• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KINERJA ALAT PENGUMPUL BRONDOLAN KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH :

AREKA SYAHPRINDO SITEPU 140308063/KETEKNIKAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

(2)

UJI KINERJA ALAT PENGUMPUL BRONDOLAN KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH :

AREKA SYAHPRINDO SITEPU 140308063/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

AREKA SYAHPRINDO SITEPU: Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Pengumpul Brondolan Kelapa Sawit, dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI

Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman dari famili palma yang mampu menghasilkan minyak nabati. Minyak nabati saat ini menjadi sangat kompetitif di pasar internasional.Alat pengumpul brondolan kelapa sawit ini dirancang dan dibuat bertujuan untuk memudahkan para petani dalam melakukan pengutipan brondolan yang lepas dari tandan buah kelapa sawit, dikarenakan para petani kesulitan untuk memungut brondolan tersebut. Fungsi utama dari alat ini adalah mengutip brondolan sawit yang tertinggal pada pinggiran pohon sawit selama proses pemanenan dilakukan. Kapasitas efektif rata-rata alat pengumpul brondolan sawit adalah 60,9 buah/menit, dimana brondolan yang digunakan sebanyak 250 brondolan. Waktu rata-rata pengumpulan brondolan sawit adalah 4,1 menit dengan menggunakan alat dan 5,9 menit tanpa menggunakan alat. Persentase rata-rata brondolan yang rusak ketika pengumpulan didalam piringan pohon sawit adalah sebesar 6,5% dan pengumpulan diluar piringan sawit sebesar 13,8%. Persentase rata-rata kehilangan hasil didalam piringan pohon sawitsebesar1,49% . Sedangkan kehilangan hasil diluar piringan pohon sawit sebesar 7,97%

Kata kunci: rancang bangun, kelapa sawit, alat

ABSTRACT

AREKA SYAHPRINDO SITEPU: Design and Performance Test of Palm Oil Brondolan Collecting Tools,supervised by TAUFIK RIZALDI

Palm oil is one type of plant from the palm family which is capable of producing vegetable oil. Vegetable oil is currently becoming very competitive in the international market. The oil palm brondolan collection tool was designed and made aiming to make it easier for farmers to quote the brondolan that is free from the oil palm fruit bunches, because the farmers find it difficult to collect the brondolan. The main function of this tool is to quote the palm leaves that are left on the edge of the palm trees during the harvesting process. The effective capacity of the average palm brondolan collection tool is 60.9 pieces / minute, where the brondolan used is as much as 250 brondolan. The average time to collect palm leaves is 4.1 minutes using tools and 5.9 minutes without using tools. The average percentage of brondolan damaged when collecting in a palm tree dish is 6.5% and collection outside the palm dish is 13.8%. The average percentage of yield loss in a palm tree dish is 1.49%. While yield losses outside the oil palm dish are 7.97%

Keywords: design and contruction, palm oil, tool

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul “Rancang bangun dan uji kinerja alat pengumpul brondolan kelapa sawit” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Taufik Rizaldi STP, MP dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwausulan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangununtuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, hanya kepada ALLAH SWT penulis serahkan segalanya, semoga usulan penelitian ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Medan, Januari 2020

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

ManfaatPenelitian ... 3

Batasan Masalah ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit ... 4

Jenis Kelapa Sawit ... 6

Kelapa Sawit Jenis Dura ... 6

Kelapa Sawit Jenis Tenera ... 6

Kelapa Sawit Jenis Pisifera ... 7

Karakteristik Brondolan Kelapa Sawit ... 7

Panen Kelapa Sawit ... 8

Mesin Dan Alat Pengutip Brondolan Kelapa Sawit Yang Sudah Ada ... 11

Palm loose fruits pickers ………... Mechanical Loose Palm fruit Collector (MK II) ... 11

Oil Palm Fruits Collector (MK III) ... 12

METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian ... 14

Alat Dan Bahan... 14

Gambaran Umum Alat ... 14

Prosedur Penelitian ... 15

Paramater Desain dan Ukuran ... 16

Parameter Pengujian Alat ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Desain Dan Ukuran ... 19

Penentuan Bentuk Kawat ... 19

Penentuan Volume Kumparan Kawat ... 19

Penentuan Panjang Kawat ... 20

Penentuan Jarak antar Kawat ... 21

Penentuan Jumlah Kawat... 21

Penentuan Dudukan Kumparan kawat ... 21

Penentuan Alat Penghubung Tangkai Kendali dan Kumparan Kawat ... 24

Penentuan Tangkai Kendali Alat dan Ukuran Tangkai ... 25

Hasil Parameter Pengujian Alat ... 27

Penentuan Kapasitas Kerja Efektif ... 27

Persentase Brondolan yang Rusak ... 31

Persentase Kehilangan Hasil... 35

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 39 Saran... 39 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Jenis-jenis kelapa sawit berdasarkan cangkang dan buah ... 6

2. Metode konvensional proses pengutipan brondolan ... 10

3. Palm loose fruits pickers ... 11

4. Mechanical Loose Palm fruit Collector (MKII) ... 12

4. Oil Palm Fruits Collector (MK III) ... 13

5. Brondolan di dalam kumparan kawat... 17

6. Pengutipan brondolan secara manual ... 19

7. Piringan pohon kelapa sawat ... 20

8. Brondolan yang rusak ... 21

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Tingkat Kematangan Buah Sawit ... 9

2. Rata-rata kapasitas kerja efektif menggunakan alat ... 16

3. Rata-rata kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat...18

4. Persentase brondolan yang rusak didalam piringan ...21

5. Persentase brondolan yang rusak diluar piringan ... 22

6. Persentase kehilangan hasil brondolan didalam piringan... 24

7. Persentase kehilangan hasil brondolan diluar piringan ...25

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Flowchart Penelitian… ...30

2. Perhitungan Kapasitas Kerja Efektif ...31

3. Perhitungan Brondolan yang Rusak ... 32

4. Perhitungan Kehilangan Hasil Brondolan ... 33

5. Dokumentasi Penelitian ... 34

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalahsalahsatu komoditi pertanian yang menjadiprimadona hampir di seluruh dunia termasuk Indonesiayang merupakan salah satu tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri maupun bahan bakar. Hal tersebut dipertimbangkan dari hasil produksi komoditinya berupa CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) yang dapat diolah sebagai bahan mentah untuk membuat berbagai produk yang bernilai komersial dengan profit yang tinggi. Kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit tidak terlepas dari kegiatan budidaya dan pengolahan komoditi di perkebunan terutama saat kegiatan pemanenan (Andri dkk,2015).

