• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Kelapa Tahun Tanam 2003 dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP. Nusantara II Pagar Merbau"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kebun PTP Nusantara II Pagar Merbau

Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II pada letak geografis 98°53’20” - 98°55’50” BT dan 03°28’40” – 03°32’28” LU. Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau secara geografis terletak di Kabupaten Deli Serdang dengan pusat kota di Lubuk Pakam, di sebelah Timur Kota Madya Medan. Jarak Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau ke Kotamadya Medan +/- 27 km. Hamparan lahan Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau mempunyai topografi dominan rata, hanya sekitar 1,5 % berbukit di Afdeling I dan II dengan kemiringan 30 %. Jumlah curah hujan setahun di Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau pada status sedang sampai dengan cukup yaitu berkisar 1500 mm - 2500 mm per tahun. Tanjung Garbus Pagar Merbau merupakan salah satu lahan perkebunan yang dimiliki perusahaan PTPN II yang memiliki komoditi kelapa sawit. Daerah Tanjung Garbus memiliki jenis tanah ultisol dan entisol dengan topografi 85 % sedangkan yang berbukit 15 % (Simanjuntak, 2007).

(2)

perkebunan PTPN II yang mengusahakan tanaman kelapa sawit adalah kebun Pagar Merbau.

Tanaman Kelapa Sawit

Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:

Divisi : Tracheophyta

Anak Divisi (Subdivisi) : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Anak Kelas (Subkelas) : Monocotyledoneae

Bangsa (Ordo) : Spadiciflorae (Arecales)

Suku (Familia) : Palmae (Arecaceae)

Anak Suku (Subfamilia) : Cocoideae

Marga (Genus) : Elaeis

Jenis (Spesies) : Elaeis guineensis Jacq. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang Utara – Selatan 12° dan kelapa sawit juga tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, andosol, dan alluvial. Tanah yang baik untuk kelapa sawit berada pada pH 4,0 - 6,0. Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, tanaman ini berumah satu atau monocious, dimana bunga jantan dan betina terdapat satu pohon. Bagian tanaman kelapa sawit, yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji (Selian, 2008).

(3)

dikehendaki tanaman ini adalah antara 2000 sampai 2500 mm pertahun dengan distribusi hujan merata sepanjang tahun tanpa ada bulan kering yang berkepanjangan. Kondisi lahan ideal untuk kelapa sawit adalah yang memiliki tanah yang subur dan gembur, kedalaman efektif yang dalam tanpa ada lapisan padas, serta kelerengan antara 0 sampai 15 %. Ketinggian tempat yang dikehendaki tanaman kelapa sawitadalah antara 0 sampai 400 m dari permukaan laut (Pambudi dan Hermawan, 2010).

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10, dimana C 1 % dan N 0,1 %. Namun, faktor pengolahan budi daya atau teknis agronomis dan sifat genetis induk tanaman kelapa sawit juga menentukan produksi kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Walaupun demikian, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Fauzi, 2008).

Tanah

Tanah adalah hasil pelapukan batuan induk yang tidak sederhana (kompleks) karena, melalui proses kombinasi dari berbagai faktor fisik yang dikendalikan iklim dan vegetasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah tersebut, yakni melalui penambahan bahan organik. Unsur – unsur hara di dalam tanah akan berkembang dengan melibatkan mikrobiologi dalam mekanisme dekomposisi dan akumulasi bahan organik tanah (Yulipriyatno, 2010).

(4)

dengan catatan tidak termasuk tanah-tanah yang selalu kelebihan air karena pada tanah-tanah seperti ini akar tidak mendapat cukup oksigen sehingga berdampak buruk bagi tanaman karena udara yang dibutuhkan oleh tanaman tidak dapat masuk disebabkan kelebihan air. Para ahli lain lebih menekankan pentingnya ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar, yang sedikit banyak mempunyai kaitan dengan jaminan ketersediaan air. Delapan jenis tanah yang dapat dipakai untuk usaha tani kelapa sawit, yaitu tanah-tanah organosol, regosol, andosol, aluvial, latosol, podsolik merah kuning, dan podsolik cokelat (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Golongan ultisol merupakan kelompok besar tanah yang sebelumnya, juga masuk podzolik merah-kuning, lateritik coklat kemerahan, latosol berhumus, planosol tergabung, dan beberapa tanah setengah Rawa, latosol, lateritik terra roxa, dan laterit air-tanah (Sanchez, 1992).

