• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian diperoleh jumlah sampel yang sesuai dengan proporsi penelitian yang melakukan perawatan di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010 – 2013 yaitu sebanyak 312 pasien. Jumlah total pasien dengan semua diagnosa penyakit gigi dan mulut di RSUP H. Adam Malik dari Januari 2010 – Juni 2013 sebanyak 2928 pasien. Dari 312 pasien yang ada di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik tahun 2010-2013, ada 24 pasien yang memiliki kondisi kompromis medis. Prevalensi pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut pada tahun 2010 -2013 sebanyak 7,69%.

Dari 24 pasien kompromis medis yang di rawat di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa pasien yang terbanyak terjadi pada pasien yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan yang berjenis kelamin laki-laki (tabel 5). Dari data tersebut diperoleh rasio antara laki-laki dan perempuan yaitu 1 : 1,18. Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang melaporkan bahwa jumlah pasien perempuan yang memiliki kondisi kompromis medis lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio antara laki-laki dan perempuan 1 : 1,77.3 Namun kondisi ini berbeda dengan hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang melaporkan bahwa jumlah pasien kompromis medis lebih banyak pada pria yaitu 52%, sedangkan wanita 48% dengan rasio antara perempuan dan laki-laki 1 : 1,08.26 Terlihat tidak ada perbedaan rasio yang terlalu signifikan antara laki-laki dan perempuan. Artinya siapa saja bisa mengalami kondisi kompromis medis.

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pasien kompromis medis di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik terjadi hampir pada semua rentang usia dari yang paling muda yaitu umur 23 tahun dan yang paling tua 65 tahun. Persentase yang paling tinggi terdapat pada rentang usia 41-50 tahun dan 51-60 tahun yaitu sebanyak 29,16%, pada usia 61-70 tahun sebanyak 25%, kemudian persentase terendah pada

usia 21-30 tahun dan 31-40 tahun sebesar 8,34%. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang menyatakan bahwa kelompok usia 20 tahun – 40 tahun memiliki persentase paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain yaitu sebesar 60,9%, tetapi hasil ini sedikit memiliki persamaan dengan hasil penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang menyatakan bahwa kelompok usia 51-60 tahun memiliki prevalensi sejumlah 21% dan diikuti dengan kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 20%.3, 26 Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya sistem pelayanan kesehatan yang berdampak meningkatnya jumlah lansia yang juga memiliki penyakit di dalam tubuhnya.1

Dari tabel 7 terlihat distribusi penyakit kompromis medis yang paling banyak adalah diabetes melitus yakni sebanyak 12 orang atau 50%. Kemudian pasien hipertensi sebanyak 7 orang atau 29,16% dan pasien asma sebanyak 2 orang atau 8,33%. Untuk pasien ITP dan gagal ginjal masing masing berjumlah 1 orang atau 4,17%. Tingginya jumlah penderita diebetes di Indonesia tergantung oleh faktor-faktor yang dialami oleh individu itu sendiri. Kebanyakan masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan jarang berolahraga serta pola makan yang tidak baik hingga gaya hidup yang mereka jalani menjadi faktor risiko terjadinya diabetes mellitus. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Paulo Sergio dkk tahun 2012 yang menyatakan bahwa persentase tertinggi adalah pasien kanker yaitu sebesar 25%, kemudia pasien hipertensi sebanyak 15%, pasien gangguan ginjal sebanyak 12%, pasien diabetes melitus sebanyak 7%.4 Begitu juga dengan hasil penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang melaporkan bahwa distribusi penyakit kompromis medis paling tinggi adalah alergi yaitu sebesar 52,15%, kemudian penyakit kardiovaskular sebesar 32,94%, diabetes melitus sebesar 17,94%, dan persentase paling rendah yaitu gangguan ginjal sebesar 0,94%.3 Demikian pula dengan hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang menyatakan bahwa hipertensi memiliki distribusi paling banyak dibandingkan dengan penyakit lain yaitu sebesar 12,97%.26 Terlihat tidak ada hasil penelitian yang sama. American Medical Association menyatakan bahwa kondisi tersebut bisa disebabkan oleh perilaku individu dan gaya hidup yang berbeda di tiap daerah seperti pola tidur, pola makan, merokok, dan konsumsi alkohol.27 Gaya hidup

modern yang sering dijumpai di negara maju ataupun di daerah perkotaan sering menimbulkan terjadinya penyakit. Perilaku buruk seperti merokok, mengonsumsi makanan siap saji, pola makan yang kurang serat, penggunaan kendaraan bermotor, dan malas berolahraga dapat menjadi faktor risiko penyebab utama terjadinya peningkatan penyakit.28