Brondolan merupakan bagian buah kelapa sawit yang menghasilkan minyak, yaitu pada bagian yang disebut mesocarp. Jika ekstrasi pada TBS berkisar antara 20-25% maka ekstraksi brondolan bisa sampai 40-45%, dengan demikian jika brondolan tidak dikutip maka akan menjadi losses dan akan menjadi gulma bagi pohon itu sendiri (Adlin,2008).

Pemanenan merupakan suatu kegiatan pengambilan buah dari pohon sampai dengan pengangkutan, pada perkebunan kelapa sawit pemanenan meliputi pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah dan pengangkutan hasil. Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit,selain itu panen juga merupakan faktor penting dalam pencapaian produktivitas (Effendi dkk,2011).

(13)

Proses pemanenan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dilakukan secara manual dengan menggunakan alat egrek dan dodos. Pada saat pemanenan, beberapa brondolan sawit terlepas dari tandannya dan jatuh di sekitar piringan pohon kelapa sawit. Persentase jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya cukup besar sehingga pengutipan atau pengumpulan brondolan tersebut tidak bisa diabaikan karena akan menurunkan kuantitas hasil panen secara signifikan (Fauzi,2002)

Proses pemanenan kelapa sawit secara manual memiliki beberapa kelemahan, diantaranya buah-buah yang dipanen banyak berserakan, waktu yang dibutuhkan untuk memanen relatif lama dan tingkat kelelahan kerja yang tinggi serta upah yang dibutuhkan untuk tenaga kerja juga relatif banyak. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknologi yang dapat mengatasi kelemahan tersebut.

Alat pengumpul brondolan kelapa sawit ini dirancang dan dibuat bertujuan untuk memudahkan para petani dalam melakukan pengutipan brondolan yang lepas dari tandan buah kelapa sawit, dikarenakan para petanikesulitan untuk memungut brondolan tersebut. Alasannya karena proses pengutipan brondolan kelapa sawit masih dilakukan secara manual yang memakan waktulama, petani juga mudah lelah karena terus menerus membungkuk selama pengutipan sehingga produktivitas kerja mereka akan menurun dan ikut berdampak pada menurunnya tingkat produktivitas hasil panen yang akan diolah oleh pabrik. Brondolan yang jatuh ketanah akan menjadi losses yang dapat merugikan tanaman sawit itu sendiri.

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji alat pengumpul brondolan kelapa sawit.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Alat ini di harapkan dapat menjadi solusi bagi petani kelapa sawit dalam hal pengutipan brondolan kelapa sawit untuk menurunkan kehilangan produksi.

Batasan Masalah

1. Pengujian ini hanya dilakukan pada tanaman kelapa sawit yang sudah memiliki buah optimal yaitu pada usia 7-25 tahun.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun, ada sebagian pendapat yang justru menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika yaitu Brazil. Hal ini dikarenakan oleh lebih banyaknya ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan di Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua Nugini. Bahkan, mampu memberikan produksi per hektar yang lebih tinggi (Pahan, 2011).

Konsumsi minyak kelapa sawit (CPO) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukan angka peningkatan. Indonesia adalah eksportir terbesar kelapa sawit.

Potensi tanaman ini cukup besar, sumbangan sawit terhadap APBN bisa mencapai 9,11 miliar dollar. Ekspor kelapa sawit dari Indonesia pun mencapai 23 juta ton pada 2010. Dan sekitar 35% dari pemasukan keuntungan kelapa sawit berasal dari petani kecil yang yang bergantung hidup pada sektor tersebut. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejak dikembangkan tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada tahun 1967 Indonesia hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997 mengalami peningkatan menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada kurun waktu 1990-1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata- rata 200.00 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan

(16)

swasta. Pertumbuhan luas areal yang cukup besar juga terjadi pada 1999-2003, dari 2,96 juta hektar menjadi 3,8 juta hektar pada tahun 2003, yang berarti terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata ± 200.000 hektar setiap tahunnya. Pada tahun 2002 lalu hanya berkisar 5 juta hektar, tahun 2010 menjadi 8 juta hektar.

Untuk perusahaan kelapa sawit di dunia tahun 2011 hanya berkisar 12 juta hektar lebih dan sebanyak 8 juta hektar lebih ada di Indonesia. Perluasan perkebunan kelapa sawit terbesar berada di Riau, Kalimantan dan Sulawesi. Dari 12 juta hektar ini bisa menghasilkan sebanyak 140,6 juta ton CPO dan bisa memenuhi keperluan minyak nabati dunia yang mencapai 1,7 juta ton per tahunnya (Mentri Pertanian, 2012).

Kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman dari famili palma yang mampu menghasilkan minyak nabati. Minyak nabati saat ini menjadi sangat kompetitif di pasar internasional. Pada dasarnya bukan hanya kelapa sawit penghasil minyak nabati, namun terdapat juga tanaman lain yang berpotensi tumbuh dengan baik di Indonesia seperti kelapa, bunga matahari, kacang kedelai dan masih banyak lainnya. Namun dari sekian banyak tanaman yang mengandung minyak, kelapa sawit merupakan tanaman yang paling produktif menghasilkan rendemen minyak tertinggi terutama di Indonesia, di Indonesia sendiri penyebaran kelapa sawit berada di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Sulawesi dan hampir di seluruh kawasan pulau Kalimantan. Habitat asli dari tumbuhan kelapa sawit adalah di daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. dan tanaman ini tumbuh sempurna di 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembapan 80 – 90 % (Solah dkk, 2009).

