KAJIAN SIFAT FISIKA TANAH PADA AREAL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) YANG SUDAH TIDAK PRODUKTIF
DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS
SKRIPSI
ABDUL MUSHOWWIR 130308024
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
KAJIAN SIFAT FISIKA TANAH PADA AREAL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) YANG SUDAH TIDAK PRODUKTIF
DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS
SKRIPSI
Oleh:
ABDUL MUSHOWWIR
130308024/ KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S)
Ketua Anggota
(Nazif Ichwan, STP, M.Si)
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Empat Negeri, Kec. Limapuluh pada tanggal 1 Juni 1995 dari Ayah Paino dan Ibu Siti Aisah. Penulis merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara.
Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Limapuluh dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA), aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI), aktif sebagai anggota UKM Himadita Nursery (HN), aktif sebagai anggota di BKM Al-Mukhlisin FP USU, aktif sebagai anggota di Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FP USU dan aktif sebagai Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Pemira Gubernur dan Wakil Gubernur Mahasiswa Periode 2015/2016. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Mesin dan Peralatan dan praktikum Ilmu Ukur Wilayah.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Tolan Tiga Utama (Sipef Group) pada tanggal 18 Juli - 06 Agustus 2016.
ABSTRAK
ABDUL MUSHOWWIR: Kajian sifat fisika tanah pada areal tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensiss Jacq.) yang sudah tidak produktif di kebun PTP. Nusantara II Tanjung Garbus, dibimbing oleh SUMONO dan NAZIF ICHWAN.
Sifat fisika tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika tanah pada areal tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensiss Jacq.) yang sudah tidak produktif di kebun PTP. Nusantara II
Tanjung Garbus. Penelitian menggunakan metode survei dan analisa tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Parameter yang diamati meliputi tekstur tanah, bahan organik, porositas, kedalaman efektif tanah, permeabilitas tanah dan air tersedia.
Hasil penelitian menunjukkan jenis tanah pada lahan Afd. 3 PTP. Nusantara II Tanjung Garbus adalah Entisol, bertekstur pasir berlempung pada kedalaman 5 cm dan lempung berpasir pada kedalaman 25 cm, kandungan bahan organik pada kedalaman 5 cm berkisar antara 1,41 % - 2,36 % dan pada kedalaman 25 cm berkisar antara 0,07 % - 1,14 %. Porositas tanah pada kedalaman 5 cm berkisar antara 46,60 % - 52,88 % dan pada kedalaman 25 cm berkisar antara 44,78 % - 47,62 %, kedalaman efektif tanah pada pakis, rumput dan ilalang yaitu 62 cm, 68 cm dan 64 cm, permeabilitas tanah pada kedalaman 5 cm berkisar antara 5,67 cm/jam - 19,76 cm/jam dan pada kedalaman 25 berkisar antara 0,33 cm/jam – 0,86 cm/jam, Jumlah air tersedia untuk lahan bervegetasi pakis, rumput dan ilalang yaitu 11,58 %; 5,19 % dan 7,3 %.
Kata Kunci: Sifat fisika tanah, entisol, kelapa sawit, tidak produktif, Kebun PTP.
Nusantara II Tanjung Garbus.
ABSTRACT
ABDUL MUSHOWWIR : The Study of Soil Physical properties undproductive in palm oil plantations (Elaeis guineensis Jacq.) of PTP. Nusantara II Tanjung Garbus.
Supervised by SUMONO and NAZIF ICHWAN.
Soil physical properties is an important factor for plant growth. The research was aimed to examine the soil physical properties of undproductive palm oil plantations (Elaeis guineensis Jacq.) at PTP. Nusantara II Tanjung Garbus. The research used survey and soil analysis methods and conducted at the Research and Technology Laboratory of the Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara and Research Center Laboratory of palm oil research centre in Medan. The parameters observed were soil texture, organic matter, porosity, depth of soil effectiveness, soil permeability and water availabilety.
The results showed that the type of the soil on PTP. Nusantara II Tanjung Garbus was Entisol, with sand clay at a depth of 5 cm and clay sandy at a depth of 25 cm, the content of organic materials at a depth of 5 cm was ranged from 1.41 % – 2.36 % and at a depth of 25 cm was ranged from 0.07 % - 1.14 %, porosity of soil at a depth of 5 cm was ranged from 46.60 % – 52.88 % and at a depth of 25 cm was ranged from 44.78% – 47.62 % with effective depth of soil in ferns, grass and reeds were 62 cm, 68 cm and 64 cm, soil permeability at a depth of 5 cm was ranged from 5.67 cm/hr – 19.76 cm/hr and at a depth 25 cm was range from 0.33 cm/hr – 0.86 cm/hr, the amount of water available for vegetated fields of grasses, grasses and reeds were 11.58%, 5.19% and 7.3%.
Keywords : physical properties of soil, entisol, oil palm, unproductive, PTP. Nusantara II Tanjung Garbus Estate.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Kajian Sifat Fisika Tanah Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang Sudah Tidak Produktif di Kebun PTP. Nusantara II Tanjung Garbus”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Nazif Ichwan STP, M. Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
RIWAYAT HIDUP ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Kebun PTP Nusantara II Tanjung Garbus ... 4
Tanah ... 4
Struktur Tanah ... 6
Tekstur Tanah... 7
Bahan Organik Tanah ... 9
Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density) ... 12
Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density ) ... 14
Porositas Tanah ... 15
Permeabilitas Tanah ... 17
Kedalaman Tanah ... 19
Kadar Air Kapasitas Lapang ... 20
Air Tersedia ... 21
Tanaman Kelapa Sawit ... 22
METODOLOGI PENELITIAN ... 24
Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
Alat dan Bahan Penelitian ... 24
Alat Penelitian ... 24
Bahan Penelitian ... 25
Metode Penelitian... 25
Prosedur Penelitian dan Parameter Penelitian ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
Kondisi Umum Lahan PTPN II Tanjung Garbus ... 28
Tanah ... 28
Tekstur Tanah... 29
Bahan Organik Tanah ... 30
Kerapatan Massa, Kerapatan Partikel dan Porositas Tanah ... 31
Kedalaman Tanah ... 34
Permeabilitas Tanah ... 34
Kadar Air Kapasitas Lapang dan Air Tersedia ... 36
KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
Kesimpulan ... 37
Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
LAMPIRAN ... 43
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Tanah ... 12
2. Kelas Porositas Tanah ... 16
3. Kelas Permebilitas Tanah ... 18
4. Tekstur Tanah ... 29
5. Bahan Organik Tanah ... 30
6. Kerapatan Massa Tanah, Kerapatan Partikel Tanah dan Porositras Tanah ... 31
7. Nilai Permeabilitas Untuk Setiap Vegetasi Disetiap Kedalaman Tanah ... 34
8. Hasil analisa kadar air kapasitas lapang d an air tersedia pada kedalaman 5 cm ... 36
DAFTAR GAMBAR
No. Hal 1. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA ... 9 2. Hubungan tegangan matrik tanah dengan kadar air ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal 1. Flowchart penelitian ... 43 2. Perhitungan nilai kerapatan massa, kerapatan partikel dan Porositas ... 44 3. Tekstur tanah berdasarkan segitiga USDA untuk lahan bervegetasi pakis
pada kedalaman 5 cm ... 65 4. Tekstur tanah berdasarkan segitiga USDA untuk lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 25 cm ... 66 5. Tekstur tanah berdasarkan segitiga USDA untuk lahan bervegetasi rumput pada
kedalaman 5 cm ... 67 6. Tekstur tanah berdasarkan segitiga USDA untuk lahan bervegetasi rumput pada
kedalaman 25 cm... 68 7. Tekstur tanah berdasarkan segitiga USDA untuk lahan bervegetasi ilalang pada
kedalaman 5 cm ... 69 8. Tekstur tanah berdasarkan segitiga USDA untuk lahan bervegetasi ilalang pada
kedalaman 25 cm ... 70 9. Gambar Dokumentasi Penelitian Penelitian ... 71 10. Hasil Pengujian Laboratorium Riset Teknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara ... 78 11. Hasil Pengujian Kadar Air Kapasitas Lapang dan Air Tersedia Laboratorium
PPKS ... 79 12. Peta Lahan Afd. 3 PTPN II Tanjung Garbus ... 80
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yang peranannya sangat strategis di masa kini dan di masa yang akan datang. Jenis tanah disuatu daerah berbeda dengan daerah lain tergantung kondisi lingkungan di daerah tersebut. Setiap jenis tanah memiliki sifat dan tingkat kesuburan tanah yang berbeda dengan tanah yang lain, baik perbedaan secara kimia, fisika, maupun biologinya.
