuh lebih rapat dan tidak terlihat banyak cabang stolon dibandingkan jenis rumput dengan tipe pertumbuhan stolon seperti rumput gajah (Axonopus compressus) yang juga banyak digunakan pada lapangan sepakbola.

Dengan karakter yang demikian maka rumput manila sangat cocok untuk digunakan sebagai rumput lapangan sepakbola dengan intensitas pemeliharaan yang tidak tinggi dan dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim di Indonesia, terutama di Pulau Jawa lokasi survei ketiga stadion. Jenis rumput manila merupakan jenis rumput tahan injakan. Menurut Brosnan dan Deputy (2008), rumput Zoysia merupakan rumput yang toleran terhadap berbagai jenis tipe tanah tetapi pertumbuhan yang baik yaitu pada jenis tanah dengan drainase baik dengan pH berkisar antara 5,8-7,5. Rumput ini tumbuh baik pada area yang terkena sinar matahari penuh, tetapi toleran terhadap naungan juga.

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian Kualitas Tiga Lapangan

Media Tanam Lapangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola lapangan sepakbola di ketiga stadion diketahui bahwa masing-masing lapangan menggunakan media tanam pasir, namun terdapat perbedaan pada jenis pasir yang digunakan. Pemilihan pasir sebagai media tanam didasarkan pada kebutuhan rumput Zoysia matrella yang tidak toleran terhadap genangan air dan sifat fisik pasir yang memiliki ukuran butiran lebih besar dibanding dengan ukuran tanah liat atau debu dan banyak memiliki ruang pori besar di antara butir-butirnya sehingga memiliki daya permeabilitas yang tinggi. Menurut Emmons (2000), lapangan olahraga dengan media tanam berupa pasir merupakan lapangan yang paling aman karena lebih mudah dalam memelihara kepadatan rumput dan permukaan yang tidak padat. Tanah berpasir merupakan media yang memiliki drainase baik karena memiliki pori besar dan memiliki aliran udara yang baik sehingga pertukaran udara dari tanah ke atmosfir menjadi lebih mudah. Karakter tanah berpasir yang tidak melekat juga baik untuk zona perakaran. Hal ini diperkuat hasil penelitian Ayuningtyas (2007) yang menyatakan media tanam yang baik untuk lapangan sepakbola adalah jenis tanah berpasir dibandingkan jenis tanah berliat. Tanah berpasir lebih baik karena memiliki partikel yang tidak mudah melekat satu sama lain sehingga permukaan lapangan tidak menjadi padat jika traffic diatasnya berat. Pada Stadion Gelora Bung Karno, media tanam rumput yang digunakan adalah pasir pasang dan pasir beton. Media tanam rumput yang digunakan pada Stadion Si Jalak Harupat adalah pasir galunggung yang dicampur dengan sekam dengan perbandingan 10:1. Pada Stadion Maguwoharjo, jenis media tanam rumput yang digunakan adalah pasir pantai yang berasal dari Pantai Parangtritis. Hasil uji laboratorium media tanam untuk ketiga stadion dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

(42)

26

Berdasarkan hasil uji laboratorium dapat diketahui bahwa nilai kerapatan tanah (bulk density) ketiga lapangan memiliki nilai yang cenderung tidak jauh berbeda yang juga mempengaruhi nilai porositas dari ketiga media tanam di ketiga lokasi survei. Perbedaan nilai bulk density dan porositas di ketiga lokasi stadion terkait dengan jenis media tanam yang digunakan. Pada stadion Maguwoharjo dengan media tanam berupa pasir pantai memiliki bobot isi yang lebih berat dibandingkan dengan media tanam yang digunakan pada dua stadion lain. Menurut Chilton (1996) bahwa porositas pasir berada pada nilai antara 25% - 50%. Nilai uji sifat fisik ketiga media tanam menunjukkan angka mendekati 50% yang masih termasuk di dalam jangkauan nilai porositas tersebut. Porositas mencerminkan tingkat kesarangan tanah untuk dilalui aliran massa air (permeabilitas, jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah (perkolasi, waktu per jarak). Kelas permeabilitas dan perkolasi tanah menurut USSCS tertera pada Tabel 8 (Hanafiah 2007).