(17)

Jenis Kelapa Sawit

Berikut beberapa jeni-jenis dari kelapa sawit yang paling banyak diproduksi untuk diambil minyaknya.

Gambar 1. jenis-jenis kelapa sawit berdasarkan cangkang dan buah Menurut Tim Penulis PS (2012), berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

1. Dura, jenis ini memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17–18%. Dura memiliki inti besar dan cangkang tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk memproduksi jenis Tenera.

2. Tenera, jenis ini memiliki ukuran cangkang 2-3 mm, dengan cincin serat di sekeliling biji, daging buah tebal, serta ektraksi minyak sekitar 22-25%.

Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera, jenis ini adalah yang paling banyak ditanam dalam perkebunan.

3. Pisifera, jenis ini memiliki cangkang yang sangat tipis dengan inti kecil.

Tandan buahnya hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah

(18)

minyak yang dihasilkan sedikit. Jenis ini tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial.

Karakteristik Brondolan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, Psiferadan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis Psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan tenera yang merupakan hasil perulangan dura dengan Psifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar (Naibaho,1998).

Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir.

Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan.

Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah (Nazamuddin 2013).

Bentuk inti sawit bulat atau sedikit gepeng berwarna coklat kehitam- hitaman. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaianya lemak yang terkandung di dalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstrasi dan sisanya atau bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahanmakanan ternak.

(19)

Panen Kelapa Sawit

Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Kegiatan panen memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Panen merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit, selain bahan tanam dan pemeliharaan tanaman panen merupakan faktor penting dalam pencapaian produktivitas. Hasil panen utama dari kelapa sawit adalah buah kelapa sawit. Pelaksanaan panen tidak dilakukan secara sembarang, perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu, sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang bagus. Pemanenan kelapa sawit terdiri dari tiga kegiatan utama, yaitu persiapan panen, pelaksanaan panen, dan pengawasan panen. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan persiapan panen adalah tenaga kerja pemanen, peralatan panen, rotasi panen, taksasi panen, dan kriteria panen. (Sihombing, 2012).

Menurut Sihombing (2012), kriteria matang panen kelapa sawit adalah jumlah brondolan yang terlepas dari tandanya dan jatuh ke piringan secara alami sebanyak 4-9 brondolan, jika jumlah brondolan jatuh sudah sebanyak itu maka kelapa sawit siap dipanen. Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Sementara itu, untuk tanaman dengan ketinggian lebih dari 10 m digunakan alat egrek yang merupakan alat arit bergagang panjang. Tingkat

(20)

kematangan buah sawit dapat dilihat dari jumlah brondolan yang jatuh dari tandanya.

Tabel 1. Tingkat Kematangan Buah Sawit Fraksi Jumlah Brondolan yang jatuh

Kematangan 00 Tidak ada buah berwarna hitam Sangat Mentah 0 Satu brondolan s.d. 12.5% buah segar Mentah

1 12.5 – 25% buah luar Kurang matang

2 25 – 50% buah luar Matang I

3 50 – 75% buah luar Matang II

4 75 – 100% buah luar Lewat matang

5 Buah dalam ikut membrondol Lewat matang II Sumber : Rusnadi 2013

Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat ditentukan oleh faktor ini. Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan – tandan yang di panen telah matang yaitu berada pada fraksi 1, fraksi 2, dan fraksi 3. TBS hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, tetapi TBS yang masuk ke pabrik selalu berbeda tingkat kematangannya. Pemanenan buah masih dilakukan dalam keadaan mentah dan lewat matang, tidak semua buah dipanen matang (Tim Penulis PS, 2000).

Menurut Putranti (2013), aktivitas pemanenan kelapa sawit merupakanpekerjaan yang berat sehingga dapat menyebabkan tejadinya fenomena rasa sakityang timbul akibat kerja berlebihan pada otot atau yang sering disebut muscularfatigue. Terdapat beberapa elemenpekerjaan yang melelahkan, membutuhkan waktu yang lama dan tenaga kerjapaling banyak dalam pemanenan kelapa sawit. Pekerjaan memungut berondolan sangat banyak dikeluhkan olehpemanen karena dapat menyebabkan rasa sakit pada kaki dan pinggang

(21)

pemanen.Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya alat bantu untuk memungut berondolantersebut tanpa harus membungkuk ataupun berjongkok.

Gambar 2. Metode konvensional proses pengutipan brondolan(Putranti, 2013) Menurut Sihombing (2012), kehilangan produksi (losses) merupakan salahsatu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kuantitas dan kualitas produksiyang optimal. Sumber losses yang umumnya sering terjadi di lapangan, yaitu :

1. Buah mentah yang terpanen 2. Buah masak tertinggal di pokok

3. Buah masaktertinggal di piringan/gawangan (tidak diangkut ke TPH) 4. Brondolan tidak dikutip dan

5. Brondolan ditangkai panjang.

Sihombing (2012) juga melakukanpengamatan di lapangan mengenai jumlah brondolan yang tidak dikutip dantertinggal di piringan. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 5 pemanen padasalah satu kemandoran sebagai sampel. Pengamatan dilakukan dengan mengikutikegiatan panen selama 1 hari untuk 1 pemanen dan dilakukan 1 kali pengamatanuntuk setiap pemanen. Dari semuanya kehilangan panen dari akibat brondolan tertinggal di pinggiran adalah

(22)

sebanyak 32 brondolan/10 pokok atau piringan pohon sawit dan 49,9%/ pemanen 10 pokok. Losses di tempat tersebut adalah yang terbesar di antara tempat lain.