Tanah Ultisol

(5)

Ciri tanah ultisol yang terutama menjadi kendala bagi budidaya tanaman antara lain pH rendah, kejenuhan Al tinggi, lempung beraktifitas rendah, daya serap terhadap posfat kuat, kejenuhan basa rendah, kadar bahan organik rendah sampai sedang dan itu pun terdapat dalam lapisan permukaan tipis (horison A tipis) dan dengan sendirinya kadar N pun rendah serta terbatas dalam lapisan permukaan tipis itu, daya simpan air terbatas, derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat lemah, miskin kandungan bahan organik, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi (Notohadiprawiro, 1986).

Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah persentase perbandingan dari masing-masing fraksi butir-butir pasir, debu dan liat dalam suatu masa tanah. Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan oleh sebaran ukuran butir (particle size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih besar dari pasir (lebih dari 2 mm). Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktifitas tanah pada daerah-daerah geografis tertentu (Yunus, 2004).

(6)

Berdasarkan partikel pasir, debu, dan liat, tanah dibagi dalam 3 golongan atau kelas dasar, yaitu: a) Tanah berpasir (sandy soil) yaitu tanah yaitu tanah yang kandungan pasirnya > 70 % yang dalam keadaan lembab tanah berpasir terasa kasar dan tidak lekat, termasuk dalam kategori ini tanah pasir dan tanah lempung berpasir (sandy and loamy sand soils), b) Tanah berlempung (loamy soil) yaitu tanah yang kandungan debu – liat relatif sama, tanah demikian tidak terlalu lepas dan juga tidak terlalu lekat. Sepanjang tidak ada gejala penggaraman tanah demikian sangat baik untuk pelaksanaan usaha tani, c) Tanah liat, yaitu tanah yang kandungan liatnya > 35 %. Tanah liat ini bagi usaha tani padi - pesawahan dapat dikatakan sangat cocok, tetapi apabila hendak dijadikan sebagai tempat usaha tani kering (dry – farming) hendaknya dipertahankan agar kelembaban tanahnya selalu berada dalam kelembaban yang optimal, dengan demikian dapat terjamin pertumbuhan tanaman dengan baik (Kartasapoetra, dkk, 1987).

Tanah yang didominasi pasir banyak mempunyai pori-pori makro (besar/disebut lebih poreus), tanah yang didominasi oleh debu banyak mempunyai pori-pori meso (sedang/agak poreus), sedangkan yang didominasi liat banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil/tidak poreus). Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur dibandingkan pasir (Hanafiah, 2005).

(7)

Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951).

Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar/disebut lebih porous), tanah yang didominasi oleh debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang/agak porous), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil/tidak porous) (Hanafiah, 2005).

(8)

tengah-tengah di antara keduanya. Terhadap segi fisik tanah, tekstur ini berperanan terhadap struktur tanah, tata air, tata udara dan temperatur (suhu) tanah (Kartasapoetra, dkk, 1987).

Bahan Organik Tanah

Bahan organik adalah cadangan nitrogen yang penting yang diperoleh dari proses dekomposisi oleh mikrobiologi tanah, yang fungsinya dapat memperbaiki persediaan fosfor dan sulfur tanah, melindungi tanah dari erosi, menyediakan substansi semacam semen untuk pembentukan agregat tanah yang diinginkan, dan memperbaiki aerasi dan pergerakan air. Agar fungsi bahan organik menjadi maksimal, maka bahan organik harus siap didekomposisi dan secara terus menerus dicampur dengan residu-residu organik yang masih segar (Yulipriyatno, 2010).

Sumber primer bahan organik tanah adalah jaringan organik tanaman, baik berupa daun, batang/cabang, ranting, buah maupun akar, sedangkan sumber sekunder berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya (Hanafiah, 2005).

(9)

biologi tanah yaitu semakin banyak jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah, dan kegiatan jasad mikro maka semakin meningkat proses dekomposisi bahan organik di dalam tanah (Hakim, dkk, 1986).

Kadar bahan organik dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan partikel yang ada di dalam tanah. Semakin tinggi bahan organik, ruang antar partikel nya semakin tinggi. Makin tinggi elevasi dan/atau makin rendah suhu, maka kadar bahan organik makin tinggi disertai dengan nisbah C/N makin besar. Pada umumnya kadar bahan organik akan semakin rendah ke arah bagian profil tanah. Hal ini dikarenakan sumber bahan organik yang terbanyak terutama ialah serasah dan akar tumbuhan berada di atas permukaan tanah. Faktor yang berpengaruh atas dekomposisi/mineralisasi bahan organik adalah suhu; makin rendah suhu, dekomposisi/mineralisasi makin lemah karena kegiatan jasad pengurai didalam tanah akan menurun. Hubungan antara elevasi dan kadar bahan organik bersifat tak langsung. Bahan organik tanah (BOT) meningkatkan struktur dan konsistensi tanah, dan dengan memperbaiki, aerasi, permeabilitas, dan daya tanah menyimpan air (Notohadiprawiro,1998).