Mengacu pada tabel kelas permeabilitas tanah dibandingkan dengan hasil uji ketiga media tanam dapat dinyatakan bahwa ketiga media rumput lapangan sepakbola memiliki klasifikasi permeabilitas tanah kelas cepat. Sehingga tingkat peresapan airnya tinggi dan tidak menyebabkan air tergenang dipermukaan tanah, namun keberadaan air di dalam pori tanah sangat sedikit karena air mudah cepat hilang. Pada Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Si Jalak Harupat memiliki kelas permeabilias sangat cepat, sedangkan pada Stadion Maguwoharjo memiliki kelas permeabilitas cepat. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan jenis media tanam pasir yang digunakan pada ketiga stadion. Pada Stadion Maguwoharjo menggunakan jenis pasir pantai (Pantai Parangtritis) yang memiliki ukuran

Tabel 6 pH dan KTK media tanam di ketiga stadion

No Parameter

(43)

27 partikel lebih kecil dibandingkan jenis pasir yang digunakan pada Stadion Gelora Bung Karno dan Stadion Si Jalak Harupat. Jenis pasir pantai yang memiliki ukuran partikel lebih kecil menyebabkan banyaknya total pori mikro yang dimiliki sehingga kemampuan menahan airnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan pasir yang memiliki ukuran partikel lebih besar (Sutanto 2005).

Nilai permeabilitas dan perkolasi lebih jauh dapat dikaitkan dengan praktik pemupukan atau amelioran (bahan penyubur tanah, seperti kapur dan pupuk organik) maka pada tanah yang memiliki permeabilitas dan perkolasi cepat akan mengakibatkan bahan-bahan yang diberikan akan cepat hilang sehingga menjadi tidak efisien (Hanafiah 2007), sehingga pada ketiga lapangan sepakbola dapat dikatakan bahwa nutrisi tanah yang diberikan melalui pemupukan cenderung mudah hilang dari dalam tanah karena sifat fisik tanah yang memiliki kelas permeabilitas cepat sehingga pupuk yang diberikan mudah tercuci dan terbuang ketika penyiraman atau terjadi hujan. Hal demikian menyebabkan perlunya pemberian nutrisi secara intensif sehingga nutrisi yang dibutuhkan tanaman tetap tersedia di dalam tanah. Selain itu, jenis media tanam pasir merupakan tanah yang cukup miskin hara dan nutrisi dan memiliki KTK yang cukup rendah. KTK (Kapasitas Tukar Kation) merupakan nilai yang menunjukkan tingkat pertukaran ion-ion dalam tanah menjadi unsur yang mudah diserap oleh tanaman. Semakin kecil nilai KTK, maka pertukaran ion menjadi semakin sukar sehingga unsur hara dalam tanah menjadi sulit diserap oleh tanaman. Menurut AgSource Laboratories (2012) tanah pasir memiliki nilai KTK sebesar 1-5 me/100g.

Nilai pH dan KTK di ketiga lokasi survei memiliki nilai yang relatif berbeda, terutama pada lokasi Stadion Maguwoharjo yang memiliki nilai pH di bawah 6,0 dan KTK yang sangat rendah yaitu 3,99 me/100g. Pada dasarnya, nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini semua unsur makro tersedia secara maksimum, sedangkan unsur hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan. Pada pH di bawah 6,5 dapat terjadi defisiensi P, Ca, dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn, dan Fe; sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca, dan Mg, juga keracunan B dan Mo (Hanafiah 2007).

Menurut Gardner et al. (1991), pH tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman. Kebanyakan nutrisi lebih banyak tersedia dalam nilai pH antara 6,0 dan 7,0. Pemupukan N berjumlah besar yang umum pada tanaman budidaya

rumput-Tabel 8 Kelas permeabilitas dan perkolasi tanah

Gambar

Gambar 10 Lokasi penelitian eksperimental
Gambar 11 Ilustrasi titik sampel survei lapangan sepakbola
Tabel 1 Rancangan faktorial 3 faktor
Gambar 13. T1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081,

Untuk menguji hipotesis yang diaju- kan dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data kuantitatif dengan menguna- kan metode analisis regresi berganda tiga prediktor

d) Ruang komunal utama diapit oleh dua bangunan di samping kanan dan kirinya, yaitu bangunan pementasan musik dan bangunan zona promosi/ penjualan dengan zona hiburan. Dan

Hal ini berarti bahwa 70,1% dari variabel retail brand equity dipengaruhi oleh variabel kesadaran merek ritel, asosiasi merek ritel, kualitas yang diterima merek

TINJAUAN GASTRONOMI TERHADAP MINUMAN TRADISIONAL KHAS JAWA BARAT DALAM RANGKA MELESTARIKAN KULINER DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Ulama fiqih menyatakan bahwa 'iddah adalah tenggang waktu tertentu yang harus dihitung oleh seorang perempuan semenjak ia berpisah (bercerai) dengan suaminya, baik

Selain pembagian kewenangan dan tanggung jawab yang jelas, partisipasi semua pihak terkait sangat diperlukan dalam pengembangan irigasi sebagai upaya untuk

Dalam penambangan nikel laterit, diperlukan estimasi untuk dapat menghitung sumberdaya sebelum proses penambangan berlangsung, sehingga diperlukan metode ordinary kriging