Pada kenyataannya dilapangan, sifat fisika tanah menjadi salah satu faktor penentu tingkat kesuburan tanah yang kurang diperhatikan. Sifat fisika tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan udara, panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Beberapa sifat fisika tanah dapat berubah dengan pengolahan tanah seperti temperatur tanah, permeabilitas, kepekaan terhadap aliran permukaan (run-off) dan erosi, kemampuan mengikat dan mensuplai air untuk tanaman dan lain-lain (Damanik, dkk. 2011).
Erosi tanah menyebabkan terdegradasinya lahan dan kemunduran produktifitas lahan yang ditandai dengan menurunnya produksi tanaman yang ada di atasnya. Degradasi lahan akibat erosi tadak hanya terjadi pada lahan-lahan yang baru dibuka tetapi juga pada lahan-lahan yang ditanami komoditi tertentu tetapi sudah tidak produktif lagi karena umur tanaman yang sudah tua dan sudah kurang terawat yang mengakibatkan sebagian lahan ditumbuhi gulma atau tanaman penutup tanah sementara sebagian lagi menjadi terbuka dan rentan terhadap erosi serta pemadatan tanah. Hal ini memang sering terjadi pada areal perkebunan
tanaman kelapa sawit khususnya di Sumatera Utara yang memiliki tingkat kemiringan yang cukup tinggi.
PTP. Nusantara II Tanjung Garbus merupakan salah satu badan usaha milik negara yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dimana sebagian besar lahannya masih ditanami tanaman tua dan sudah tidak produktif lagi. Tanah yang sudah tidak produktif ini tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman jika langsung ditanami tanaman baru tanpa melakukan proses perbaikan sifat tanah terhadap kesuburan tanahnya, khususnya terhadap sifat fisikanya terlebih dahulu.
Pahan (2008) menyatakan bahwa kelapa sawit merupakan tumbuhan yang berakar serabut. Sebagian akar tumbuh lurus ke dalam (vertikal) dan sebagian tumbuh secara mendatar (horizontal). Akar kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter dan ke samping mencapai radius 16 meter. Akar kelapa sawit memiliki beberapa jenis akar yaitu : akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener. Tipe perakaran seperti ini tentu akan sangat mempengaruhi sifat fisika tanah yang nantinya akan berdampak terhadap tingkat kesuburan tanah pada saat akan melakukan replanting.
Pada saat akan melakukan replanting, tindakan yang paling penting dilakukan adalah proses pengolahan tanah. Pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisika tanah dan mempermudah proses penanaman. Untuk itu sebaiknya proses pengolahan tanah ini memperhatikan keadaan fisika dan kimia tanah sebelum areal tersebut di replanting. Pentingnya sifat-sifat fisika dan kimia tanah yang baik dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak disadari
karena kesuburan tanah selalu dititik beratkan hanya pada kesuburan kimianya (Rohlini dan Soeprapto, 1989).
Pentingnya mengkaji kondisi tanah pada areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif lagi ialah untuk mengetahui apakah kondisi tanah tersebut masih sesuai untuk ditanami lagi baik itu dilihat dari sifat fisika maupun sifat kimia tanahnya, sehingga dapat diketahui tindakan konservasi tanah dan metode konservasi yang harus dilakukan sebelum melakukan replanting.
Tujuan Penelitian
Untuk mengkaji sifat fisika tanah pada areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif di kebun PTP. Nusantara II Tanjung Garbus.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kondisi tanah pada areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif.
3. Bagi masyarakat, untuk membantu petani dalam pengembangan dan pengelolaan tanah yang sesuai untuk lahan kelapa sawit terutama pada saat akan melakukan replanting.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebun PTP Nusantara II Tanjung Garbus
Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II pada letak geografis 98°53’20” - 98°55’50” BT dan 03°28’40” – 03°32’28” LU. Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau secara geografis terletak di Kabupaten Deli Serdang dengan pusat kota di Lubuk Pakam, di sebelah Timur Kota Madya Medan. Jarak Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau ke Kotamadya Medan +/- 27 km.
Hamparan lahan Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau mempunyai topografi dominan rata, hanya sekitar 1,5 % berbukit di Afdeling I dan II dengan kemiringan 30 %. Jumlah curah hujan setahun di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau pada status sedang sampai dengan cukup yaitu berkisar 1500 mm - 2500 mm per tahun. Daerah Tanjung Garbus memiliki jenis tanah ultisol dan entisol dengan topografi 85 % sedangkan yang berbukit 15 % (Simanjuntak, 2007).
Tanah
Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Di antara partikel- partikel terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori (void space) yang berisi air dan/atau udara. Ikatan yang lemah antara partikel-partikel tanah di sebabkan oleh pengaruh karbonat atau oksida yang tersenyawa di antara partikel-partikel tersebut, atau disebabkan oleh adanya material organik (Craig, 1987). Tanah juga memiliki beberapa lapisan diantaranya lapisan top soil dan lapisan sub soil.
Top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini, sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan. Kedalaman lapisan ini rata-rata 20-30 cm. Kandungan zat-zat terlarut dan fraksi liat (koloid tanah) pada lapisan ini termasuk miskin, karena telah dicuci oleh air kelapisan
yang lebih bawah. Karena itu lapisan ini disebut dengan zona pencucian (elevation zone) (Novizan, 2007).
Sub soil adalah tanah bagian bawah dari lapisan top soil yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik. Dan lapisan dari sub soil juga dibedakan menjadi dua bagian, terutama dalam tanah yang mengalami pelapukan mendalam yakni tanah-tanah di daerah lembap, bagian sebelah atasnya disebut daerah transisi (peralihan), dan sebelah bawahnya disebut daerah penimbunan (illuviasi) (Buckman and Brady, 1982).
Sub soil merupakan lapisan tanah di bawah lapisan top soil, umumnya memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah dibandingkan top soil, terutama sifat kimianya yang kurang baik jika digunakan sebagai media tumbuh bibit kelapa sawit (Winarna dan Sutarta, 2003).
