• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan 1. Produk Model Pembelajaran IL-2TS

Pengembangan Model Pembelajaran IL-2TS dikembangkan berdasarkan banyak pertimbangan yaitu hasil analisis kebutuhan awal yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran biologi belum sepenuhnya dapat memberdayakan kompetensi siswa. Selain itu berdasarkan kajian pada Subject Specific Pedagogy (SSP) yang terdiri dari silabus, RPP, materi ajar, media, LKS, dan lembar penilaian yang selama ini disusun di SMAN 7 Kediri menunjukkan bahwa perlunya pengembangan perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, karakteristik materi, fasilitas yang

mendukung dan kompetensi guru. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry Laboratory dan model pembelajaran Two Stay Two Stray belum pernah dikembangkan di sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran sains siswa dituntut untuk mengembangkan ketrampilan proses sains, berpikir induktif, sikap ilmiah, ketrampilan manipulasi alat, ketrampilan komunikasi yang semua terintegrasi dalam ketrampilan dasar kerja ilmiah (Rustaman, 2005).

Pembelajaran merupakan suatu proses menciptakan suatu kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar dengan guru, siswa, dan komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hosnan, 2014). Kegiatan laboratorium jarang dilakukan. Kegiatan laboratorium masih bersifat pembuktian (verifikasi), yaitu membuktikan konsep atau prinsip yang telah dibahas sebelumnya dengan kegiatan yang masih berpusat pada guru (teacher centered). Kegiatan laboratorium sebaiknya tidak diorientasikan sebagai ajang pembuktian (verifikasi) teori saja, tetapi seharusnya berorientasikan inkuiri, Hal ini dikarenakan pembelajaran inkuiri dapat membelajarkan, baik proses maupun produk sains; juga content dan velue sains melalui metode ilmiah (Wenning, 2006a)

Menururt pandangan konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi pengetahuan. Belajar merupakan suatu proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Suparno,1997). Pembelajaran konstruktivisme melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran untuk menemukan konsep secara mandiri (Rustaman, 2005). Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif memiliki arti bahwa guru tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa sendiri yang membangun pengetahuannya.

Menurut Hamalik (2006) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun menurut unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Suatu usaha untuk mencari pemecahan masalah yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, atau suatu usaha untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada dalam upaya memperbaiki pelaksanaan suatu pembelajaran dapat dilakukan dengan pengembangan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka perencanaan yang

menggambarkan bagaimana suatu prosedur sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Multiple models of instruction merupakan praktek menerapkan beberapa model pembelajaran yang berbeda dalam proses pengajaran. Menurut Joyce (2000) menyusun model pembelajaran berdasarkan enam komponen yang meliputi: 1)rasional teoritis logis (teori dan pemikiran yang mendasari), 2) tingkah laku pembelajaran (langkah-langkah atau sintaks), 3) sistem sosial, 4) peran dan tugas guru, 5) sistem pendukung, 6) dampak instruksional dan pengiring.

a. Landasan teoritis pengembangan model IL-2TS

Kegiatan laboratorium adalah salah satu metode pengajaran yang paling penting untuk pembelajaran yang efektif dan bermakna dalam pendidikan sains. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Wallace, Tsoi, Calkin,Darley (2002) yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran inquiry lab siswa mampu mengkonstruksi pembelajarannya dan menambah kepercayaan dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kegiatan laboratorium pada hakekatnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman, kemampuan kognitif, berpikir kreatif dan sikap ilmiah melalui keterlibatannya dalam aktivitas atau kegiatan (Novack, Gangoli, Hodson, dalam Suma, 2005)

Pelaksanaan proses pembelajaran harus berpusat pada siswa (student centered), siswalah yang aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui penyelidikan ilmiah laboratorium. Menurut Jabot (2003) pembelajaran inkuiri menciptakan suasana kelas dimana siswa berperan aktif layaknya seorang ilmuwan. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Brickman, Gormally, Amstong, Hallar, (2009) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat secara luas meningkatkan kemampuan literasi dan mengembangkan ketrampilan, menambah kepercayaan diri dalam kemampuan bekerja secara ilmiah.

