• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GARAM DAN ADAPTASI AIR TAWAR TERHADAP RESPON

PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI TRITERPENOID SERTA FITOSTEROL BAKAU (Rhizophora stylosa)

HASIL

Oleh :

PUTRI ESTER SIHALOHO 091201062

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

(2)

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GARAM DAN ADAPTASI AIR TAWAR TERHADAP RESPON

PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI TRITERPENOID SERTA FITOSTEROL SEMAI BAKAU (Rhizophora stylosa)

HASIL

Oleh :

PUTRI ESTER SIHALOHO 091201062/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

(3)

Judul Penelitian : Pengaruh Variasi Konsentrasi Garam dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Respon Pertumbuhan Dan Komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa)

Nama : Putri Ester Sihaloho Nim : 091201062

Menyetujui Komisi Pembimbing

Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D

Nip. 19730421 20012 1 001 Nip. 19670821 199301 2 001 Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan

Nip. 19710406 200112 2 001 Siti Latifah, S.Hut, M.Si., Ph.D

Tanggal Ujian :

(4)

ABSTRAK

PUTRI ESTER SIHALOHO : Pengaruh Variasi Konsentrasi Garam dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Respon Pertumbuhan dan Komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa), dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Bakau (Rhizophora stylosa) merupakan salah satu jenis mangrove yang termasuk ke dalam jenis non-sekresi dan toleran pada kondisi salin. Tetapi masih sedikit studi yang membahas tentang aspek morfologi dan fisiologi tanaman ini di bawah variasi salinitas dan adaptasi air tawar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan biomassa serta komposisi triterpenoid dan fitosterol semai Bakau (R. stylosa) pada variasi konsentrasi garam dan adaptasi air tawar. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian, dan Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara pada Agustus 2012 – April 2013. Penelitian menggunakan 5 perlakuan, yaitu salinitas 0%, 0.5%, 1.5%, 2%

dan 3%, dengan masing-masing 5 ulangan. Penelitian dilakukan dengan menanam propagul R. stylosa dengan konsentrasi garam yang telah ditentukan selama 3 bulan. Respon pertumbuhan dan biomassa diteliti setelah 3 bulan transfer ke air tawar. Isolasi komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa) dilakukan dengan mengekstraksi daun dan akar kemudian disaponifikasi dan dilanjutkan dengan running GCMS (Gas Chromatography Mess Spectrometry).

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan semai R. stylosa pada umur 3 bulan dan peningkatan parameter pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan luas daun pada semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar. Pemberian salinitas 0.5%

pada semai R. stylosa berbeda signifikan terhadap kontrol pada parameter pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun. Kandungan triterpenoid pada daun menurun sampai pada salinitas 1.5%-0 tapi kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0. Komposisi triterpenoid maupun phytosterol mengalami penurunan sampai pada salinitas 2%-0 kemudian meningkat pada salinitas 3%-0.

Kandungan Isoprenoid R. stylosa lebih banyak terdapat pada akar.

.

(5)

ABSTRACT

PUTRI ESTER SIHALOHO : Effect of Salt Concentration Variation and Freshwater Adaptation to Growth Response and composition of Triterpenoid and phytosterol Mangrove seedling (Rhizophora stylosa), guided by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.

Mangrove ( Rhizophora stylosa ) is one of the non - secretion mangrove species and tolerant of saline conditions. But still few studies that discuss aspects of the morphology and physiology of plants under variations of salinity and freshwater adaptation. The purpose of this study was to evaluate the response of growth and biomass and composition of triterpenoids and phytosterols mangrove seedlings (R. stylosa) at various concentration of salt and freshwater adaptation.

The experiment was conducted in a greenhouse , Faculty of Agriculture, Pharmacy Laboratory, University of North Sumatra in August 2012 - October 2013. Research using 5 treatments, namely salinity of 0% , 0.5% , 1.5% , 2% and 3% , with 5 replicates each . The study was conducted by planting propagules of R. stylosa with salt concentrations have been determined for 3 months . Growth responses and biomass observed after 3 months of transfer to freshwater.

Isolation of Triterpenoid and phytosterol composition of Mangrove seedling (Rhizophora stylosa) is done by extracting the leaves and roots then saponified and continued with running GCMS (Gas Chromatography Mess Spectrometry).

Research results indicate that there is the effect of giving different salinity on the growth of seedlings of R. stylosa at the age of 3 months and an increase in

growth parameters of height, diameter, number of leaves and leaf area of R. stylosa seedling after adaptation to freshwater. Giving salinity of 0.5 % to R.

stylosa seedling significantly different to the control of the parameters growth of height, diameter and number of leaves. The content of triterpenoids on the leaves decreased in 1.5%-0 salinity but then increased in salinity of 2%-0 and 3%-0. The composition of triterpenoids and phytosterols decreased in 2% salinity and then increased in salinity 3%-0. The content of isoprenoid R. stylosa more abundant in the roots .

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tolping pada tanggal 12 Maret 1991 dari pasangan Bapak Firman Sihaloho S.pd dan Ibu Lasmi Sianturi S.pd. Penulis lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 175837 Tolping pada tahun 2003, pada tahun 2006 lulus dari SMP Negeri 1 Simanindo dan pada tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 1 Simanindo. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswi Fakultas Kehutanan Universtas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama mengikuti kuliah penulis aktif menjadi anggota UKM KMK USU UP FP dan Tanoto Scholar Association Medan. Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Hutan Pendidikan USU, Tahura, Desa Tongkoh, Kabupaten Karo tahun 2011. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. INTRACAWOOD Manufacturing, Tarakan, Kalimantan Utara dari tanggal 4 Februari sampai dengan 4 Maret 2013.

(7)

KATA PENGANTAR

Judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Variasi Konsentrasi Garam dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Respon Pertumbuhan Dan Komposisi Triterpenoid dan Fitosterol Semai Bakau (Rhizophora stylosa).

Penulis mengucapkan terimakasih terimakasih kepada ketua komisi pembimbing Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D dan anggota komisi pembimbing Dr.Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si yang terus membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua yang telah mendidik penulis dan memberi dukungan doa, semangat maupun materi, serta kepada semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan ke depannya.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. I

ABSTRACT ………... II

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………... III

KATA PENGANTAR ………... IV

DAFTAR GAMBAR ………. VII

DAFTAR LAMPIRAN ……….……. VIII PENDAHULUAN

Latar Belakang ……….. 1

Tujuan Penelitian ……….. 2

Hipotesis Penelitian ………... 2

Manfaat Penelitian ……… 3

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi Rhizophora stylosa ………. 4

Ekologi Rhizophora stylosa ……….. 5

Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Tanaman ……… 6

Metabolit Sekunder ………... 9

Pengaruh Salinitas terhadap Fisiologi Tanaman ………... 10

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ………... 13

Penanaman ………... 13

Ekstraksi ………... 13

Bahan dan Alat penelitian ………. 13

Penanaman ………... 13

Pengukuran Biomassa ……….. 13

Analisis Data ………..……….. 14

Eksraksi dan Isolasi Isoprenoid ……… 14

Prosedur Penelitian ………... 14

Penanaman Propagul ……… 14

Pengamatan Respon Toleransi Garam ………. 15

Ekstraksi dan Isolasi Isoprenoid ……….. 15

Analisis Data ……… 15

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Toleransi Garam ……..……… 17 Komposisi Isoprenoid Pada Adaptasi Air Tawar ………..…………... 24 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ………... 28

Saran ……….. 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pengaruh salinitas terhadap respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B) dan jumlah daun rata-rata (C) Rhizophora stylosa umur 3 bulan pada berbagai salinitas. Data merupakan rata-rata ± SE (n

= 5 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari control pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet

……… 13

2. Rizhophora stylosa umur 3 bulan pada berbagai salinitas, yaitu 0%, 0.5%, 1.5%, 2% dan 3% ………... 14 3. Respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B), jumlah

daun rata-rata (C) dan luas daun rata-rata (D) semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar pada berbagai salinitas. Data merupakan rata-rata ± SE (n = 8 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari control pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet

……… 15

4. Perbandingan berat basah (A) dan berat kering (B) daun, batang dan akar (A) semai R. stylosa pada berbagai salinitas serta rasio tajuk akar (C). Data merupakan rata-rata ± SE (n = 8 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari kontrol P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet ……… 16 5. Perbandingan komposisi rata-rata Isoprenoid pada daun (A) dan akar (B)

………. 19

6. Proporsi relative Isoprenoid (Triterpenoid dan Phytosterol) pada Daun

(A) dan Akar (B) ……… 20

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan dicirikan oleh jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Lumnitzera excoecaria, Xylocarpus dan Nipa. Hutan mangrove merupakan jalur hijau daerah pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi. Namun seiring dengan pertambahan penduduk, luasan hutan mangrove saat ini mengalami penurunan yang sangat besar.

