• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot potong diperoleh dari penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan pemotongan setelah dipuasakan selama enam jam.Rataan bobot potong ayam

broiler dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.Bobot Potong Ayam Broiler RATAAN BOBOT POTONG AYAM

BROILER (g/ekor) Ulangan

Perlakuan 1 2 3 TOTAL Rataan SD

POa 1725.00 1774.33 1804.67 5304.00 1768.00 40.21 POb 1492.67 1487.00 1439.67 4419.33 1473.11 29.10 P1 1467.00 1445.00 1474.67 4386.67 1462.22 15.40 P2 1574.00 1456.33 1384.67 4415.00 1471.67 95.59 P3 1477.33 1418.67 1564.67 4460.67 1486.89 73.47 P4 1414.00 1428.33 1364.67 4207.00 1402.33 33.40 P5 1401.00 1443.33 1405.00 4249.33 1416.44 23.37 P6 1415.33 1446.67 1487.33 4349.33 1449.78 36.10 Total 11966.33 11899.67 11925.33 35791.33 11930.44 33.63 Rataan 1495.79 1487.46 1490.67 4473.92 1491.31 4.20 POa: Pakan komersil; POb:Ransum formulasi dengan tepung ikan 10%;P1:Ransum formulasi dengan 5% tepung ikan dan 5% TLU pengolahan FAAS;P2:Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi EM-4;P3:Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan 5% TLU fermentasi kapang

Trichoderma viride;P4:Ransum formulasi dengan 10% TLU pengolahan

Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat rata-rata bobot potong tertinggi adalah 1768,00g (POa), kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P3 (1486,89g), perlakuan POb (1473,11g), perlakuan P2(1471,67g), perlakuan P1(1462,22g), perlakuan P6 (1449,78g), perlakuan P5 (1416,44g), dan rata-rata bobot potong terendah yaitu perlakuan P4 (1402, 33g). Tabel 1 di atas juga menunjukkan rataan umum bobot potong adalah sebesar 1768,00g . Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pemeliharaan menurut Murtidjo (1994) yaitu sebesar 830 g sedangkan menurut Cahyono (1998) bobot potong ayam kampung adalah sekitar 800 g. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, genetik, asupan nutrisi dan lingkungan. Asupan nutrisi yang terdapat dalam ransum setiap perlakuan menyebabkan tingginya pertambahan bobot badan dilanjutkan pengaruh ke bobot potong ayam broiler. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan pengolahan limbah udang menyebabkan perbedaan yang nyata pada tingkat bobot potong ayam broiler umur 4 minggu.

Hasil uji ortogonal kontras menunjukkan bahwa perlakuan P0a pakan komersial memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan P0b, P1, P2, P3, P4, P5, P6. Perlakuan P0b yaitu ransum formulasi dengan tepung ikan 10% dan tanpa tepung ikan limbah udang memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6 dalam bobot potong ayam broiler umur minggu. Perlakuan P1, P2, P3 yaitu ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan 5% pengolahan filtrate air abu sekam, fermentasi EM-4, fermentasi Trichoderma viride memberikan pengaruh berbeda nyata dengan P4, P5, P6 dalam bobot potong ayam kampung umur 4 minggu. Perlakuan P1 yaitu

sekam memberikan pengaruh yang tidak nyata dengan perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P3 yaitu ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang fermentasi kapang Trichoderma viride tidak memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan P4. Perlakuan P4 ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang pengolahan filtrate air abu sekam tidak memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan P5 dan P6. Perlakuan P5 yaitu ransum formulasi tanpa penggunaan ikan dan 10% tepung limbah udang fermentasi EM-4 tidak memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P6.

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kualitas ransum yang disusun menggunakan berbagai jenis tepung udang dalam perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan arti lain menunjukkan bobot potong yang sama.

Bobot potong ayam kampung umur 4 minggu dalam penelitian ini dipengaruhi secara nyata oleh kandungan nutrisi susunan ransum setiap perlakuan yang dikonsumsi oleh ayam kampung dimetabolisme dengan baik oleh tubuh ayam kampung sendiri sehingga menyangkut perubahan - perubahan kimia dalam sel hidup yang meliputi sintesa dan perombakan menjadi daging. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman et al., (1991) yang menyatakan bahwa ransum yang dikonsumsi oleh ternak diasimilasikan untuk perbaikan dan sintesa jaringan-jaringan baru atau produksi daging. Hasil sisa metabolisme harus dirubah dan diekskresikan. Protein dicerna menjadi asam-asam amino yang diabsorbsi ke dalam vena porta kemudian diangkut ke hati untuk disimpan menjadi cadangan

asam-asam amino. Protein yang ada pada kandungan ransum merupakan komponen utama penyusun utama jaringan tubuh.