Tanah Entisol bertekstur kasar atau mempunyai konsistensi lepas, struktur lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah serta bahan organik yang rendah. Tanah Entisol merupakan lahan marjinal yang memiliki sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang kurang subur karena memiliki tekstur pasir, struktur lepas, permeabilitas cepat, daya menahan dan menyimpan air yang rendah serta hara rendah dan bahan organik rendah. Tanah berpasir
sangat porous sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah, miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman (Gaol, dkk., 2014).
Tanah melestarikan beragam komunitas organisme tanah yang membentuk simbiosis dengan akar tanaman, mendaur ulang nutrisi penting bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dengan dampak positif bagi kapasitas memegang air
tanah dan nutrisi, yang pada akhirnya meningkatkan produksi tanaman (Anikwe et al., 2016).
Menurut Simanjuntak (2007) jenis tanah di Afd 3 PTP. Nusantara II Tanjung Garbus adalah tanah Entisol. Menurut Tan (1986) tanah ini mempunyai konsistensi lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu vulkanik ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organik.
Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan- gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda (Hardjowigeno, 2007).
Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antarpartikel primer.
Oleh karena itu, tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman
untuk berpenitrasi dan mengabsorpsi (menyerap) hara dan air sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2005).
Struktur tanah telah dianggap sebagai salah satu hal penting dalam menentukan kualitas tanah, yang mempengaruhi sifat hidrolik media tak jenuh, seperti kurva retensi air tanah. Pada dasar hukum hidostatik dan hidrodinamika, klasifikasi rinci pori-pori tanah, yaitu pori-pori submicroscopic, pori mikro dan pori makro, di mana pori mikro mencakup matriks pori-pori (tekstur komponen) dan pori-pori struktural. Namun, struktur pori-pori tanah dipengaruhi oleh tanah fase padat. Selain itu, pemisahan tanah (yaitu, tanah liat, lumpur dan pasir) mempengaruhi perbedaan pori-pori. Setiap tingkat partikel memiliki tingkat yang sesuai dari pori-pori partikel (Ding et al., 2015). Selain struktur tanah hal lain yang menentukan kualitas tanah adalah tekstur tanah yang menunjukkan ukuran dari porositas butir-butir primer bagian mineral tanah.
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah persentase perbandingan dari masing-masing fraksi butir-butir pasir, debu dan liat dalam suatu masa tanah. Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan oleh sebaran ukuran butir (particle size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih besar dari pasir (lebih dari 2 mm). Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktifitas tanah pada daerah-daerah geografis tertentu (Yunus, 2004).
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm), debu (silt) (berdiameter 0,20 – 0,002 mm atau 200 – 2 µm) dan liat (clay) (< 2 µm). Partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah (Hanafiah, 2005).
Menurut Islami dan Utomo (1995) Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman.
Tekstur tanah meliputi:
1. Tanah berpasir, yaitu tanah dengan kandungan pasir >70% porositasnya rendah (<40%), sebagian besar ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga disebut juga tanah ringan.
2. Tanah bertekstur “berliat” jika kandungan liatnya >35%. Porositas relatif lebih tinggi (60%), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil.
Akibatnya, daya hantar air sangat lambat, dan sirkulasi udara kurang lancer. Kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energy yang tinggi, sehingga sulit dilepaskan terutama bila kering, sehingga juga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat disebut juga tanah berat karena sulit diolah.
3. Tanah berlempung, merupakan dengan proporsi pasir, debu dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berbeda-beda diantara tanahberpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata udara serta air cukup baik, kemampuan
menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi. Secara lebih rinci klasifikasi tekstur tanah dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951)
Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah adalah semua bahan organik di dalam tanah baik yang mati maupun yang hidup. Secara praktek analisis bahan organik dilakukan pada bahan tanah kering udara yang lolos dari ayakan 2 mm dan termasuk semua materi hidup maupun mati yang ada di dalam tanah. Jumlah dan sifat bahan organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Penetapan bahan organik di laboratorium dapat dilakukan dengan metode pembakaran (metode Walkley dan Black). Prinsip metode Walkley dan Black adalah C-organik dihancurkan oleh oksidasi Kalium bikromat yang berlebih akibat penambahan asam sulfat.
Kelebihan kromat yang tidak direduksi oleh C-organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan titrasi dengan larutan ferro. Untuk menghitung kandungan bahan organik tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Bahan organik = % C Organik x 1,724 ………(1) (Mukhlis, 2007).
Bahan organik adalah cadangan nitrogen yang penting, dapat memperbaiki persediaan fospor dan sulfur tanah, melindungi tanah dari erosi, menyediakan subtansi semacam semen untuk pembentukan agregat tanah yang diinginkan, dan memperbaiki aerasi dan pergerakan air bahan organik tanah terdiri dari fraksi- fraksi yang berbeda. Pertama, sisa-sisa tanaman yang melapuk sebagian umumnya dalam bentuk partikel tidak dapat dikenali sebagai bahan tanaman. Kedua, mikroorganisme dan mikroflora yang terlibat dalam dekomposisi. Ketiga produk pertumbuhan dan dekomposisi mikrooganisme. Keempat adalah humus. Kelima adalah bagian atas tanah (Yulipriyanto, 2010).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah.
- Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
- Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
- Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (Kapasitas Tukar Kation tanah menjadi tinggi).
- Sumber energi bagi mikroorganisme (Hardjowigeno, 2007).
Bahan organik tanah memberi pengaruh yang dominan dalam fungsi tanah pertanian, terutama pada pertanian organik. Bahan organik tanah dianggap sebagai indikator yang baik dari sistem tanah yang sehat, karena penting dalam berbagai
sifat tanah dan proses seperti pemeliharaan struktur tanah, kapasitas retensi air, siklus hara dan stimulasi kegiatan biologis tanah. Penambahan residu bahan organik untuk tanah meningkatkan unsur hara tanah, memodifikasi sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah, meningkatkan total N pada tanah dan penyimpanan C pada tanah (Sharma et al., 2016).
Bahan organik tanah memainkan peran utama dalam menjaga kualitas tanah untuk meningkatkan serta mempertahankan kualitas tanah, mengurangi kebutuhan pupuk kimia, memungkinkan untuk pertumbuhan yang lebih cepat pada tanaman, meningkatkan pengolahan tanah, meningkatkan biomassa tanah dan aktivitas mikroba (Neata et al., 2015).
Keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa pada tanah sehingga melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah. Bahan organik dapat menahan air lebih besar dibandingkan beratnya sendiri. Bahan organik merupakan penyumbang nitrogen dan fosfat apabila tanah tidak diberikan pupuk (Yulipriyanto, 2010).