Penurunan luas kawasan hutan mangrove yang terjadi saat ini adalah akibat banyaknya gangguan pada hutan mangrove yang salah satunya didominasi oleh Rhizophora spp. Jenis Rhizophora spp terutama R. stylosa adalah jenis tanaman mangrove yang umum digunakan dalam kegiatan rehabilitasi daerah pesisir pantai (Siregar, 2010). R. stylosa adalah salah satu jenis mangrove yang termasuk ke dalam golongan non-secretor species mangrove dimana mangrove ini menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan yang terdapat pada akar.

Tanaman mangrove menghadapi lingkungan yang sangat komplek sehingga harus beradaptasi baik morfologi, fisiologi maupun reproduksi. Menurut Munss dan Tester (2008) proses adaptasi secara fisiologi dan morfologi yang terjadi pada tanaman terutama untuk bertahan dengan konsentrasi garam tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oku et al., (2003) dan Basyuni et al., (2009, 2011) bahwa dalam merespon cekaman garam terjadi

(12)

sebelumnya menunjukkan bahwa triterpenoid memainkan peran penting untuk melindungi mangrove dari cekaman garam. Basyuni et al., (2012) melaporkan bahwa pada penelitian yang dilakukan terhadap Kandelia candel dan Bruguiera gymnorrhiza, komposisi triterpenoid adalah berubah pada kondisi salin dan setelah ditransfer pada air tawar. Hal ini menunjukkan bahwa triterpenoid memainkan peran penting untuk melindungi mangrove dari cekaman garam. Akan tetapi saat ini masih sedikit studi yang membahas tentang aspek fisiologi dan morfologi tanaman mangrove di bawah variasi salinitas dan adaptasi air tawar.

Sehingga untuk itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi garam terhadap fisiologi dan morfologi semai Bakau (R. stylosa).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan biomassa semai Bakau (R. stylosa) pada variasi konsentrasi garam dan adaptasi air tawar

2. Untuk mengetahui komposisi triterpenoid dan fitosterol pada variasi konsentrasi garam pada adaptasi air tawar serta mempelajari relevansinya terhadap toleransi garam.

Hipotesis

Terdapat pengaruh variasi salinitas terhadap komposisi triterpenoid dan fitosterol serta respon pertumbuhan dan biomassa semai Bakau (R. stylosa) setelah adaptasi air tawar.

(13)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi ilmu pengetahuan tentang aspek fisiologi dan morfologi semai bakau R. stylosa pada variasi salinitas dan adaptasi air tawar; sehingga dapat digunakan sebagai acuan penelitian lanjutan di masa yang akan datang berkaitan dengan adaptasi R. stylosa pada cekaman garam dan air.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi dan Morfologi Rhizophora stylosa

Rhizophora stylosa memiliki nama setempat : Bakau, bako-kurap, slindur, tongke besar, wako, bangko. Deskripsi umumnya yaitu: pohon dengan satu atau banyak batang, tinggi hingga 10 m.

Klasifikasi R. stylosa dapat diuraikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Family : Rhizophoraceae Genus : Rhizophora

Species : Rhizophora stylosa

Kulit kayu halus, bercelah, berwarna abu-abu hingga hitam. Memiliki akar tunjang dengan panjang hingga 3 m, dan akar udara yang tumbuh dari cabang bawah. Daun berkulit, berbintik teratur di lapisan bawah. Gagang daun berwarna hijau, panjang gagang 1-3,5 cm, dengan pinak daun panjang 4-6 cm. Unit dan letak : sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips melebar. Ujung daun meruncing, gagang kepala bunga seperti cagak, biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak bunga di ketiak daun. Formasi bunga kelompok (8-16 bunga per kelompok). Daun mahkota ada 4; putih, ada rambut. Kelopak bunga: 4; kuning hijau, panjangnya 13-19 mm. Benang sari ada 8; dan sebuah tangkai putik, panjang 4-6 mm. Buah : Panjangnya 2,5-4 cm, berbentuk buah pir, berwarna coklat, berisi 1 biji fertil, Hipokotil silindris,

(15)

berbintil agak halus. Leher kotilodon kuning kehijauan ketika matang. Ukuran hipokotil : panjang 20-35 cm (kadang sampai 50 cm) dan diameter 1,5-2,0 cm (Noor, et al., 1999).

Ekologi R. stylosa

R. stylosa tumbuh pada habitat yang beragam di daerah pasang surut, lumpur, pasir dan batu, menyukai pematang sungai pasang surut, tetapi juga sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian daratan dari mangrove.

Satu jenis relung khas yang bisa ditempatinya adalah tepian mangrove pada pulau/substrat karang. Rhizophora stylosa menghasilkan bunga dan buah sepanjang tahun. Penyebaran R. stylosa diantaranya di Taiwan, Malaysia, Filipina, sepanjang Indonesia, Papua New Guinea dan Australia Tropis (di Indonesia tercatat dari Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, Sulawesi, Sumba, Sumbawa, Maluku dan Irian Jaya. Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Noor et al., 1999).

Daya adaptasi atau toleransi jenis tumbuhan mangrove terhadap kondisi lingkungan yang ada mempengaruhi terjadinya zonasi pada kawasan hutan mangrove. Permintakatan jenis tumbuhan mangrove dapat dilihat sebagai proses suksesi dan merupakan hasil reaksi ekosistem dengan kekuatan yang datang dari luar seperti tipe tanah, salinitas, tingginya ketergenangan air dan pasang surut.

(16)

Pembagian zonasi kawasan mangrove yang dipengaruhi adanya perbedaan penggenangan atau perbedaan salinitas meliputi :

1. Zona garis pantai, yaitu kawasan yang berhadapan langsung dengan laut.

Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia alba.

2. Zona tengah, merupakan kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizophora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris dan Lumnitzera littorea.

3. Zona belakang, yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis tumbuhan yang biasanya muncul antara lain Achantus ebracteatus, A.

ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis tumbuhan yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lain Baringtonia asiatica, Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea pes-caprae, Melastoma candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccada dan Thespesia populnea (Pramudji dan Purnomo, 2003).

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tinggi tanaman dapat didefinisikan sebagai bertambah besarnya tanaman yang diikuti oleh peningkatan bobot kering. Beberapa ahli mendefinisikan pertumbuhan tanaman sebagai proses pembelahan dan

(17)

pemanjangan sel, ahli tanah umumnya mendefinisikan pertumbuhan sebagai peningkatan bahan kering. Definisi ini meliputi proses deferensiasi yang besar sumbangannya dalam penimbunan bahan kering, dalam analisis akhir, perkembangan dan morfogenesis tanaman yang merupakan akibat dari ketiga hal berikut: pertumbuhan karena pembelahan, pembesaran dan deferensiasi sel.

Pertumbuhan suatu pohon adalah pertambahan tumbuh dalam besar dan pembentukan jaringan baru, pertumbuhan tersebut dapat pula diukur dari berat seluruh tanaman (biomassa), dan juga meliputi pertumbuhan bagian atas dan bagian bawah (Syah, 2011).

Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh dan berkembang pada daerah muara sungai atau pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Oleh karena kawasan hutan mangrove secara rutin digenangi oleh pasang air laut, maka lingkungan (tanah dan air) hutan mangrove bersifat salin. Vegetasi yang hidup di lingkungan salin, baik lingkungan tersebut kering maupun basah disebut dengan halopita. Berbagai kondisi lingkungan ekstrim tersebut, yakni lingkungan salin, tanah jenuh air, radiasi matahari dan suhu tinggi akan menyebabkan terganggunya metabolismee tumbuhan dan pada akhirnya akan

menyebabkan rendahnya produktivitas atau laju pertumbuhan tanaman (Onrizal, 2005).

Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan, dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt. Salinitas yang sangat tinggi (hypersalinity) misalnya ketika salinitas air permukaan melebihi salinitas yang umum di laut (±35 ppt) dapat berpengaruh buruk pada vegetasi mangrove,

(18)

karena dampak dari tekanan osmotik yang negatif. Akibatnya, tajuk mangrove semakin jauh dari tepian perairan secara umum menjadi kerdil dan berkurang komposisi jenisnya (Syah, 2011).

Kebanyakan tumbuhan memiliki toleransi sangat rendah terhadap salinitas, sehingga tidak mampu tumbuh di dalam atau di dekat air laut. Hal ini terjadi karena kebanyakan jaringan makhluk hidup lebih cair daripada air laut, akibatnya air dari dalam jaringan tumbuhan dapat keluar akibat proses osmosis, sehingga tumbuhan kekeringan, menjadi layu, dan mati. Lingkungan yang keras ini menyebabkan diversitas hutan mangrove cenderung lebih rendah daripada umumnya hutan hujan tropis (Noor et al., 1999).

Lopez-Hoffman et al. (2007) menyebutkan bahwa berat kering tanaman dan laju pertumbuhannya dipengaruhi juga oleh intensitas cahaya dan salinitas.

Rasio akar-daun menjadi lebih tinggi pada salinitas tinggi. Kemampuan hidup semai akan lebih tinggi pada salinitas lebih rendah dan akan makin meningkat kemampuannya dengan ketersediaan cahaya yang optimum. Pada Krauss et al., (2008) melaporkan bahwa pertumbuhan awal tanaman mangrove juga sangat dipengaruhi oleh faktor global seperti temperatur dan faktor spesifik lokasi seperti salinitas. Salinitas memainkan peranan penting pada adaptasi pertumbuhan mangrove. Pertumbuhan semai akan memperluas distribusi mangrove dan meningkatkan rehabilitasi mangrove. Meskipun mangrove adalah salah satu jenis halofita, namun semainya sensitif terhadap stress garam, substrat yang bergaram mempengaruhi banyak aspek seperti aspek pertumbuhan dan fisiologinya.

(19)

Metabolit Sekunder

Semua makhluk hidup agar dapat melangsungkan hidup, tumbuh dan reproduksinya perlu melakukan transformasi dan interkonversi sejumlah besar senyawa organik. Proses transformasi dan interkonversi tersebut dilaksanakan melalui suatu sistem terintegrasi yang terdiri atas reaksi-reaksi kimia beraturan yang dikatalisis dan dikontrol secara ketat oleh sistem enzimatik dengan jalur reaksi yang terlibat (disebut dengan jalur-jalur metabolisme). Senyawa-senyawa organik yang dihasilkan dan terlibat dalam metabolismee disebut sebagai metabolit. Beberapa metabolit penting dalam metabilisme tersebut adalah senyawa-senyawa karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Meskipun karakteristik makhluk hidup sangat bervariasi akan tetapi jalur jalur metabolik yang secara umum mensintesis dan memodifikasi senyawa-senyawa karbohidrat, protein, lemak dan sam nukleat secara esensial sama pada semua makhluk hidup, yang secara kolektif disebut dengan metaboolisme primer dan segala senyawa senyawa yang terlibat di dalam jalur tersebut disebut sebagai metabolit primer.

Metabolit dan metabolismee primer dibutuhkan untuk menunjang terjadinya pertumbuhan pada setiap organism. Contoh proses metabolismee primer adalah degradasi senyawa karbohidrat dan gula melalui jalur glikolisis dan siklus krebs, degradasi lemak dan optimasi pembentukan energi (Sudibyo, 2002).

Berlawanan dengan jalur metabolismee primer (yang melaksanakan sintesis, degradasi dan terjadi secara universal) terdapat jalur metabolismee lain yang melibatkan senyawa organik spesifik dan terjadi sangat terbatas di alam.

Metabolismee tersebut disebut sebagai metabolismee sekunder dan metabolismee yang dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder. Metabolit sekunder tertentu

(20)

hanya ditemukan pada organism spesifik, atau bahkan pada galur spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu. Metabolit sekunder memang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan, akan tetapi sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya, yaitu merupakan senyawa yang berguna untuk menangkal serangan dari predator dan untuk bertahan terhadap lingkungan.

Contoh metabolit sekunder antara lain : senyawa-senyawa asam lemak, flavonoid, triterpenoid, lignin, steroid, dll (Sudibyo, 2002).

Pengaruh Salinitas Terhadap Fisiologi

Dalam kaitannya dengan adaptasi terhadap kandungan garam, mangrove dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni (1) salt-excreting mangrove, seperti jenis Avicennia, Aegiceras, dan Aegialitis, dan (2) non-secretor mangrove, seperti jenis Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia, dan lain-lain. Sehubungan dengan ini Hutching dan Saenger (1987) mengemukakan tiga cara mangrove beradaptasi terhadap garam sebagai berikut:

1) Sekresi garam (salt extrusion/salt secretion)

Flora mangrove menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun.

Mekanisme ini dilakukan oleh Avicennia, Sonneratia, Aegiceras, Aegialitis, Acanthus, Laguncularia dan Rhizophora (melalui unsur-unsur gabus pada daun).

2) Mencegah masuknya garam (salt exclusion)

Flora mangrove menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan yang terdapat pada akar. Mekanisme ini dilakukan oleh Rhizophora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia, Osbornia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras, Aegalitis, dan Acrostichum.

(21)

3) Akumulasi garam (salt accumulation)

Flora mangrove seringkali menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang lebih tua. Daun penyimpan garam umumnya sukulen dan pengguguran daun sukulen ini diperkirakan merupakan mekanisme mengeluarkan kelebihan garam yang dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah.

Mekanisme adaptasi akumulasi garam ini terdapat pada Excoecaria, Lumnitzera, Avicennia, Osbornia, Rhizophora, Sonneratia dan Xylocarpus.

Onrizal (2005) melaporkan bahwa sebagaimana halnya halofita lainnya, jenis mangrove mengandung konsentrasi garam yang tinggi pada jaringannya.

Pada salinitas yang tinggi, ion-ion Na+ dan Cl- mendominasi komposisi ion jaringan. Secara umum konsentrasi ion-ion anorganik yang diperlukan oleh mangrove di dalam mengatur potensial osmotik antar sel, agar lebih rendah dari potensi air dalam tanah. Banyaknya jumlah genangan air akan mempengaruhi pertumbuhan mangrove dalam hal ini adaptasi fisiologis dalam menjaga keseimbangan air, seperti perilaku stomata, tingkat osmotik, dan pengeluaran garam.

Mekanisme fisiologi yang terjadi pada tumbuhan adalah untuk bertahan dalam cekaman garam. Selain metabolismee bergeser untuk mengatasi tantangan lingkungan, sel membran tanaman itu sendiri merupakan hambatan mendasar bagi faktor eksternal. Lipid pada membran sel memainkan peranan penting dalam adaptasi terhadap salinitas yang berbeda melalui perubahan komposisi sterol, lipid dan triterpenoid (Basyuni, at al., 2012).

Triterpenoid telah dibedakan dari fitosterol karena mereka tidak dianggap menjadi

(22)

konstituen membran lipid walaupun memiliki struktur kimia yang mirip dan jalur biosintesis (Oku et al, 2003).

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa fitosterol berkontribusi untuk mengatur permeabilitas ion dari membran sel tumbuhan meskipun menunjukkan variasi dalam keberhasilan tergantung pada struktur kimia dari kerangka karbon sterol (Grunwald, 1974). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Basyuni et al., (2012) bahwa kandungan triterpenoid pada akar Rhizophora stylosa lebih banyak daripada kandungan fitosterol.

