TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TENTANG
RETRIBUSI PARKIR KOTA PADANGSIDIMPUAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
IRFAN FAJRI RAMBE
100200255
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TENTANG RETRIBUSI
PARKIR KOTA PADANGSIDIMPUAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
IRFAN FAJRI RAMBE
100200255
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
SURIA NINGSIH, SH, M.Hum
NIP. 196002141987032002
Pembimbing I Pembimbing II
SURIA NINGSIH, SH, M.Hum Dr. AGUSMIDAH, SH,M.Hum
ABSTRAK
TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TENTANG RETRIBUSI PARKIR KOTA PADANGSIDIMPUAN
*Irfan Fajri Rambe **Suria Ningsih
***Agusmidah
Tinjauan hukum administrasi negara adalah pandangan secara hukum administrasi negara melihat seperti apa masalah yang dihadapi dan bagaimana hukum itu mengatasinya. Retribusi parkir adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin untuk parkir yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apa manfaat retribusi parkir terhadap pedapatan daerah Kota Padangsidimpuan? Bagaimanakah pemerintah kota Padangsidimpuan mengatur pengelolaan parkir agar retribusi parkir meningktakan pendapatan asli daerah? Bagaimanakah upaya penertiban dan sanksi yang diterapkan terhadap pengelola parkir yang terbukti melanggar Perda Kota Padangsidimpuan No. 5 tahun 2010? Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan dan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
berjudul Tinjauan Hukum Administrasi Negara Tentang Retribusi Parkir Kota
Padangsidimpuan.
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin, SH, MH,DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum
sabar dalam memberikan saran,petunjuk dan bimbingan dalam pengerjaan
skripsi ini.
6. Ibu Dr. Agusmidah, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II penulis
yang sabar dalam memberikan saran, petunjuk dan bimbingan dalam
pengerjaan skripsi ini.
7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.
8. Kedua orangtua penulis, ayahanda Drs. H. Lambue Rambe dan ibunda Hj.
Farida Siregar yang selalu memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil sehingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Yessy Oktaviani Rambe, Roni Gunawan Rambe dan Annisa Mei Rina
Rambe yakni abang dan kakak penulis yang selalu memberi dukungan dan
nasehat untuk selesainya skripsi ini.
10. Indah Awan H. Siregar yang banyak membantu dan memberikan motivasi
untuk lebih semangatnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat- sahabat penulis, Helmi A. Lubis, M.Hanafiah Harahap, Royhan
A. Hasibuan, Iswin R. Inal Siregar, M. Erwin S. dan Firmansyah Harahap
yang membantu, memotivasi dan selalu member semngat kepada penulis
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman di Fakultas Hukum stambuk 2010 yang telah mendukung
dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga penulis skripsi ini masih merasa memiliki banyak
kekeliruan oleh karena itu penulis meminta maaf kepada pembaca skripsi ini
karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada
kita semua dan semoga doa yang telah diberikan mendapat berkah dari Allah
SWT. Amin…
Medan, Maret 2014 Hormat saya
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak……….….…...i
Kata Pengantar………..…...ii
Daftar Isi……….…...v
BAB I : PENDAHULUAN……….……….….1
A. Latar Belakang……….………..1
B. Permasalahan……….9
C. Tujuan Penulisan……….10
D. Manfaat Penulisan………...10
E. Metode Penelitian………....11
F. Keaslian Penelitian………..13
G. Tinjauan Pustaka………..13
H. Sistematika Penulisan………..16
BAB II : MANFAAT RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN……...19
A. Retribusi Parkir Dan Pengaturannya di daerah………....19
B. Sumber Pendapatan Daerah Menurut UU Pemerintahan Daerah Dan UU Keuangan Daerah………..25
C. Manfaat Pengaturan Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Daerah Kota Padangsidimpuan………29
D. Retribusi Parkir Di Kota Padangsidimpuan Menurut Perda No. 5 Tahun 2010 Tentang Retribusi………32
BAB III : PERATURAN PENGELOLAAN PARKIR AGAR RETRIBUSI PARKIR MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN………...…..35
Sebagai Pengelola Parkir………35