(10)

Bahan organik = % C Organik x 1,724 ………(1) (Mukhlis, 2007).

Faktor 1,724 adalah asumsi yang digunakan bahwa bahan organik mengandung 58 % karbon. Kriteria bahan organik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria bahan organik tanah

Bahan Organik (%) Kriteria

<1,00 Sangat Rendah

Kerapatan Massa Tanah (Bulk Density)

Kerapatan massa tanah (bulk density) adalah berat tanah kering udara dibagi dengan volumenya. Nilai kerapatan massa dari tanah dapat dituliskan sebagai:

Kerapatan massa tanah (Db) =

Berat Tanah Kering Oven (g)

volume tanah total (cm3) ……….. (2) (Dingus, 1999).

(11)

Kerapatan Partikel Tanah (Particle Density)

Kerapatan partikel (particle density) dari tanah adalah massa tanah kering udara dibagi dengan volume dari partikel tanah.

Kerapatan Partikel Tanah (Dp) =

Berat Tanah Kering Oven (g)

Volume dari partikel tanah (cm3) ………... (3)

Berat jenis partikel merupakan fungsi perbandingan antara komponen bahan mineral dan bahan organik. Berat jenis partikel untuk tanah-tanah mineral berkisar antara 2,6 - 2,7 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3, sedang berat jenis partikel tanah organik berkisar 1,30 - 1,50 g/cm3 (Pandutama, dkk., 2003).

Porositas Tanah

Porositas total atau ruang pori total adalah volume seluruh pori dalam suatu volume tanah utuh yang dinyatakan dalam persen. Porositas total merupakan indikator awal yang paling mudah untuk mengetahui apakah suatu tanah mempunyai struktur baik atau jelek. Pengukuran porositas total dilakukan pada kedalaman 0 – 25 cm. Data porositas total perlu dilengkapi dengan distribusi ukuran pori yang perhitungannya berdasarkan kurva karakteristik air tanah (Gambar 2) dimana pada kadar air tanah yang sama, tanaman akan lebih besar menyerap air untuk tanaman pada tanah liat (pori-pori kecil) daripada tanah pasir (pori-pori besar) sedangkan pada tegangan yang sama kemampuan menyerap air adalah sama (tanah pasir dan liat) walaupun kadar air liat lebih besar dari kadar air pasir (Yunus, 2004).

Porositas tanah adalah hasil dari kerapatan massa tanah (bulk density) dan kerapatan partikel tanah (particle density) yang ditentukan berdasarkan:

Porositas (%) = (1-Db

Dp

(12)

Dimana: Db = kerapatan massa tanah (bulk density) Dp = kerapatan partikel tanah (particle density) (Hausenbuiller, 1982).

Adapun kelas porositas tanah dapat dilihat dari Tabel 2

Tabel 2. Kelas porositas tanah

Porositas (%) Kelas

Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk mentransfer air atau udara. Permeabilitas biasanya diukur berdasarkan jumlah air yang mengalir melalui tanah dalam waktu tertentu dan ditetapkan sebagai cm/jam (Hakim, dkk., 1986).

Kelas permeabilitas tanah tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Kelas permebilitas tanah

Kelas Permeabilitas (cm/jam)

Sangat lambat < 0,125

Lambat 0,125-0,50

Berdasarkan Hukum Darcy besarnya permeabilitas tanah (k) dengan uji

constant head test yaitu: k = ql

AhL

(13)

dimana: k = nilai koefisien permeabilitas (cm/jam) q = debit (cm3/jam)

hL = gradient hidrolik (cm) A = luas penampang (cm2) l = tebal kedalaman tanah (cm) (Craig, 1987).

Pada kondisi jenuh tanah pasir mempunyai hantaran hidroliknya lebih besar dari tanah liat, yaitu 0,001 – 0,01 cm/det untuk tanah pasir dan 10-7 – 10-4 cm/det untuk tanah liat. Hal ini menunjukkan tanah yang mempunyai kandungan liat lebih banyak memiliki permebialitas yang lebih rendah (Hillel, 1971).

pH Tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Nilai pH tanah tidak sekedar menunjukkan suatu tanah asam atau alkali, tetapi juga memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang lain, seperti ketersediaan fosfor, status kation-kation basa, status kation atau unsur racun, dsb (Mukhlis, 2014).