Salinitas dari garis pantai menurun kearah darat, sehingga salinitas maksimum ditemukan dari arah pinggiran menuju laut (36 ‰ salinitas, sekitar 1000 mmol / kg larutan aktif osmotik, atau kira-kira 25 bar tekanan osmotik pada 25oC). Salinitas ini berkurang kearah darat selama musim hujan sebagai akibat curah hujan atau drainase air tawar dari tanah. Di belakang komunitas mangrove yang mempunyai salinitas ekstrim tersebut, salinitas rendah di permukaan tanah selama musim hujan, dan hampir garam larutan tanah jenuh selama musim kemarau. Kasus stres salinitas dapat dideteksi melalui analisis osmolalitas (Medina, 1999).

(23)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian Penanaman

Penanaman propagul R. stylosa dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian pada 30 Agustus 2012. Propagul diambil dari Desa Sicanang Belawan, ditanam selama 5 bulan dan dipanen pada Februari 2013.

Ekstraksi

Ekstraksi sampel dilaksanakan pada April 2013 – Oktober 2013 di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian Penanaman

Bahan yang digunakan pada saat penanaman adalah propagul Rhizophora stylosa yang diambil dari Desa Sicanang Belawan, marine salt, dan pasir sebagai media tumbuh. Alat yang digunakan adalah botol aqua sebagai wadah penanaman dan Salinity refractometer S/Mill-E (Atago Co. Ltd, Tokyo, Jepang) untuk mengukur kadar garam.

Pengukuran Biomassa

Bahan yang digunakan untuk pengukuran biomassa adalah semai R.

stylosa berumur 5 bulan. Alat yang digunakan antara lain : kaliver untuk mengukur diameter semai, penggaris untuk mengukur tinggi semai, timbangan dan oven.

(24)

Analisis Data

Data respon toleransi dianalisis dengan analisis varian satu arah diikuti dengan uji jarak nyata Dunnet dengan mengunakan software SPSS 17.0. Luas daun dihitung dengan menggunakan software Imge-J.

Ekstraksi dan Isolasi Isoprenoid

Bahan yang digunakan adalah nitrogen cair, klorofom, methanol, hexane, KOH, ethanol, cholesterol, garam buatan, aluminium foil, kertas tisu. Alat-alat yang digunakan dalam ekstraksi dan isolasi isoprenoid adalah tabung reaksi untuk mengekstrak daun dan akar tanaman mangrove, rak kultur untuk tempat peletakan tabung reaksi yang digunakan dalam pengekstrakan, Eyela Evaporator, waterbath, desikator, watch glass, pial, kertas filtrasi, vortex boeco, pipet tetes, neraca analitis Boeco dan Gas Chromatograph Mass Spectrometry (GC-MS, Shimidzu) untuk mengidentifikasi struktur kimia dari Isoprenoid khususnya triterpenoid fitosterol.

Prosedur Penelitian Penanaman Propagul

Propagul dari R. stylosa ditanam dalam pot botol dengan media pasir dan diberi salinitas bervariasi. Solusi air laut disiapkan dengan melarutkan bubuk garam komersial untuk membuat konsentrasi garam 0%, 0.5%, 1.5%, 2% dan 3%

(setara konsentrasi garam air laut). Dalam setiap pot, konsentrasi garam diperiksa setiap minggu dengan menggunakan Salinity refractometer S/Mill-E (Atago Co.

Ltd, Tokyo, Jepang) untuk mempertahankan konsentrasi garam konstan selama penelitian. Setelah 3 bulan, semai dibagi menjadi dua kelompok perlakuan dan ditumbuhkan selama 2 bulan : satu kelompok terus menerus dalam larutan garam

(25)

dan yang lainnya disiram dengan air tawar untuk menghilangkan stres garam.

Pada langkah ini, semua benih dicuci dengan air tawar selama 7 hari untuk menghilangkan garam dari perakaran.

Pengamatan respon toleransi garam

Setelah 5 bulan budidaya, tanaman dipanen dengan memisahkan bagian akar, daun dan batang kemudian dicuci. Sampel yang akan digunakan untuk proses ekstraksi dan isolasi isoprenoid segera dibekukan nitrogen cair dan disimpan pada -80 0C untuk analisis. Setelah itu dilakukan pengukuran respon toleransi garam dengan mengukur parameter pertumbuhan yaitu : tinggi tanaman (mm), diameter (mm), jumlah daun, luas daun dan biomassa. Pengukuran biomassa dilakukan dengan mengovenkan bagian akar, batang dan daun selama 48 jam dengan suhu 700C sehingga diperoleh berat kering konstan.

Ekstraksi dan Isolasi Isoprenoid

Untuk analisis senyawa triterpenoid dan fitosterol disediakan 5-6 lembar daun atau 5-10 gr akar dan digerus dengan nitrogen cair. Hasil gerusan tersebut Diekstrak dengan chloroform-methanol (CM21) Diekstrak dengan chloroform- methanol (CM21), sehingga menjadi ekstrak lipid. Ekstrak tersebut disaponifikasi menjadi triterpenoids dan fitosterol. Hasil saponifikasi dikeringkan dan dilarutkan dengan hexane. Sampel siap dianalisis (Basyuni et al., 2012).

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAL) dimana sampel diacak dengan menggunakan sistem bilangan teracak. Penelitian ini menggunakan 5 taraf yaitu dengan perbandingan konsentrasi garam 0%, 0.5%, 1.5%, 2%, dan 3%.

(26)

Model linear dari rancangan tersebut adalah:

Yij = μ + αi + ε i( j) i = 1, 2, 3, …….. 32

j = 0%, 0.5%, 1.5%, 2% dan 3%.

Dimana:

Yij = Respon pengaruh bagian ke-i ulangan ke-j μ = Rata-rata umum

αi = Pengaruh salinitas ke-i

εi ( j) = Kesalahan (galad) percobaan

Data dianalisis dengan analisis varian satu arah (ANOVA) yang diikuti dengan uji jarak nyata Dunnet untuk perbandingan dari semua perlakuan terhadap kontrol (Gomez dan Gomez, 1995). Nilai P <0,05 dipilih sebagai batas signifikansi statistik. Semua analisa statistik dilakukan dengan menggunakan program software SPSS 17.0.

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Toleransi Garam

A. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Semai R. stylosa Umur 3 Bulan Hasil pengamatan dan pengukuran respon pertumbuhan semai R. stylosa umur 3 bulan pada salinitas yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B) dan jumlah daun rata-rata (C) Rhizophora stylosa umur 3 bulan pada berbagai salinitas. Data merupakan rata-rata ± SE (n = 5 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari kontrol pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi semai paling besar adalah pada salinitas dengan konsentrasi garam 0.5%, sedangkan berdasarkan uji Dunnet yang dilakukan dapat diketahui bahwa perlakuan dengan salinitas 0.5%, 2% dan 3% adalah berbeda nyata secara signifikan dibandingkan dengan kontrol pada P < 0.05 (Gambar 1A). Berdasarkan

(28)

Gambar 1B dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter paling besar adalah pada salinitas 0.5% dan 1.5% akan tetapi berdasarkan uji dunnet dapat diketahui bahwa diameter rata-rata tidak berbeda signifikan dengan kontrol. Jumlah daun rata-rata dapat dilihat pada Gambar 1C dimana jumlah daun rata-rata pada salinitas 2% dan 3% berbeda signifikan terhadap kontrol.

Vegetasi mangrove telah mengembangkan pola adaptasi secara morfologi dan fisiologi untuk hidup pada daerah pasang surut. Pola adaptasi yang dikembangkan oleh vegetasi mangrove terhadap lingkungan pasang surut, yang mudah dikenali adalah sistem akar udara. Fungsi utamanya adalah untuk pertukaran gas, memperkokoh tegaknya batang pada daerah lumpur dan penyerapan unsur hara. Seperti yang dikatakan pada literatur Hutching dan Saenger (1987) bahwa R. stylosa merupakan salah satu flora mangrove yang beradaptasi pada lingkungan bergaram dengan menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan yang terdapat pada akar. Proses adaptasi ini dilakukan dalam rangka bertahan hidup. Berdasarkan Gambar 1A dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi rata-rata yang paling besar adalah pada salinitas 0.5%, demikian juga halnya dengan pertambahan diameter dan juga jumlah daun (Gambar 1B dan 1C). Sesuai dengan studi Syah (2011) bahwa tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt. Salinitas yang sangat tinggi (hypersalinity) misalnya ketika salinitas air permukaan melebihi salinitas yang umum di laut (±35 ppt) dapat berpengaruh buruk pada vegetasi mangrove, karena dampak dari tekanan osmotik yang negatif.

Sejumlah studi melaporkan bahwa semai mangrove menunjukkan dorongan pertumbuhan pada salinitas rendah (25% air laut atau 0.5% konsentrasi garam)

(29)

dan pada salinitas sedang (50 % air laut atau 1.5% konsentrasi garam) dan kemudian mengalami penurunan pertumbuhan pada peningkatan salinitas selanjutnya (Clough, 1984). Pertumbuhan yang berbeda sesuai dengan tingkatan salinitas pada umur 3 bulan dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa secara morfologi terdapat perbedaan pertumbuhan R. stylosa pada berbagai salinitas, dimana pertumbuhan yang paling rendah terdapat pada salinitas 3% berdasarkan parameter tinggi, diameter maupun jumlah daun (Gambar 2E).

Gambar 2. Rizhophora stylosa umur 3 bulan pada berbagai salinitas, yaitu 0% (A), 0.5%(B), 1.5% (C), 2% (D) dan 3% (E).

(30)

B. Pertumbuhan Semai R. stylosa setelah Adaptasi Air Tawar

Hasil pengamatan dan pengukuran parameter pertumbuhan semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B), jumlah daun rata-rata (C) dan luas daun rata-rata (D) semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar pada berbagai salinitas. Data merupakan rata-rata ± SE (n = 8 – 24).

Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari kontrol pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet.

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa tinggi rata-rata pada salinitas 0.5%, 0.5%-0, 2% dan 3%-0 berbeda nyata secara signifikan dibandingkan dengan tinggi rata-rata kontrol pada uji Dunnet dengan P < 0.05. Tinggi rata-rata setelah adaptasi selalu lebih tinggi dari tinggi rata-rata pada salinitas tetap (Gambar 3A). Diameter rata – rata pada salinitas 0.5%, 1.5%, 1.5%-0, 2%-0 terlihat berbeda nyata dengan diameter rata-rata kontrol dan diameter rata-rata setelah adaptasi lebih tinggi dibandingkan dengan diameter rata-rata dengan perlakuan salinitas (Gambar 3B). Jumlah daun rata-rata pada salinitas 0.5%,

(31)

0.5%-0, 1.5%, 1.5%-0 dan 2% berbeda signifikan terhadap jumlah daun rata-rata kontrol dan berdasarkan data dapat dilihat bahwa jumlah daun setelah adaptasi air tawar lebih banyak daripada jumlah daun pada salinitas (Gambar 3C). Luas daun paling tinggi adalah luas daun pada kontrol dan berdasarkan uji Dunnet dapat diketahui bahwa luas daun pada salinitas 1.5%, 2% dan 3%-0 berbeda nyata terhadap jumlah daun kontrol. Jumlah daun mengalami peningkatan setelah adaptasi air tawar pada salinitas 1.5% dan 2% (Gambar 3D).

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa rataan tinggi R. stylosa setelah adaptasi air tawar lebih besar daripada rataan tinggi dengan perlakuan salinitas.

Hal ini menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi R.

stylosa. Pertumbuhan tinggi yang paling besar adalah pada salinitas 0.5% dan 0.5%-0. Semakin meningkatnya salinitas maka pertumbuhan tinggi semakin menurun. Demikian juga halnya dengan rataan diameter (dapat dilihat pada Gambar 3B), dimana rataan diameter setelah adaptasi lebih besar daripada rataan diameter dengan salinitas tetap. Hal ini menunjukkan bahwa R. stylosa mampu beradaptasi pada kondisi air tawar.

Pengukuran pertumbuhan semai dilakukan dengan mengukur pertambahan tinggi atau panjang plumula, jumlah daun yang mekar, jumlah pasangan daun dan luas daun. Berdasarkan parameter yang digunakan sebagai parameter pertumbuhan R. stylosa setelah adaptasi air tawar maka dapat diketahui bahwa setelah adaptasi air tawar terdapat peningkatan pertumbuhan, baik dari tinggi, diameter, jumlah daun maupun luas daun. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan R. stylosa sangat dipengaruhi oleh salinitas, dimana pertumbuhannya akan menurun seiring dengan peningkatan salinitas.

(32)

Berdasarkan uji Dunnet, dimana parameter pertumbuhan R. stylosa pada berbagai salinitas maupun adaptasi air tawar jika dibandingkan dengan pertumbuhan kontrol, dapat diketahui bahwa pemberian salinitas yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan R. stylosa dimana dari ketiga parameter (tinggi, diameter dan jumlah daun) dapat dilihat bahwa pemberian salinitas 0.5%

berbeda nyata dengan kontrol. Berbeda halnya dengan luas daun, luas daun pada kontrol lebih besar daripada sampel lainnya.

C. Biomassa dan Rasio Tajuk Akar

Hasil analisis pengukuran biomassa dan rasio tajuk akar disajikan pada Gambar 4. Gambar 4A menunjukkan perbandingan berat basah daun, batang dan akar semai R. stylosa pada berbagai salinitas setelah adaptasi air tawar.

Gambar 4. Perbandingan berat basah (A) dan berat kering (B) daun, batang dan akar (A) semai R. stylosa pada berbagai salinitas serta rasio tajuk akar (C). Data

merupakan rata-rata ± SE (n = 8 – 24). Tanda (*) menunjukkan beda nyata signifikan secara statistik dari kontrol pada P < 0.05 dengan menggunakan Uji Dunnet.

(33)

Berdasarkan Gambar 4A dapat dilihat bahwa berat basah daun paling tinggi terdapat pada salinitas 0.5%-0, berat basah batang paling tinggi terdapat pada salinitas 1.5% dan 1.5%-0, sedangkan berat basah akar paling tinggi terdapat pada salinitas 2%-0. Berat basah semai R. stylosa lebih tinggi setelah adaptasi air tawar. Berdasarkan uji Dunnet dapat diketahui bahwa berat basah daun pada salinitas 2% dan 3%-0 berbeda nyata dengan berat basah kontrol.

Berdasarkan Gambar 4B dapat dilihat bahwa berat kering daun, batang dan akar paling besar adalah pada salinitas 0.5%-0. Berdasarkan uji Dunnet dapat diketahui bahwa berat kering daun pada salinitas 2% dan 3%-0 berbeda nyata dengan kontrol seperti halnya pada berat basah. Berat kering daun, batang dan akar pada semai R. stylosa setelah adaptasi lebih besar daripada berat kering daun, batang dan akar dengan salinitas. Rasio tajuk akar yang disajikan pada Gambar 4C menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada semai dengan adaptasi air tawar dibandingkan dengan semai pada salinitas tetap.

Berdasarkan Gambar 4A dapat dilihat bahwa berat basah setelah adaptasi air tawar lebih besar daripada berat basah dengan salinitas tetap. Berdasarkan penghitungan berat kering semai R. stylosa diketahui bahwa berat kering setelah adaptasi air tawar lebih besar daripada berat kering dengan perlakuan salinitas.

Hal ini menunjukkan bahwa proses adaptasi air tawar berpengaruh nyata terhadap berat basah maupun berat kering semai R. stylosa. Berat basah daun dan berat kering daun terbesar terdapat pada salinitas 0.5%-0 sedangkan berat basah akar yang terbesar terdapat pada salinitas 2%-0 dan berat kering akar terbesar terdapat pada salinitas 0.5%-0. Sama halnya dengan rasio tajuk akar dimana rasio tajuk akar yang paling besar adalah pada salinitas 0.5%-0.

(34)

Komposisi Isoprenoid R. stylosa pada Adaptasi Air Tawar

R. stylosa setelah adaptasi air tawar diekstrak untuk mendapatkan ekstraksi senyawa lipid yang kemudian diidentifikasi untuk memperoleh komposisi rata- rata Fitosterol dan Triterpenoid, baik pada daun maupun pada akar. Komposisi rata-rata senyawa isoprenoid disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa kandungan triterpenoid pada daun maupun pada akar R. stylosa lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan fitosterol.

