Hasil Parameter Pengujian Alat
Penentuan parameter pengujian alat pada alat pengumpul brondolan kelapa sawit bertujuan agar alat beroperasi sesuai dengan rancangan, parameter pengujian alat meliputi penentuan kapasitas kerja efektif, persentase brondolan yang rusak, dan kehilangan hasil
1. Penentuan kapasitas kerja efektif menggunakan alat
Penentuan kapasitas kerja efektif alat pengumpul brondolan kelapa sawit di tentukan dengan cara menghitung waktu total yang digunakan untuk
mengumpulkan brondolan pada satuan waktu tertentu. Data kapasitas efektif dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2.Rata-rata kapasitas kerja efektif menggunakan alat Jumlah brondolan Brondolan yang
Waktu Kapasitas Percobaan yang disebar tidak terkumpul Kerja Efektif
(menit)
Pengujian kapasitas kerja efektif alat pengumpul brondolan kelapa sawit ini masing-masing dibagian bawah pohon sawit terdapat 50 brondolan yang telah disebar terlebih dahulu secara acak. Dari tabel tersebut diperoleh rata-rata
kapasitas kerja efektif alat sebesar 60,3 brondolan/menit.Pada percobaan pertama didapatkan hasil dengan jumlah sebanyak 250 brondolan dalam waktu 4,5 menit, kapasitas kerja efektif alat sebesar 55,5 brondolan/menit. Pada percobaan kedua dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 brondolan mendapatkan waktu 4,3 menit dan kapsitas kerja efektif alat sebesar 58,1 brondolan/menit, pada
percobaan ketiga dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 brondolan mendapatkan waktu 3,7 menit dan kapasitas kerja efektif alat sebesar 67,5 brondolan/menit. Dari percobaan ini rata-rata kapasitas kerja efektif alat sebesar 60,9 brondolan/menit, dengan brondolan yang di gunakan sebanyak 250 brondolan. Kapasitas kerja efektif alat terbesar adalah pada percobaan ketiga dimana kapasitas kerja efektifnya sebesar 67,5 brondolan/ menit. Kapasitas kerja efektif terkecil adalah pada percobaan pertama dimana kapasitas kerja efektif alat sebesar 55,5 brondolan/menit. Dapat dirujuk pada lampiran 2. Pada percobaan ketiga menghasilkan kapasitas kerja efektif alat yang lebih besar dari percobaan pertama dan kedua dikarenakan operator semakin berpengalaman, brondolan yang di sebar berada pada kontur yang lebih rata dan tidak terlalu dekat dengan benda asing sudah di bersihkan atau benda asing sudah terbawa di percobaan 1 dan 2 sehingga pengoperasian berjalan dengan lebih cepat dan lebih kecil hambatan.
Gambar 5. Brondolan di dalam kumparan kawat
2. Kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat
Pada penelitian ini juga dilakukan tanpa menggunakan alat ataupun masih manual, yaitu dengan cara mengumpulkan memakai tangan dan berjongkok atau membungkuk pada saat mengumpulkan brondolan. Pengujian ini di lakukan 3 kali percobaan. Kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 3.Rata-rata kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat Jumlah brondolan Brondolan yang
Waktu Kapasitas Percobaan yang disebar tidak terkutip Kerja Efektif
(menit)
Pada percobaan pertama dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 mendapatkan waktu 5,7 menit dan kapasitas kerja efektif sebesar 43,8 buah/menit. Pada percobaan kedua dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 mendapatkan waktu 5,9 menit dan kapasitas kerja efektif sebesar 42,3 buah/menit. Pada percobaan ketiga dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 mendapatkan waktu 6,3 menit dan kapasitas kerja efektif sebesar 39,6 buah/menit. Dari hasil dapat kapasitas kerja efektif terbesar adalah pada percobaan pertama yaitu sebesar 43,8 buah/menit sedangkan kapasitas efektif terkecil adalah pada percobaan ketiga yaitu sebesar 39,6 buah/menit. Dari hasil ini dapat diperoleh juga nilai rata-rata kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat yaitu sebesar 41,9 buah/menit.
Dari hasil percobaaan yang telah dilakukan menggunakan alat lebih efesien waktu dan tenaga. Hal ini dapat dilihat dari waktu pengutipan rata-rata
menggunakan alat lebih cepat dibandingkan tanpa mengguanakan alat atau masih manual.
Gambar 6. Pengutipan brondolan secara manual
selain itu juga jika para pekerja masih mengutip brondolan dengan cara manual akan mengakibatkan kelelahan yang lebih besar dan juga dapat menyebabkan nyeri pada pinggang dan lutut, sehingga jika pengumpulan brondolan akan lebih baik jika menggunakan alat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja efektif alat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: kontur tanah yang tidak rata, benda-benda asing yang berada di area penelitian dan waktu berbelok pada saat pengoperasian alat, hal ini sejalan dengan (Hunt, 1979) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kapasitas efektif alat yaitu: waktu yang hilang ketika berbelok, waktu yang hilang sewaktu pengaturan alat, serta waktu yang hilang pada saat istirahat.