Model pembelajaran inkuiri laboratorium memiliki sejumlah langkah termasuk aktif mengidentifikasi suatu topik atau masalah, menghasilkan pertanyaan yang akan diteliti, menyelidiki masalah dengan melakukan penelitian yang relevan, berpikir kritis tentang masalah yang akan dipecahkan, menjawab pertanyaan yang diajukan, menarik kesimpulan dan merefleksikan pada proses penyelidikan (Vajoczki,2011). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa laboratorium sebagai pusat dan mempunyai peran khusus dalam pendidikan sains, memberikan banyak manfaat dalam meningkatkan pembelajaran melalui kegiatan laboratorium (Hofstein, Kipni, Kind, 2008)

Karakteristik dasar dari pembelajaran inkuiri laboratorium adalah pembelajaran yang berbasis pada penyelidikan ilmiah, ketrampilan berpikir, memerlukan integrasi pengetahuan antar siswa yang mandiri dan mengembangkan ketrampilan belajar seumur hidup (Wenning,2006). Guohui (dalam Khan, 2011) menambahkan, karakteristik dasar dari pembelajaran inkuiri laboratorium adalah konteks pembelajaran berbasis pada situasi nyata, berfokus pada ketrampilan berpikir, dan diterapkan pada kelompok-kelompok kecil.

Menururt Joyce (2011) proses pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan hanya satu model pembelajaran saja untuk diterapkan di semua kelas. Tidak dimungkinkan adanya suatu model pengajaran yang superior untuk semua tujuan pendidikan. Model-model pembelajaran dapat dikombinasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan hal itu, tidak ada pendekatan tunggal yang secara konsisten lebih baik dibandingkan dengan pendekatan yang lainnya. Penggunaan model yang sama untuk semua tujuan pembelajaran bukan menjadi tindakan yang efektif (Arends,2008). Keberhasilan suatu model pembelajaran ditentukan oleh pendekatan dan model yang dipilih guru sesuai dengan materi yang diberikan (Rustaman,2005). Banyak model-model pembelajaran sains menolong kita untuk berpikir melalui sains, yaitu seperti ranah ke-3 dan ke-4 (Liliasari,2010).

Kekurangan dari model pembelajaran inkuiri laboratorium diantaranya adalah memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar namun belum menjamin siswa belajar dengan tekun, penuh aktifitas dan terarah. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian Nelson (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan siswa yang berpartisipasi dalam laboratorium dan tidak berpartisipasi dalam laboratorium. Kekurangan tersebut dapat disebabkan oleh pembagian kerja yang tidak jelas sehingga kemungkinan siswa melakukan aktivitas lain . Disamping itu komunikasi yang terjadi hanya dalam kelompoknya saja. Kekurangan ini dapat diatasi dengan cara memadukan dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray.

Model Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Pembelajaran model TSTS memberikan kesempatan kepada

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kegiatan pembelajaran yang bersifat individu. Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu. Secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok lain yang menjadi tuan rumah tersebut. Penggunaan model T-TS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Model pembelajaran ini menunjukkan pembagian kerja setiap anggota kelompok yang jelas, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar.

Tanya jawab yang dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan kelompok lain. Siswa dapat mencocokkan materi atau data yang didapat dari kelompok lain. Siswa akan mengevaluasi sendiri seberapa tepatkah atau samakah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir kelompok lain.

Model Two Stay Two Stray dipilih untuk digabungkan dengan Inquiry Laboratory karena model TS-TS terdapat fase menginformasikan hasil kerja masing-masing kelompok sehingga siswa berani mengungkapkan pendapatnya. Kelebihan yang dimiliki TS-TS adalah adanya pembagian kerja yang jelas diantara setiap anggota kelompok. Perpaduan model Inquiry Laboratory dengan Two Stay Two Stray dilakukan agar model pembelajaran dapat saling melengkapi sesuai dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Pengembangan model pembelajaran IL-2TS dilakukan berdasarkan pada teori-teori belajar yaitu teori-teori belajar dari Jean Peaget, teori-teori belajar dari Jerome bruner, teori-teori belajar dari Ausubel, dan teori belajar dari Vigotsky