Mesin dan Alat Pengutip Brondolan Sawit yang Sudah Ada Palm loose fruits pickers

Alat pengumpul brondolan kelapa sawit ini didesain secara khusus untuk mengambil brondolan kelapa sawit. Alat ini terbuat dari kumparan kawat baja yang kuat dan flexible yang dapat berputar serta dilengkapi gagang dan tangkai.

Cara kerja alat ini sangat sederhana. Hanya perlu didorong di atas tumpukan brondolan kelapa sawit. Maka kumparan kawat akan melebar buah sawit masuk dan tertampung di dalam kumparan kawat. Selanjutnya tinggal memindahkan ke dalam wadah penampung brondolan sawit.

Gambar 3. Palm loose fruits pickers

Spesifikasi alat ini :

- Diameter kawat 1,2 mm

- Diameter kumparan 18 cm, lebar 21 cm

(23)

Mechanical Loose Palm fruit Collector (MKII)

Mesin pengumpul brondolan sawit ini diproduksi di Malaysia diuji pertamakali pada tahun 1995.

Gambar 3.Mechanical Loose Palm fruit Collector(Ahmad dan Ahmad, 1999).

Mesin ini dapat mengambil brondolan sawit dilahan danmendistribusikannya ke TPH atau jalan di lahan yang sudah dapat dilewati kendaraanpengangkut lainya. Dimensi mesin yang cukup kecil mempunyai kelebihan dapatmasuk dan bermanuver ke lahan sawit. Mesin ini dapat dioperasikan oleh minimalsatu orang, dan bisa lebih. Pada uji kinerja dilakukan tiga perlakuan mengenaijumlah operator yang mengoperasikan, yaitu dengan satu operator, dua operator dantiga operator. Hasilnya adalah produktivitas pengumpulan brondolan sawit palingbanyak saat dengan tiga operator. Ketika dengan satu operator produktivitasnya 40-60 kg/jam, ketika dengan dua operator 60-100 kg/jam, dan ketika dengan tigaoperator mencapai 100-250 kg/jam (Ahmad dan Ahmad, 1999).

Mekanisme pengumpulan brondolan mesin ini adalah menggunakan bloweryang menghasilkan angin untuk menghisap brondolan ke penampungan.

Mesin inimemiliki dimensi panjang keseluruhan 2050 mm, lebar keseluruhan 1200 mm, dantinggi keseluruhan 1600 mm. Mesin ini menggunakan motor

(24)

penggerak diesel AircooledYanmar L60 dengan daya 4.5 kW. Transmisi keseluruhanmesin inimenggunakan sabuk puli, dan komponen lain seperti poros, bantalan, danlainya.

Oil Palm Fruits Collector (MK III)

Mesin pengumpul brondolan sawit ini dikembangkan dari desain mesinsebelumnya yang diuji coba pada 1995

Gambar 4. Oil Palm Fruits Collector (MKIII)

Bagian yang dimodifikasi dari mesin sebelumnya adalah bagian nozelpenghisapnya, didesain ulang sehingga dapat optimal dalam pengumpulanbrondolan sawit. Mesin ini dibuat dengan dimensi yang lebih besar.

Bagianpenampung brondolan dibuat dengan kapasitas menampung sebanyak 150 kgbrondolan sawit. Pada saat uji coba mesin ini mampu mengumpulkan brondolansebanyak 4.2-5.1 kg/menit, dan rata-rata mesin ini dapat mengumpulkan brondolansawit sebanyak 1200-1500 kg/hari (Abdur dkk, 2012).

(25)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada bulan Desember tahun 2018, di kota Binjai dan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Adapun Alat-alat dan perlengkapan utama yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini meliputi: personal computer (PC), software gambar solidwork, kertas, alat tulis, kalkulator, gelas ukur.

Adapun bahan- bahan yang di gunakan adalah brondolan kelapa sawit, dan karung.

Prosedur Penelitian

- Memasang atau menyambungkan kumparan kawat dengan tangkai pengendali

- Mempersiapkan dan mengukur lahan untuk lokasi pengumupulan brondolan kelapa sawit

- Mempersiapkan alat

- Melakukan pengamatan parameter Parameter Penelitian

1. Penentuan kapasitas kerja efektif

Pengamatan di lakukan dengan menghitung waktu total yang digunakan untuk mengumpulkan brondolan pada satuan waktu tertentu. Untuk menghitungnya dapat menggunakan rumus sebaga berikut: Penentuan kapasitas efektif alat (KEA)

(26)

KEA = ...

(5)

2. Penentuan persentase brondolan rusak

Penentuan persentase brondolan yang rusak ditentukan dari jumlah brondolan yang rusak dibagi dengan jumlah brondolan dikali 100%. Untuk menghitungnya dapat menggunakan rumus berikut:

Persentase Brondolan yang Rusak (PBR)

PBR = ...

(6)

3. Persentase kehilangan hasil

Fungsi utama dari alat ini adalah untuk memudahkan pekerjaan mengutip brondolan sawit yang jatuh di sekitar sawit serta dapat mengurangi jumlah losses dari proses pemanenan. Persentase kehilangan hasil di tentukan dari jumlah brondolan yang tidak terkumpul dibagi jumlah keseluruhan brondolan dikali 100%. Untuk menghitungnya dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Kehilangan Hasil % (KH)

KH = ... (7)

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Parameter Pengujian Alat

Penentuan parameter pengujian alat pada alat pengumpul brondolan kelapa sawit bertujuan agar alat beroperasi sesuai dengan rancangan, parameter pengujian alat meliputi penentuan kapasitas kerja efektif, persentase brondolan yang rusak, dan kehilangan hasil

1. Penentuan kapasitas kerja efektif menggunakan alat

Penentuan kapasitas kerja efektif alat pengumpul brondolan kelapa sawit di tentukan dengan cara menghitung waktu total yang digunakan untuk

mengumpulkan brondolan pada satuan waktu tertentu. Data kapasitas efektif dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.Rata-rata kapasitas kerja efektif menggunakan alat Jumlah brondolan Brondolan yang