Tabel 1. Komposisi Rata-rata Senyawa Isoprenoid pada R. stylosa Salinitas Komposisi Rata-rata (μg/g)

Daun Akar

Fitosterol Triterpenoid Fitosterol Triterpenoid

0% 16.56 75.95 83.73 159.13

0.5%-0 18 48.6 127.66 176.70

1.5%-0 29.69 21.87 105.69 167.91

2%-0 30.09 48.84 20.22 30.20

3%-0 82.77 199.26 84.52 124.94

Perbandingan antara triterpenoid dan fitosterol pada daun maupun akar dapat dilihat pada Gambar 5. Kandungan triterpenoid pada daun (Gambar 5A) menurun sampai pada salinitas 1.5%-0 tapi kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0. Kondisi ini berbeda dengan komposisi rata-rata triterpenoid akar (Gambar 5A), dimana komposisinya menurun pada salinitas 1.5%-0 tapi kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0 seperti halnya pada daun.

Kandungan Phytosterol pada akar maupun daun menurun sampai pada 2%-0 tapi kemudian mengalami peningkatan pada salinitas 3%-0 (Gambar 5B).

(35)

Gambar 5. Perbandingan komposisi rata-rata Triterpenoid (A) dan Phytosterol (B) Proporsi relatif kandungan isoprenoid pada daun maupun akar dapat dilihat pada Gambar 6. Proporsi relatif Isoprenoid pada daun dan akar hampir sama. Triterpenoid mengalami penurunan sampai pada salinitas 1.5%-0 dan seterusnya mengalami peningkatan. Berbeda dengan phytosterol dimana proporsi relatifnya menurun seiring dengan meningkatnya salinitas setelah pada salinitas 1.5%-0 di daun (Gambar 6B) dan terus mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya salinitas pada akar (Gambar 6B).

Gambar 6. Proporsi relatif Triterpenoid (A) dan Phytosterol (B) pada akar dan daun

Onrizal (2005) melaporkan bahwa oleh karena kawasan hutan mangrove secara rutin digenangi oleh pasang air laut, maka lingkungan (tanah dan air) hutan mangrove bersifat salin yang akhirnya menyebabkan bentuk cekaman pada

(36)

menyebabkan terganggunya metabolisme tumbuhan dan pada akhirnya akan menyebabkan rendahnya produktivitas atau laju pertumbuhan tumbuhan.

Cekaman garam yang dialami oleh mangrove menyebabkan metabolisme mengalami perubahan. Seperti yang telah diketahui bahwa terdapat dua proses metabolisme dalam tubuh tumbuhan, yaitu proses metabolisme primer dan metabolisme sekunder. Senyawa-senyawa yang dihasilkan dari proses tersebut dinamakan metabolit. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa senyawa metabolit yang dihasilkan oleh tumbuhan hanya ditemukan pada organism spesifik dan hanya diproduksi pada kondisi- kondisi tertentu. Pada tumbuhan mangrove terdapat senyawa triterpenoid dan phytosterol dan diduga sebagai hasil metabolisme sekunder untuk pertahanan mangrove dalam menghadapi cekaman garam.

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa kandungan triterpenoid lebih besar daripada kandungan phytosterol. Kandungan triterpenoid pada daun (Gambar 5A) menurun sampai pada salinitas 0.5%-0 tapi kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0. Perubahan-perubahan ini menunjukkan bahwa terdapat adaptasi fisiologi R. stylosa terhadap salinitas yang berbeda melalui perubahan komposisi triterpenoid (Basyuni, at al., 2012). Gambar 5B juga menunjukkan bahwa kandungan isoprenoid pada akar lebih banyak daripada kandungan isoprenoid pada daun. Hutcing dan Saenger (1983) melaporkan bahwa R.stylosa merupakan mangrove yang beradaptasi dengan dengan cara mencegah masuknya garam (salt exclusion) melalui saringan yang terdapat pada akar.

Mekanisme ini diduga menyebabkan perubahan metabolisme pada R. stylosa.

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh pemberian salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan semai R. stylosa pada umur 3 bulan. Terdapat peningkatan parameter

pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan luas daun pada semai R. stylosa setelah adaptasi air tawar. Pemberian salinitas 0.5% pada

semai R. stylosa berbeda signifikan terhadap kontrol pada parameter pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun. Berat basah dan berat kering setelah adaptasi lebih besar daripada berat basah dan berat kering dengan perlakuan salinitas.

2. Kandungan triterpenoid pada daun menurun sampai pada salinitas 1.5%-0 tapi kemudian meningkat pada salinitas 2%-0 dan 3%-0. Komposisi triterpenoid maupun phytosterol mengalami penurunan sampai pada salinitas 2%-0 kemudian meningkat pada salinitas 3%-0.

3. Kandungan Isoprenoid R. stylosa lebih banyak terdapat pada akar.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi adaptasi dan faktor-faktor pertumbuhan pada semai R. stylosa secara menyeluruh dengan waktu yang lebih cepat untuk melihat respon dalam jangka waktu pendek.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Basyuni, M., Baba, S., Inafuku, M., Iwasaki, H., Kinjo, K., Oku, H. 2009.

Expression of terpenoid synthase mRNA and terpenoid content in salt stressed mangrove. J. Plant Physiol. 166, 1786-1800.

Basyuni, M., Kinjo, Y., Baba, S., Shinzato, N., Iwasaki, H., Siregar, E.B.M., Oku, H. 2011. Isolation of Salt Stress Tolerance Genes from Roots of Mangrove Plant, Rhizophora stylosa Griff., using PCR-based Suppression Subtractive Hybridization. Plant Mol. Biol. Rep. 29, 533-543.

Basyuni, H., Shigeyuki, B., Yuji, K., Hirosuke, O. 2012a. Salinity increases the triterpenoid content of a salt secretor and a non-salt secretor mangrove.

Aquatic Botany 97 (2012) 17– 23.

Basyuni, H., Shigeyuki, B., Yuki, K., Lollie, A., P., P., Luthfi, H., Hirosuke, O.

2012b. Salt-dependent increase in triterpenoids is reversible upon transfer to fresh water in mangrove plants Kandelia candel and Bruguiera gymnorrhiza. Journal of Plant Physiology 169 (2012) 1903– 1908.

Clough, B., F. 1984. Growth and salt balance of the mangrove Avicennia marina (Forsk.) Vierh. and Rhizophora stylosa Griff. in relation to salinity. Aust J Plant Physiol 11:419-430.

Gomez, K.A., dan A.A., Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan : Endang Samsudin dan Justika S. UI-Press. Jakarta Grunwald, C., 1974. Sterol molecular modifications influencing membrane

permeability. Plant Physiol. 54 : 624-628.

Hutchings, P. and. P. Saenger. 1987. Ecology of Mangroves. University of Queensland Press, London.

Krauss, K.W., C. E. Lovelock, K. L. McKee, L. Lo´pez-Hoffman, S. M.L. Ewe, W. P. Sousa. 2008. Environmental drivers in mangrove establishment and early development: A review. Aquatic Botany 89: 105–127.

Lopez-Hoffman, L., N.P.R. Anten, M. Martı´nez-Ramos, and D.D. Ackerly. 2007.

Salinity and light interactively affect neotropical mangrove seedlings at the leaf and whole plant levels. Oecologia 150 :545–556.

Medina, E., 1999. Mangrove physiology: the challenge of salt, heat, and light stress under recurrent flooding, p. 109-126. Ecosistemas de Manglar en

(39)

América Tropical. Instituto de Ecología A.C. México, UICN/ORMA, Costa Rica, NOAA/NMFS Silver Spring MD USA. 380 p.

Munns, R., and Tester M. 2008. Mechanisms of Salinity Tolerance. Annual Review Plant Biology Journal. 59:651–81.

Noor, Y.R., M. Khazali dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International Indonesia Programme, PKA/WI-IP. Bogor.

Nurhayati dan Suyarso. 2000. Variasi Temporal Salinitas Perairan Teluk Lampung. Balitbang Oseanografi – Puslitbang Oseanologi, LIPI. Bogor.

Oku, H., Baba, S., Koga, H., Takara, K., Iwasaki, H., 2003. Lipid composition of mangroves and its relevance to salt tolerance. J. Plant Res. 116, 37-45.

Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove pada Lingkungan Salin dan Jenuh Air. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Pramudji dan L. H. Purnomo. 2003. Mangrove Sebagai Tanaman Penghijauan Pantai. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta : 1 – 6.

Siregar, Y. 2010. Pertumbuhan Bibit Bakau (Rhizophora stylosa Griff) Pada Berbagai Jenis Media Tanam. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Syah, C. 2011. Pertumbuhan Tanaman Bakau (Rhizophora mucronata) Pada Lahan Restorasi Mangrove di Hutan Lindung Angke Kapuk Provinsi DKI Jakarta. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(40)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis pengaruh salinitas terhadap tinggi umur 3 bulan Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Ftabel Sig.

Salinitas 73885.906 4 18471.476 27.831 2.45 .000

Error 75660.649 114 663.690

Total 772216.000 119

Lampiran 2. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap tinggi umur 3 bulan (I)

Salinitas

(J) Kontrol

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

Mean

0% (n = 24) 75.542

0.5% (n = 26) 0% 109.731 34.1891* 7.29248 .000 1.5% (n = 32) 0% 71.625 -3.9167 6.95658 .950 2% (n = 32) 0% 50.688 -24.8542* 6.95658 .002

3% (n = 5) 0% 5.600 -69.9417* 12.66459 .000

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 663.690.

a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 3. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap diameter umur 3 bulan Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square Fhit Ftabel Sig.

Salinitas 2.897 4 .724 3.923 2.45 .005

Error 21.049 114 .185

Total 2363.120 119

Lampiran 4. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap diameter umur 3 bulan (I) Salinitas (J) Kontrol Mean Mean Difference

(I-J)

Std. error Sig.

0% (n = 24) 4.3375

0.5% (n = 26) 0% 4.5923 .2548 .12163 .125

1.5% (n = 32) 0% 4.5781 -.0469 .11603 .985

2% (n = 32) 0% 4.0600 .2406 .11603 .131

3% (n = 5) 0% 4.4336 -.2775 .21124 .504

(41)

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .185.

Lampiran 5. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap jumlah daun umur 3 bulan Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 60.631 4 15.158 22.505 2.45 .000

Error 76.781 114 .674

Total 2272.000 119

Lampiran 6. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap jumlah daun umur 3 bulan (I) Salinitas

(J) Salinitas

Mean

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

0% (n = 24) 5

0.5% (n = 26) 0% 5 .3013 .23231 .515

1.5% (n = 32) 0% 4 -.1458 .22161 .916

2% (n = 32) 0% 4 -.9271* .22161 .000

3% (n = 5) 0% 2 -2.9833* .40344 .000

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .674.

a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 7. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap tinggi umur 6 bulan Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHitung Ftabel Sig.

Salinitas 194062.563 7 27723.223 27.387 2.09 .000

Error 115399.470 114 1012.276

Total 3134842.000 122

(42)

Lampiran 8. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap tinggi setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas (J) Salinitas

Mean Mean

Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

0% (n = 24) 158.500

0.5% (n = 12) 0% 195.833 37.3333* 11.24876 .008 0.5%-0% (n = 14) 0% 195.429 36.9286* 10.69970 .005 1.5% (n = 16) 0% 141.750 -16.7500 10.26866 .469 1.5%-0% (n = 16) 0% 176.313 17.8125 10.26866 .398 2% (n = 16) 0% 90.438 -68.0625* 10.26866 .000 2%-0% (n = 16) 0% 166.500 8.0000 10.26866 .968 3%-0% (n = 8) 0% 59.500 -99.0000* 12.98894 .000 Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1012.276.

Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 9. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap diameter setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 18.686 7 2.669 14.497 2.09 .000

Error 20.993 114 .184

Total 2423.650 122

Lampiran 10. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap diameter setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas

(J) Salinitas

Mean Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

0% (n = 24) 3.9042

0.5% (n = 12) 0% 4.725 .8208* .15172 .000

0.5%-0% (n = 14) 0% 4.8286 .9244* .14431 .000

1.5% (n = 16) 0% 4.5625 .6583* .13850 .000

1.5%-0% (n = 16) 0% 5.025 1.1208* .13850 .000

2% (n = 16) 0% 4.075 .1708 .13850 .757

2%-0% (n = 16) 0% 4.35625 .4521* .13850 .010

3%-0% (n = 8) 0% 4.125 .2208 .17519 .738

a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

(43)

(I) Salinitas

(J) Salinitas

Mean Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

0% (n = 24) 3.9042

0.5% (n = 12) 0% 4.725 .8208* .15172 .000

0.5%-0% (n = 14) 0% 4.8286 .9244* .14431 .000

1.5% (n = 16) 0% 4.5625 .6583* .13850 .000

1.5%-0% (n = 16) 0% 5.025 1.1208* .13850 .000

2% (n = 16) 0% 4.075 .1708 .13850 .757

2%-0% (n = 16) 0% 4.35625 .4521* .13850 .010

3%-0% (n = 8) 0% 4.125 .2208 .17519 .738

a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 11. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap jumlah daun setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 147.185 7 21.026 25.681 2.09 .000

Error 93.339 114 .819

Total 4234.000 122

Lampiran 12. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap jumlah daun setelah adaptasi airTawar

(I) Salinitas

(J) Salinitas

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

Mean

0% (n = 24) 6

0.5% (n = 12) 0.% 7 .7500 .31992 .118

0.5%-0% (n = 14) 0.% 7 .9405* .30430 .016

1.5% (n = 16) 0.% 5 -.8542* .29204 .026

1.5%-0% (n = 16) 0.% 7 .8333* .29204 .032

2% (n = 16) 0.% 4 -1.6042* .29204 .000

2%-0% (n = 16) 0.% 6 .2083 .29204 .980

3%-0% (n = 8) 0.% 3 -2.9167* .36941 .000

a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

(44)

Lampiran 13. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap luas daun setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 30324.283 7 4332.040 7.927 2.66 .000

Error 8743.504 16 546.469

Total 152410.432 24

Lampiran 14. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap luas daun setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas

(J) Salinitas

Mean Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

Mean

0% (n = 24) 120.054

0.5% (n = 12) 0% 99.045 -21.0083 19.08698 .793 0.5%-0% (n = 14) 0% 95.861 -24.1927 19.08698 .685 1.5% (n = 16) 0% 48.642 -71.4113* 19.08698 .010 1.5%-0% (n = 16) 0% 74.962 -45.0913 19.08698 .142 2% (n = 16) 0% 21.915 -98.1387* 19.08698 .001 2%-0% (n = 16) 0% 76.463 -43.5910 19.08698 .163 3%-0% (n = 8) 0% 12.828 -107.2260* 19.08698 .000 Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 546.469.

a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 15. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat basah daun setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 145.260 7 20.751 7.972 2.66 .000

Error 41.647 16 2.603

Total 719.890 24

Lampiran 16. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat basah daun setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas (J) Salinitas

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

Mean

0% (n=3) 6.5667

0.5% (n=3) 0% 6.5333 -.0333 1.31730 1.000

(45)

0.5%-0 (n=3) 0% 8.4333 1.8667 1.31730 .585

1.5% (n=3) 0% 3.8667 -2.7000 1.31730 .241

1.5%-0 (n=3) 0% 4.9000 -1.6667 1.31730 .687

2% (n=3) 0% 1.3667 -5.2000* 1.31730 .006

2%-0 (n=3) 0% 5.2667 -1.3000 1.31730 .858

3%-0 (n=3) 0% 0.7667 -5.8000* 1.31730 .003

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2.603.