Kriteria pH tanah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria pH tanah

Kriteria pH H2O

Sangat Masam < 4,5

Masam 4,5-5,5

Agak Masam 5,6-6,5

Netral 6,6-7,5

Agak Alkalis 7,6-8,5

Alkalis > 8,5

(14)

Kadar Air Kapasitas Lapang

Kadar air kapasitas lapang adalah kemampuan tanah menahan air sama dengan potensial gravitasi. Metode gravimetrik adalah metode yang paling sederhana secara konseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada prinsipnya mencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang contoh tanah sebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu 105 – 110 oC dalam oven. Hasilnya dinyatakan dalam presentase air dalam tanah, yang dapat diekspresikan dalam presentase terhadap berat kering, berat basah atau terhadap volume. Presentase kadar air yang diekspresikan terhadap berat kering dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut:

Kandungan air tanah (%) = berat basah-berat kering

berat kering x 100% ...(6)

(15)

Gambar 2. Hubungan tegangan matrik tanah dengan kadar air

Ultisol mempunyai sifat menambat kelengasan yang cukup baik. Laju awal peresapan air bergantung pada kadar kelengasan tanah. Misalnya pada 30 cm lapisan atas tanah Ultisol mengandung 40 % H2O (0,08 bar), laju peresapannya adalah 38 cm/jam. Angka itu menurun menjadi setengahnya apabila kadar kelengasan meningkat menjadi 44 % (0,04 bar), dan turun lagi menjadi 3 cm/jam apabila tanah itu pada dasarnya jenuh dengan 50 % H2O (0,006 bar) (Sanchez, 1992).

Vegetasi Penutup Tanah

(16)

menyeluruh menutupi tanah/lahan yang telah ditentukan (Kartasapoetra, dkk, 1987).

Pemilihan jenis tanaman penutup tanah dan jenis tanaman pioner (perintis) sangat menentukan keberhasilan rehabilitasi lahan. Tanaman penutup tanah yang sering dipergunakan di perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit adalah kacang-kacangan yang menghasilkan hara nitrogen. Hara nitrogen pada tumbuhan kacang-kacangan sebanyak 66 % berasal dari gas N hasil simbiosis dengan bakteri

rhizobium. Fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh tanaman kacang-kacangan sering mengalami hambatan. Fiksasi nitrogen dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan nutrisi yang minimum, suhu yang terlampau ekstrim, kelebihan atau kekurangan kandungan air dalam tanah. Tanaman Pueraria

japonica hanya menghasilkan 4,8 ton serasah yang ekuivalen dengan 173 kg

(NPKMg) (Aulia, 2011).

Manfaat kacang-kacangan dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit adalah menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur dan agregat tanah, memperbaiki status hara tanah terutama nitrogen, memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan), melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi terutama pada tanah yang curam, mengurangi biaya pengendalian gulma, mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi (Pahan, 2006).

(17)

penghancuran oleh butir-butir hujan, memperlambat aliran permukaan, memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah. Sedangkan perakarannya dapat meningkatkan kadar bahan organik di dalam tanah dan merupakan medium yang sangat baik bagi mikroorganisme. Namun vegetasi lain yang tumbuh, selain kacang-kacangan dapat juga menjadi pesaing tanaman utama karena persaingannya terhadap unsur hara (Gonggo, dkk, 2005).

Rumput sebagai penutup tanah berperan dalam menahan daya tumbuk butir-butir hujan secara langsung kepada permukaan tanah sehingga penghancuran agregat tanah dapat dicegah, selain itu dapat menghambat daya laju aliran air sehingga dapat mengurangi pengikisan dan penghanyutan partikel-partikel tanah. Menurut hasil penelitian, jenis rumput tertentu sangat baik dikembangkan dalam usaha mengawetkan tanah-tanah kritis, karena selain pertumbuhan dan perkembangannya cepat, juga menunjang pembentukan agregat tanah, dan mengikat partikel-partikel tanah dengan kuat. Sistem perakaran rerumputan berhubungan dengan ruang poros dan struktur tanah, karena sistem perakaran dari rumput memegang dan mengikat partikel-partikel tanah, dan membantu memperbaiki struktur tanah (Pasaribu, 2013).