Waktu Kapasitas Percobaan yang disebar tidak terkumpul Kerja Efektif

(menit)

(buah) (buah) (buah/ menit)

I 250 4 4,5 55,5

II 250 1 4,3 58,1

III 250 6 3,7 67,5

Rata rata 250 3,6 4,1 60,3

Pengujian kapasitas kerja efektif alat pengumpul brondolan kelapa sawit ini masing-masing dibagian bawah pohon sawit terdapat 50 brondolan yang telah disebar terlebih dahulu secara acak. Dari tabel tersebut diperoleh rata-rata

kapasitas kerja efektif alat sebesar 60,3 brondolan/menit.Pada percobaan pertama didapatkan hasil dengan jumlah sebanyak 250 brondolan dalam waktu 4,5 menit, kapasitas kerja efektif alat sebesar 55,5 brondolan/menit. Pada percobaan kedua dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 brondolan mendapatkan waktu 4,3 menit dan kapsitas kerja efektif alat sebesar 58,1 brondolan/menit, pada

(28)

percobaan ketiga dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 brondolan mendapatkan waktu 3,7 menit dan kapasitas kerja efektif alat sebesar 67,5 brondolan/menit. Dari percobaan ini rata-rata kapasitas kerja efektif alat sebesar 60,9 brondolan/menit, dengan brondolan yang di gunakan sebanyak 250 brondolan. Kapasitas kerja efektif alat terbesar adalah pada percobaan ketiga dimana kapasitas kerja efektifnya sebesar 67,5 brondolan/ menit. Kapasitas kerja efektif terkecil adalah pada percobaan pertama dimana kapasitas kerja efektif alat sebesar 55,5 brondolan/menit. Dapat dirujuk pada lampiran 2. Pada percobaan ketiga menghasilkan kapasitas kerja efektif alat yang lebih besar dari percobaan pertama dan kedua dikarenakan operator semakin berpengalaman, brondolan yang di sebar berada pada kontur yang lebih rata dan tidak terlalu dekat dengan benda asing sudah di bersihkan atau benda asing sudah terbawa di percobaan 1 dan 2 sehingga pengoperasian berjalan dengan lebih cepat dan lebih kecil hambatan.

Gambar 5. Brondolan di dalam kumparan kawat

(29)

2. Kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat

Pada penelitian ini juga dilakukan tanpa menggunakan alat ataupun masih manual, yaitu dengan cara mengumpulkan memakai tangan dan berjongkok atau membungkuk pada saat mengumpulkan brondolan. Pengujian ini di lakukan 3 kali percobaan. Kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3.Rata-rata kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat Jumlah brondolan Brondolan yang

Waktu Kapasitas Percobaan yang disebar tidak terkutip Kerja Efektif

(menit)

(buah) (buah) (buah/ menit)

I 250 - 5,7 43,8

II 250 - 5,9 42,3

III 250 - 6.3 39,6

Rata rata 250 - 5,9 41,9

Pada percobaan pertama dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 mendapatkan waktu 5,7 menit dan kapasitas kerja efektif sebesar 43,8 buah/menit. Pada percobaan kedua dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 mendapatkan waktu 5,9 menit dan kapasitas kerja efektif sebesar 42,3 buah/menit. Pada percobaan ketiga dengan jumlah brondolan yang disebar sebanyak 250 mendapatkan waktu 6,3 menit dan kapasitas kerja efektif sebesar 39,6 buah/menit. Dari hasil dapat kapasitas kerja efektif terbesar adalah pada percobaan pertama yaitu sebesar 43,8 buah/menit sedangkan kapasitas efektif terkecil adalah pada percobaan ketiga yaitu sebesar 39,6 buah/menit. Dari hasil ini dapat diperoleh juga nilai rata-rata kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat yaitu sebesar 41,9 buah/menit.

Dari hasil percobaaan yang telah dilakukan menggunakan alat lebih efesien waktu dan tenaga. Hal ini dapat dilihat dari waktu pengutipan rata-rata

(30)

menggunakan alat lebih cepat dibandingkan tanpa mengguanakan alat atau masih manual.

Gambar 6. Pengutipan brondolan secara manual

selain itu juga jika para pekerja masih mengutip brondolan dengan cara manual akan mengakibatkan kelelahan yang lebih besar dan juga dapat menyebabkan nyeri pada pinggang dan lutut, sehingga jika pengumpulan brondolan akan lebih baik jika menggunakan alat.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja efektif alat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: kontur tanah yang tidak rata, benda-benda asing yang berada di area penelitian dan waktu berbelok pada saat pengoperasian alat, hal ini sejalan dengan (Hunt, 1979) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kapasitas efektif alat yaitu: waktu yang hilang ketika berbelok, waktu yang hilang sewaktu pengaturan alat, serta waktu yang hilang pada saat istirahat.

(31)

3. Persentase brondolan yang rusak didalam piringan pohon kelapa sawit

Pada percobaan ini brondolan yang dikutip adalah brondolan yang berada didalam piringan pohon kelapa sawit. Disebut piringan karena area ini berbentuk lingkaran sehingga menyerupai piring. Piringan berfungsi sebagai tempat menaburkan pupuk sehingga dapat diserap secara maksimal. piringan juga sebagai tempat jatuhnya buah dan brondolan kelapa sawit, ukuran jari-jari piringan pada penelitian ini sekitar 2 meter dari batang pohon kelapa sawit. Jumlah brondolan yang digunakan sebanyak 250 brondolan yang disebar secara acak dilima piringan pohon kelapa sawit.