Kriteria penialaian sifat-sifat tanah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria penilaian sifat-sifat tanah
Sifat Tanah Satuan Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi C (Karbon) % < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00 N (Nitrogen) % < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75
C/N - < 5 5-10 11-15 16-25 > 25
P2O5 Total % < 0,03 0,03-0,06 0,06-0,079 0,08-0,10 > 0,10 P2O5 eks-HCl % < 0,021 0,021-0,039 0,040-0,060 0,061-0,10 > 0,100
P-avl Bray Ppm < 8,0 8,0-15 16-25 26-35 > 35
P-avl Truog Ppm < 20 20-39 40-60 61-80 > 80
P-avl Olsen Ppm < 10 10-25 26-45 46-60 > 60
K2O eks-HCl % < 0,03 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 >0,20 CaO eks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30 MgOeks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30 MnO eks-HCl % < 0,05 0,05-0,09 0,10-0,20 0,21-0,30 > 0,30 K-tukar me/100 < 0,10 0,10-0,20 0,30-0,50 0,60-1,00 > 1,00 Na-tukar me/100 < 0,10 0,10-0,30 0,40-0,70 0,80-0,10 > 1,00 Ca-tukar me/100 < 2,0 2,0-5,0 6,0-10,0 11,0-20,0 > 20 Mg-tukar me/100 < 0,40 0,40-1,00 1,10-2,0 2,10-8,00 > 8,00
KTK (CEC) me/100 < 5 5-16 17-24 25-40 > 40
KB (BS) % < 20 20-35 36-50 51-70 > 70
Kej. Al % <10 10-20 21-30 31-60 > 60
EC (Nedeco)
Mmhos / Cm
- - 2,5 2,6-10 > 10
(Pusat Penelitian Tanah, 1983).
Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density)
Bulk density adalah sifat fisik tanah yang penting dibutuhkan untuk
memperkirakan karakteristik air tanah dan digunakan sebagai parameter untuk kebutuhan air dan transportasi nutrisi. Evaluasi bulk density yang dibutuhkan untuk mendapatkan perkiraan yang tepat dari bahan organik tanah. Faktor seperti kedalaman, kandungan bahan organik atau padatan memiliki pengaruh pada nilai- nilai bulk density (Martin et al., 2016).
Berat tanah disebut sebagai bulk density tanah, yang merupakan ukuran berat (massa) dari tanah per satuan volume daerah tanah, biasanya diberikan secara oven-kering pada suhu 105-110oC dan dinyatakan dalam g/cm3. Variasi dalam bulk density disebabkan oleh proporsi relatif dan berat jenis partikel
organik dan anorganik padat dan porositas tanah. Sebagian besar tanah mineral memiliki kepadatan massal antara 1,0 dan 2,0 g/cm3
Kerapatan massa tanah (bulk density) adalah berat tanah kering udara dibagi dengan volumenya. Nilai kerapatan massa dari tanah dapat dituliskan sebagai:
. Pengukuran kepadatan harus diketahui untuk menentukan sifat-sifat tanah yang luas (kuantitatif) untuk seluruh profil tanah dan lebih sesuai dengan kondisi lokal (Hossain et al., 2015).
Kerapatan massa tanah
(Db) =
=
……….. (2)(Dingus, 1999).
Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar daripada tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaaan (Hardjowigeno, 2003).
Bulk density (BD) adalah salah satu parameter yang paling penting yang
digunakan untuk menghitung bahan organik tanah. Bulk density (BD) berkaitan dengan volume partikel tanah, termasuk pori-pori tanah. Sebagai dasar sifat fisik tanah, bulk density tidak hanya mempengaruhi kelembaban tanah dan nutrisi, tetapi juga secara tidak langsung mencerminkan kualitas tanah dan produktivitas.
Bulk density adalah salah satu parameter yang paling penting yang digunakan
untuk menghitung karbon organik tanah (Xu et al., 2016).
Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density)
Kerapatan partikel merupakan perbandingan antara massa tanah kering (padatan) dengan volumenya (volume padatan).
...(3) dimana:
= Kerapatan partikel tanah (g/cm3 M
)
p
V
= Massa padatan tanah (g)
p = Volume padatan tanah (cm3
Kerapatan partikel merupakan fungsi perbandingan antara komponen bahan mineral dan bahan organik. Kerapatan partikel untuk tanah-tanah mineral berkisar antara 2,6 g/cm
)
3 sampai 2,7 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3, sedang kerapatan partikel tanah organik berkisar 1,30 g/cm3 sampai 1,50 g/cm3
Kerapatan partikel tanah (PD) adalah properti tanah yang penting untuk menghitung porositas tanah dan angka pori. Namun, banyak studi mengasumsikan nilai konstan, biasanya 2.65 Mg/m
(Pandutama, dkk., 2003).
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi particle density yaitu kadar air, tekstur tanah, struktur tanah, bahan organik, dan topografi. Kadar air mempengaruhi volume kepadatan tanah, dimana untuk mengetahui volume kepadatan tanah dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, sebab tanpa adanya pengaruh kadar
untuk ditanami pada tanah mineral (Schjonning et al., 2016).
air maka proses particle density tidak berlangsung, karena air sangat mempengaruhi volume kepadatan tanah. Kandungan bahan organik di dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah, maka makin kecil nilai particle density nya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat
yang lebih kecil daripada benda padat tanah mineral yang lain. Top soil banyak mengandung bahan organik dan kerapatan butirnya sampai 2,4 g/cm3
Porositas Tanah
atau bahkan lebih rendah dari nilai itu. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai particle densitynya semakin kecil (Hanafiah, 2005).
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk- keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak porous. Porositas dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:
1. Selisih bobot tanah jenuh dengan bobot tanah kering oven, misalnya bobt tanah jenuh = 100 gram/ dan bobot tanah kering oven= 50 gram/ , maka berarti ruang pori total tanah = 100% x (100-50) = 50 %, atau
2. Nisbah BI : BP adalah ukuran volume tanah yang ditempati bahan padat, misalnya tanah mempunyai BI = 1,3 gram/ dan BP = 2,6 gram/ , maka proporsi bahan padat tanah = (1,3 : 2,6) x 100% = 50% dan ruang pori total = 100%-50% = 50% (Hanafiah, 2005).
Porositas total merupakan indikator awal yang paling mudah untuk mengetahui apakah suatu tanah mempunyai struktur baik atau jelek. Pengukuran porositas total dilakukan pada kedalaman 0 – 25 cm. Data porositas total perlu Cdilengkapi dengan distribusi ukuran pori yang perhitungannya berdasarkan kurva karakteristik air tanah (Gambar 2) dimana pada kadar air tanah yang sama, tanaman akan lebih besar menyerap air untuk tanaman pada tanah liat (pori-pori kecil) daripada tanah pasir (pori-pori besar) sedangkan pada tegangan yang sama kemampuan menyerap air adalah sama (tanah pasir dan liat) walaupun kadar air liat lebih besar dari kadar air pasir (Yunus, 2004).
Porositas merupakan indikator penting untuk kesuburan tergantung pada ukuran partikel, struktur, bahan organik. Porositas total dapat dilakukan dengan persamaan :
………..(4) dimana : Pt = total porositas (%)
Db = Kerapatan massa tanah (g/cm3 P
)
d = Kerapatan partikel tanah (g/cm3 (Yevtushenko et al., 2016).
)
Adapun kelas porositas tanah dapat dilihat dari Tabel 2.
Tabel 2. Kelas porositas tanah
Porositas (%) Kelas
100 Sangat porous
60-80 Porous
50-60 Baik
40-50 Kurang baik
30-40 Buruk
< 30 Sangat buruk
(Arsyad, 1989).
Porositas tanah, yaitu proporsi air dan udara di dalam tanah. Porositas total merupakan parameter fisik penting dalam kehutanan dan pertanian, mengingat hubungannya dengan akar pertumbuhan dan fraksi air dan udara di dalam tanah.