Menurut Piaget bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Pada masa ini anak mulai memasuki dunia “kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau anak mengalami perkembangan penalaran abstrak. Siswa SMA atau yang sederajat menurut Piaget

(dalam Suparno, 2001) masuk pada perkembangan kognitif pada tahap operasi formal. Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif. Pada tahap ini seorang remaja telah mampu berfikir secara logis, berfikir teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis serta dapat mengambil keputusan lepas dari apa yang diamati saat itu. Pada tahap ini dapat berfikir abstrak dan dapat berfikir tidak hanya terikat tempat dan waktu tetapi dapat pula berfikir mengenai sesuatu yang akan datang karena mampu berhipotesis.

Kecepatan perkembangan setiap individu melalui urutan setiap tahap tersebut berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut. Tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang mengalami dunia dengan cara yang semakin kompleks. Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif seseorang merupakan suatu proses genetik, artinya, perkembangan kognitif merupakan proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dari perkembangan sistem syaraf. Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya. Sesuai dengan tingkat berfikir siswa SMA memasuki taraf berfikir yang abstrak, logis, mampu berhipotesis , dan dapat mengambil suatu kesimpulan.

Teori belajar Jean Peaget relevan dengan model pembelajaran Inquiry Lab sebagai pembelajaran penemuan yang aktif . Guru tidak lagi ceramah dan meminta siswa untuk mengingat atau menghafal informasi tetapi guru mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melaksanakan eksperimen. Siswa mengetahui dan menanggapi secara kognitif (mental ) apa yang sedang terjadi, melakukan sesuatu, menggunakan simbol, menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan, menghubungkan temuan-temuan dan membandingkannya. Hal ini akan nampak pada semua fase Inquiry Lab yaitu fase berhadapan dengan masakah, fase data pengujian, fase pengumpulan data eksperimen, fase formulasi dan penjelasan, dan fase analisis proses inkuiri.

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning). Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa. Siswa berusaha untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang lain, sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Keuntungan pembelajaran dengan penemuan yaitu; 1) pembelajaran dengan penemuan akan memberikan kesan

yang lebih lama; 2) pembelajaran dengan penemuan akan mudah diingat; 3) meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis materi; 4) meningkatkan kemampuan siswa memanipulasi informasi dan memecahkan masalah; 5) membangkitkan keingintahuan siswa; dan 6) memotivasi siswa untuk mengeksplorasi dirinya dalam mencari jawaban permasalahan.

Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap, yaitu (1) Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama, memperluas dan memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru bertentangan dengan informasi yang lama, (2) tahap tansformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, yaitu informasi harus dianalisis dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konsetual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas, (3)tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui mana-mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain

Teori belajar Jerome Bruner relevan dengan model pembelajaran Inquiry Laboratory, yaitu bahwa dalam proses pembelajaran anak dihadapkan pada situasi yang membingungkan atau suatu masalah. Melalui pengalaman siswa akan mencoba untuk menyesuaikan atau mengorganisasi struktur-struktur idenya untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya. Aktifitas tersebut akan nampak pada fase kerjasama kelompok dalam menghadapi permasalahan dan fase analisis proses inkuiri.

Menurut Ausubel, belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan stuktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan konsep yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai si pelajar (Suparno,1996:53). Pengkaitan informasi-informasi diperoleh pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ini meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Teori bermakna Ausubel relevan dengan model pembelajaran Inquiry Laboratory karena dengan belajar penemuan siswa menemukan sendiri pengetahuannya melalui kegiatan laboratorium untuk menemukan konsep, fakta, dan menggeneralisasi dengan pengetahuan siswa sebelumnya. Siswa sebagai pengolah aktif terhadap informasi yang diterimanya untuk memperoleh pemahaman, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pada model pembelajaran Inquiry Laboratory akan tampak pada kegiatan pada fase pengumpulan data pengujian, fase pengumpulan data eksperimen, fase formulasi dan penjelasan, dan fase analisis proses inkuiri. Siswa berusaha untuk mengkaitkan informasi baru yang diperoleh dengan struktur kognitif yang meliputi fakta-fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari siswa.

Teori belajar yang juga melandasi model pembelajaran IL-2TS adalah teori belajar dari Vigotsky, mengembangkan pemahaman bahwa hakikat sosio kultural dari pembelajaran adalah interaksi sosial melalui dialog dan komunikasi verbal. Vigotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih baik dan sistem kulutral yang berkembang dengan baik. Vigotsky memberikan keyakinan bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya. Ide penting yang diperoleh dari teori ini adalah scaffolding yang berarti memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap awal pembelajarannya dan kemudian siswa mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar, oleh karena itu siswa perlu berinteraksi dengan guru diswa lain baik di dalam pembelajaran maupun pada kegiatan laboratorium.

Teori belajar Vygostky ini sejalan dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Interaksi sosial dalam pembelajaran diwujudkan dengan bekerjasama dan saling berinteraksi antar kelompok untuk melaksanakan langkah-langkah proses ilmiah. Melalui model TSTS, dua orang siswa saling berbagi informasi kepada kelompok lain dan sebaliknya dua siswa dari kelompok lain memberikan informasinya dan mengadakan diskusi. Hal ini terlaksana pada sintaks komunikasi antar kelompok.

b. Sintak pembelajaran model IL-2TS

Model IL-2TS merupakan perpaduan dua model yaitu Inquiry Laboratory dengan Two Stay Two Stray. Sintaks IL-2TS yang pertama adalah tahap Observasi dalam kelompok, merupakan gabungan dari Inquiry Laboratory yaitu tahap observasi

dengan sintaks dari Two Stay Two Stray yaitu siswa bekerjasama dengan kelompok. Alasannya adalah bahwa dalam kegiatan laboratorium, sejak awal siswa diharapkan melakukan kegiatan observasi bekerja sama dalam kelompoknya. Sintaks IL-2TS yang kedua adalah manipulasi. Sintaks kedua diambil dari model pembelajaran Inquiry Laboratory karena siswa mengumpulkan data informasi sebanyak-banyaknya kemudian menyusun hipotesis. Sintaks IL-2TS yang ketiga yaitu Generalisasi. Sintaks ketiga diambil dari model Inquiry Laboratory karena merupakan tahap investigasi untuk membuktikan hipotesis yang telah disusun. Siswa mencatat semua data dan kejadian selama investigasi. Sintaks yang keempat yaitu two stay two stray. Sintaks keempat diambil dari model Two Stay Two Stray karena siswa perlu mengembangkan kemampuan komunikasinya/berkolaborasi. Sintaks yang kelima adalah Verifikasi kelompok. Sintaks ini merupakan gabungan dari sintaks model Inquiry Laboratory yaitu verifikasi dengan sintaks Two Stay Two Stray yaitu kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. Dua kegiatan tersebut sangat berhubungan karena kegiatan dua sintaks ini pada dasarnya sama yaitu mencocokkan hasil investigasi untuk dianalisis dan membuat kesimpulan. Sintaks yang keenam adalah aplikasi. Sintaks ini diambil dari model Inquiry Laboratory. Sintaks ini merupakan tahap menindak lanjuti terhadap proses kegiatan investigasi untuk melihat kekurangan dari prosedur kerja.

Penjelasan untuk masing-masing sintaks pada model IL-2TS dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Observasi dalam Kelompok

Kerjasama dalam kegiatan laboratorium dimulai sejak awal pembelajaran. Siswa duduk dalam kelompok kecil berempat. Setelah guru memberikan apersepsi dan motivasi pada kegiatan awal, siswa dalam kelompoknya dihadapkan pada suatu permasalahan, diantaranya dihadapkan pada suatu situasi yang bertentangan. Dalam hal ini guru membimbing siswa dengan cara mengajukan pertanyaan pembimbing. Siswa juga harus menggunakan beberapa keterampilan proses mereka dalam menjawab pertanyaan guru, untuk mengidentifikasi masalah. Siswa diharapkan mengembangkan dengan kelompoknya tentang permasalahan yang dihadapi. Langkah selanjutnya guru menjelaskan secara garis besar prosedur penelitian yang akan dilakukan.