Untuk pasien hipertensi di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik tahun 2010 – 2013, laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu dengan perbandingan rasio antara perempuan dengan laki-laki sebesar 1 : 1,33 (tabel 8). Ekowati menyatakan bahwa tingginya risiko pria untuk mengalami hipertensi disebabkan karena pria lebih banyak berperilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan, dan pengangguran.29 Ditinjau dari segi kelompok usia, persentase tertinggi ada di kelompok usia 61 -70 tahun yaitu sebesar 42,85% dan paling rendah ada di kelompok usia 31-40 tahun yaitu 0% (tabel 9). Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian Brown tahun 2009 yang melaporkan bahwa laki-laki memiliki persentase lebih tinggi yaitu sebesar 56,4% dibandingkan dengan wanita yaitu sebesar 43,6%.30 Sedikit berbeda dengan hasil penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang mengatakan rasio perbandingan pasien hipertensi antara laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 1 : 1,46. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kittipong untuk pasien hipertensi berdasarkan kelompok usia yang menyatakan bahwa kelompok usia penderita hipertensi tertinggi ada di ke lompok usia 57 – 71 tahun, begitu juga dengan hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang menyatakan pasien berusia di atas 40 tahun memiliki persentase hipertensi paling tinggi yakni sebesar 55%.3,26 Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian Fotoula dan Assimina tahun 2010 yang menyatakan bahwa usia 55 tahun memiliki potensi hipertensi yang paling tinggi dibandingkan dengan usia lain. Ini dipertegas oleh pernyataan Nash yang mengatakan bahwa tekanan darah akan meningkat pada usia 55 tahun dan tekanan darah sistolik akan terus meningkat pada usia lanjut. Tekanan darah sistolik adalah salah satu indikator utama untuk melihat faktor risiko pada orang dewasa.31

Untuk pasien diabetes melitus di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik tahun 2010 – 2013, perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yaitu dengan perbandingan rasio antara laki – laki dan perempuan yaitu sebesar 1 : 1,39. Dilihat dari kelompok usia, persentase tertinggi ada di kelompok usia 41 – 50 tahun dan 51-60 tahun yaitu sebesar 41,67%, dan paling rendah adalah kelompok usia 31 – 40 tahun dan 61–70 tahun yaitu sebesar 8,33%. Hasil ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Kittipong dkk tahun 2009 yang melaporkan bahwa pasien diabetes melitus terbanyak ada di usia 52 tahun, dan rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1 : 1,96.3 Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian dari Sarah Wild dan kawan-kawan tahun 2004 yang juga melaporkan bahwa penderita diabetes melitus tertinggi ada di usia 45 – 64 tahun. Hal ini disebabkan karena kebanyakan wanita yang mengonsumsi lemak dan berperilaku pasif yang mengakibatkan lemak di dalam tubuh tidak terbakar.6 Namun hal yang berbeda telah dilaporkan oleh Wenying Yang dkk dengan penelitiannya pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa prevalensi diabetes tertinggi ada pada usia di atas 70 tahun dan laki-laki lebih banyak terkena diabetes melitus dibanding dengan perempuan dengan rasio perbandingan 1 : 12. Perbedaan ini disebabkan karena cepatnya perubahan pola gaya hidup di tempat lokasi penelitian Wenying Yang yang menyebabkan penyakit diabetes melitus tersebut menjadi salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat.32

Untuk pasien penderita asma di Poli Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik tahun 2010 – 2013 sebanyak 2 orang atau sebesar 8,33% dan keduanya berjenis kelamin perempuan yang masing-masing berusia 49 tahun dan 65 tahun. Sedangkan untuk pasien PPOK di Poli Gigi dan Mulut hanya 1 orang, berusia 40 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang melaporkan bahwa pasien wanita memiliki persentase lebih tinggi yaitu sebesar 66,67%.26 Menurut The American College of Allergy, Asthma and Immunology, hal ini disebabkan karena wanita yang mengalami gangguan pernafasan yang berusia 40 – 50 tahun mengalami menopause dan cenderung lebih mudah terkena gangguan pernafasan.33 Namun berbeda dengan hasil penelitian Aggarawal

dkk tahun 2005 yang menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami gangguan pernafasan dengan persentase 51,7% dibandingkan dengan perempuan yakni sebesar 48,3%. Selain itu, kelompok usia paling sering mengalami gangguan pernafasan adalah usia 15 – 24 tahun yaitu sebesar 28,4%.34 Hal ini juga sama dengan hasil penelitian dari Kittipong dkk yang mengatakan bahwa laki-laki lebih banyak menderita gangguan pernafasan dibandingkan dengan perempuan dengan rasio perbandingan sebesar 1 : 1,53. Ini disebabkan karena pola hidup pria di daerah tersebut kurang baik, seperti merokok.3

Dari hasil penelitian ini juga menemukan 1 orang yang menderita gangguan perdarahan dan 1 orang yang menderita gangguan ginjal. Penderita gangguan perdarahan tersebut berusia 23 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Ini sesuai dengan pernyataan Feudjo tahun 2008 yang melaporkan bahwa kelompok usia 18 – 49 tahun tahun adalah kelompok paling tersering menderita gangguan perdarahan.35 Sedangkan untuk pasien gangguan ginjal berusia 54 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Sedikit bertolak belakang dengan hasil penelitian Paulo Sergio dkk tahun 2012 yang melaporkan bahwa penderita gangguan ginjal ada diurutan nomor 2 setelah kanker.4 Begitu juga dengan hasil penelitian Olejede dkk tahun 2013 yang menyatakan bahwa kelompok usia 20-40 tahhun memiliki persentase tertinggi untuk penyakit ginjal dibandingkan dengan kelompok usia lain.26

Keterbatasan penelitian ini adalah hanya 2 variabel saja yang diteliti. Selain itu juga hanya 5 penyakit kompromis medis saja yang diteliti. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel penelitian seperti asal daerah dan suku, juga meneliti penyakit kompromis medis lain.

Dokumen terkait