Gambar 7. Piringan pohon kelapa sawit

Penentuan persentase brondolan yang rusak ditentukan dari jumlah brondolan yang rusak dibagi dengan jumlah brondolan yang terkumpul dikali 100%. Data persentase brondolan yang rusak dapat dilihat pada Tabel berikut:

(32)

Tabel 4. Persentase brondolan yang rusak didalam piringan

Brondolan Persentase

Jumlah Jumlah

yang brondolan

Percobaan brondolan yang brondolan

terkumpul yang rusak

disebar (buah) rusak (buah)

(buah) (%)

I 250 246 17 6,9

II 250 249 18 7,2

III 250 244 14 5,7

Rata rata 250 247,3 17 6,6

Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase rata-rata brondolan yang rusak sebesar 6,6% brondolan.

Gambar 8. Brondolan yang rusak

Pada percobaan pertama dari jumlah brondolan yang terkumpul yaitu sebanyak 246 brondolan terdapat sebanyak 17 brondolan yang rusak sehingga persentase brondolan yang rusak sebesar 6,9%, pada percobaan kedua dari jumlah brondolan yang terkumpul yaitu sebanyak 249 brondolan terdapat 18 brondolan yang rusak, sehingga persentase brondolan yang rusak sebesar 7,2%, pada percobaan ketiga dari jumlah brondolan yang terkumpul yaitu sebanyak 244

(33)

yang rusak sebesar 5,7%. Pada pengujian ini rata-rata persentase brondolan yang rusak sebesar 6,6%. Persentase tertinggi brondolan yang rusak adalah pada pengujian kedua yaitu sebesar 7,2% dan persentase terendah brondolan yang rusak adalah pada percobaan ke 3 yaitu sebesar 5,7%. Pada percobaan ketiga jumlah persentase brondolan yang rusak lebih kecil dari percobaan pertama dan kedua dikarenakan beberapa faktor yaitu: pada percobaan ketiga tempat brondolan sawit berada pada kontur yang lebih rata sehingga penekanan alat tidak terlalu kuat serta ukuran dari brondolan yang tidak terlalu besar.

4. Persentase brondolan yang rusak di luar piringan pohon kelapa sawit

Pada percobaan ini brondolan yang dikutip adalah brondolan yang berada diluar piringan pohon kelapa sawit, pada area ini lahannya lebih sulit dan juga memiliki kontur tanah yang tidak rata serta terdapat banyak tanaman liar dan benda asing seperti batu serta pelepah pohon sawit. Jumlah brondolan yang digunakan sebanyak 250 brondolan yang disebar secara acak dilima piringan pohon kelapa sawit.

Penentuan persentase brondolan yang rusak ditentukan dari jumlah brondolan yang rusak dibagi dengan jumlah brondolan yang terkumpul dikali 100%. Data persentase brondolan yang rusak dapat dilihat pada Table berikut:

Tabel 5. Persentase brondolan yang rusak diluar piringan

Jumlah Brondolan

Jumlah Persentase

yang terkumpul brondolan

Percobaan brondolan yang brondolan

yang rusak disebar (buah) (buah) rusak (buah)

(%)

I 250 209 26 12,4

II 250 220 34 15,4

III 250 212 29 13,6

Rata rata 250 213,6 29,6 13,8

(34)

Pada pengujian ini rata-rata persentase brondolan yang rusak sebesar 13,8%. Dari percobaan pertama jumlah brondolan yang dapat dikumpul sebanyak 209 brondolan jumlah brondolan yang rusak sebanyak 26 brondolan dan persentase brondolan yang rusak sebesar 12,4%. Pada percobaan kedua jumlah brondolan yang dapat dikumpul sebanyak 220 brondolan jumlah brondolan yang rusak sebanyak 34 brondolan dan persentase brondolan yang rusak sebesar 15,4%. Pada percobaan ketiga jumlah brondolan yang dapat dikumpul sebanyak 212 brondolan jumlah brondolan yang rusak sebanyak 29 brondolan dan persentase brondolan yang rusak sebesar 13,6%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan persentase brondolan yang rusak tertinggi pada percobaan kedua yaitu sebesar 15,4%, sedangkan persentase brondolan yangrusak terendah pada percobaan pertama yaitu sebesar 12,4%. Persentase brondolan yang rusak diluar piringan lebih tinggi dikarenakan lahan yang dipakai untuk pengujian ini konturya tidak rata dan terdapat benda asing, sehingga brondolan akan lebih sulit dikumpulkan dan alat juga akan sangat sulit dioperasikan.

5. Persentase kehilangan hasil didalam piringan kelapa sawit

Fungsi utama dari alat ini adalah untuk memudahkan pekerjaan mengumpulkan brondolan kelapa sawit yang jatuh didalam piringan sawit serta dapat mengurangi jumlah losses dari proses pemanenan. Persentase kehilangan hasil ditentukan dari jumlah brondolan yang tidak terkumpul dibagi jumlah keseluruhan brondolan dikali 100%. Pengujian ini dilakukan dengan cara pengoperasian alat dipinggiran pohon sawit, dimana brondolan yang di pakai sebanyak 250 brondolan.. Kemudian diakhir proses pengutipan akan dihitung berapa brondolan yang masuk ke dalam kumparan serta berapa jumlah brondolan

(35)

yang tidak dapat masuk ke dalam kumparan. Dengan begitu dapat diketahui berapa persen effesiensi kehilangan hasil pada alat ini. Persentase kehilangan hasil dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 6. persentase kehilangan hasil brondolan didalam piringan

Jumlah Brondolan Brondolan yang Persentase Percobaan brondolan yang yang terkumpul tidak terkutip kehilangan

disebar (buah) (buah) (buah) hasil (%)

I 250 246 4 1,62

II 250 249 1 0,40

III 250 244 6 2,45

Rata-rata 250 246,3 3,6 1,49

Setelah melakukan pengujian pada alat, hasil pengujian akhir menunjukan rata-rata persentase kehilangan hasil sebesar 1,49%. Pada percobaan pertama brondolan yang terkumpul sebanyak 246 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 4 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 1,62%. Pada percobaan kedua brondolan yang terkumpul sebanyak 249 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 1 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 0,40%. Pada percobaan ketiga brondolan yang terkumpul sebanyak 244 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 6 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 2,45%. Dari pengujian ini persentase kehilangan hasil terbesar adalah pada percobaan ketiga yaitu sebesar 2,45%. Sedangkan persentase kehilangan hasil terkecil pada percobaan kedua yaitu sebesar 0,40%.