Lampiran 17. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat basah batang setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 10.885 7 1.555 2.779 2.66 .043

Error 8.953 16 .560

Total 119.880 24

Lampiran 18. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat basah batang setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas (J) Salinitas

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

Mean

0% (n=3) 2.0333

0.5% (n=3) 0% 2.9667 .9333 .61078 .512

0.5%-0 (n=3) 0% 3.0000 .9667 .61078 .478

1.5% (n=3) 0% 1.8333 -.2000 .61078 1.000

1.5%-0 (n=3) 0% 1.9667 -.0667 .61078 1.000

2% (n=3) 0% 1.0000 -1.0333 .61078 .413

2%-0 (n=3) 0% 2.3000 .2667 .61078 .998

3%-0 (n=3) 0% 1.2333 -.8000 .61078 .657

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .560.

a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

Lampiran 19. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat basah akar setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 43.573 7 6.225 2.168 2.66 .095

Error 45.940 16 2.871

(46)

Lampiran 20. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat basah akar setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas (J) Salinitas

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

Mean

0% (n=3) 5.7667

0.5% (n=3) 0% 6.8667 1.1000 1.38353 .941

0.5%-0 (n=3) 0% 7.3667 1.6000 1.38353 .758

1.5% (n=3) 0% 6.5000 .7333 1.38353 .993

1.5%-0 (n=3) 0% 6.5333 .7667 1.38353 .990

2% (n=3) 0% 3.4333 -2.3333 1.38353 .416

2%-0 (n=3) 0% 8.1000 2.3333 1.38353 .416

3%-0 (n=3) 0% 5.1667 -.6000 1.38353 .998

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2.871.

Lampiran 21. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat kering daun setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 9.264 7 1.323 6.175 2.66 .001

Error 3.429 16 .214

Total 56.649 24

Lampiran 22. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat kering daun setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas (J) Salinitas

Mean Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

Mean

0% (n=3) 1.9700

0.5% (n=3) 0% 1.8767 -.0933 .37800 1.000

0.5%-0 (n=3) 0% 2.0567 .0867 .37800 1.000

1.5% (n=3) 0% 1.1467 -.8233 .37800 .195

1.5%-0 (n=3) 0% 1.4767 -.4933 .37800 .660

2% (n=3) 0% .5300 -1.4400* .37800 .009

2%-0 (n=3) 0% 1.5033 -.4667 .37800 .707

3%-0 (n=3) 0% .2667 -1.7033* .37800 .002

Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

(47)

Lampiran 23. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat kering batang setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas .799 7 .114 2.818 2.66 .041

Error .648 16 .041

Total 10.673 24

Lampiran 24. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat kering batang setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas (J) Salinitas

Mean Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

Mean

0% (n=3) .6367

0.5% (n=3) 0% .8200 .1833 .16435 .784

0.5%-0 (n=3) 0% .8400 .2033 .16435 .705

1.5% (n=3) 0% .6400 .0033 .16435 1.000

1.5%-0 (n=3) 0% .6067 -.0300 .16435 1.000

2% (n=3) 0% .3833 -.2533 .16435 .504

2%-0 (n=3) 0% .7400 .1033 .16435 .981

3%-0 (n=3) 0% .2933 -.3433 .16435 .226

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .041.

a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.

Lampiran 25. Analisis Pengaruh Salinitas terhadap berat kering akar setelah adaptasi air tawar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square FHit Ftabel Sig.

Salinitas 1.775 7 .254 2.123 2.66 .101

Error 1.911 16 .119

Total 34.603 24

Lampiran 26. Uji Dunnet Pengaruh Salinitas terhadap berat kering akar setelah adaptasi air tawar

(I) Salinitas (J) Salinitas

Mean Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

Mean

0% (n=3) 1.1267

(48)

0.5%-0 (n=3) 0% 1.4933 .3667 .28215 .664

1.5% (n=3) 0% 1.2933 .1667 .28215 .986

1.5%-0 (n=3) 0% 1.1267 .0000 .28215 1.000

2% (n=3) 0% .6533 -.4733 .28215 .421

2%-0 (n=3) 0% 1.3433 .2167 .28215 .950

3%-0 (n=3) 0% .7600 -.3667 .28215 .664

Lampiran 27 . Rasio Taju Akar Salinitas BK Daun (gr)

BK Batang

(gr) BK akar Rasio tajuk akar

0% 1.97 0.637 1.13 2.54

0.50% 1.88 0.82 1.28 2.52

0.5%-0 2.06 0.84 1.49 2.62

1.50% 1.15 0.64 1.29 1.64

1.5%-0 1.48 0.607 1.13 2.02

2% 0.53 0.383 0.65 1.12

2%-0 1.50 0.74 1.34 2.05

3%-0 0.27 0.293 0.76 0.65

Lampiran 28. Komposisi Rata-rata kandungan Isoprenoid

Salinitas Komposisi Rata-rata (μg/g)

Daun Akar

Phytosterol Triterpenoid Phytosterol Triterpenoid

0% 16.56 75.95 83.73 159.13

0.5%-0 18 48.6 127.66 176.70

1.5%-0 29.69 21.87 105.69 167.91

2%-0 30.09 48.84 20.22 30.20

3%-0 82.77 199.26 84.52 124.94

Lampiran 29. Proporsi relatif kandungan Isoprenoid

Salinitas Proporsi Relatif Rata-rata (μg/g)

Daun Akar

Phytosterol Triterpenoid Phytosterol Triterpenoid

0% 18.00 82.00 57.05 42.95

0.5%-0 30.53 69.47 50.26 49.74

1.5%-0 52.95 47.05 46.24 46.34

2%-0 37.68 62.32 33.46 66.54

3%-0 22.76 77.24 36.67 63.33

(49)

Lampiran 30. Gambar Tegakan R. stylosa Lampiran 31. Propagul R. stylosa

Lampiran 32. Propagul yang ditanam Lampiran 33. Propagul R. stylosa

Lampiran 34. Marine salt Lampiran 35. Persiapan media tanam

(50)

Lampiran 36. R. stylosa umur 1 bulan pada berbagai konsentrasi; 0% (A), 0.5%

(B), 1.5% (C), 2% (D), 3% (E) dan daun muda (F).

Lampiran 37. R. stylosa pada berbagai konsentrasi pada saat panen ; 0% (A), 0.5%-0 (B), 0.5% (C), 1.5%-0 (D), 1.5% (E), 2% (F), 2%-0 (G), 3% (H) dan akar (F).

(51)

Lampiran 38. Alat dan bahan yang digunakan saat ekstraksi (A), Waterbath (B), desikator (C), GCMS (D), bahan kimia yang digunakan (F), dan syring

Lampiran 39. Proses Ekstraksi

Lampiran 40. Hasil Ekstraksi

Gambar

Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter  rata-rata (B) dan jumlah daun rata-rata (C) Rhizophora stylosa umur 3 bulan  pada berbagai salinitas
Gambar 2. Rizhophora stylosa umur 3 bulan pada berbagai salinitas, yaitu 0% (A),        0.5%(B), 1.5% (C), 2% (D) dan 3% (E)
Gambar 3. Respon pertumbuhan tinggi rata-rata (A), diameter rata-rata (B), jumlah daun  rata-rata  (C) dan luas daun rata-rata (D) semai  R
Gambar 4. Perbandingan berat basah (A) dan berat kering (B) daun, batang dan  akar  (A)  semai  R
+2

Referensi

Dokumen terkait

• Head injury (cidera kepala)  trauma otak akibat benturan kekuatan fisik eksternal, berdampak gangguan kesadaran, kemampuan kognitif dan fungsi fisik secara

bekas operasi, (3) penurunan luas gerak sendi knee dan hip karena adanya nyeri dan oedem pada daerah sekitar fraktur, (4) adanya penurunan kekuatan otot quadriceps

1. Kedua orang tua saya, Bapak Drs. Kasdi Suryanta, Ibu Ani Sugiyatun yang selama ini telah memberikan doa, motivasi, dukungan materiil, perhatian dan dorongan yang begitu

Hasil analisis konsumsi rumah tangga petani dengan melihat pengaruh terhadap konsumsi sayur sebagai variabel dependen terhadap variabel independen : harga beras, harga ikan,

Oleh karena itu, dari uraian data-data pelaku kejahatan, pengakuan dari salah seorang pelaku kejahatan, faktor penyebab timbulnya tindak kejahatan secara umum, sampai

Dengan pengertian yang cepat, diagram use case digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem dan siapa saja yang berhak menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam proyek CCDP – IFAD adalah faktor pendidikan, pekerjaan sampingan,

Abdurrahman Syamsuri yang optimal dan sesuai standar perlu ditetapkan Kebijakan Syamsuri yang optimal dan sesuai standar perlu ditetapkan Kebijakan Akses Pasien dan