Pengaruh yang tidak nyata pada setiap perlakuan selain ransum komersial sebagai pembanding/ransum kontrol mengandung protein yang tersusun atas asam-asam amino yang merombak semua susunan ransum tercerna menjadi daging sehingga bobot potong menjadi seimbang dengan asupan nutrisi ransum. Selain itu, kandungan asam amino pada tepung limbah udang berfungsi sebagai pembawa nutrisi, pembawa penyusun darah, pembawa oksigen darah serta penyusun jaringan tubuh yang utama bagi ayam kampung umur 4 minggu ( Prawirokusumo, 1994).

Bobot Karkas

Bobot karkas adalah berat bagian tubuh unggas setelah dipotong dan dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher dan darah, kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal, 2006). Rataan bobot karkas ayam broiler dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.Bobot Karkas Ayam Broiler

RATAAN BOBOT KARKAS AYAM

BROILER (g/ekor)

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 TOTAL Rataan SD

POa 1232.02 1273.08 1302.23 3807.33 1269.11 35.27 POb 1000.39 994.74 947.32 2942.46 980.82 29.15 p1 971.91 950.94 982.14 2904.99 968.33 15.91 p2 1081.51 964.14 892.41 2938.06 979.35 95.47 p3 985.04 926.20 1072.50 2983.74 994.58 73.61 p4 921.66 935.96 872.35 2729.97 909.99 33.37 p5 906.48 949.83 912.76 2769.07 923.02 23.43 p6 923.01 954.42 995.25 2872.69 957.56 36.22 Total 8022.03 7949.32 7976.97 23948.31 7982.77 36.70 Rataan 1002.75 993.66 997.12 2993.54 997.85 4.59

POa:Pakan komersil;POb:Ransum formulasi dengan tepung ikan 10%;P1:Ransum formulasi dengan 5% tepung ikan dan 5% TLU pengolahan FAAS;P2:Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi EM-4;P3:Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan 5% TLU fermentasi kapang Trichoderma

viride;P4:Ransum formulasi dengan 10% TLU pengolahan FAAS;P5:Ransum

formulasi dengan 10% TLU fermentasi EM-4;P6:Ransum formulasi dengan 10% TLU fermentasi kapang Trichoderma viridae.

Dari Tabel diatas dapat dilihat rata-rata bobot karkas tertinggi adalah 1269.11g(POa), kemudian berturut-turut oleh perlakuan P3(994,58g), perlakuan POb (980,82g), perlakuan P2(979,35g), perlakuan P1(968,33g), perlakuan P6(957,96g), perlakuan P5(923,02g), dan rata-rata bobot karkas terendah yaitu perlakuan P4(909,99g)

Tabel 2 di atas juga menunjukkan rataan umum bobot karkas adalah sebesar 997,16 g. Angka tersebut dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu fisiologi dan kandungan zat makanan dalam pakan. Zat makanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi komposisi karkas terutama proporsi kadar lemak (Lesson, 2000).

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan perbedaan tepung limbah udang dalam level yang sama menyebabkan perbedaan yang nyata pada tingkat bobot karkas ayam broiler umur 4 minggu.

Hasil uji ortogonal kontras menunjukkan bahwa perlakuan P0a pakan komersial memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan P0b, P1, P2, P3, P4, P5, P6. Perlakuan P0b yaitu ransum formulasi dengan tepung ikan 10% dan tanpa tepung ikan limbah udang memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6 dalam bobot karkas ayam broiler umur 4 minggu. Perlakuan P1, P2, P3 yaitu ransum formulasi

EM-4, fermentasi Trichoderma viride memberikan pengaruh berbeda nyata dengan P4, P5, P6 dalam bobot karkas ayam broiler umur 4 minggu. Perlakuan P1 yaitu ransum dengan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang filtrate air abu sekam memberikan pengaruh yang tidak nyata dengan perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P3 yaitu ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang fermentasi kapang Trichoderma viride tidak memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan P4. Perlakuan P4 ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang pengolahan filtrate air abu sekam tidak memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan P5 dan P6. Perlakuan P5 yaitu ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang fermentasi EM-4 tidak memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P6.

Bobot karkas yang terlihat dari hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang tidak nyata pada perlakuan yang disusun dengan menggunakan tepung ikan komersial, tepung limbah udang. Protein yang terdapat pada setiap perlakuan memberikan pengaruh yang menimbulkan bobot karkas dengan nilai yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahju (1991) yang menyatakan bahwa protein berguna untuk pertumbuhan jaringan pada ayam. Hal ini disebabkan oleh karkas ayam terdiri dari 18 % protein sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan jaringan dapat dihitung berdasarkan efisiensi penggunaan protein dan retensi nitrogen. Semua asam-asam amino esensial dalam seluruh karkas dari ayam telah dideterminasi dengan pengujian mikrobiologis. Pola komposisi asam amino dari karkas nyata sama diantara spesies kalau dinyatakan dengan persentase dari protein karkas.

Kebutuhan asam asam amino esensial yang dinyatakan dengan persentase protein dalam ransum untuk pertumbuhan ayam mempunyai persamaan dengan persentase asam-asam amino untuk ayam hubungannya dengan asam-asam amino dari protein karkas. Bila komposisi asam-asam amino esensial dari protein dalam ransum dibandingkan dengan komposisi asam-asam amino esensial dari protein jaringan ayam, defisiensi yang paling menyolok adalah protein ransum adalah methionin. Pada penelitian-penelitian biologis yang mempergunakan ransum yang sebagian besar terdiri dari jagung dan bungkil kedelai dengan atau tanpa daging sisa dari penjagalan (meat scraps) telah membuktikan bahwa penambahan metionin ke dalam ransum menghasilkan perbaikan dalam pertumbuhan, produksi dan terutama efisiensi penggunaan ransum. Ketidakesimbangan asam amino dapat diperlihatkan dengan ransum yang sangat rendah kadar proteinnya. Dalam kondisi ini ada dua kemungkinan asam amino yang kekurangan misalnya metionin dan lisin. Akan tetapi dalam kondisi ransum dengan protein yang tinggi pada ransum akan membuat susunan asam amino yang seimbang.

Persentase Karkas

Persentase karkas dihitung dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot potong. Hasil ini diperoleh dari proses pemotongan hingga pemisahan masing-masing. Rataan hasil persentase karkas ayam broiler dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 3. Persentase Karkas Ayam Broiler RATAAN PERSENTASE KARKAS

AYAM BROILER (g/ekor)

Ulangan

Perlakuan 1 2 3 TOTAL Rataan SD

POa 71.41 71.33 72.15 214.89 71.63 0.45 POb 66.45 66.88 65.78 199.11 66.37 0.55

p1 66.12 65.79 65.71 197.62 65.87 0.21 p2 68.68 66.13 64.43 199.24 66.41 2.14 p3 66.65 65.25 68.53 200.44 66.81 1.64 p4 65.15 65.52 63.69 194.37 64.79 0.97 p5 64.62 65.78 64.94 195.34 65.11 0.60 p6 65.08 65.90 66.64 197.62 65.87 0.78 Total 534.16 532.60 531.88 1598.63 532.88 1.17 Rataan 66.77 66.57 66.48 199.83 66.61 0.15

POa:Pakan komersil;POb:Ransum formulasi dengan tepung ikan 10%;P1:Ransum formulasi dengan 5% tepung ikan dan 5% TLU pengolahan FAAS;P2:Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi EM-4;P3:Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan 5% TLU fermentasi kapang Trichoderma

viride;P4:Ransum formulasi dengan 10% TLU pengolahan FAAS;P5:Ransum

formulasi dengan 10% TLU fermentasi EM-4;P6:Ransum formulasi dengan 10% TLU fermentasi kapang Trichoderma viridae.

Tabel diatas dapat dilihat rata-rata persentase karkas tertinggi adalah (POa) 71,63% kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P3 (66,81%), perlakuan P2(66,41%), perlakuan POb(66,37%), perlakuan P1(65,87%), perlakuan P6(65,87%), perlakuan P5(65,11%), dan rata-rata bobot potong terendah yaitu perlakuan P4(64,79%).

Tabel 3 di atas juga dapat dilihat bahwa rataan umum persentase karkas adalah sebesar 71,63 %. Angka ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (2011) yang menyatakan bahwa persentase karkas ayam broiler sekitar 60 -68 %. Variasi jumlah daging yang dihasilkan dari karkas seperti halnya kualitas daging dan produk daging dipengaruhi oleh faktor genetik termasuk faktor fisiologi dan nutrisi. Umur dan berat hidup juga dapat mempengaruhi jumlah daging yang dihasilkan dari berbagai spesies ternak.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan perbedaan tepung limbah udang dan tepung ikan dalam level yang sama menyebabkan tidak berbeda nyata pada tingkat persentase karkas ayam

kampung umur 4 minggu. Menurut Soeparno dan Davis (1987) nutrisi pakan dan berat hidup mempunyai pengaruh yang relatif besar terhadap produksi daging.

Hasil uji ortogonal kontras menunjukkan bahwa perlakuan P0a pakan komersial memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan P0b, P1, P2, P3, P4, P5, P6. Perlakuan P0b yaitu ransum formulasi dengan tepung ikan 10% dan tanpa tepung ikan limbah udang memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6 dalam menaikkan presentase karkas ayam broiler umur 4 minggu. Perlakuan P1, P2, P3 yaitu ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan 5% pengolahan filtrate air abu sekam, fermentasi EM-4, fermentasi Trichoderma viride memberikan pengaruh berbeda nyata dengan P4, P5, P6 dalam menaikkan presentase karkas ayam broiler umur 4 minggu. Perlakuan P1 yaitu ransum dengan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang filtrate air abu sekam memberikan pengaruh yang tidak nyata dengan perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P3 yaitu ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang fermentasi kapang

Trichoderma viride tidak memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan

P4. Perlakuan P4 ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang pengolahan filtrate air abu sekam tidak memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan P5 dan P6. Perlakuan P5 yaitu ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang fermentasi EM-4 tidak memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P6. Persentase karkas yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang tidak nyata setiap perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa imbangan antara bobot badan dan bobot karkas yang sama setiap perlakuan. Hal

ini disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam ransum terutama penyusun komposisinya utama yang mengandung protein. Komposisi protein yang terdiri dari asam amino pada setiap perlakuan menyebabkan adanya efisiensi ransum melalui persentase karkas.

Bobot Lemak Abdominal

Lemak abdominal merupakan lemak yang terdapat di sekitar perut juga disekitar ovarium.Rataan presentase lemak abdominal ayam broiler dapat dilihat

pada tabel berikut ini;

Tabel 4. Presentase Lemak Abdominal Ulangan Perlakuan P0a P0b P1 P2 P3 P4 P5 P6 1 2.27 1.89 1.26 1.48 1.25 1.59 1.31 1.37 2 1.97 1.56 1.60 1.52 1.30 1.51 1.43 1.28 3 2.42 1.04 1.49 1.37 1.59 1.39 1.76 1.69 Rataan 2.23 1.05 1.45 1.46 1.38 1.50 1.50 1.44

POa:Pakan komersil;POb:Ransum formulasi dengan tepung ikan 10%;P1:Ransum formulasi dengan 5% tepung ikan dan 5% TLU pengolahan FAAS;P2:Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi EM-4;P3:Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan 5% TLU fermentasi kapang Trichoderma

viride;P4:Ransum formulasi dengan 10% TLU pengolahan FAAS;P5:Ransum

formulasi dengan 10% TLU fermentasi EM-4;P6:Ransum formulasi dengan 10% TLU fermentasi kapang Trichoderma viridae.

Dari tabel terlihat rataan bobot lemak abdominal tertinggi adalah P0a yaitu 2,23% kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P4 dan P5 yaitu 1.50, perlakuan P2 yaitu 1.46, perlakuan P1 yaitu 1.45 , perlakuan P6 yaitu 1.44, dan perlakuan P0b yaitu 1.05.

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh berbeda nyata terhadap presentase lemak abdominal. Rataan presentase lemak abdominal berada dalam kisaran 1.44-2.23%. Dalam kondisi umur broiler 4 minggu belum terlalu banyak terbentuk karena menurut Grifiths dkk (1997) lemak abdominal pada ayam broiler 2.22-.1.39% dari bobot badan. Dalam kondisi umur tersebut keadaaan lemak abdominal belum terlalu banyak terbentuk karena zat-zat makanan yang terserap oleh tubuh masih digunakan untuk pertumbuhan murni. Faktor lain yang mempengaruhi kandungan lemak tubuh adalah komposisi ransum. Pembentukan lemak tubuh pada ayam terjadi karena adanya kelebihan energy yang dikonsumsi. Energy yang digunakan tubuh umumnya berasal dari karbohidrat dan cadangan lemak. Sumber karbohidrat dalam tubuh mampu memproduksi lemak tubuh yang dsimpan disekeliling jeroan dan dibawah kulit (Kubena et al., 1974).

Dokumen terkait