Tidak semua brondolan yang disebar dapat dikutip, ada beberapa hal yang menghambat pengoperasian alat antara lain kontur tanah yang tidak rata yang mengakibatkan brondolan masuk ke sela-sela tanah dan brondolan tidak bisa di ambil, brondolan berada di antara benda asing seperti batu atau pelepah pohon

(36)

sawit yang membuat brondolan sulit dikumpulkan dengan alat, dan brondolan yang berada diketiak pohon, dimana brondolan ini terlalu dekat dengan batang pohon sawit yang menyebabkan alat tidak bisa mengutip brondolan karena alat lebih besar dari ruang tempat brondolan jatuh.

6. Persentase kehilangan hasil diluar piringan kelapa sawit

Pengujian alat juga dilakukan diluar piringan sawit. Pengujian ini dilakukan dengan cara pengoperasian alat diluar pinggiran pohon sawit, dimana brondolan yang di pakai sebanyak 250 brondolan yang sudah di sebar secara acak diluar piringan pohon sawit. Kemudian diakhir proses pengutipan akan dihitung berapa brondolan yang masuk ke dalam kumparan serta berapa jumlah brondolan yang tidak dapat masuk ke dalam kumparan. Dengan begitu dapat diketahui berapa persen effesiensi kehilangan hasil pada alat ini. Persentase kehilangan hasil dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 7. persentase kehilangan hasil brondolan diluar piringan

Jumlah Brondolan Brondolan yang Persentase Percobaan brondolan yang yang terkumpul tidak terkutip kehilangan

disebar (buah) (buah) (buah) hasil (%)

I 250 209 21 10,04

II 250 220 16 7,27

III 250 212 14 6,6

Rata-rata 250 213,6 17 7,97

Setelah melakukan pengujian pada alat, hasil pengujian akhir menunjukan rata-rata persentase kehilangan hasil sebesar 7,97%. Pada percobaan pertama brondolan yang terkumpul sebanyak 209 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 21 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 10,04%. Pada percobaan kedua brondolan yang terkumpul sebanyak 220 dan brondolan yang

(37)

7,27%. Pada percobaan ketiga brondolan yang terkumpul sebanyak 212 dan brondolan yang tidak terkumpul sebanyak 14 maka persentase kehilangan hasil didapat sebesar 6,6%. Dari pengujianini persentase kehilangan hasil terbesar adalah pada percobaan pertama yaitu sebesar 10,04%. Sedangkan persentase kehilangan hasil terkecil pada percobaan ketiga yaitu sebesar 6,6%.

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Kapasitas efektif rata-rata alat pengumpul brondolan sawit adalah 60,9 buah/menit, dimana brondolan yang digunakan sebanyak 250 brondolan.

2. Waktu rata-rata pengumpulan brondolan sawit adalah 4,1 menit dengan menggunakan alat dan 5,9 menit tanpa menggunakan alat.

3. Persentase rata-rata brondolan yang rusak ketika pengumpulan didalam piringan pohon sawit adalah sebesar 6,5% dan pengumpulan diluar piringan sawit sebesar 13,8%.

4. Persentase rata-rata kehilangan hasil didalam piringan pohon sawit sebesar 1,49% . Sedangkan kehilangan hasil diluar piringan pohon sawit sebesar 7,97%

5. Faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil adalah kontur tanah, benda asing,dan letak brondolan.

Saran

1. perlu di lakukan penelitian ergonomis alat ini untuk menunjang kenyamanan operator dalam bekerja.

2. perlu pengujian pada lahan yang lebih sulit dari penelitian ini.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdur, R. S., Ramdhan, K., Solah, D dan Aminulrashid, M. 2012. Oil palm fruits collector (MK III). [diunduh 10 Januari 2016]. Malaysia: Mpob Information Series.

Adlin, U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Ahmad Z, Ahmad H. 1999. Mechanical loose fruit collector (MK II). [diunduh 10 Januari 2016]. Malaysia: Porim Information Series.

Andri, I.G.W dan Ginting, J. 2015. Respon Pertumbuhan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pre Nursery terhadap Pemberian Limbah Cair PabrikKelapa Sawit dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4).Universitas Sumtera Utara. Medan.

Effendi, R dan Widanarko, A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta

Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti., I. Sastyawibawa dan R. Hartono. 2002. Budidaya Pemanfaatan dan Analisa Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit.Penebar Swadaya: Jakarta.

Naibaho PM. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Nazamuddin MI. 2013. Karakteristik teknik pemanenan buah sawit dan analisis energi potensial tandan buah sawit [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pahan I. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Depok. Swadaya.

Putranti KA. 2013. Studi waktu (time study) pada aktivitas pemanenan kelapa sawitdi Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rusnadi. 2013. Desain konseptual mesin penangkap tandan buah sawit di dalam kebun [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(40)

Sihombing SA. 2012. Manajemen Panen Kelapa Sawit di PT. Socfin Indonesia, Perkebunan Bangun Bandar, Serdang Berdagai Sumatra Utara [Skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Solah D, Abdur RS, Salleh J. 2009. Roller-type oil palm losses fruit picker.

[diunduh 10 Januari 2016]. Malaysia: Mpob Information Series.