Densitas didefinisikan sebagai massa jumlah partikel dari bahan dibagi dengan total volume yang mereka tempati. Porositas adalah parameter yang memiliki pengaruh terbesar pada koefisien penyerapan (Barros et al., 2015).
Porositas tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah.
Apabila tanah memiliki porositas yang tinggi maka air akan mudah masuk ke dalam tanah, akibatnya kapasitas pegang tanah juga meningkat, porositas tanah adalah persentase volume tanah yang tidak ditempati butiran padat. Tetapi didalamnya terdapat sejumlah ruang pori-pori yang diisi oleh air dan udara. Air dan udara bergerak melalui ruang pori-pori tersebut. Ukuran pori dan susunan butiran tanah juga menentukan jumlah dan sifat pori (Majid, 2010).
Permeabilitas Tanah
Permeabilitas adalah salah satu bagian tanah yang paling penting yang memungkinkan air untuk mengalir melalui tanah dalam waktu tertentu, dimana Setiap lapisan tanah memiliki nilai permeabilitas (k) masing-masing tergantung pada arah mengalir air (Gupta et al., 2016).
Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk mentransfer air atau udara.
Permeabilitas biasanya diukur berdasarkan jumlah air yang mengalir melalui tanah dalam waktu tertentu dan ditetapkan sebagai cm/jam (Hakim, dkk., 1986).
Kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada tabel 3.
Kelas permeabilitas tanah tertera pada Tabel 3.
Tabel 2. Kelas permebilitas tanah
Kelas Permeabilitas (cm/jam)
Sangat lambat < 0,125
Lambat 0,125-0,50
Agak lambat 0,50-2,00
Sedang 2,00-6,25
Agak cepat 6,25-12,50
Cepat 12,50-25,00
Sangat cepat > 25,00
(Uhland dan O’neal, 1951).
Berdasarkan Hukum Darcy besarnya permeabilitas tanah (k) dengan uji constant head test yaitu:
k = ……….(5)
dimana: k = nilai koefisien permeabilitas (cm/jam) q = debit (cm3
h
/jam)
L
A =luas penampang (cm
= gradient hidrolik (cm)
2
l = tebal kedalaman tanah (cm) (Craig, 1987).
)
Pada kondisi jenuh tanah pasir mempunyai hantaran hidroliknya lebih besar dari tanah liat, yaitu 0,001 – 0,01 cm/det untuk tanah pasir dan 10-7 – 10-4
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin kecil koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang cm/det untuk tanah liat. Hal ini menunjukkan tanah yang mempunyai kandungan liat lebih banyak memiliki permebialitas yang lebih rendah (Hillel, 1971).
lebih rendah dari pada tanah ini, koefisien permeabilitas merupakan fungsi dari angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lapisan lebih besar daripada permeabilitas untuk aliran tegak lurus lapisan.
Permeabilitas lempung yang bercelah (fissured) lebih besar daripada lempung yang tidak bercelah (unfissured) (Craig, 1987).
Kedalaman Tanah
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman dimana perakaran tanaman masih bisa masuk ke dalam tanah. Kedalaman tersebut umumnya dibatasi oleh suatu lapisan penghambat, misalnya batu keras (bedrock), padas atau lapisan lain yang mengganggu atau menghambat perkembangan perakaran, diukur dalam cm (Sofyan, dkk., 2004). Menurut FAO (1990) kedalaman efektif dibedakan dalam 6 kelas, yaitu:
- Sangat dangkal sekali <10 cm - Sangat dangkal 10 - 30 cm - Dangkal 30 - 50 cm - Sedang 50 - 100 cm - Dalam 100 - 150 cm - Sangat dalam >150 cm
Tebal atau kedalaman tanah (L) sangat berpengaruh terhadap laju permeabilitas tanah (k), dimana hukum Darcy menjelaskan hubungan yang searah antara tebal tanah (L) dengan laju permeabilitas tanah. Semakin besar tebal/kedalaman tanah (L) maka semakin besar pula laju permeabilitas tanah (k) tersebut. Semakin besar kedalaman (ketebalan) tanah maka semakin besar pula laju permeabilitasnya. Akan tetapi, kedalaman (ketebalan) tanah tersebut juga
dapat menghambat keluarnya udara dari pori-pori tanah. Terhambarnya udara dalam pori-pori tanah menyebabkan aliran air menjadi lebih lambat karena terputusnya kontinuitas pori dalam menyalurkan air (Israelsen and Hansen, 1962).
Kadar Air Kapasitas Lapang
Kadar air kapasitas lapang adalah kemampuan tanah menahan air sama dengan potensial gravitasi. Metode gravimetrik adalah metode yang paling sederhana secara konseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada prinsipnya mencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang contoh tanah sebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu 105 – 110 oC dalam oven. Hasilnya dinyatakan dalam presentase air dalam tanah, yang dapatdiekspresikan dalam presentase terhadap berat kering, berat basah atau terhadap volume. Presentase kadar air yang diekspresikan terhadap berat kering dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut:
Kandungan air tanah (%) = x 100% ...(6) Kurva pF (Gambar 2) adalah kurva yang menggambarkan kemampuan tanah memegang air. Dari kurva ini dapat diketahui apakah tanah tersebut lebih cepat meloloskan air atau dapat menahan air dalam waktu yang lebih lama.
Semakin curam kurva pF, semakin cepat tanah tersebut meloloskan air, dan semakin landai kurva pF semakin bagus tanah tersebut menahan air.
Gambar 2. Hubungan tegangan matrik tanah dengan kadar air (Abdurrachman, dkk., 2006).
Air Tersedia
Status kadar air tanah sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman di daerah kering dan semi-kering. Air tanah yang tersedia adalah jumlah air yang dikeluarkan antara kapasitas lapangan dan titik layu permanen (antara pF 2,54 – pF 4,2). Untuk menentukan air tersedia, nilai-nilai berdasarkan tekanan kapasitas lapangan dan titik layu permanen biasanya berasal dari kurva karakteristik air tanah (Li et al., 2016).
Total air yang tersedia dengan tanaman yang bisa disimpan dalam lapisan tanah akarnya adalah parameter kunci ketika menerapkan model neraca air tanah.
Perbedaan sifat tanah (tekstur dan struktur) mempengaruhi kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen karena kedua variabel menentukan kadar air tanah pada potensial matrik tertentu berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk menahan air (Campos et al., 2016).
Air merupakan salah satu komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang diserap tanaman adalah air yang berada pada pori-pori tanah. Setiap jenis tanah memiliki distribusi dan ukuran pori yang berbeda-beda, yang akan mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah (Haridjaja et al., 2013).
Tanaman Kelapa Sawit
Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Divisi : Tracheophyta
Anak Divisi (Subdivisi) : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Anak Kelas (Subkelas) : Monocotyledoneae Bangsa (Ordo) : Spadiciflorae (Arecales) Suku (Familia) : Palmae (Arecaceae) Anak Suku (Subfamilia) : Cocoideae
Marga (Genus) : Elaeis
Jenis (Spesies) : Elaeis guineensis Jacq.
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar lintang Utara – Selatan 12° dan kelapa sawit juga tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, andosol, dan alluvial..
Bagian tanaman kelapa sawit, yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji (Selian, 2009).
Selain karakteristik lahan, produktivitas kelapa sawit juga sangat dipengaruhi oleh umur tanaman. Pada umumnya, tanaman kelapa sawit berumur 10 tahun dapat berproduksi optimal. Saat umur tanaman antara 25-30 tahun, tanaman ini mempunyai produktivitas yang cukup rendah karena umur tanaman yang sudah terlalu tua. (Sunarko, 2007). Hal yang juga sangat mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit adalah vegetasi penutup tanah.
Tanaman penutup tanah yang sering dipergunakan di perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit adalah kacang-kacangan yang menghasilkan hara nitrogen (Aulia, 2011).
Vegetasi penutup tanah yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit selain kacang-kacangan yang sengaja ditanam, juga sering didapati vegetasi lain yang tumbuh liar, seperti rumput, paku-pakuan dan keladi. Keadaan ini terjadi karena pada saat tanaman kelapa sawit tajuknya sudah menutupi permukaan tanah, sebagian tanaman kacang-kacangan akan mati karena tidak tahan terhadap naungan sehingga muncul vegetasi lain pada areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak menghasilkan dan sebagian permukaan tanah yang sudah terbuka, pada umumnya sudah tidak dijumpai lagi tanaman kacang-kacangan dan digantikan oleh vegetasi lain. Jenis rerumputan dapat berfungsi sebagai pelindung permukaan tanah dari daya dispersi dan daya penghancuran oleh butir-butir hujan, memperlambat aliran permukaan serta memperbesar porositas tanah. Namun vegetasi lain yang tumbuh, selain kacang-kacangan dapat juga menjadi pesaing tanaman utama karena persaingannya terhadap unsur hara (Gonggo, dkk., 2005).
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2017 di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang yaitu pada areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif. Lahan Afd 3 kebun PTP Nusantara II Tanjung Garbus yang dijadikan lahan penelitian ini adalah lahan yang ditanami tanaman kelapa sawit pada tahun tanam 1991 tepatnya pada blok 3 dengan luas areal tanam seluas 9,72 Ha dan jumlah tanaman awalnya sebanyak 1360 dan hingga saat ini yang bertahan berjumlah 8501 tanaman. Pengukuran sifat fisika tanah tanah dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian
Alat- alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: ring sampel untuk analisis sifat fisika tanah, penutup ring sampel yang berfungsi untuk menahan air agar tidak keluar dari ring sampel, cangkul yang digunakan untuk menggali tanah, parang yang digunakan untuk memudahkan pengambilan ring dari dalam tanah, penggaris yang digunakan untuk mengukur kedalaman tanah, oven untuk mengeringkan tanah, timbangan digital untuk mengukur berat tanah, erlenmeyer untuk mengukur kerapatan partikel tanah, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh dari penelitian, kamera digital untuk mendokumentasikan selama penelitian, kotak digunakan sebagai wadah ring sampel, dan kalkulator yang digunakan untuk menghitung.
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah tanaman kelapa sawit di areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif di kebun PTP. Nusantara II Tanjung Garbus. Plastik yang digunakan sebagai wadahpenutup ring sampel, karet yang digunakan untuk mengikat plastik, label yang digunakan untuk memberi tanda pada ring sampel dan plastik.
Metode Penelitian
Metode Penelitian menggunakan metode survei dan analisa tanah dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Prosedur Penelitian dan Parameter Penelitian 1. Pengambilan sampel dilapangan
a. Menentukan titik pengambilan sampel tanah.
b. Mengambil sampel tanah pada kedalaman 5 cm dan 25 cm dengan menggunakan ring sampel masing-masing 3 kali ulangan.
c. Menutup dan memasukkan ring sampel ke dalam plastik.
d. Menyusun ring sampel dan sampel tanah dalam plastik ke dalam kotak untuk dibawa ke laboratorium.
e. Diukur kedalaman efektif tanah.
Kedalaman efektif tanah diukur langsung di lapangan dengan cara melakukan pengeboran sebatas maksimal yang dapat ditembus akar tanaman, atau ketika tanah sudah mulai keras dan sulit untuk dibor lebih lanjut.
2. Pengujian di laboratorium a. Tekstur tanah
Tekstur tanah didapatkan dengan melakukan pengukuran di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU dengan metode Hydrometer,hasilnya ditentukan dan dilihat berdasarkan Gambar 1.
b. Bahan organik
Bahan organik dapat diketahui dari pengukuran di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU dengan metode Walkey and Black dan dihitung dengan persamaan (1).
c. Kerapatan massa tanah
Kerapatan massa tanah didapatkan dengan melakukan pengukuran di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU dan dihitung menggunakan Persamaan (2).
d. Kerapatan partikel tanah
Kerapatan partikel tanah didapatkan dengan melakukan pengukuran di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU dan dihitung menggunakan Persamaan (3).
e. Porositas
Porositas tanah dihitung menggunakan Persamaan (4).
f. Kedalaman efektif tanah di ukur dengan menggunakan bor tanah.
g. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah dapat diketahui dari pengukuran di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU.
Analisis permeabilitas dengan metode Constant Head Test yang didasarkan pada Persamaan (5).
h. Kadar air kapasitas lapang
Kadar air kapasitas lapang tanah dapat diketahu dari pengukuran di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan dapat dihitung dengan Persamaan (6).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lahan PTPN II Tanjung Garbus
Kebun Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus secara administratif tepatnya berada di desa Penara Kebun, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Kondisi lahan Afd 3 PTPN II Tanjung Garbus memiliki kontur/kemiringan yang datar dan cukup potensial untuk dimanfaatkan jika diolah dengan baik. Elevasi lahan terletak pada 7,01 mdpl.
Tanah
Jenis tanah yang berada di Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus adalah tanah Entisol yaitu tanah yang bertekstur kasar atau mempunyai konsistensi lepas, struktur lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah serta bahan organik yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tan dan Kim (1986) yang menyatakan bahwasanya tanah Entisol ini mempunyai konsistensi lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara tersedia rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu vulkanik ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organik.
Tekstur Tanah
Hasil pengukuran tekstur tanah dapat dilihat dari Tabel 4.
Tabel 4. Tekstur tanah Vegetasi Kedalaman
(cm)
Fraksi
Tekstur Tanah Pasir
(%)
Debu (%)
Liat (%)
Pakis 5 80,96 9,28 9,76 Pasir Berlempung
25 69.48 11.92 18.6 Lempung Berpasir
Rumput 5 82.48 7.92 9.6 Pasir Berlempung
25 69.48 11.92 18.6 Lempung Berpasir
Ilalang 5 81.48 8.92 9.6 Pasir Berlempung
25 69.48 11.92 18.6 Lempung Berpasir
Dari Tabel 4. diketahui bahwa tekstur tanah Entisol di kebun Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus secara umum adalah bertekstur kasar dan berpasir dapat dilihat dari perbandingan fraksi (pasir, debu, dan liat) dimana fraksi pasir lebih dominan pada tanah Entisol ini. Fraksi pasir yang lebih dominan menyebabkan tanah akan mudah tererosi akan tetapi air yang berada dalam tanah lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena akar tanaman akan lebih mudah
menembus tanah, namun kemampuan menyimpan airnya lebih sedikit karena pori - pori tanah lebih besar. Hal ini sesuai dengan Gaol, dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa tanah Entisol bertekstur kasar atau mempunyai konsistensi lepas, struktur lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah serta bahan organik yang rendah. Tanah Entisol merupakan lahan marjinal yang memiliki sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang kurang subur karena memiliki tekstur pasir, struktur lepas, permeabilitas cepat, daya menahan dan menyimpan air yang rendah serta hara rendah dan bahan organik rendah.