3. Persentase brondolan yang rusak didalam piringan pohon kelapa sawit
Pada percobaan ini brondolan yang dikutip adalah brondolan yang berada didalam piringan pohon kelapa sawit. Disebut piringan karena area ini berbentuk lingkaran sehingga menyerupai piring. Piringan berfungsi sebagai tempat menaburkan pupuk sehingga dapat diserap secara maksimal. piringan juga sebagai tempat jatuhnya buah dan brondolan kelapa sawit, ukuran jari-jari piringan pada penelitian ini sekitar 2 meter dari batang pohon kelapa sawit. Jumlah brondolan yang digunakan sebanyak 250 brondolan yang disebar secara acak dilima piringan pohon kelapa sawit.
Gambar 7. Piringan pohon kelapa sawit
Penentuan persentase brondolan yang rusak ditentukan dari jumlah brondolan yang rusak dibagi dengan jumlah brondolan yang terkumpul dikali 100%. Data persentase brondolan yang rusak dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 4. Persentase brondolan yang rusak didalam piringan
Brondolan Persentase
Jumlah Jumlah
yang brondolan
Percobaan brondolan yang brondolan
terkumpul yang rusak
Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase rata-rata brondolan yang rusak sebesar 6,6% brondolan.
Gambar 8. Brondolan yang rusak
Pada percobaan pertama dari jumlah brondolan yang terkumpul yaitu sebanyak 246 brondolan terdapat sebanyak 17 brondolan yang rusak sehingga persentase brondolan yang rusak sebesar 6,9%, pada percobaan kedua dari jumlah brondolan yang terkumpul yaitu sebanyak 249 brondolan terdapat 18 brondolan yang rusak, sehingga persentase brondolan yang rusak sebesar 7,2%, pada percobaan ketiga dari jumlah brondolan yang terkumpul yaitu sebanyak 244
yang rusak sebesar 5,7%. Pada pengujian ini rata-rata persentase brondolan yang rusak sebesar 6,6%. Persentase tertinggi brondolan yang rusak adalah pada pengujian kedua yaitu sebesar 7,2% dan persentase terendah brondolan yang rusak adalah pada percobaan ke 3 yaitu sebesar 5,7%. Pada percobaan ketiga jumlah persentase brondolan yang rusak lebih kecil dari percobaan pertama dan kedua dikarenakan beberapa faktor yaitu: pada percobaan ketiga tempat brondolan sawit berada pada kontur yang lebih rata sehingga penekanan alat tidak terlalu kuat serta ukuran dari brondolan yang tidak terlalu besar.
4. Persentase brondolan yang rusak di luar piringan pohon kelapa sawit
Pada percobaan ini brondolan yang dikutip adalah brondolan yang berada diluar piringan pohon kelapa sawit, pada area ini lahannya lebih sulit dan juga memiliki kontur tanah yang tidak rata serta terdapat banyak tanaman liar dan benda asing seperti batu serta pelepah pohon sawit. Jumlah brondolan yang digunakan sebanyak 250 brondolan yang disebar secara acak dilima piringan pohon kelapa sawit.
Penentuan persentase brondolan yang rusak ditentukan dari jumlah brondolan yang rusak dibagi dengan jumlah brondolan yang terkumpul dikali 100%. Data persentase brondolan yang rusak dapat dilihat pada Table berikut:
Tabel 5. Persentase brondolan yang rusak diluar piringan
Jumlah Brondolan
Jumlah Persentase
yang terkumpul brondolan
Percobaan brondolan yang brondolan
yang rusak disebar (buah) (buah) rusak (buah)
(%)
I 250 209 26 12,4
II 250 220 34 15,4
III 250 212 29 13,6
Rata rata 250 213,6 29,6 13,8
Pada pengujian ini rata-rata persentase brondolan yang rusak sebesar 13,8%. Dari percobaan pertama jumlah brondolan yang dapat dikumpul sebanyak 209 brondolan jumlah brondolan yang rusak sebanyak 26 brondolan dan persentase brondolan yang rusak sebesar 12,4%. Pada percobaan kedua jumlah brondolan yang dapat dikumpul sebanyak 220 brondolan jumlah brondolan yang rusak sebanyak 34 brondolan dan persentase brondolan yang rusak sebesar 15,4%. Pada percobaan ketiga jumlah brondolan yang dapat dikumpul sebanyak 212 brondolan jumlah brondolan yang rusak sebanyak 29 brondolan dan persentase brondolan yang rusak sebesar 13,6%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan persentase brondolan yang rusak tertinggi pada percobaan kedua yaitu sebesar 15,4%, sedangkan persentase brondolan yangrusak terendah pada percobaan pertama yaitu sebesar 12,4%. Persentase brondolan yang rusak diluar piringan lebih tinggi dikarenakan lahan yang dipakai untuk pengujian ini konturya tidak rata dan terdapat benda asing, sehingga brondolan akan lebih sulit dikumpulkan dan alat juga akan sangat sulit dioperasikan.
5. Persentase kehilangan hasil didalam piringan kelapa sawit
Fungsi utama dari alat ini adalah untuk memudahkan pekerjaan mengumpulkan brondolan kelapa sawit yang jatuh didalam piringan sawit serta dapat mengurangi jumlah losses dari proses pemanenan. Persentase kehilangan hasil ditentukan dari jumlah brondolan yang tidak terkumpul dibagi jumlah keseluruhan brondolan dikali 100%. Pengujian ini dilakukan dengan cara pengoperasian alat dipinggiran pohon sawit, dimana brondolan yang di pakai sebanyak 250 brondolan.. Kemudian diakhir proses pengutipan akan dihitung berapa brondolan yang masuk ke dalam kumparan serta berapa jumlah brondolan
yang tidak dapat masuk ke dalam kumparan. Dengan begitu dapat diketahui berapa persen effesiensi kehilangan hasil pada alat ini. Persentase kehilangan hasil dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 6. persentase kehilangan hasil brondolan didalam piringan
Jumlah Brondolan Brondolan yang Persentase Percobaan brondolan yang yang terkumpul tidak terkutip kehilangan
disebar (buah) (buah) (buah) hasil (%)
I 250 246 4 1,62
II 250 249 1 0,40
III 250 244 6 2,45
Rata-rata 250 246,3 3,6 1,49
Setelah melakukan pengujian pada alat, hasil pengujian akhir menunjukan rata-rata persentase kehilangan hasil sebesar 1,49%. Pada percobaan pertama brondolan yang terkumpul sebanyak 246 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 4 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 1,62%. Pada percobaan kedua brondolan yang terkumpul sebanyak 249 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 1 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 0,40%. Pada percobaan ketiga brondolan yang terkumpul sebanyak 244 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 6 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 2,45%. Dari pengujian ini persentase kehilangan hasil terbesar adalah pada percobaan ketiga yaitu sebesar 2,45%. Sedangkan persentase kehilangan hasil terkecil pada percobaan kedua yaitu sebesar 0,40%.
Tidak semua brondolan yang disebar dapat dikutip, ada beberapa hal yang menghambat pengoperasian alat antara lain kontur tanah yang tidak rata yang mengakibatkan brondolan masuk ke sela-sela tanah dan brondolan tidak bisa di ambil, brondolan berada di antara benda asing seperti batu atau pelepah pohon
sawit yang membuat brondolan sulit dikumpulkan dengan alat, dan brondolan yang berada diketiak pohon, dimana brondolan ini terlalu dekat dengan batang pohon sawit yang menyebabkan alat tidak bisa mengutip brondolan karena alat lebih besar dari ruang tempat brondolan jatuh.
6. Persentase kehilangan hasil diluar piringan kelapa sawit
Pengujian alat juga dilakukan diluar piringan sawit. Pengujian ini dilakukan dengan cara pengoperasian alat diluar pinggiran pohon sawit, dimana brondolan yang di pakai sebanyak 250 brondolan yang sudah di sebar secara acak diluar piringan pohon sawit. Kemudian diakhir proses pengutipan akan dihitung berapa brondolan yang masuk ke dalam kumparan serta berapa jumlah brondolan yang tidak dapat masuk ke dalam kumparan. Dengan begitu dapat diketahui berapa persen effesiensi kehilangan hasil pada alat ini. Persentase kehilangan hasil dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 7. persentase kehilangan hasil brondolan diluar piringan
Jumlah Brondolan Brondolan yang Persentase Percobaan brondolan yang yang terkumpul tidak terkutip kehilangan
disebar (buah) (buah) (buah) hasil (%)
I 250 209 21 10,04
II 250 220 16 7,27
III 250 212 14 6,6
Rata-rata 250 213,6 17 7,97
Setelah melakukan pengujian pada alat, hasil pengujian akhir menunjukan rata-rata persentase kehilangan hasil sebesar 7,97%. Pada percobaan pertama brondolan yang terkumpul sebanyak 209 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 21 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 10,04%. Pada percobaan kedua brondolan yang terkumpul sebanyak 220 dan brondolan yang
7,27%. Pada percobaan ketiga brondolan yang terkumpul sebanyak 212 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 14 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 6,6%. Dari pengujianini persentase kehilangan hasil terbesar adalah pada percobaan pertama yaitu sebesar 10,04%. Sedangkan persentase kehilangan hasil terkecil pada percobaan ketiga yaitu sebesar 6,6%.