B. Target Dan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir………43
C. Pembinaan Disiplin Dan Pengawasan Pengelolaan Parkir Menurut Perda Kota Padangsidimpuan No. 5 Tahun 2010 Tentang Retribusi……….……….48
BAB IV : UPAYA PENERTIBAN DAN SANKSI YANG DITERAPKAN TERHADAP PENGELOLA PARKIR YANG TERBUKTI MELANGGAR PERDA KOTA PADANGSIDIMPUAN NO. 5 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI……….………....55
A. Kewenangan Pengutipan Retribusi Parkir Kota Padangsidimpuan……….…..55
B. Pelaksanaan Pengutipan Retribusi Parkir Kota Padangsidimpuan………...59
C. Penertiban Pengutipan Retribusi Parkir Di Kota Padangsidimpuan………...…………....63
D. Hambatan Dan Upaya Pengembangan Dan Penertiban Perparkiran……….65
BAB V : PENUTUP………...……….82
A. Kesimpulan………82
B. Saran………..84
ABSTRAK
TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TENTANG RETRIBUSI PARKIR KOTA PADANGSIDIMPUAN
*Irfan Fajri Rambe **Suria Ningsih
***Agusmidah
Tinjauan hukum administrasi negara adalah pandangan secara hukum administrasi negara melihat seperti apa masalah yang dihadapi dan bagaimana hukum itu mengatasinya. Retribusi parkir adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin untuk parkir yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apa manfaat retribusi parkir terhadap pedapatan daerah Kota Padangsidimpuan? Bagaimanakah pemerintah kota Padangsidimpuan mengatur pengelolaan parkir agar retribusi parkir meningktakan pendapatan asli daerah? Bagaimanakah upaya penertiban dan sanksi yang diterapkan terhadap pengelola parkir yang terbukti melanggar Perda Kota Padangsidimpuan No. 5 tahun 2010? Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan dan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Otonomi Daerah yang telah
dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia sejak 9 tahun yang lalu merupakan salah satu
tuntunan reformasi yang saat ini merupakan hal yang telah dilaksanakan oleh
setiap daerah untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat serta menuntut kepada setiap daerah yang ada untuk dapat mandiri
dalam segala bidang termasuk yang paling adalah meningkatkan dalam sektor
pendapatan asli daerah.
Dengan diberlakukan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah, dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
memberikan lebih banyak kewenangan kepada daerah dalam menjalankan fungsi
pemerintahan, Undang-undang tersebut merupakan landasan yuridis bagi
pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Pemberian otonomi kepada daerah
bertujuan memberi kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri, guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan.1 Hakekat ekonomi daerah merupakan kewajiban
1
daerah untuk melancarkan jalannya pembangunan untuk mencapai kesejahtraan
rakyat yang harus diterima dan dilaksanakan dengan tanggung jawab penting
dalam pembangunan perkotaan. Pemerintah daerah memerlukan biaya untuk
membiayai penyelenggaraan jalannya pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan di daerahnya. Meningkatnya kebutuhan akan ketersediaan sarana
dan prasarana serta tingkat pelayanan perkotaan merupakan kenyataan yang ada
dimana implikasinya adalah kebutuhan akan pembiayaan pembangunan.
Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat tanpa diikuti oleh ketersediaan
pembiayaan pembangunan yang memadai dapat menimbulkan berbagai
permasalahan diantaranya adalah menurunnya kualitas lingkungan perkotaan, dan
timbulnya permukiman kumuh.
Pada era desentralisasi peningkatan pendapatan daerah menghadapi
masalah yang tidak ringan mengingat adanya perubahan kewenangan Pemerintah
Daerah baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Pelaksanaan otonomi
Daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang
baru berjalan kurang lebih 3 (tiga) tahun bersamaan dengan masa transisi disegala
aspek pemerintahan baik kelembagaannya, kewenangan, keuangan, ataupun
sumber daya personil yang sedang dalam proses penataan jelas akan berpengaruh
pada penyediaan sumber dananya.2Dengan diberlakukannya kedua
Undang-undang tersebut, daerah diberikewenangan yang lebih luas untuk mengelola
daerahnya masing-masing.
2
Dalam penyelenggaraannya dipandang perlu untuk menekankan
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta perlu
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Berbagai upaya untuk meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah
telah banyak dilaksanakan dengan harapan upaya tersebut dapat mengarah pada
pencapaian tujuan pembangunan keuangan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Upaya peningkatan Pendapatan Daerah oleh setiap Pemerintah Daerah
pada level manapun baik Propinsi dan Kabupaten/Kota haruslah dilakukan dengan
berbagai kebijaksanaan sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing ,
salah satu upaya untuk meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah sendiri
adalah dengan pengelolaan penerimaan yang bersumber dari pajak dan retribusi
daerah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam
menyediakan sumber pembiayaan pembangunan. Hal ini berdasarkan pada UU
No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dimana pajak
daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab.3
Pendapatan asli daerah dari sektor transportasi khususnya perparkiran
dianggap cukup berpotensi dan dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti
dalam menunjang pemasukan keuangan daerah.
3
Pemanfaatan dari pajak dan retribusi parkir di daerah diharapkan mampu
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dipergunakan secara efisien
untuk memperbaiki sarana dan prasarana kota, khususnya perbaikan fasilitas
parkir, sehingga akan meningkatkan kualitas dari penyelenggaraan fasilitas parkir.
Pembinaan dan pengelolaan perparkiran merupakan kegiatan yang perlu
dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi di daerah. Hal ini dilakukan untuk
menjamin terselenggaranya pembinaan yang berhasil mewujudkan penataan
lingkungan perkotaan, kelancaran lalu lintas jalan, ketertiban administrasi
pendapatan daerah, serta mampu mengurangi beban sosial melalui penyerapan
tenaga kerja4.
Pemerintah daerah mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab
dalam membina pengelolaan perparkiran di wilayahnya, yang pada hakekatnya
merupakan bagian dari kegiatan pelayanan umum. Sebagai imbalan
penyelenggaraan pelayanan umum dimaksud, pemerintah daerah memiliki hak
menerima dana dari masyarakat berupa retribusi/sewa dan pajak sebagai salah
satu sumber pendapatan asli daerah5. Untuk lebih meningkatkan daya guna dan
hasil guna dalam penggunaan pemanfaatan parkir baik itu tempat parkir umum
ataupun tempat parkir khusus diperlukan adanya ketentuan-ketentuan bagi
pemerintah dan pengelola dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, pengaturan,
pengawasan, pengelolaan dan pengendalian terhadap penggunaan tempat parkir
tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah
4
SK M endagri No.43 Tahun 1980 t ent ang Pengelolaan Perparkiran di Daerah. 5
yang potensial guna mendukung jalannya pemerintahan dan kelancaran
pembangunan kota.
Pemasukan pemerintah daerah dari pajak dan retribusi parkir sangat
dipengaruhi oleh metode yang digunakan untuk mengumpulkan pendapatan
tersebut. Misalnya saja sistem parkir umum yang menggunakan alat pengukur
parkir (parking meter) atau system parkir khusus yang menggunakan sistem tol.
Pada suatu kawasan yang dikelola dengan baik biasanya akan lebih mudah untuk
mengendalikan jumlah pendapatan yang masuk, sedangkan parkir yang berada di
pinggir jalan dimana juru parkir berfungsi sebagai kasir akan mempersulit
pelaksanaan pengawasannya.6
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara
professional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumber daya nasional yang berkeadilan. Untuk menyelenggarakan otonomi
daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab diperlukan kewenangan dan
kemampuan menggali sumber-sumber keuangan sendiri.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, kewenangan daerah menjadi lebih besar untuk mengelola
dan untuk mengurus rumah tangganya sendiri termasuk mengelola
sumber-sumber penerimaan daerah. Sumber-sumber-sumber penerimaan daerah tersebut
digunakan untuk mendukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
6
Keberhasilan penyelenggaraan perparkiran dalam era otonomi daerah
dapat terlihat pada kemampuan daerah dan memanfaatkan kewenangan luas,
nyata, dan bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber
pendapatan asli daerah.
Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional pada
hakekatnya diharuskan untuk mengembangkan kemandirian tiap-tiap daerah
sesuai potensi sumber daya yang dimilikinya dan bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan merata dan terpadu.
Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka daerah
/ kota lebih dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber
keuangannya seperti: Pajak, retribusi atau pungutan yang merupakan
sumber-sumber pendapatan asli daerah yakni7:
1. Hasil pajak daerah;
2. Hasil retribusi daerah;
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah lainnya yang dipisahkan;
4. Lain lain pendapatan daerah yang sah.
Pemberian otonomi daerah dimaksud untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mengatur dan mengurus
daerahnya sendiri, terutama dalam membiayai pembangunan dewasa ini.
7
Dengan diberikan hak kepada daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan pihak lain adalah sangat tepat
karena dengan demikian sudah memiliki kekuatan hukum untuk menentukan
kebijakan dalam pengelolaan daerahnya, meskipun pada dasarnya tetap dikordinir
oleh pemeritah pusat.
Sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, bahwa: Hal hal yang mendasarkan Undang – Undang ini
adalah untuk mendorong memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa
dan kreatifitas serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Oleh
sebab itu Undang – Undang ini menempatkan otonomi daerah secara utuh pada
daerah kabupaten dan kota.
Retribusi daerah selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi
pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya dan
kontribusinya untuk menunjang pemerintah daerah salah satunya adalah retribusi
parkir.8
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya
kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kegiatan manusia didalamnya terutama pada kawasan yang
memiliki peresentase yang tinggi atas kegiatan perdagangan dan komersial.
Tarikan pergerakan kendaraan yang terjadi sudah pasti diawali dan diakhiri di
tempat parkir. Kondisi yang semacam ini tentunya akan membutuhkan ruang
parkir yang memadai, peraturan mengenai retribusi parkir yang tegas dan
8
pengeloala parkir yang mengetahui dan memahami peraturan yang berlaku
tentang retribusi parkir, namun kebanyakan pengelolaan parkir biasanya selalu lari
dari peraturan yang menimbulkan retribusi parkir tidak maksimal dalam
meningkatakan pendapatan asli daerah .
Masalah utama dari retribusi parkir adalah pengelolaan parkir yang buruk
dan juga pengelola parkir yang tidak menjalankan peraturan perparkiran secara
nyata. Masalah parkir juga merupakan masalah yang dialami oleh kota-kota besar
di dunia. Masalah parkir ini jika tidak ditangani dengan baik akan memperparah
masalah retribusi parkir, kemacetan lalu-lintas dan pastinya mengganggu
kenyamanan masyarakat, maka untuk menanganinya di perlukan kebijakan dan
pengelolaan perparkiran.9
Pada dasarnya kebijakan pengelolaan perparkiran dalam rangka
pengendalian parkir memiliki dua fungsi sebagai pengontrol aktivitas pergerakan
dan lalu-lintas, serta pertumbuhan ekonomi suatu kawasan. Hal ini disebabkan
perparkiran merupakan bagian yang penting dalam manajemen lalu-lintas. Hal ini
telah diterapkan oleh peraturan-peraturan sebelumnya, yaitu tentang retribusi yang
menyebutkan bahwa tarif parkir di kawasan rawan kemacetan dengan tujuan
mengendalikan tingkat penggunaan parkir, dapat ditetapkan lebih tinggi dari
kawasan kurang rawan kemacetan.10
Istilah kawasan dalam kamus tata ruang merupakan suatu wilayah dengan
fungsi utama lindung atau budidaya yang merupakan kesatuan geografis beserta
9
Direkt orat Jenderal Perhubungan Darat ,1998; ret ribusi/ sew a dan pajak sebagai salah sat u sumber pendapat an asli daerah.
10
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya di tentukan berdasarkan
aspek fungsional serta memiliki ciri-ciri tertentu dan khusus.
Perkembangan di kota Padangsidimpuan ini dikhawatirkan akan
menyebabkan berbagai masalah, terutama berkaitan dengan permasalahan
pendapatan daerah dari retribuisi parkir yang pengelolaannya banyak melanggar
tertib parkir sesuai peraturan yang berlaku di kota Padangsidimpuan . Seringkali
kita menemui juru parkir liar yang beroperasi di kota Padangsidimpuan yang
belum tentu berguna dalam hal membantu memarkir kendaraan, namun para juru
parkir liar tetap saja marak dan belum diberi tindakan oleh pemerintah kota
Padangsidimpuan.
Dalam hal ini, semakin parah lagi hasil dari retribusi parkir ini tidak pula
diserahkan kepada pemerintah kota padangsidimpuan sebagai pengawas dan
pengelola parkir untuk meningkatkan pendapatan asli daerah(PAD), melainkan di
nikmati para juru parkir liar tersebut dan tak jarang hasil retribusi parkir ini
diserahkan kepada preman setempat. Yang menggelikan adalah para pengguna
lahan parkir tetap secara tidak langsung menyuburkan praktek-pratek parkir liar
dengan memberikan uang parkir kepada mereka.
Mungkin saja ini pengaruh dari rasa takut terhadap juru parkir tersebut.
Jika demikian halnya, maka apa bedanya dengan pemalakan terhadap pemilik
kendaraan dan lagi-lagi tugas dan tanggung jawab pemerintah kota
Padangsidimpuan dan pihak yang berwajib dipertanyakan.
Oleh karena itu, untuk mengatasinya dilakukan kebijakan pembinaan dan
Padangsidimpuan untuk kiranya semaksimal mungkin dapat meningkatkan
pendapatan daeraah kota Padangsidimpuan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah :
1. Apa manfaat retribusi parkir terhadap pedapatan daerah Kota
Padangsidimpuan ?
2. Bagaimanakah pemerintah kota Padangsidimpuan mengatur
pengelolaan parkir agar retribusi parkir meningktakan pendapatan asli
daerah?
3. Bagaimanakah upaya penertiban dan sanksi yang diterapkan terhadap
pengelola parkir yang terbukti melanggar Perda Kota
Padangsidimpuan No. 5 tahun 2010?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui manfaat retribusi parkir terhadap pendapatan daerah
kota Padangsidimpuan.
2. Untuk mengetahui seperti apa pemerintah kota Padangsidimpuan
mengatur pengelolaan parkir agar retribusi parkir meningkatkan
3. Untuk mengetahui upaya penertiban dan sanksi yang diterapkan
kepada pengelola parkir yang terbukti melanggar Perda kota
Padangsidimpuan No. 5 tahun 2010.
D. Manfaat penulisan
1. Secara teoritis, penulisan ini memberikan informasi tentang bagaimana
tinjauan hukum administrasi negara terhadap retribusi parkir kota
Padangsidimpuan, sesuai perda kota Padangsidimpuan No. 5 tahun
2010 dan bagaimana masalah retribusi parkir berpengaruh dalam
meningkatkan pendapatan daerah kota Padangsidimpuan.
2. Secara praktis, memberikan informasi tentang upaya pemerintah kota
Padangsidimpuan dalam penyelesaian masalah pengelolaan retibusi
parkir kota Padangsidimpuan ditinjau dari hukum administrasi negara
sesuai Perda kota Padangsidimpuan No. 5 tahun 2010.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Metode penelitian bergunaa untuk menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan
penelitian, mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara
analisa data. Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan
penulis adalah yuridis normatif yaitu yaitu suatu penelitian yang secara deduktif
dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang
digunakan dan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang
hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam
prakteknya, dengan diawali dari data sekunder untuk kemudian dilanjutkan
dengan penelitian tehadap data primer dilapangan atau terhadap prakteknya.11
2. Data dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder,
adapun data sekunder yang dimaksudkan penulis adalah :
a. Bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang
terdiri dari Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan
Presiden Republik Indonesia. Adapun bahan hukum primer ini terdiri dari
Undang-undang yang berhubungan dengan retribusi parkir.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku hukum, majalah, karyatulis
ilmiah ataupun buku-buku dan beberapa sumber dari situs internet yang
berkaitan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
c. Bahan hukum tersier merupakan semua dokumen yang berisi
konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer
dan sekunder yaitu kamus dan artikel.