Pada tahap ini siswa berusaha untuk mengumpulkan data informasi sebanyak-banyaknya, tentang masalah yang mereka hadapi. Data tersebut dapat diperoleh berdasarkan kondisi atau hakikat objek dengan menguji bagaimana proses terjadinya masalah tersebut. Siswa menciptakan hubungan-hubungan dengan sesuatu yang telah diketahui kemudian siswa merumuskan hipotesis.

c) Generalisasi

Pada tahap ini dilakukan isolasi terhadap data-data yang menjadi inti masalah yang dihadapi melalui kegiatan investigasi di laboratorium. Siswa dapat mengintrogasikan elemen-elemen dari hasil isolasi ke dalam suatu masalah, untuk melihat apakah peristiwanya akan menjadi lain. Data di catat dan disusun dalam bentuk tabel, grafik, atau simbol-simbol. Semua variabel dalam penelitian dicantumkan dalam laporan tertulis. Selain itu semua kejadian selama proses investigasi di catat untuk menganalisis proses inkuiri.

d) Two Stay Two Stray

Setelah diperoleh data eksperimen, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain. Guru secara acak telah menentukan pasangan kelompok untuk berbagi informasi. Siswa melaksanakan tugas guru dengan berpindah pada kelompok yang telah ditentukan saja. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. Mereka saling berbagi informasi tentang data hasil penemuan dari kegiatan investigasi dan kejadian-kejadian selama investigasi. Setelah waktu yang ditentukan berakhir, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e) Verifikasi kelompok

Pada tahap ini siswa mencocokkan data hasil temuan mereka dengan data hasil temuan dari kelompok lain, mengorganisasi dan menganalisis data, menghubungkan dengan hipotesis, memprediksi, menseleksi temuan yang sesuai dengan apa yang telah diketahui, kemudian menginterpretasikannya dalam bentuk kesimpulan. Sedangkan guru membimbing siswa yang menemui kesulitan dalam mengemukakan informasi yang mereka peroleh untuk memberikan uraian yang jelas, guru dapat memberikan penjelasan yang sederhana saja.

f) Aplikasi

Pada tahap ini siswa menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif, atau menentukan temuan yang dapat digunakan memprediksi fenomena lain dengan mendesain prosedur baru. Siswa dapat mengemukakan hasil analisisnya kepada forum dengan cara mengajukan pertanyaan kepada guru. Guru memberikan bimbingan untuk menjawab pertanyaan . Disamping itu siswa dari kelompok lain dapat memberikan jawaban pertanyaan berdasarkan pengalaman dalam kegiatan investigasi.

2. Sistem sosial model IL-2TS

Sistem sosial merupakan hubungan situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model pembelajaran. Pembelajaran IL-2TS menimbulkan aspek sosial dalam proses pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara siswa dalam kelompoknya, siswa dengan siswa dari kelompok lain, dan siswa dengan guru dalam suasana terbuka yang dapat mengundang siswa untuk berdiskusi. Dalam pembelajaran IL-2TS siswa diajak untuk menyadari bahwa tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Hasil temuan kelompok dapat berbeda dengan kelompok lain. Pengetahuan dipandang sebagai suatu hipotesis yang akan diuji berdasarkan informasi yang relevan. Siswa dituntut aktif dan mampu bekerjasama untuk menguji hipotesa yang telah disusun untuk mengembangkan konsep tertentu. Pembelajaran IL-2TS membangun kerjasama kelompok secara kolaboratif.

Melalui pembelajaran IL-2TS siswa diberi kesempatan untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Siswa diarahkan untuk aktif , baik dalam berdiskusi atau tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Ada saling menghargai diantara anggota kelompok dimana yang satu menjelaskan maka yang lain harus menyimak dengan baik agar informasi yang disampaikan oleh siswa lain dapat diterima dan dipahami dengan baik. Pembagian kerja tampak jelas untuk setiap anggota kelompok. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegiatan belajar yang bersifat individu. Tugas-tugas yang diberikan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama (Widodo, 2013). Tugas-tugas yang diberikan kepadan siswa menuntut adanya kontribusi setiap individu dalam kelompok yang akan memastikan

Dokumen terkait