Tanah berpasir sangat porous sehingga kemampuan tanah menahan air dan pupuk sangat rendah, miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman.
Bahan Organik Tanah
Hasil pengukuran bahan organik tanah dapat dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Bahan Organik Tanah Vegetasi
Kedalaman (cm)
Kadar C-Organik
(%)
Kandungan Bahan Organik
(%)
Kriteria
Pakis 5 1.35 2.33 Rendah
25 0.04 0.07 Sangat Rendah
Rumput 5 0.82 1.41 Sangat Rendah
25 0.66 1.14 Sangat Rendah
Ilalang 5 1.37 2.36 Rendah
25 0.05 0.09 Sangat Rendah
Lahan Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus bervegetasi ilalang memiliki kandungan bahan organik yang paling tinggi dibandingkan pada lahan bervegetasi pakis dan rumput. Nilai kandungan bahan organik pada lahan bervegetasi ilalang yaitu sebesar 2.36% dengan kriteria rendah. Pada lahan bervegetasi tanaman memiliki nilai bahan organik yang paling rendah yaitu 0.07 % yang memiliki karakteristik sangat rendah (perhitungan pada Lampiran 1).
Pada kedalaman 5cm, bahan organik tanah pada ketiga macam vegetasi lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 25 cm. Hal ini disebabkan pada kedalaman 5cm merupakan bagian top soil dan merupakan tempat penimbunan atau akumulasi dari bahan organik, serta adanya pengaruh dari pembusukan bagian-bagian pada tanaman terhadap peningkatan persentase bahan organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2007) yang menyatakan bahwa pada lapisan top soil sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan.
Kerapatan Massa (Bulk Density), Kerapatan Partikel (Particle Density) dan Porositas Tanah.
Hasil pengukuran kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, dan porositas tanah dapat dilihat dari Tabel 6.
Tabel 6. Kerapatan Massa Tanah, Kerapatan Partikel Tanah dan Porositras Tanah Vegetasi Kedalaman
(cm)
Bulk Density (g/cm³)
Particle Density (g/cm³)
Porositas (%)
Pakis 5 1.09 2.35 52.88
25 1.35 2.58 47.62
Rumput 5 1.29 2.42 46.60
25 1.33 2.43 44.78
Ilalang 5 1.25 2.38 47.38
25 1.34 2.46 45.38
Dari Tabel 6 didapat hasil pengukuran kerapatan massa tanah pada kedalaman 25 cm lebih besar daripada kedalaman 5 cm. hal ini dikarenakan pada kedalaman 25 nilai bahan organiknya lebih kecil daripada kedalaman 5 cm. Hal ini sesuai dengan Yuliprianto (2010) yang menyatakan bahwa keuntungan dari adanya bahan organic pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa tanah sehingga melarutkan mineral tanah.
Pada kedalaman 5 cm untuk lahan bervegetasi rumput memiliki nilai bulk density yang paling besar yaitu sebesar 1.29 g/cm3. Hal ini dikarenakan tanah bervegetasi rumput memiliki nilai bahan organik yang paling kecil yaitu sebesar 1.41 %. Sementara untuk kedalaman 25 cm untuk tanah bervegetasi pakis memiliki nilai bulk density yang paling besar yaitu sebesar 1.35 g/cm3 hal ini dikarenakan pada lahan bervegetasi pakis di Lahan Afd 3 PTPN II Tanjung Garbus memiliki kandungan bahan organik paling kecil dibandingkan lahan bervegetasi rumput dan ilalang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2007) yang menyatakan bahwa bahan organik juga dapat memperkecil kerapatan
massa tanah. Persentasi bulk density akan besar apabila bahan organik yang terdapat pada tanah tersebut lebih sedikit dan begitupun sebaliknya.
Nilai kerapatan massa pada tanah entisol ini berkisar 1,09 – 1,35 g/cm3. Berdasarkan kandungan bahan organik (Tabel 5) tanah entisol ini termasuk ke dalam tanah mineral yaitu tanah dengan bahan organiknya kurang dari 20 %. Hal ini sesuai dengan Hossain et al. (2015) yang menyatakan bahwa variasi dalam bulk density disebabkan oleh proporsi relatif berat jenis partikel organik dan
anorganik padat dan porositas tanah. Sebagian besar tanah mineral memiliki kepadatan massa antara 1,0 dan 2,0 g/cm3
Secara umum kerapatan partikel tanah pada kedalaman 25 cm lebih besar daripada kedalaman 5 cm. Hal ini dikarenakan nialai bahan organik pada kedalaman 25 cm lebih kecil daripada kedalaman 5 cm.
.
kerapatan partikel tanah yang terbesar terdapat pada lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 25 cm dan terendah pada lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 5cm. Hal ini dikarenakan untuk lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 25 cm memiliki nilai kerapatan massa yang paling besar yaitu sebesar 1,35 g/cm3. sedangkan untuk lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 5 cm memiliki nilai kerapatan massa yang paling kecil yaitu sebesar 1,09 g/cm3
Pada kedalaman 5 cm untuk lahan bervegetasi rumput memiliki nilai kerapatan partikel yang paling besar yaitu sebesar 2,42 g/cm
.
3. Hal ini dikarenakan tanah bervegetasi rumput memiliki nilai bahan organik yang paling kecil yaitu sebesar 1.41 %. Sementara untuk kedalaman 25 cm untuk tanah bervegetasi pakis memiliki nilai kerapatan partikel yang paling besar yaitu sebesar 2,58 g/cm3 hal ini dikarenakan pada lahan bervegetasi pakis di Lahan Afd 3 PTPN II Tanjung
Garbus memiliki kandungan bahan organik paling kecil dibandingkan lahan bervegetasi rumput dan ilalang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah, maka makin kecil nilai particle density nya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih kecil daripada benda padat tanah mineral yang lain.
Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa secara umum nilai porositas tanah pada kedalaman 5 cm lebih besar daripada kedalaman 25 cm. Hal ini dikarenakan nilai bahan organik pada kedalaman 5 cm lebih besar dari pada kedalaman 25 cm.
Nilai porositas tanah tertinggi adalah pada lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 5 cm yaitu 52.88 % dan terendah pada lahan bervegetasi rumput pada kedalaman 25 cm yaitu 44.78 %. Hal ini dikarenakan nilai bahan organik pada kedalaman 5 cm lebih besar dibandingkan nilai bahan organik pada kedalaman 25 cm. Hal ini sesuai dengan Yulipriyanto (2010) yang menyatakan bahwa keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa pada tanah sehingga melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah.
Pada kedalaman 5 cm lahan bervegetasi pakis memiliki nilai porositas yang paling tinggi yaitu 52,88 % dan yang paling rendah pada lahan bervegetasi rumput, sedangkan untuk kedalaman 25 cm lahan bervegetasi pakis juga memiliki nilai porositas yang paling tinggi yaitu 47,62 % dan yang paling rendah juga pada lahan bervegetasi rumput. Hal ini dikarenakan semakin besar selisih
antara kerapatan partikel tanah dengan kerapatan massa tanah maka nilai porositas juga ahkan semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari persamaan (4).