Kandungan Nitrogen (N) dalam Tanah

(18)

menjadi asam-asam amino, kemudian menjadi amoniak (NH4) dan nitrat (NO3) yang larut dalam tanah. Sumber ketiga nitrogen di dalam tanah berasal dari peristiwa loncatan listrik di atmosfer yang akhirnya turun ke bumi melalui air hujan. Proses demikian senantiasa berlangsung, dan di perkirakan jumlahnya antara 5 kg - 10 kg N/ha/tahun (Damanik, dkk, 2010).

Nitrogen di dalam tanah berada dalam dua bentuk yaitu bentuk N-organik dan N-anorganik. Bentuk organik merupakan yang terbesar yakni berada dalam ikatan-ikatan senyawa organik misalnya bahan-bahan organik yang berasal dari hasil pelapukan tumbuhan dan hewan. Bentuk anorganik terdapat sebagai bentuk amonium, nitrat, N2O, NO dan gas N2 yang hanya dapat digunakan setelah di tambat oleh bakteri rhizobium. Pengikat N dari udara bebas akan sedikit jumlahnya apabila tanaman Legum tumbuh pada tanah-tanah yang banyak mengandung nitrogen (Damanik, dkk, 2010).

Nitrifikasi yaitu proses perubahan amonium menjadi nitrat (NO3-) yang dilakukan oleh bakteri yang sifatnya oksidasi enzimatis. Kecepatan nitrifikasi dipengaruhi oleh faktor-faktor: ketergantungan pada tanahnya, suhu, kelembaban, pupuk, C/N rasio dan kapur aktif (Sutedjo, 2002).

(19)

Lalu didestilasi menjadi amonium hidroksida. NH4OH ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi dengan HCl.

Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah nitrogen total pada tanah adalah:

N(%) = mLHCl x NHCl x 14 x 100 Berat Tanah x 1000

= mL HCl x 0,014 ………(6) (Mukhlis, 2014)

Kandungan Fosfor (P) dalam Tanah

Sumber fosfor di dalam tanah terdiri dari bentuk organik dan anorganik. Fosfor organik tanah contohnya antara lain: asam nukleat, fitin dan turunannya, fosfolipid, fosfoprotein, inositol fosfat dan fosfat metabolik. Sumber utama fosfor anorganik berasal dari kerak bumi, dan hasil dari pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfor seperti minerat apatit, kandungannya mencapai 0,12 % P (Damanik, dkk, 2010).

Persediaan fosfor (P) di dalam tanah bersumber dari: pupuk buatan, pupuk alam, dan senyawa alam lainnya baik senyawa organik maupun anorganik dari unsur-unsur P dan K yang sudah ada dalam tanah (Sutedjo, 2002).

(20)

Faktor pengendali ketersediaan fosfor meliputi faktor tanah dan faktor tanaman. Pada tubuh tanah yang telah berkembang, ketersediaan P ini dikendalikan oleh faktor-faktor: a) komposisi pelikan tanah, b) pH tanah, c) kandungan liat, d) kandungan bahan organik, e) kelengasan tanah, f) temperatur tanah, g) tata udara tanah (Mas’ud, 1993).

Ada banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengekstrak dan menganalisis fosfor (P) total di dalam tanah. Hanya dua metode yang sampai sekarang umum digunakan yaitu metode Peleburan Natrium Karbonat dan metode Dekstruksi Asam. Metode Peleburan Natrium Karbonat dianggap sebagai metode yang dapat diandalkan namun membutuhkan peralatan yang sangat mahal, seperti cawan platina. Sementara metode Dekstruksi Asam kurang dapat menduga kadar

P total tanah karena tidak dapat mengekstrak P dari mineral apatit (Mukhlis, 2007).

Prinsip penetapan P tersedia tanah metode Bray II yaitu P-tersedia tanah diekstrak oleh NH4F dan HCl, P yang bebas direaksikan dengan molibdat asam akan menjadi berwarna biru dengan adanya asam askorbat. Perkembangan warna biru diukur sebagai kadar P secara spektrometri. Penetapan fosfor tersedia tanah dilakukan dengan menggunakan metode Bray II dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

P (ppm) = Plarutan x

20

2 x faktor pengencer (bila ada) ...(7)

(21)

Kandungan Kalium (K) dalam Tanah

Unsur kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman. Sumber utama hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Sebagai unsur kalium tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat sebagai persenyawaan di dalam berbagai batuan, mineral dan larutan garam. Kalium yang terdapat pada mineral dan batuan ini melalui proses pelapukan akan membebaskan kalium ke dalam larutan tanah, dan sebagian besar bentuk ini akan hilang karena tercuci yang pada akhirnya akan terakumulasi di laut (Damanik, dkk, 2010).

Kalium (K) di dalam tanah terdapat dalam bentuk: relatif tidak tersedia, segera tersedia dan lambat tersedia. Hubungan ketiga bentuk tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: feldspar dan mika 90 % sampai 98 % dari K total yang relatif tahan pelapukan, akan tetapi lama kelamaan akan tersedia pula dalam tanah walaupun secara lambat; K segera tersedia hanyalah meliputi 1 % sampai 2 % dari K total dalam tanah pada perbanyakan tanah mineral yang umum; bentuk K lambat tersedia (Sutedjo, 2002).

(22)

Flame photometer adalah alat yang dapat mengukur intensitas radiasi emisi atom yang tereksitasi. Jika suatu analit diaspirasikan ke dalam nyala api maka atom-atomnya, terutama dari golongan I A, akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (elektron kulit terluar dari atom yang akan terlontarkan). Keadaan tereksitasi ini tidak stabil dan atom akan kembali ke tingkat energi semula atau energi dasar (elektron kulit terluar kembali ke posisi semula); pada saat inilah akan dipancarkan energi emisi. Intensitas radiasi emisi ini sebanding dengan jumlah etom yang tereksitasi. Dalam hal ini konsentrasi unsur sebanding dengan intensitas radiasi emisi.

Rumus yang digunakan untuk menetapkan kalium tukar tanah (Ktukar) adalah: Ktukar ( me

100g ) = Klrt x 20

390 x Faktor Pengencer... (8) Dimana kadar K larutan (Klrt) ditetapkan dengan menginterpolasikan nilai absorben sampel ke kurva standar dan faktor pengencer (Mukhlis, 2014).

Tercucinya Kadar N, P, K dalam Tanah

(23)

sebagai sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Wibawa, dkk, 2012).

Dekomposisi bahan organik N-organik akan mengalami mineralisasi sedangkan N mineral mengalami imobolisasi. Sebagian N terangkut panen, sebagian kembali sebagai residu tanaman, hilang ke atmosfir dan kembali lagi, hilang melalui pencucian. Selain itu, penambahan bahan organik yang jarang dilakukan menyebabkan kadar N tanah rendah. Tanah yang mengandung N rendah, harus selalu ditambahkan pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah. Selain kadarnya rendah, N dalam tanah mempunyai sifat yang dinamis dan mudah hilang menguap dan tercuci selama proses drainase. Kehilangan unsur P pada saat terangkut panen, merupakan jumlah hara tanaman yang hilang karena diserap tanaman dan dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan. Semakin tinggi produksi maka unsur hara yang diserap tanaman semakin banyak pula sehingga akan mengurangi kandungan unsur hara yang ada dalam tanah. Unsur K dapat juga hilang terangkut panen dan sifatnya yang mudah bergerak sehingga mudah hilang melalui proses pencucian. Kehilangan K pada tanah pertanian intensif cukup besar melalui bentuk pencucian dan erosi (Wibawa, dkk, 2012).

Berat Akar dan Volume Akar

(24)

akar dan volume akar biasanya diperoleh dengan cara penafsiran (Sitompul dan Guritno, 1995).

Gambar

Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951).
Tabel 2. Kelas porositas tanah
Tabel 5. Kriteria pH tanah
Gambar 2. Hubungan tegangan matrik tanah dengan kadar air

Referensi

Dokumen terkait

 Pada saat bel masuk lagi berbunyi (setelah istirahat) siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk tenang ditempatnya masing-masing..  Ketika bel pulang berbunyi, pelajaran

(1) Ketcntuan mengenai tata cara pcnjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 sampai dengan Pasal 47 berlaku secara mutatis mutandis terhadap tata cara

Demikianlah Surat Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan dan apabila dikemudian hari ternyata isi Surat Pernyataan ini tidak benar yang

[r]

Formulir Pernyataan Menjual Saham tersebut bisa didapatkan pada Biro Administrasi Efek (BAE) yaitu PT Datindo Entrycom selama Periode Pernyataan Kehendak Untuk Menjual (22 Januari

[r]

GUBERNUR SULAWESI SELATAN/SEKRETARIS DAERAH KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI

berada dalam wilayah terminal yang sering digabung dengan menara pengawas yang berfungsi sebagai tempat memantau pergerakan kenda- raan dan penumpang. d) Tempat tunggu