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data
11
Abdurr ahmat Fat honi, M et odologi Penelit ian dan Teknik Penulisan Skripsi (Jakart a : PT Rineka
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, selain mendasarkan pada
penelitian lapangan, penulis juga melakukan penelaahan secara mendalam
terhadap peraturan perundang-undangan dengan sumber data ;
I. Studi kepustakaan (library research),
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, hasil
– hasil seminar, majalah – majalah ilmiah, dan sebagainya yang dianggap
berhubungan, relevan serta mendukung kesempurnaan penelitian sesuai
dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini.
II. Studi lapangan (field research),
Studi lapangan adalah pengumpulan data secara langsung ke
lapangan dengan mempergunakan teknik pengumpulan data. Data yang
telah dikumpulkan, adalah melalui studi lapangan yang dilakukan pada
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Daerah kota
Padangsidimpuan.
4. Analisi Data
Seluruh penulisan skripsi ini diawali dari data primer yang merujuk
kepada hukum positif, yang kemudian dilengkapi data sekunder dan data
tersier yang telah diperoleh baik dari media apapun dan kemudian
dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif yaitu suatu analisa yang
bertujuan untuk mencari data yang nantinya dapat menjawab semua
F. Keaslian Penulisan
Penulisan tentang tinjauan hukum administrasi negara tentang retribusi
parkir kota Padangsidimpuan belum pernah diangkat atau dibahas sebelumnya
sebagai skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, adapun satu judul
mempunyai kemiripan dengan Penulisan tentang tinjauan hukum administrasi
negara tentang retribusi parkir kota Padangsidimpuan yakni penulisan yang
membahas mengenai tinjauan hukum administrasi negara tentang retribusi parkir
kotamadya Binjai.
Dengan demikian, penulisan skripsi ini dapat dikatakan yang pertama kali
dilakukan, sehingga keaslian penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik dan secara moral.
G. Tinjauan Pustaka
Dengan adanya tinjauan kepustakaan ini dimaksudkan memberikan
pembatasan – pembatasan terhadap pengertian beberapa istilah yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini. Didalam tulisan ini terdapat beberapa pengertian yang
digunakan sebagai dasar penelitian hukum.
Tujuan disusunnya Tinjauan Pustaka ini adalah untuk mendapatkan
penafsiran mengenai istilah atau defenisi – defenisi yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini . Pengertian – pengertian yang perlu didefenisikan sebagai
Tinjauan Yuridis adalah pandangan secara hukum melihat seperti apa
masalah yang dihadapi dan bagaimana hukum itu mengatasinya12
Hukum administrasi negara adalah usaha Negara sebagai keseluruhan
aturan hukum yang menentukan cara bagaimana Negara sebagai penguasa itu
menjalankan usaha-usaha untuk memenuhi tugas-tugasnya, atau cara bagaimana
penguasa itu seharusnya bertingkah laku dalam mengusahakan tugas-tugasnya.13
Pemerintah adalah organisasi yang menjalankan wewenang dan kekuasaan
mengatur kehidupan sosial, ekonomi dan politik suatu negara atau
bagian-bagiannya.14
Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang - undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD) dengan persetujuan bersama
Kepala Daerah (Gubernur atau Bupati / Walikota).15
Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerahuntuk kepentingan pribadi atau badan.16
12
Tit ik Triw ulan Tut ik,Pengant ar Ilmu hukum(Jakart a : Perpust akan Nasional, 2006), hal. 4 13
Ibid.,hal. 42 14
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar BahasaIndonesia(Jakart a:Balai Pust aka, 1990), hal. 672
15
Pasal 1 angka 8 Undang- Undang Nomor 10 t ahun 2004 t ent ang Pembent ukan Perat uran Perundang-Undangan
16
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya.17
Pengelola parkir bukan perusahaan asuransi, melainkan perusahaan jasa
yang mengelola lahan perparkiran di suatu area property, dengan cara
bekerjasama dengan pemilik lahan area tersebut, sebagian besar kami (vendor)
mengelola parkir di suatu pusat perbelanjaan, perkantoran ataupun gedung atau
pelataran parkir. Perusahaan ini dibayar atas dasar jumlah transaksi yang
dilakukan ataupun berdasarkan persentase pendapatan yang diperoleh yang
berkisar antara 2 sampai 5 %.