Tim Penulis PS. 2012. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

(41)

Lampiran 1. Flowchart Penelitian

1. Penentuan kapasitas kerja efektif 2. Persentase brondolan yang rusak 3.Persentase kehilangan hasil

(42)

Lampiran 2. Perhitungan Kapasitas Kerja Efektif Tabelrata-rata kapasitas kerja efektif menggunakan alat

Jumlah brondolan Brondolan yang

Waktu Kapasitas yang disebar tidak terkumpul Kerja Efektif

Percobaan (menit)

(buah) (buah) (buah/ menit)

I 250 4 4,5 55,5

II 250 1 4,3 58,1

III 250 6 3,7 67,5

Rata rata 250 3,6 4,1 60,9

Rata-rata kapasitas kerja efektif menggunakan alat 60,9 buah/ menit Kapasitas kerja efektif menggunakan alat tertinggi = 67,5 buah / menit Kapasitas kerja efektif menggunakan alat terendah = 55,5 buah / menit

Tabel rata-rata kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat Jumlah brondolan Brondolan yang

Waktu Kapasitas Percobaan yang disebar tidak terkutip Kerja Efektif

(menit)

(buah) (buah) (buah/ menit)

I 250 - 5,7 43,8

II 250 - 5,9 42,3

III 250 - 6.3 39,6

Rata rata 250 - 5,9 41,9

Rata-rata kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat 41,9 buah/ menit Kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat tertinggi = 43,8 buah / menit Kapasitas kerja efektif tanpa menggunakan alat terendah = 39,6 buah / menit

(43)

Lampiran 3. Perhitungan Brondolan yang Rusak

Tabel persentase brondolan yang rusak didalam piringan

Jumlah brondolan Brondolan yang Jumlah Persentase Percobaan yang disebar terkumpul brondolan rusak brondolan

(buah) (buah) (buah) yang rusak (%)

I 250 246 17 6,9

II 250 249 18 7,2

III 250 244 14 5,7

Rata rata 250 247,3 17 6,6

Rata-rata persentase brondolan yang rusak didalam piringan (%) = 6,5%

Persentase brondolan yang rusak tertinggi didalam piringan (%) = 7,2 % Persentase brondolan yang rusak terendah didalam piringan (%) = 5,6 %

Tabel persentase brondolan yang rusak diluar piringan

Jumlah brondolan Brondolan yang Jumlah Persentase Percobaan yang disebar terkumpul brondolan rusak brondolan

(buah) (buah) (buah) yang rusak (%)

I 250 209 26 12,4

II 250 220 34 15,4

III 250 212 29 13,6

Rata rata 250 213,6 29,6 13,8

Rata-rata persentase brondolan yang rusak diluar piringan (%) = 13,8%

Persentase brondolan yang rusak tertinggi diluar piringan (%) = 15,4 % Persentase brondolan yang rusak terendah diluar piringan (%) = 12,4 %

(44)

Lampiran 4. Perhitungan Kehilangan Hasil Brondolan

Tabel persentase kehilangan hasil brondolan didalam piringan

Jumlah brondolan Brondolan yang Brondolan yang Persentase Percobaan yang disebar terkumpul tidak terkutip kehilangan

(buah) (buah) (buah) hasil (%)

I 250 246 4 1,62

II 250 249 1 0,40

III 250 244 6 2,45

Rata-rata 250 246,3 3,6 1,49

Rata-rata persentase kehilangan hasil didalam piringan (%) = 2,04%

Kehilangan hasil tertinggi didalam piringan (%) = 2,73 % Kehilangan hasil terendah didalam piringan(%) = 1,35%

Tabel persentase kehilangan hasil brondolan diluar piringan

Jumlah brondolan Brondolan yang Brondolan yang Persentase Percobaan yang disebar terkumpul tidak terkutip kehilangan

(buah) (buah) (buah) hasil (%)

I 250 209 21 10,04

II 250 220 16 7,27

III 250 212 14 6,6

Rata-rata 250 213,6 17 7,97

Rata-rata persentase kehilangan hasil diluar piringan (%) = 7,97%

Kehilangan hasil tertinggi diluar piringan (%) = 10,04 % Kehilangan hasil terendah diluar piringan(%) = 6,6 %

(45)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Gambar bagian penghubung antara kumparan kawat dan gagang

Bentuk kumparan kawat

(46)

Gambar gagang/ tangkai alat

Gambar bagian-bagian dudukan kumparan kawat

(47)

Gambar baut dan mur

Gambar ring dan karet

(48)

Gambar cincin dudukan kumparan kawat

Gambar brondolan yang rusak

(49)

Gambar brondolan yang akan di uji

Brondolan yang layak di uji

(50)

Brondolan yang tidak layak untuk pengujian

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah inceptisol dengan perlakuan pemberian air terputus 4 hari memberikan hasil yang lebih tinggi untuk tanaman padi.. Dari sisi

Besarnya laju erosi yang terjadi di suatu lahan dengan kemiringan dan pola hujan tertentu untuk berbagai macam jenis tanah dan kondisi tata guna lahan dalam jangka waktu yang panjang

Simulasi kecepatan aliran 35 m/s dengan pipa aliran udara Pada simulasi kecepatan aliran udara yang dilakukan menggunakan 3 variasi kecepatan udara maka perancangan

Aplikasi dari penggunaan konduktivitas termal adalah penghantar panas seperti pada hotplate dan penghantar panas lainnya yang berguna untuk mengetahui

Data porositas total perlu Cdilengkapi dengan distribusi ukuran pori yang perhitungannya berdasarkan kurva karakteristik air tanah (Gambar 2) dimana pada kadar air tanah yang sama,

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi semai paling besar adalah pada salinitas dengan konsentrasi garam 0.5%, sedangkan berdasarkan

Hidrograf aliran pada pengamatan ketiga Dari ketiga gambar hidrograf aliran dengan metode Muskingum-Cunge tersebut tampak bahwa perbedaan nilai awal masukan outflow

kelompok blanko, krim ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5% pada saat sebelum penyinaran, setelah penyinaran, serta pemulihannya pada minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat ...