• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN LAJU EROSI PADA TANAH ANDEPTS

MENGGUNAKAN TANAMAN KEDELAI DAN TERAS BANGKU TIPE INWARD DENGAN METODE USLE DAN PETAK KECIL DI LAHAN

KWALA BEKALA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

M. ANUGRAH BOLANGTA PERANGIN-ANGIN 120308008

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(2)

PENENTUAN LAJU EROSI PADA TANAH ANDEPTS

MENGGUNAKAN TANAMAN KEDELAI DAN TERAS BANGKU TIPE INWARD DENGAN METODE USLE DAN PETAK KECIL DI LAHAN

KWALA BEKALA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

M. ANUGRAH BOLANGTA PERANGIN-ANGIN 120308008/ KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S) (Nazif Ichwan, STP, M.Si) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(3)

ABSTRAK

M. ANUGRAH BOLANGTA PERANGIN-ANGIN : Penentuan Laju Erosi Pada Tanah Andepts Menggunakan Tanaman Kedelai dan Teras Bangku Tipe Inward Dengan Metode USLE dan Petak Kecil di Lahan Kwala Bekala Universitas Sumatera Utara, dibimbing oleh SUMONO dan Nazif Ichwan.

Upaya untuk mencegah kerusakan tanah erosi ialah dengan menggunakan metode vegetasi (tanaman) dan metode mekanis (teras). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya laju erosi yang ditoleransikan dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada tanah Andepts dengan tanaman kedelai dan teras bangku (inward) dengan kemiringan lereng 9%, pada bulan Juli-Oktober 2016 di Kwala Bekala, dengan menggunakan metode petak kecil dan prediksi USLE.

Hasil penelitian menunjukkan besarnya erosi dengan menggunakan metode petak kecil untuk lahan kontrol 3,18 ton/(ha.thn), pada lahan kedelai 2,92 ton/(ha.thn), dan pada lahan teras bangku (inward) 0,74 ton/(ha.thn) dengan kategori Tingkat Bahaya Erosi (TBE) rendah. Prediksi USLE berdasarkan data curah hujan 10 tahun untuk lahan kontrol 39,52 ton/(ha.thn), pada lahan kedelai 15,41 ton/(ha.thn) dan pada lahan teras bangku (inward) 5,92 ton/(ha.thn) dengan kategori Tingkat Bahaya Erosi (TBE) rendah sampai sedang. Prediksi USLE berdasarkan data curah hujan 4 bulan masa penelitian untuk lahan kontrol 11,10 ton/(ha.thn), pada lahan kedelai 4,33 ton/(ha.thn) dan pada lahan teras bangku (inward) 1,66 ton/(ha.thn) dengan kategori Tingkat Bahaya Erosi (TBE) rendah.

Besarnya laju erosi yang diperbolehkan adalah 29,86 ton/(ha.thn).

Kata Kunci : Erosi, Tanah Andepts, Kedelai, Teras Bangku (inward) ABSTRACT

M. ANUGRAH BOLANGTA PERANGIN-ANGIN : The determination of Erosion Rate on Andepts Soil Using Soybean and Bench Terrace Inward Type With USLE and Small Plots methods in Kwala Bekala Estate University of North Sumatera, supervised by SUMONO and Nazif Ichwan.

The way to prevent the soil erosion is using vegetation method (plants) and mechanical method (terrace). This study was aimed to determine tolerable erosion rate and Erosion Hazard Level (TBE) on Andepts soil using soybean and bench terrace (inward) with slope of 9%, in July-October 2016 in the District of Kwala Bekala using small plots and USLE predictions.

The results showed that the amount of erosion using small plots for control land was 3,18 ton/(ha.year), on soybean land was 2,92 ton/(ha.year), and on bench terrace (inward) land was 0,74 ton/(ha.year), respectively with low Erosion Hasard Level (TBE) category. USLE predictions based on 10 years of rainfall data for control land was 39,52 ton/(ha.year), on soybean land was 15,41 ton/(ha.year), and on bench terrace (inward) was 5,92 ton/(ha.year) with Erosion Hazard Level (TBE) category of low to moderate. Prediction based on the USLE for 4 months rainfall data for control land was 11,10 ton/(ha.year), on soybean land was 4,33 ton/(ha.year), and on bench terrace (outward) land was 1,66 ton/(ha.year) with low Erosion Hazard Level (TBE) category. The amount of tolerable erosion rate was 29,86 tons/(ha.years).

Keywords: Erosion, Andepts Soil, Soybean, Bench Terrace (inward)

(4)

RIWAYAT HIDUP

PENULIS dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Oktober 1993 merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari Ayah Alamsyah Perangin-angin darn Ibu Aslina Sembiring

Pada tahun 2012 penulis lulus dari SMA Swasta Teladan Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Undangan Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama menjalani masa perkuliahan, penulis aktif sebagai Anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) Universitas Sumatera Utara dan dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi tersebut.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama satu bulan di pabrik kelapa sawit PTP Nusantara IV Kebun Sawit Pabatu, Tebing Tinggi.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penentuan Laju Erosi pada Tanah Andeptis Menggunakan Tanaman Kedelai dan Teras Bangku dengan Metode Usle dan Petak Kecil di Lahan Kwala Bekala Universitas Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk melakukan penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Nazif Ichwan, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak

membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. dan Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si yang telah banyak membantu saya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua, keluarga, sahabat dan teman- teman saya yang telah banyak membantu dalam mengerjakan skripsi saya ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2017

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN ... 6

Latar Belakang ... 6

Rumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Erosi ... 2

Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Erosi ... 2

Faktor Iklim ... 2

Faktor Tanah ... 8

Faktor Topografi ... 9

Faktor Vegetasi ... 11

Manusia ... 12

Metode Petak Kecil ... 12

Pendugaan Erosi (USLE) ... 14

Limpasan ... 20

Laju Erosi yang Masih dapat Ditoleransikan (T) ... 22

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ... 23

Penentuan Faktor C Tanaman kedelai... 24

Teras ... 25

Teras Tipe Inward ... 28

Penentuan Faktor Pengolahan Tanah dengan teras bangku “inward” ... 29

Tanah Andepts ... 29

Tekstur Tanah ... 30

Tanaman kedelai ... 42

Syarat Tumbuh ... 43

Iklim ... 43

Tanah ... 44

METODOLOGI PENELITIAN ... 8

Waktu dan Tempat Penelitian ... 8

Bahan dan Alat Penelitian ... 8

Metode Penelitian ... 8

Prosedur penelitian ... 47

Pengamatan Lapangan ... 52

Pengukuran Laju Erosi dengan Metode Petak Kecil... 52

Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Menggunakan Persamaan USLE ... 53

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ... 54

Parameter Penelitian ... 55

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

Kondisi umum kebun percobaan kwala bekala USU ... 47

Sifat fisik Tanah tanah Andepts di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU ... 47

Erosi Tanah pada Lahan Tanaman Kedelai dan Teras Bangku tipe Inward di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU ... 60

Pengukuran erosi dengan metode petak kecil ... 60

Pendugaan erosi dengan metode USLE ... 630

Laju erosi pada tanah Andepts yang dapat ditoleransikan (T) pada lahan kedelai dan teras bangku tipe inward di kebun percobaan kwala bekala USU. ... 66

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ... 67

Nilai faktor tanaman kedelai dan teras bangku tipe inward ... 70

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

Kesimpulan ... 58

Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 80

(8)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Kode (nilai) struktur tanah ... 14

2. Kode (nilai) permeabilitas tanah ... 14

3. Kriteria nilai faktor erodibilitas ... 14

4. Nilai faktor C dengan pertanaman tunggal ... 16

5. Nilai faktor P untuk berbagai tindakan konservasi ... 17

6. Nilai faktor kedalaman tanah pada berbagai jenis tanah ... 18

7. Kriteria tingkat bahaya erosi ... 19

8. Klasifikasi tekstur tanah menurut sistem USDA ... 25

9. Kelas porositas tanah ... 28

10. Kepekaan erosi tanah ... 36

11. Nilai sifat fisik tanah dikebun percobaan Kwala Bekala USU ... 51

12. Nilai laju erosi pada tanah Andepts dengan metode petak kecil ... 53

13. Nilai laju erosi pada tanah Andepts dengan Metode USLE berdasarkan data curah hujan 10 tahun ... 57

14. Nilai erosi tanah pada tanah Andepts dengan Metode USLE berdasarkan data curah hujan 4 bulan ... 57

15. Nilai Laju erosi yang Dapat ditoleransikan pada tanah andepts ... 59

16. Tingkat Bahaya Erosi pada Metode Petak Kecil ... 60

17. Tingkat Bahaya Erosi Metode USLE berdasarkan curah hujan 10 tahun 61 18. Tingkat Bahaya Erosi Metode USLE berdasarkan curah hujan 4 bulan 61 19. Nilai faktor C tanaman jagung dan faktor P pada teras bangku berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun... 63

20. Nilai faktor C tanaman jagung dan faktor P pada teras bangku berdasarkan data curah hujan selama empat bulan penelitian ... 64

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Penampang petak kecil dan kolektor pada sebidang lahan ... 14

2. Teras bangku tipe inward ... 28

3. Kemiringan lahan petak kecil ... 47

4. Teras bangku tipe inward (dengan ukuran jarak teras) ... 49

5. Segitiga USDA ... 115

6. Teras bangku tipe datar ... 116

7. Teras bangku tipe outward ... 116

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Diagram Alir Pengukuran laju Erosi Metode Petak Kecil... 79

2. Diagram Alir Pengukuran laju Erosi Metode USLE ... 80

3. Perhitungan nilai Laju erosi menggunakan metode petak kecil ... 81

4. Pendugaan nilai laj erosi menggunakan metode USLE ... 83

5. Perhitungan nilai faktor C dan P dengan curah hujan 4 bulan ... 85

6. Perhitungan nilai faktor C dan P dengan curah hujan 10 tahun ... 87

7. Perhitungan nilai erosi yang di toleransikan ... 89

8. Perhitungan tingkat bahaya erosi ... 90

9. Nilai erosivitas hujan berdasarkan curah hujan 10 tahun ... 93

10. Nilai erosivitas hujan berdasarkan curah hujan 4 bulan penelitian ... 99

11. Nilai erosi metode petak kecil ... 102

12. Nilai erosi yang di toleransikan ... 103

13. Nilai erosi tanah dengan metode petak kecil pada lahan tanpa tanaman 104 14. Nilai indeks tingkat bahaya erosi ... 110

15. Perhitungan nilai kerapatan massa, kerapatan partikel dan porositas... 111

16. Nilai faktor erodibilitas tanah ... 113

17. Perhitungan nilai erodibilitas tanah ... 114

18. Menentukan tekstur tanah dengan segitiga USDA ... 115

19. Gambar teras bangku tipe datar dan tipe outward ... 116

20. Analisis Data sifat fisik tanah ... 117

21. Data curah hujan BMKG ... 118

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan organik, bahan mineral, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut masing-masing berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat merubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifat yang meliputi;

sifat fisik, sifat kimia dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang keseluruhannya menentukan produktivitas tanah. Pada tanah-tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang berkerja pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat kepadatan tanah (Yunus, 2004).

Erosi adalah peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat dan terangkat ke tempat lain, baik oleh pergerakan air, angin dan/atau es. Erosi diawali oleh terjadinya penghancuran agregat tanah. Ketika hujan berlangsung, maka butir-butir air hujan dengan gaya kinetiknya menimpa tanah (terutama tanah gundul) dan memecahkan bongkah-bongkah tanah atau agregat tanah akibatnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Partikel- partikel tersebut mengikuti gerakan infiltrasi lalu menyumbat pori tanah, akibatnya kapasitas infiltrasi menurun dan sebagian air mengalir dipermukaan tanah dengan jumlah dan kecepatan tertentu (Mawardi,2011).

Tekstur adalah ukuran tanah dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir

(12)

berkerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi dan jika tanah tersebut dalam, erosi dapat diabaikan. Tanah-tanah bertekstur pasir halus juga mempengaruhi kapasitas infiltrasi cukup tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan, butir halus akan mudah terangkut (Ardiansyah, 2013).

Upaya ini umumnya masih dilakukan parsial terutama karena aktivitas ini masih dihitung sebagai biaya sosial dan bukan sebagai aktivitas ekonomi yang menguntungkan. Untuk itu perlu dikembangkan evaluasi pola penggunaan lahan yang dapat mengurangi erosi, banjir tetapi secara ekonomi menguntungkan.

Evaluasi ini harus juga mengukur nilai ekonomi dari manfaat atau kerugian lingkungan yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung (Sihite, 2001).

Tata guna lahan di kampus USU Kwala Bekala dalam kaitannya dengan kedudukan USU sebagai perguruan tinggi BHMN dengan visi “University for Industry” akan mengakomodasi baik fungsi-fungsi akademik, maupun fungsi- fungsi yang dapat diakses oleh publik. Untuk itu tata guna lahan Kampus USUKwala Bekala dibagi menjadi kawasan-kawasan: (a) akademik dan laboratorium terpadu (b) zona pendukung (c) hutan pendidikan (arboretum) (d) laboratorium kebun bunga dan hortikultura potong (e) laboratorium pembenihan kelapa sawit (f) laboratorium peternakan, kwala bekala juga memiliki kemiringan yang bermacam-macam yang berkisar 3%-30% dan topografi ny ada yang datar dan juga yang berlereng (USU, 2009).

Adapun jenis tanah pada lahan ini adalah jenis tanah Andepts.

Berdasarkan sifat fisiknya tanah Andepts mempunyai ciri tanah horison A, yaitu warna coklat tua, tekstur liat, struktur granular sedang. Pada umumnya tanah ini mempunyai tingkat kesuburan sedang sampai tinggi akibat kandungan bahan

(13)

organiknya. Tanah ini mempunyai kerapatan lindak (bulk density) rendah, porositas tinggi dan kemampuan menyerap air yang baik. Itulah sebabnya walaupun pada musim kemarau kandungan air lapisan atas tanah rendah tapi kelembaban tanah tetap baik (kedalaman 20 cm). Kebanyakan tanah Andepts digunakan untuk pertanian karena dapat menyerap air yang banyak (IPB, 2007).

Berdasarkan kemiringan atau topografi tersebut pemanfaatan Kwala Bekala harus memperhatikan konservasi tanah dan air tanahnya. Upaya yang lebih mudah untuk melakukan tindakan konservasi tanah dan air tanahnya adalah dengan memanipulasi penggunaan tanaman atau vegetasi sebagai penutup tanah.

Faktor vegetasi di dalam upaya menekan erosi disebut sebagai faktor tanaman.

Faktor tanaman ini pertama kali diperkenalkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dalam suatu rumus pendugaan erosi yang dikenal dengan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) yang diberi simbol dengan faktor C. Faktor C digunakan baik dalam USLE maupun dalam RUSLE untuk mencerminkan pengaruh pertanaman (cropping) dan pengelolaan tanaman penutup tanah terhadap erosi, dan merupakan faktor paling sering digunakan untuk membandingkan pengaruh pengelolaan terhadap rencana konservasi tanah. Faktor C menunjukkan bagaimana rencana konservasi tanah akan mempengaruhi besarnya erosi rata-rata tahunan dan bagaimana potensi erosi tanah akan terdistribusikan selama waktu kegiatan konstruksi, pergiliran tanaman, atau skema pengelolaan lainnya.

Dari beberapa metoda untuk memprakirakan besarnya erosi permukaan, metoda USLE yang dikembangkan oleh Wischmeir dan Smith (1978) adalah metoda yang paling umum digunakan untuk memprakirakan besarnya erosi.

(14)

Istilah “universal” atau “umum” ini menunjukkan bahwa persamaan atau metoda tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tata guna lahan dan kondisi iklim yang berbeda (Asdak,1995).

USLE memungkinkan perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan (tindakan konversi lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dengan erosi alur dibawah kondisi tertentu (Suripin, 2002). Untuk menentukan berat tanah di permukaan tanah yang hilang saat hujan, dimana di permukaan tanah terdapat tumbuh-tumbuhan, maka dapat digunakan persamaan USLE (USU, 2011).

Jika aliran air terjadi di bawah permukaan tanah disebut juga sebagai aliran di bawah permukaan dan jika yang terjadi adalah aliran yang berada di lapisan equifer (air tanah), maka disebut aliran air tanah. Air limpasan permukaan di bedakan menjadi: sheet dan rill surface run-of akan tetapi jika aliran air tersebut sudah masuk ke sistem saluran air atau kali, maka disebut sebagai stream flow run-off. Limpasan permukaan akan terjadi apabila syarat-syarat terjadi terpenuhinya limpasan permukaan adalah : 1. Terjadi hujan atau pemberian air ke permukaan 2. Intensitas hujan lebih besar dari pada laju dan kapasitas infiltrasi tanah dan topografi 3. Topografi dan kelerengan tanah memungkinkan untuk terjadinya aliran air di atas permukaan tanah (Najmi, 2014). Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini adalah:

(15)

1. Seberapa besar laju erosi dan limpasan pada tanah dengan penggunaan lahan tanaman kedelai dan teras bangku di Lahan USU Kwala Bekala.

2. Seberapa besar laju erosi yang diperbolehkan pada tanah dengan penggunaan lahan tanaman kedelai dan teras bangku di Lahan USU Kwala Bekala.

3. Bagaimana tingkat bahaya erosi yang terjadi pada tanah dengan penggunaan lahan tanaman kedelai dan teras bangku di Lahan USU Kwala Bekala.

4. Seberapa besar faktor erosi dan limpasan pada tanaman kedelai dan teras bangku di Lahan USU Kwala Bekala.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung:

1. Menghitung besarnya laju erosi tanah Andepts dengan menggunakan lahan tanaman kedelai dan teras bangku di Lahan USU Kwala Bekala.

2. Menghitung besarnya laju erosi yang diperbolehkan pada tanah Andepts dengan menggunakan lahan tanaman kedelai dan teras bangku di Lahan USU Kwala Bekala.

3. Menghitung besarnya tingkat bahaya erosi tanah Andepts dengan menggunakan lahan tanaman kedelai dan teras bangku di Lahan USU Kwala Bekala.

4. Menghitung besarnya faktor erosi tanaman kedelai dan teras bangku di Lahan USU Kwala BekalaKegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Bahan bagi penulis untuk penulisan skripsi, yang merupakan suatu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(16)

2. Dasar dalam mengelola lahan pertanian secara berkelanjutan, dengan tetap mempertimbangkan keuntungan ekonomis tetapi tetap menjamin kelestarian sumberdaya lahan.

3. Sumber informasi bagi pihak yang berkepentingan tentang tingkat bahaya erosi (TBE) pada penggunaan lahan Universitas Sumatera Utara.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari suatu tempat ketempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah dan bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut kemudian diendapkan pada suatu tempat lain (Sukri, 2013).

Proses erosi terjadi melalui penghancuran pengangkutan, dan pengendapan (Meyer, dkk., 1991; Utomo,1989; dan foth, 1978). Dialam terdapat dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni air dan angin. Sukri (2013) menyatakan pada daerah iklim tropika basah seperti indonesia, air merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh berarti (Aryad, 2010). Erosi adalah erosi yang disebabkan oleh air.

Erosi bersama sedimentasi dapat membalikkan profil tubuh bahan.

Lapisan teratas yang akan tererosi akan menjadi lapisan pertama yang diendapkan dan menjadi lapisan terbawa di daerah sedimantasi. Demikian seterusnya dan akhirnya lapisan terbawah didaerah erosi akan menjadi lapisan teratas didaerah sedimentasi. Dalam hal tanah semua berprofil kesuburan menurun kearah bawah, erosi dan sedimentasi membuat profil kesuburan terbalik, yaitu meningkat kearah bawah (Notohadiprawiro, 1993).

Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Erosi Faktor Iklim

Iklim dan geologi merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses erosi tanah. Disamping karakteristik tanah dan vegetasi, dimana keduanya

(18)

bergantung pada dua faktor terdahulu dan saling mempengaruhi. Diluar faktor tersebut, kegiatan manusia di muka bumi juga memberi andil yang cukup besar pada perubahan laju erosi tanah (USU, 2011).

Demikian juga dengan Hardiyatmo (2006), yang menyatakan bahwa perubahan iklim seperti siklus panas-dingin, basah-kering mengakibatkan pecahnya batuan menjadi partikel yang lebih kecil dan lemah ikatannya antar partikel. Secara umum, faktor-faktor penyebab terjadinya erosi tanah adalah: 1.

Iklim 2. Kondisi tanah 3. Topografi 4. Tanaman penutup permukaan tanah 5.

Pengaruh gangguan tanah oleh aktifitas manusia (USU, 2011).

Faktor Tanah

Tanah merupakan faktor penting yang menentukan besarnya erosi yang terjadi. Faktor-faktor tanah yang berpengaruh antara lain adalah (1) ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar baik oleh pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, dan (2) kemampuan tanah untuk menyerap air hujan melalui perkolasi dan infiltrasi (Utomo, 1989).

Kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi berbeda-beda sesuai dengan sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara umum tanah dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan bahan organik sedikit mempunyai kepekaan erosi yang tinggi. Menurut Utomo (1989) nilai erodibilitas suatu tanah ditentukan oleh ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar dan kemampuan tanah menyerap air (infiltrasi dan perkolasi) (Hermanto, 2012).

(19)

Ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi dan perkolasi mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran masa tanah. Sifat-sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap erosi adalah kemampuannya untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir-butir hujan dan aliran permukaan. Tanah dengan agregat yang stabil akan lebih tahan terhadap pukulan air hujan dan bahaya erosi. Kapasitas infiltrasi tanah sangat dinamis, dapat berubah atau diubah oleh waktu atau pengolahan tanah (Hermanto, 2012).

Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, dan sifat lapisan bawah tanah. Tanah dengan kandungan liat yang tinggi sukar tererosi, karena liat memiliki kemampuan memantapkan agregat tanah.

Struktur tanah mempengaruhi besarnya erosi, tanah-tanah yang berstruktur granuler lebih terbuka dan akan menyerap air lebih cepat daripada tanah yang berstruktur masif. Demikian pula peranan bahan organik penting terhadap stabilitas struktur tanah, karena bahan organik tanah berfungsi memperbaiki kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan daya pegang air tanah. Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan erosi adalah permeabilitas (Hermanto, 2012).

Faktor Topografi

Topografi merupakan faktor penting yanng mempengaruhi aliran permukaan dan erosi. Faktor topografi yang meliputi kemirang lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng. Disamping itu unsur lain yang berpengaruhi adalah keseragaman, dan arah lereng (Arsyad, 2010). Faktor topografi yang mempunyai

(20)

pengaruh dominan terhadap erosi adalah penjang lereng dan kemiringan lereng (Banuwa, 2013).

Topografi diartikan sebagai tinggi rendahnya permukaan bumi yang menyebabkan terjadi perbedaan lereng. Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Erosi akan meningkat dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan tinggi, tetapi erosi akan menurun dengan bertambahnya panjang lereng pada intensitas hujan yang rendah. Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng. Bentuk lereng juga berpengaruh terhadap erosi.

Bentuk lereng dibedakan atas lereng lurus, lereng cembung, lereng cekung dan lereng kompleks. Lereng lurus dicirikan oleh kemiringan yang seragam pada seluruh bagian lereng. Lereng cembung semakin curam ke arah lereng bawah, sedangkan lereng cekung semakin landai ke arah lereng bawah. Lereng yang cembung umumnya tererosi lebih besar daripada lereng cekung (Hermanto, 2012).

Perbedaan aspek lereng menimbulkan perbedaan besarnya erosi yang terjadi karena perbedaan penyinaran matahari dan kelembaban. Untuk daerah tropis, aspek lereng tidak terlalu menyebabkan perbedaan erosi yang besar karena matahari berada hampir tegak lurus dari permukaan (Hermanto, 2012). Arsyad (2010) menyatakan bahwa semakin curam lereng jumlah air yang terpecuk oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Jika kecuraman lereng meningkat menjadi dua kali, maka jumlah erosi menjadi 2,0-2,5 kali lebih besar. Umumnya erosi meningkat dengan bertambahnya panjang lereng untuk intensitas yang tinggi, tetapi bila intensitasnya rendah erosi akan semakin menurun (Banuwa, 2013).

(21)

Faktor Vegetasi

Morgan (1979) dari buku Banuwa (2013) menyatakan bahwa Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi terutama ditentukan oleh kemampuannya menutup permukaan tanah. Keefektivan vegetasi dalam menekan aliran permukaan dan erosi dipengaruhi oleh tinggi tajuk, luas tajuk, kerapatan vegetasi, dan kerapatan perakaran.

Selanjutnya menurut Arysad (2010) pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam lima bagian yaitu: (1) intersepsi hujan oleh tanaman; (2) mengurangi kecepatan alira permukaan dan kekuatan perusak aliran permukaan; (3) pengaruh akar; (4) kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap porositas tanah; dan (5) transfirasi yang menyebabkan kekeringan tanah. Faktor vegetasi dapat berupa tumbuhan yang tumbuh dipermukaan tanah atau sisa-sisanya (mulsa) yang disebar dipermukaan tanah (Banuwa, 2013).

Hutan atau padang rumput yang tebal merupakan pelindung tanah yang efektif terhadap bahaya erosi. Tanaman yang tinggi biasanya menyebabkan erosi yang lebih besar dibandingkan tanaman yang rendah, karena air yang tertahan oleh tanaman masih dapat merusak tanah pada saat jatuh di permukaan tanah.

Selain mengurangi pukulan butir-butir air hujan pada tanah, tanaman juga berpengaruh dalam menurunkan kecepatan aliran permukaan dan mengurangi kandungan air tanah melalui transpirasi (Hermanto, 2012).

(22)

Manusia

Pembuatan teras, penanaman secara berjalur, penanaman atau pengolahan tanah menurut kontur, perlindungan tanah dengan mulsa adalah kegiatan manusia yang dapat menurunkan erosi. Di lain pihak, penanaman searah lereng, perladangan dan penggunaan lahan tanpa memperhatikan kaidah konservasi akan meningkatkan bahaya erosi. Pengolahan tanah menurut kontur secara umum mengurangi erosi secara efektif terutama bila terjadi hujan lebat dengan intensitas sedang sampai rendah. Pembuatan teras berfungsi mengurangi panjang lereng sehingga kecepatan aliran permukaan bisa dikurangi dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah lebih besar, akibatnya erosi menjadi berkurang (Hermanto, 2012).

Metode Petak Kecil

Selain dengan menggunakan metode USLE, pengukuran laju erosi juga dapat dihitung langsung di lapangan dengan menggunakan petak kecil. Karakteristik wilayah yang harus diperhatikan adalah kemiringan lereng, jenis tanah, dan sistem bercocok tanam. Plot berbentuk segi empat memanjang lereng dengan sumbu bawah merupakan tempat kolektor untuk menampung aliran permukaan dan sedimen. Ukuran petak adalah 22 m dan lebarnya 2 m. Di sekeliling petakdibatasi oleh sekat. Lebar sekat sekitar 30 cm yakni 15 cm ditanam dan 15 cm berada di permukaan tanah.

Adapun cara untuk menentukan pengikisan dan penghanyutan tanah yaitu dengan menggunakan metode pengukuran besarnya tanah yang terkikis dan aliran permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini disebut

(23)

“Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untuk mendapatkan data- data sebagai berikut:

1. Besarnya erosi

2. Pengaruh faktor tanaman

3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner) 4. Pemakaian mulsa penutup tanah dan

5. Pengelolaan tanah

Dengan berpegangan pada pendapat Konhke dan Bertrand (1959) bahwa petak kecil yang biasanya berbentuk persegi panjang dipergunakan untuk mendapatkan besarnya pengikisan dan penghanyutan yang disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan derajat lereng tertentu.

Petak yang dipakai biasanya kecil sehingga semua aliran air permukaan yang terjadi pada saat hujan turun dapat ditampung dalam suatu bak penampungan air yang dipasang di ujung bagian bawah petak tersebut (Hidayat, 2014).

Berdasarkan pendapat Kartasaputra (1989) Pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan, berlangsungnya erosi akan banyak menghanyutkan partikel-partikel tanah dari bagian tengah tanah berlereng itu. Kejadian ini dikarenakan bagian tengah tanah berlereng pada umumnya digunakan sebagai lahan pertanian dan daya aliran air dari bagian atas ke bagian tengah telah menjadi lebih kuat karena erosi berlangsung sangat hebat dibagian ini, lapisan olah (horizon A) dan lapisan bawah tanah (horizon B) akan terkikis dan terhanyutkan, yang selanjutnya akan muncul ke permukaan yaitu bahan induk tanah yang mungkin diatasnya akan tertutup oleh lapisan olah yang sangat tipis yang berasal dari tanah terhanyut bagian atasnya (Hidayat,2014).

(24)

Metode Petak kecil dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Penampang petak kecil dan kolektor pada sebidang lahan

Pendugaan Erosi (USLE)

Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu persamaan untuk memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan Wischmeier tahun 1978. Apabila dibandingkan dengan persamaan kehilangan tanah yang lainnya, USLE mempunyai kelebihan yaitu variabel-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya kehilangan tanah dapat diperhitungkan secara terperinci. Sampai saat ini USLE masih dianggap sebagai rumus yang paling mendekati kenyataan, sehingga lebih banyak digunakan daripada rumus lainnya.

Persamaan kehilangan tanah yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith yaitu sebagai berikut:

A = R × K × L × S × C × P………...(1) Dimana :

(25)

A = banyaknya tanah tererosi (ton/(ha.thn)

R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan tahunan yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30).

K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter) terletak pada lereng 9 %, tanpa tanaman.

L = faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6kaki

S = faktor kecuraman lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.

C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi tanah dari tanah yang identik tanpa tanaman.

P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras menurut kontur), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik ( Arsyad, 1989)Masing – masing faktor tersebut akan ditentukan nilainya dengan mempergunakan rumus seperti di bawah ini :

(26)

a. Faktor Erosivitas Hujan (R)

( )

=

= 12

1 30 i

i EI

R ... (2)

Dimana :

EI = 6,119 (CH)30 1,21 .(HH)-0.47 . (P.Max) 0.53 ... (3) CH = rata-rata curah hujan bulanan

HH = jumlah hari hujan per bulan (hari)

P.Max = curah hujan maksimum selama 24 jam pada bulan bersangkutan.

b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

[ ] [ ]

100

3) - 2,5(c + 2) - 3,25(b +

a) - (12 (10) M

2,713 1.14 -4

=

K ... (4)

Dimana :

K= Faktor erodibilitas tanah

M= Ukuran partikel yaitu (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)

Bila data tekstur yang tersedia hanya fraksi pasir, debu dan liat, maka % pasir sangat halus dapat diduga dengan 20 % dari fraksi pasir (Sinukaban, 1986 dalam Sinulingga 1990)

a = bahan organik tanah (% C x 1,724) b = Harkat struktur tanah

c = Harkat permeabilitas profil tanah Tabel 1. Kode (nilai) struktur tanah

Kelas Struktur Tanah (Ukuran diameter) Harkat Granular sangat halus

Granular halus

Granular sedang sampai kasar Gumpal, lempeng, pejal

1 2 3 4 Sumber : Arsyad, 1989

(27)

Tabel 2. Kode (nilai) permeabilitas tanah

Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Harkat Sangat lambat (<0,5 cm/jam)

Lambat (0,5-2,0 cm/jam)

Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/jam) Sedang (6,3-12,7 cm/jam)

Sedang sampai cepat (12,7-25,4 cm/jam) Cepat (>25,4 cm/jam)

6 5 4 3 2 1 Sumber : Arsyad, 1989

Tabel 3. Kriteria nilai faktor erodibilitas

Nilai K Kategori

<0.10 0.11-0.20 0.21-0.32 0.33-0.43 0.44-0.55

> 0.55

Sangat rendah Rendah Sedang Agak tinggi Tinggi Sangat tinggi Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

c. Faktor Topografi (LS)

Faktor ini merupakan gabungan antara pengaruh panjang dan kemiringan lereng. Faktor S adalah rasio kehilangan tanah per satuan luas di lapangan terhadap kehilangan tanah pada lereng eksperimental sepanjang 22,1 m (72,6 ft) dengan kemiringan lereng 9 %. Persamaan yang diusulkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) dapat digunakan untuk menghitung LS :

LS = ...(5)

Dengan :

S = Kemiringan lereng (%) L = Panjang lereng (m) d. Faktor Tanaman (C)

Faktor ini mempertimbangkan segi pengelolaan lahan. Termasuk dalam pengelolaan ini adalah campur tangan manusia. Faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup tanah (C) serta faktor teknik konservasi lahan (P) diprediksi

(28)

berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu pustaka hasil penelitian tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik. Disamping itu juga akan ditentukan besarnya laju erosi yang masih dapat ditoleransi dan tingkat bahaya erosi.

e. Faktor Konservasi Lahan (P)

Konservasi lahan (P) diprediksi berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu pustaka hasil penelitian tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik. Disamping itu juga akan ditentukan besarnya laju erosi yang masih dapat ditoleransi dan tingkat bahaya erosi.

Teknik konservasi tanah disini tidak hanya tindakan konservasi tanah secara mekanik atau fisik saja, tetapi juga berbagai macam usaha untuk mengurangi erosi tanah. Selanjutnya indeks konservasi tanah disajikan pada Tabel 5.

(29)

Tabel 4. Nilai faktor C dengan pertanaman tunggal (Abdulrachman, sofyah dan kurnia 1981)

No Jenis Tanaman Abdulrachman

et al. (1981)

1 Rumput Brachiaria tahun I 0.287

2 Rumput Brachiaria tahun II 0.002

3 Kacang tunggak 0.161

4 Sorghum 0.242

5 Ubi kayu -

6 Kedelai 0.399

7 Serai wangi 0.434

8 Kacang tanah 0.20

9 Padi (lahan kering) 0.561

10 Jagung 0.637

11 Padi sawah 0.01

12 Kentang -

13 Kapas,tembakau 0.5-0.7

14 Nanas 0.01

15 Tebu -

16 Pisang -

17 Talas -

18 Cabe, jahe, dll -

19 Kebun campuran -

21 Tanah kosong diolah 1.0

23 Hutan tak terganggu 0.001

24 Semak tak terganggu sebagian rumput 0.01

25 Alang-alang permanen 0.02

26 Alang-alang dibajar 1 kali 0.70

27 Semak lantana 0.51

28 Albizia dengan semak campuran 0.012 29 Albizia tanpa semak dan tanpa seresah 1.0

30 Pohon tanpa semak 0.32

31 Kentang ditanam searah lereng 1.0 32 Kentang ditanam menurut kontur 0.35 33 Pohon-pohon dibawahnya dipacul 0.21 34 Bawang daun ditanam dengan bedengan 0.08 Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007

Nilai faktor C bervariasi yang besarnya akan bergantung kepada umur tanaman, dan pengelolaan tanamannya.

(30)

Tabel 5. Nilai Faktor P untuk berbagai tindakan konservasi

No. Tindakan Khusus Konservasi Tanah Nilai P 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Tanpa tindakan pengendalian erosi Teras bangku

Konstruksi baik Konstruksi sedang Konstruksi kurang baik Teras tradisional Strip tanaman

Rumput bahia Clotararia Dengan kontur Teras tradisional

Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur Kemiringan 0-8 %

Kemiringan 8-20 % Kemiringan > 20 % Penggunaan sistem kontur

Penggunaan sistem strip(2-4 m lebar) Penggunaan mulsa jerami(6 ton/ha)

Penggunaan pemantap tanah(60 gr/1/m2 (CURASOL) Padang rumput (sementara)

Strip cropping dengan clotataria(lebar 1 m, jarak antar strip 4,5 m)

Penggunaan sistem strip(lebar 2 m-4 m) Penggunaan mulsa jerami(4-6 ton/ha)

Penggunaan mulsa kadang-kadang(4-6 ton/ha)

1,00 0,04 0,15 0,35 0,40 0,40 0,64 0,20 0.40 0,50 0,75 0,90 0,10-0,020 0,10-0,30 0,01 0,20-0,50 0,10-0,50 0,64 0,20 0,06-0,20 0,20-0,40 Sumber : Arsyad, 1989

Faktor P nilainya bergantung kepada jenis konservasi tanah apa yang dilakukan pada suatu lahan.

Limpasan

Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan. Karakteristik daerah yang berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Hal ini berarti bahwa karakteristik lingkungan fisik mempunyai pengaruh terhadap respon hidrologi (Sari, 2012).

(31)

Kondisi alam Indonesia yang mempunyai periode musim hujan selama lebih kurang enam bulan menyebabkan curah hujan yang cukup tinggi.

Pembangunan yang dilakukan juga akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Sehingga diperlukan suatu arahan terhadap penggunaan lahan pada suatu kawasan agar tetap berpedoman pada keseimbangan lingkungan (Sari, 2012).

Perluasan kawasan perkotaan dan berkurangnya kawasan hutan yang cepat sedang banyak terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Peralihan fungsi suatu kawasan yang mampu menyerap air (pervious) menjadi kawasan yang kedap air (impervious) akan mengakibatkan ketidakseimbangan hidrologi dan berpengaruh negatif pada kondisi daerah aliran sungai. Perubahan penutup vegetasi suatu kawasan ini akan memberikan pengaruh terhadap waktu serta volume aliran.

Peningkatan volume limpasan aliran ini mengakibatkan masalah banjir di hilir daerah aliran sungai (Sari, 2012).

Pemahaman mengenai proses dan besarnya limpasan yang terjadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan manajemen air dan tata guna lahan yang lebih efektif. Oleh karena itu dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya air, limpasan merupakan masalah yang seharusnya diatasi terlebih dahulu sebelum upaya berikutnya dilakukan, terlebih lagi perubahan tata guna lahan yang terjadi sekarang ini tentunya sangat mempengaruhi besarnya laju infiltrasi dan limpasan permukaan yang terjadi (Sari, 2012).

Proses pengukuran infiltrasi dan limpasan secara langsung membutuhkan biaya yang tidak sedikit serta waktu dan tenaga. Oleh karena itu dipandang perlu untuk menerapkan suatu pendekatan model yang tepat dan sesuai dengan kondisi

(32)

suatu daerah. Berdasarkan pendekatan ini maka dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan besarnya limpasan yang terjadi (Sari, 2012).

Aliran permukaan akibatkejadian hujan pada suatu tempat dapat dinyatakan dengan rumus:

Roff = P – I ……….. (5.1)

Dimana Roff adalah aliran permukaan (mm), P adalah hujan (mm) dan I adalah infiltrasi (mm) (Foster and Meyer, 1973).

Laju Erosi yang Masih dapat Ditoleransikan (T)

Sebagai bahan perbandingan ditentukan laju erosi yang masih dapat ditoleransikan untuk lahan tanaman jagung dan ubi kayu yang sedang di ukur tingkat bahaya erosinya.

Untuk menghitung nilai laju erosi yang masih dapat ditoleransikan dipergunakan rumus Hammer (1981), sebagai berikut:

RL xBd

T = EqD ... (6)

Dimana :

T = Laju erosi dapat ditoleransi (ton/ha.thn)

EqD = faktor kedalaman tanah x kedalaman efektif tanah (cm) RL = Resource life (400 tahun) (tahun)

Bd = Bulk density (kerapatan massa) (gr/cm3)

Nilai faktor kedalaman tanah dipengaruhi oleh jenis tanah seperti disajikan pada tabel berikut.

(33)

Tabel 6. Nilai faktor kedalaman tanah pada berbagai jenis tanah

No. USDA Sub Order dan Kode Faktor Kedalaman Tanah 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Aqualfs Udalfs Ustalfs Aquents Arents Fluvents Orthents Psamments Andepts Aquepts Tropepts Alballs Aqualls Rendolls Udolls Ustolls Aquox Humox Orthox Ustox Aquods Ferrods Hummods Arthods Aquults Humults Udults Ustults Uderts Ustearts

(AQ) (AD) (AU) (EQ) (ER) (EV) (EO) (ES) (IN) (IQ) (IT) (MW) (MQ) (MR) (MD) (MU) (OQ) (OH) (OO) (OU) (SQ) (SI) (SH) (SO) (UQ) (UH) (UD) (UU) (VD) (VU)

0.9 0.9 0.9 0.9 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 0.95 1.0 0.75 0.9 0.9 1.0 1.0 0.9 1.0 0.9 0.9 0.9 0.95 1.0 0.95 0.8 1.0 0.8 0.8 1.0 1.0 Sumber : Hammer, 1981

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat bahaya erosi (TBE) ditentukan dengan membandingkan erosi aktual (A) dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan (T) di daerah itu dengan rumus (Hammer, 1981):

TBE = A/T ... (7)

(34)

Tabel 7. Kriteria tingkat bahaya erosi

Nilai Kriteria/Rating TBE

< 1.0 1.10 – 4.0 4.01 – 10.0

>10.01

Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi Sumber : Hammer, 1981

Penentuan Faktor C Tanaman kedelai

Faktor tanaman (faktor C) merupakan pengaruh gabungan antara jenis tanaman, pengelolaan sisa-sisa tanaman, tingkat kesuburan dan waktu pengelolaan tanah (Banuwa, 2013).

Faktor C merupakan rasio kehilangan tanah dari tanah yang diusahakan untuk suatu tanaman yang ditanam searah dengan lereng terhadap kehilangan tanah yang terus menerus diberakan tanpa tanaman diatas suatu jenis tanah, lereng. dan panjang lereng yang identik. Oleh karenanya nilai faktor C dapat dirumuskan sebagai berikut.

C adalah nilai faktor tanaman, A adalah besarnya erosi yang terjadi pada petak yang ditanami tanaman tertentu searah dengan lereng, K adalah nilai faktor kepekaan erosi tanah, R adalah nilai indeks erosivitas hujan dan LS adalah nilai faktor panjang dan kecuraman lereng (Banuwa, 2013).

Nilai faktor C yang diperoleh akan membantu dalam perencanaan pengelolaan sumber daya lahan, yakni dalam memprediksi besarnya erosi yang akan terjadi berdasarkan Universal Soil Loss Equation (USLE) (Wischmeier dan Smith, 1978) jika tanaman tersebut diusahakan sebagaimana dikemukakan oleh Arsyad (2000). USLE memungkinkan perencanaan menduga laju rata-rata erosi suatu tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu

(35)

untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau sedang digunakan. Ketika nilai faktor C yang diperoleh dapat memberikan nilai erosi aktual sama dengan atau di bawah nilai erosi yang diperbolehkan atau tolerable soil loss (TSL). Kekhawatiran akan terjadinya degradasi tanah oleh erosi dengan teknik konservasi yang diterapkan menjadi berkurang (Nurmi, dkk, 2008).

Faktor C tanaman jagungdapat dihitung dari persamaan menggunakan metode USLE yaitu:

A = R K L S C P

Penelitian dilakukan pada petak kecil standar, berukuran panjang 22,1 m (72,6 ft) dengan kemiringan 9%, dan tidak dilakukan tindakan konservasi tanah.

Sehingga diasumsikan nilai LS (faktor topografi) dan nilai P (faktor konservasi lahan) adalah satu. Sementara nilai A diperoleh dari pengukuran langsung pada petak kecil standar. Sehingga didapatkan persamaan :

K = ... (8)

Nilai K dari perhitungan pada persamaan 7 dimasukkan kembali ke persamaan USLE.Nilai R diperoleh dari persamaan 1, nilai LS dan P adalah satu, dan nilai A diperoleh dari hasil pengukuran, sehingga:

C = ... (9)

Teras

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan

(36)

volume aliran permukaan, dan memungkinkan air lebih banyak berinfiltrasi, sehingga erosi berkurang.terdapat dua utama teras yaitu: (1) teras tangga atau teras bangku (bench terrace); dan (b) teras berdasarkan lebar (broadbase terrace) (Banuwa, 2013).

Secara garis besar, teknik pengendalian erosi dibedakan menjadi dua, yaitu teknik konservasi mekanik dan vegetatif. Konservasi tanah secara mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan tanah mendukung usahatani secara berkelanjutan. Pada prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, yaitu penggunaan tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa dan pupuk hijau), serta penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah sepanjang tahun (Litbang, 2012).

Penanaman pada terasering dilakukan dengan membuat teras-teras yang dilakukan untuk mengurangi panjang lereng dan menahan atau memperkecil aliran permukaan agar air dapat meresap ke dalam tanah. Jenis terasering antara lain teras datar, teras kredit, teras guludan, dan teras bangku.

Jadi secara garis besar terasering adalah kondisi lereng yang dibuat bertangga tangga yang dapat digunakan pada timbunan atau galian yang tinggi dan berfungsi untuk:

Menambah stabilitas lereng

Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng) Memperpanjang daerah resapan air

Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng

26

(37)

Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) Dapat digunakan untuk landscaping

Teras bangku dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:

- Teras bangku tipe level dan retention - Teras bangku inward atau backward - Teras bangku outward atau forward

Bangku-bangku biasanya memiliki lebar yang berbeda dari 2m hingga 5m, tergantung dari beberapa faktor seperti persentase dari kemiringan, kedangkalan tanah, jarak tanaman, dan cara kerja penanaman. Lebar dari teras bangku tipe Inward tidak boleh secara normal melebihi separuh jarak antara parit di lereng bukit. Interval vertikal antara bangku dapat digunakan rumus sebagai berikut:

a. Tipe datar

VI= = = ………(10)

b. Tipe inward

VI = = = ……… ……… (11)

c. Tipe outward

VI = = = ………..(12)

Dimana:

VI = Jarak interval (m) d = Lebar teras (m) S = Slope (%)

(38)

W = Lebar bangku

k = perbedaan tinggi antara depan dan belakang dari bangku (m) z = Kemiringan dari bangku sebelah luar (ratio vertikal : horizontal) u = Rasio dari kemiringan tanah timbun(vertical : horizontal = 1:u)

Lebar bangku harus disesuaikan dengan kebutuhan jarak tanam dan operasi mekanisasi

a. Teras tipe datar

...(13)

b. Teras tipe outward dan inward

………...………(14)

Nilai k dan z adalah positif untuk tipe inward dan negative untuk tipe outward (JJRR and MARDB, 1977).

Teras Tipe Inward

Teras bangku tipe miring kedalam dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras (Dariah, 2010).

Penentuan jarak teras tipe inward dapat digunakan Persamaan 11 dan Gambar teras tipe inward disajikan pada Gambar 2.

(39)

potong

timbun Kemiringan awal (S)

Kemiringan inward (k)

Permukaan bangku

Jarak teras (W) Jarak bangku (d)

Jarak Interval (VI)

Gambar 2: Teras bangku tipe inward

Penentuan Faktor Pengolahan Tanah dengan teras bangku “inward”

Tindakan mekanis dalam mengendalikan erosi tanah digunakan melalui upaya-upaya seperti pengoperasian pembajakan dan penanaman menurut kontur, pembuatan sengkedan menurut kontur, pembuatan terassering dan pembuatan jalan air. Pengusahaan lahan dengan metode tersebut menurut Morgan (1988) dalam Rahim (1990) dapat mengurangi hingga 50% erosi tanah dari lahan yang miring dibandingkan dengan pengusahaan menurut arah lereng.

Berpedoman pada Persamaan 8 dan Persamaan 9 dengan adanya konservasi tanah (teras), maka penentuan faktor konservasi tanah (P) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

………..(15)

Pengukuran langsung pada petak kecil standar tanpa tanaman nilai LS dan C adalah 1.

(40)

Tanah Andepts

Andepts merupakan salah satu tanah yang dinilai cukup potensial dan tersebar pada beberapa tempat didaerah tropika. Akhir-akhir ini andepts mendapat perhatian secara khusus. Tanah andepts tanah yang berwarna hitam mengandung bahan organik dan lempung almorf, serta sedikit silika yang terbentuk dari abu vulkanik dan umumnya ditemukan didaerah dataran tinggi (Darmawijaya, 1990).

Tanah andosol atau andepts dimana nilai faktor kedalam tanah 1,0. Tanah ini mempunyai tekstur liat berlempung dan struktur tanahnya termasuk granular halus. Tanah ini dibentuk dalam bahan abu vulkanik dan mempunyai horizon A.

Adapun ciri tanah horizon A yaitu warna coklat tua, tekstur liat, struktur granular sedang, lemah, agak pekat, batas horizon nyata dan berombak. Tanah mempunyai nilai infiltrasi yang tinggi walaupun tanahnya dibasahi secara merata, drainase baik sampai cepat, dan mempunyai nilai pemindahan air yang tinggi (Soil Survey Manual, 1993).

Tekstur Tanah

Tekstur tanah biasa juga disebut besar butir tanah. Termasuk salah satu sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik, kemudahan tanah memadat, dan lain-lain. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat (Agus, 2005).

Berbagai lembaga penelitian atau institusi mempunyai kriteria sendiri untuk pembagian fraksi partikel tanah. Pada Tabel 8 berikut diperlihatkan sistem

(41)

klasifikasi fraksi partikel menurut United States Departement of Agriculture (USDA).

Tabel 8. Klasifikasi Tekstur tanah menurut sistem USDA

Diameter (mm) Fraksi

>0,02 Kerikil

0,05-2 Pasir

1-2 Sangat kasar

0,5-1 Kasar

0,25-0,5 Sedang

0,1-0,25 Halus

0,05-0,1 Sangat halus

0,002-0,05 Debu

<0,002 Liat

Sumber : Agus, 2007

Tanah dengan berbagai perbandingan pasir, debu dan liat dikelompokkan atas berbagai kelas tekstur seperti tergambar pada segitiga tekstur menurut USDA (Gambar 5)

Kerapatan massa

Kerapatan massa tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah (Hakim, 1986).

Kerapatan massa menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3. Perkembangan struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir (Foth, 1984).

(42)

Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap volume total (udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan Persamaan sebagai berikut:

... (16)

Dimana : = Kerapatan massa (g/cm3)

Ms = Berat tanah (gr) Vt = Volume total (cm3) (Hillel, 1981).

Kerapatan Partikel

Dalam menentukan kerapatan partikel tanah, yang diperhatikan adalah pada partikel-partikel tanah. Jadi kerapatan partikel tiap jenis tanah tanah adalah konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruang antara partikel-partikel. Untuk kebanyakan tanah-tanah mineral, rata-rata kerapatan partikelnya adalah 2,65 g/cm3. Perbedaan kerapatan partikel diantara jenis-jenis tanah tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi yang besar didalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral tanah (Hakim, 1986).

Kerapatan partikel tanah menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume tanah kering dengan persamaan :

... (17)

Dimana : = Kerapatan partikel (g/cm3)

Ms = Berat tanah (gr)

Vs = Volume tanah kering (cm3)

(43)

(Hillel, 1981).

Porositas

Didalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-pori ini penting karena ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara (gas) juga bergerak melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah ini (Hakim, 1986).

Porositas tanah atau total ruang pori dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

100% ... (18)

Dimana : f = Porositas (%)

= Kerapatan massa tanah (g/cm3)

= Kerapatan partikel tanah (g/cm3)

(Hillel, 1981).

Tanah bertekstur kasar mempunyai persentase ruang pori total lebih rendah dari pada tanah bertekstur halus, meskipun rataan ukuran pori bertekstur kasar lebih besar dari pada ukuran pori tanah bertekstur halus (Arsyad, 1989).

Kelas porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

(44)

Tabel 9. Kelas porositas tanah

Porositas (%) Kelas

100 Sangat porous

60-80 Porous

50-60 Baik

40-50 Kurang baik

30-40 Jelek

<30 Sangat jelek

Sumber : Arsyad, 1986 Bahan Organik

Bahan organik tanah adalah fraksi organik tanah yang berasal dari biomassa tanah dan biomassa luar tanah. Biomassa tanah adalah massa total flora dan fauna tanah hidup serta bagian vegetasi yang hidup dalam tanah (akar).

Biomassa luar tanah adalah massa bagian vegetasi yang hidup diluar tanah (daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan biji). Bahan organik dibuat dalam organisme hidup dan tersusun atas banyak sekali senyawa karbon. Didalam tanah, bahan organik bercampur rata dengan bahan mineral. Seluruh biomassa tanah dan tinggalannya yang telah mati menyumbang kepada pembentukkan bahan organik tanah. Sumbangan biomassa luar tanah terbatas hanya berupa tinggalannya yang telah mati, mula-mula berupa serasah yang kemudian secara berangsur digabungkan dengan tanah. Penggabungan dikerjakan secara fisik oleh fauna tanah, khususnya makro fauna, atas serasah yang banyak-sedikit masih utuh, oleh resapan air infiltrasi yang membawa masuk hasil dekomposisi serasah terlarutkan dan koloidal, serta oleh pergerakan kembang kerut tanah yang menarik masuk serasah dan hasil dekomposisinya. Penggabungan bahan organik dengan mineral dibagian permukaan tubuh tanah membentuk horizon A. Dalam morfogenesis horizon A terbentuk paling cepat (Notohadiprawiro, 1998).

(45)

Adanya bahan organik dalam tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah seperti meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat melepas asam organik yang tersedia dalam tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi (Susanto, 1994).

Fungsi bahan organik tanah adalah sebagai sumber makanan dan energi bagi mikroorganisme, membantu keharaan tanaman melalui perombakan dirinya sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat-agregat tanah, memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi (Konhke, 1959).

Kandungan bahan organik didalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah, maka makin kecil nilai kerapatan partikelnya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih kecil dari pada benda padat tanah mineral yang lain. Sehingga jumlah bahan organik dalam tanah mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah permukaan kerapatan butirnya lebih kecil dari pada sub soil. Dengan adanya bahan organik, menyebabkan nilai kerapatan partikel semakin kecil (Hanafiah, 2007).

Penetuan faktor pengolahan tanah dengan teras bangku “inward”

Tindakan mekanisme dalam pengendalian erosi tanah digunakan melalui upaya-upaya sengkedan menurut kontur, pembuatan sengkedan menurut kontur, pembuatan terassering dan pembuatan jalan air. Pengsahaan lahan dengan metode

(46)

tersebut menurut morgan (1988) dan Rahim (1990) dapat mengurasi hingga 50%

erosi tanah darilahan yang miring dibandingkan dengan pengusahaan menurut arah lereng.berpedoman pada persamaan 8 dan persamaan 9 dengan adanya konservasi tanah (teras), maka penentuan faktor konservasi tanah (P) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Penentuan Faktor Pengolahan Tanah (P)

Pada wilayah pertanian di Semboja Kalimantan dengan nilai erosivitas 1800 dan nilai erodibilitas 0,25-0,29, dengan besarnya erosi yang dapat dibiarkan adalah 38,4 ton/ ha-1 tahun-1 maka nilai pengelolaan tanah dan tanaman pada berbagaikelerengan harus diatur sedemikian rupa sehingga nilai pengelohan tanah dan tanaman harus di bawah indeksnya.

Tabel 10. Nilai maksimum pengelolaan tanah dan tanaman Nilai pengelolaan

tanah dan tanaman maksimum untuk

erosi yang masih dapat

ditoleransikan.Lokasi

Lereng (%)

R LS K ETOL CP

maks

1 5 1800 0,50 0,25 38,40 0,17

9 1800 1,00 0,25 38,40 0,09 15 1800 2,50 0,25 38,40 0,03 25 1800 6,00 0,25 38,40 0,01

2 5 1800 0.50 0,29 38,40 0,15

9 1800 1,00 0,29 38,40 0,07 15 1800 2,50 0,29 38,40 0,03 25 1800 6,00 0,29 38,40 0,01 (Barehia, 2009).

Erosi amat merugikan diantaranya karena terkurasnya semua bagian tanah dan hilangnya kapur. Bila tanah belum dikapur, kehilangan itu belum seserius komponen penting lainnya. Kapur yang baru saja dihamparkan ke tanah hamper seluruhnya dapat hilang jika ada erosi permukaan. Pukulan hari hujan dapat

(47)

memadatkan permukaan tanah yang gundu, sehingga infiltrasi hujan lambat atau bahkan terhalang. Run off menjadi lebih besar kombinasi penimpaan dan erosi dapat menguras tanah lapis atas yang mengandung kapur (Kuswandi, 1993).

Unsur organik, terdiri atas limbah tanaman dan hewan sebagai hasil proses dekomposisi. Unsur organik cenderung memperbaiki struktur tanah dan bersifat meningkatkan permeabilitas tanah, kapasitas tamping air tanah, dan kesuburantanah. Kumpulan unsur organik di atas permukaan tanah dapat menghambat kecepatan air larian, dan dengan demikian, menurunkan potensi terjadinya erosi (Asdak, 1995).

Secara umum, terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor iklim (terutama intensitas hujan), topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah, dan tataguna lahan. Dua penyebab utama terjadinya erosi adalah erosi karena sebab alamiah dan erosi karena aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena faktor alamiah umumnya masih memberikan media yang memadai untuk berlangsungnya pertumbuhan kebanyakan tanaman. Sedang erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah, antara lain, pembuatan jalan di daerah dengan kemiringan lereng besar (Asdak, 1995).

Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, dan tingkat kesuburan tanah. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan

(48)

tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Untuk keperluan pertanian berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga partikel yaitu pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan pasir >70%, porositasnya rendah (<40%), aerasi baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah berliat, jika kandungan liatnya >35%, kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi (Utomo, 1989).

Intensitas erosi air ditentukan oleh besar lereng, makin besar lereng maka intesitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetic aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar lereng. Ditapak berlereng erosi dapat berlangsung secara kering, memindahkan bahan sepanjang lereng dari daerah atasan ke daerah bawahan dengan menggunakan energigravitasi langsung. Menurut tampakan permukaan yang diakibatkanmya erosi air terpilahkan menjadi tiga ragam: (1) erosi lembar yang pengikisannyalebih melebar daripada mendalam;penyingkiran bahan berlangsung selapis demi selapis, (2) erosi alur yang pengikisan lebih mendalam aripada melebar, menorah permukaan tubuh bahan secara beralur-alur, dan (3) erosi parit yang merupakan

erosi alur berskala besar dengan alur-alur jauh lebih dalam (Notohadiprawiro, 1998).

Untuk berhasilnya suatu usaha pertanian amat tergantung dari perencanaan penggunaan tanah setempat. Perencanaan penggunaan lahan yang baik harus disesuaikan dengan kemampuan dari lahan yang ada. Mengingat besar kecilnya faktor-faktor penghambat, maka dapat dibedakan kelas-kelas kesesuaian lahan

(49)

yang sesuai untuk tanaman musiman dan tanaman keras serta untuk maksud di luar keperluan di atas (Hakim, 1986).

Kelas-kelas tersebut dibedakan oleh faktor-faktor penghambat pengelolaan tanah yang ada. Faktor-faktor yang dapat membedakan kelas tersebut yaitu keadaan lereng efektif, tekstur tanah, permeabilitas dan drainase (Hakim, 1986).

Menurut klasifikasi kesesuaian lahan Arsyad, S (1989), terdapat empat kelas (kelas I sampai IV) yang sesuai untuk usaha pertanian tanaman pangan, dan kelas (kelas I sampai VI) untuk tanaman keras. Uraian masing-masing kelas tanah yang sesuai untuk tanaman musiman dan tahunan disajikan pada uraian berikut ini.

Kelas I

Tanah ini tergolong sangat baik dengan permukaan datar dan lereng 0-3 persen. Tanah tidak peka terhadap erosi. Tekstur lempung dan mudah diolah.Permeabilitas tanah sedang dan drainase baik sampai sedang. Tanah ini hampir tidak ada faktor pembatas dalam penggunaan.

Kelas II

Tanah kelas II sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian dengan sedikit hambatan dan ancaman kerusakan. Tanahnya berlereng landai, kedalaman dalam atau bertekstur halus sampai agak halus. Untuk pertanian tanaman semusim diperlukan tindakan pengawetan tanah yang ringan seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman, tanaman penutup tanah, dan tindakan ringan lainnya.

Kelas III

Tanah kelas III sesuai dengan segala penggunaan pertanian dengan hambatan dan ancaman kerusakan lebih besar dari tanah kelas II. Tanah ini sering

(50)

dengan lereng agak miring, atau berdrainase buruk, kedalaman sedang atau permeabilitas cepat..

Kelas IV

Tanah kelas IV sesuai dengan segala penggunaan pertanian dengan hambatan dan ancaman kerusakan yang lebih besar dari tanah kelas III, sehingga perlu tindakan khusus pengawetan tanah yang lebih berat dan terbatas penggunaannya untuk tanaman semusim.

Tanah kelas IV terletak pada lereng yang miring (15-30 persen) atau drainase buruk atau kedalaman dangkal. Untuk tanaman musiman diperlukan teras, atau drainase, pergiliran tanaman dengan penutup tanaman/makanan ternak/pupuk hijau 3-5 tahun dan pemupukan.

Kelas V

Tanah kelas V tidak sesuai untuk digarap bagi tanaman musiman, lebih sesuai untuk ditanami tanaman makanan ternak secara permanen atau dihutankan.

Tanah kelas V terletak pada daerah agak cekung sehingga selalu tergenang air atau banyak batu atau terdapat lapisan liat masam. Tanah kelas V ini sedikit yang dapat diusahakan sebagai tanaman tahunan untuk daerah-daerah yang miring.

Usaha-usaha penanggulangan erosi tidak dapat ditinggalkan.

Kelas VI

Tanah kelas VI tidak sesuai untuk digarap bagi usaha tani tanaman semusim, karena terletak pada lereng yang 30-40 persen sehingga mudah tererosi atau kedalaman yang sangat dangkal, atau telah tererosi berat.

(51)

Kelas VII

Tanah kelas VII tidak sesuai untuk tanaman semusim dan tahunan, dianjurkan untuk vegetasi permanen, tanah ini terletak pada lereng 45-65 persen, dangkal dan telah tererosi berat.

Kelas VIII

Tanah kelas VIII tidak sesuai untuk usaha produksi pertanian, dan harus dibiarkan pada keadaan alami di bawah vegetasi alami. Tanah ini berlereng lebihdari 90 persen atau tertutup batuan lepas, batuan ungkapan atau tanah bertekstur kasar (Hakim, dkk, 1986).

Bahan organik berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik yang telah mulai mengalamipelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi. Bahan organik dapat menyerap air sebesar dua sampai tiga kali beratnya, akan tetapi kemampuan itu hanya faktor kecil dalam pengaruhnya terhadap aliran permukaan. Pengaruh bahan organik dalam mengurangi aliran permukaan terutama perlambatan, peningkatan infiltrasi dan pemantapan agregat tanah (Arsyad, 2000).

Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng dapat mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kecuraman lereng tercantum dalam legenda peta tanah. Panjang dan bentuk lereng tidak tercatat pada peta tanah, akan tetapi lereng sering kali dapat menjadi petunjuk jenis tanah tertentu dan pengaruhnya pada penggunaan dan pengelolaan tanah dapat di evaluasi sebagai bagian satuan peta. Jika data hasil penelitian tentang besarnya erosi dibawah system pengelolaan

Referensi

Dokumen terkait

5.2 Pengaturan Governor dalam Load

Teknik &amp; Metoda Peramalan, edisi satu.. Jakarta : Fakultas Ekonomi

faktor-faktor situasional terhadap pengambilan keputusan etis konsultan pajak dilakukan oleh.. Killian dan Doyle (2004), yang meneliti 15 faktor yang mempengaruhi

(3) Dalam hal fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak melaksanakan tindakan preventif untuk mencegah penularan infeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan yang go publik di BEI yang melakukan akuisisi selama tahun 2004- 2009 meliputi 7 perusahaan Akuisitor

Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa sanitasi stasiun Karang Asem di Banyuwangi dalam keadaan baik yaitu dengan total skor keseluruhan sebesar 314,5

dalam proses pembelajaran. 3) Mempermudah guru untuk menyampaikan bahan ajar di kelas. 4) Meningkatkan pemahaman materi kepada pesrta didik. Bagi Peserta Didik di MI

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih, berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Minat Dan Prestasi