Porositas masih dikategorikan kurang baik karena memiliki rata-rata porositas 40-50 %. Hal ini sesuai dengan Arsyad (1989) yang menyatakan bahwa kelas porositas tanah kurang baik apabila nilai porositasnya berkisar antara 40-50 %.
Kedalaman Tanah
Dari hasil pengukuran menggunakan bor tanah diperoleh kedalaman efektif tanah untuk lahan bervegetasi pakis sedalam 62 cm, untuk lahan bervegetasi rumput sedalam 68 cm dan untuk lahan bervegetasi ilalang sedalam 64 cm.
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air dan hara, umumnya dibatasi adanya kerikil dan bahan induk atau lapisan keras yang lain, sehingga tidak lagi dapat ditembus akar tanaman.
Permeabilitas Tanah
Hasil pengukuran permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai permeabilitas untuk setiap vegetasi disetiap kedalaman tanah Vegetasi Kedalaman
(cm)
Permeabilitas
(cm/jam) Kriteria
Pakis 5 5.67 Sedang
25 0.33 Lambat
Rumput 5 19.76 Cepat
25 0.86 Lambat
Ilalang 5 14.43 Cepat
25 0.67 Lambat
Pada pengukuran permeabilitas tanah menunjukkan bahwa laju permeabilitas pada kedalaman 5 cm lebih besar dibandingkan dengan laju permeabilitas pada kedalaman 25 cm. Hal ini dikarenakan tanah pada kedalaman 5 cm memiliki nilai porositas yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanah pada kedalaman 25 cm. Hal ini sesuai dengan Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk- keluar tanah secara leluasa.
Pada kedalaman 5 cm lahan bervegetasi pakis memiliki nilai permeabilitas yang paling rendah dibandingkan lahan bervegetasi rumput dan ilalang yaitu sebesar 5,67 cm/jam. Hal ini dikarenakan lahan bervegetasi pakis memiliki persentase liat dan debu yang lebih besar sedangkan persentase pasirnya lebih kecil dibandingkan lahan bervegetasi rumput dan ilalang. Disamping itu bahan organiknya sama dengan ilalang tergolong lebih besar dari rumput dan kedalaman tanahnya yang paling rendah. Hal ini sesuai dengan Israelsen and Hansen (1962) yang menyatakan bahwa semakin besar kedalaman (ketebalan) tanah maka semakin besar pula laju permeabilitasnya.
Kadar Air Kapasitas Lapang dan Air Tersedia
Hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang dan air tersedia dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil analisa kadar air kapasitas lapang d an air tersedia pada kedalaman 5 cm
Tanah Entisol PF 2.54 (%) PF 4.2 (%) Air Tersedia (%)
Pakis 29,51 17,93 11,58
Rumput 22,83 17,64 5,19
Ilalang 32,12 24,82 7,30
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa lahan bervegetasi pakis memiliki nilai kandungan air tersedia paling besar yaitu 11,58 % dan lahan bervegetasi rumput memiliki nilai kandungan air tersedia paling kecil yaitu 5,19 % (Lampiran 11).
Hal ini dikarenakan lahan bervegetasi pakis memiliki nilai porositas paling besar dan nilai permeabilitas yang paling kecil serta memiliki kandungan liat yang lebih besar sedangkan lahan bervegetasi rumput memiliki nilai porositas yang paling kecil dan nilai permeabilitas yang paling besar. Hal ini sesuai dengan Majid (2010) yang menyatakan bahwa porositas tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah. Apabila tanah memiliki porositas yang tinggi maka air akan mudah masuk ke dalam tanah, akibatnya kapasitas pegang tanah juga meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian sifat fisika tanah di Areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif di kebun PTP. Nusantara II Tanjung Garbus kurang baik, kandungan bahan organik yang rendah, porositas yang kurang baik dan air tersedia yang rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan sifat fisika tanah dengan cara melakukan pengolahan tanah dan penambahan bahan organik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis tanah pada lahan Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus adalah tanah Entisol dengan tekstur pasir berlempung pada kedalaman 5 cm dan tekstur lempung berpasir pada kedalaman 25 cm.
2. Kandungan bahan organik pada lahan Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus berkisar anatara 0,07 - 2,36 % termasuk kategori sangat rendah sampai rendah.
3. Porositas tanah tertinggi terdapat di lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 5 cm yaitu 52,88 % dan terendah di lahan bervegetsi rumput pada kedalaman 25 cm yaitu 44,78 % dengan kriteria kurang baik sampai dengan baik.
4. Permeabilitas tanah pada kedalaman 5 cm tertinggi pada lahan bervegetasi rumput sebesar 19,76 cm/jam dengan kriteria cepat dan terendah di lahan bervegetasi pakis yaitu 0,33 cm/jam dengan kriteria lambat. Sedangkan pada kedalaman 25 cm permeabilitas berkisar antara 0,33 cm/jam 0,86 cm/jam dengan kriteria lambat.
5. Jumlah air tersedia untuk lahan bervegetasi pakis, rumput dan ilalang berturut-turut yaitu 11,58 %; 5,19 %dan 7,3 %.
6. Sifat fisika tanah pada areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif di kebun PTP. Nusantara II Tanjung Garbus kurang baik,
sehingga perlu dilakukan perbaikan sifat fisika tanah dengan cara melakukan pengolahan tanah dan penambahan bahan organik.
Saran
1.
Perlu dilakukan pengolahan tanah berupa penggemburan tanah pada areal tanaman kelapa sawit di lahan Afd. 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus sebelum dilakukan replanting.2.
Perlu dilakukan penelitian yang sama untuk jangka waktu yang lama ketika tanaman masih produktif.DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., U. Haryati dan I. Juarsah. 2006. Penetapan Kadar Air Tanah
dengan Metode Gravimetrik. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id [01 Maret 2017].
Anikwe, M. A. N., J. C. Eze, M. C. Chima and E. E. Ikenganyia. 2016. Soil physicochemical quality in contrasting tillage systems and its effect on nodulation and nodulation effectivity of groundnut, Bambara groundnut and soybean in a degraded Ultisol in Agbani, Enugu Southeastern Nigeria.
Rhizosphere. (1):14-16.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Aulia, H. 2011. Laju Penutupan Tanah oleh Pertumbuhan Mucuna bracteata Dc.
dan Cetrosema pubescens Benth. pada Ex – Borrow PIT Jabung Timur Jambi. http://repository.ipb.ac.id [19 maret 2017].
Barros, J. L., O. Thiers and F. Torres. 2015. Feasibility study of estimating the
porosity of soils from sound absorption measurements.
Measurement. (77):213-221.
Buckman, H. O dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Campos, I., J. G. Piqueras, A. Carrara, J. Villodre and A. Calera. 2016. Estimation of total available water in the soil layer by integrating actual evapotranspiration data in a remote sensing-driven soil water balance.
Journal of Hydrology. (534):427-439.
Craig, R. F. 1987. Mekanika Tanah Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin dan H. Hanum . 2011.
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Ding, D., Y. Zhao, H. Feng, X. Peng and B. Si. 2015. Using the double exponential water retention equation to determinate how soil pore size distribution is linked to soil texture. Soil & Tillage Research. (156):119-130.
Dingus, D. D. 1999. Soil Science Laboratory Manual. Prentice Hall, New York.
Foth, H. D. 1951. Fundamentals Of Soil Science Eighth Edition. John Wiley &
Sons, New York.