Pada awalnya pengelolaan parkir di pinggir jalan dilakukan oleh
Pemerintah Daerah melalui Perusahaan daerah, kemudian mulai berkembang
pelataran dan gedung parkir yang juga dikelola oleh pemerintah daerah. Karena
pengelola biasanya tidak efisien akhirnya pengelolaan mulai dikerjasamakan
dengan perusahaan swasta, seperti yang banyak ditemukan saat ini diberbagai
lokasi parkir umum.18
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran yang
bersangkutan.19Pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana
penimbangan pusat dan daerah juga yang berasal dari daerah itu sendiri yaitu
pendapatan asli daerah serta lain – lain pendapatan yang sah.
17
Pasal 1 angka 15 Undang –Undang Nomor 22 t ahun 2009 t ent ang Lalu Lint as dan Angkut an Jalan.
18
M ardiasmo, Perpajakan Revisi 2011(Yogyakart a : Andi, 2011)hal. 15. 19
Pengertian pendapatan asli daerah yaitu penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.20
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, bahwa pada setiap bab akan
dibahas secara terperinci sebagai bagian dari keseluruhan skripsi ini. Adapun
susunan sistrematika skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pada bab ini diatur mengenai pendahuluan yang merupakan uraian
awal terdiri atas latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat,
metode penulisan, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pada bab ini diuraikan tentang manfaat retribusi parkir terhadap
pendapatan daerah kota Padangsidimpuan.
BAB III : Pada bab ini diuraikan tentang peraturan pengelolaan parkir agar
retribusi parkir meningkatkan pendapan asli daerah kota
Padangsdimpuan.
BAB IV : Pada bab ini diuraikan upaya penertiban dan sanksi yang diterapkan
terhadap pengelola parkir yang terbukti melanggar perda kota
Padangsidimpuan No. 5 tahun 2010.
20
BAB V : Pada bab ini adalah bagian penutup yang berisikan kesimpulan
dari permasalahan yang terdapat dalam pokok permasalahan serta
saran - saran yang berkaitan dengan tinjauan hukum administrasi
BAB II
MANFAAT RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN DAERAH
KOTA PADANGSIDIMPUAN
A. Retribusi Parkir dan Pengaturannya di Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagaimana pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.21
Direktorat Keuangan Jendral Pemerintah Dalam Negeri menjelaskan
bahwa sifat Retribusi Daerah adalah22:
Paksaan bersifat ekonomis ;
Adanya imbalan secara langsung kepada pembayar ;
Walaupun memenuhi persyaratan baik formal dan materil tetapi tetap ada
alternatif untuk menolak atau menerima pembayaran ;
Dalam hal ini Retribusi Daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu
tetapi dalam banyak hal retribusi tidak lebih dari pengembalian biaya yang
telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Retribusi parkir sebagaiman halnya masuk dalam pajak daerah dan
merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah
21
Ibid., hal.55 22
satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah, untuk meningktakan dan memeratakan kesejahtraan masyarakat.
Retribusi parkir merupakan salah satu bagian dari retribusi jasa umum,
yakni retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek
retribusi umum adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan.23
Tarif parkir merupakan retribusi atas penggunaan lahan parkir dipinggir
jalan yang besarannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota berdasarkan
UU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang selanjutnya ditetapkan di
tingkat Kabupaten/Kota dengan Peraturan Daerah.24 Untuk mengoptimalkan
pendapatan dari tarif parkir adalah dengan mengawasi proses dari pada retribusi
parkir itu apakah sudah berjalan sesuai Peraturan Daerah yang berlaku.
Penetapan tarif parkir merupakan salah satu perangkat yang digunakan
sebagai alat dalam kebijakan manajemen lalu lintas di suatu kawasan/kota untuk
membatasi penggunaan kendaraan pribadi menuju ke suatu kawasan tertentu yang
perlu dikendalikan lalu lintasnya dan merupakan salah satu pendapatan asli daerah
yang penting.
23
Ahmad Yani,Op.Cit., hal.56. 24
Prinsip dan sasaran tarif retribusi parkir bisa saja berbeda sesuai keputusan
pemerintah daerah, misalnya dalam penetapan tarif retribusi parkir di tepi jalan
umum yang rawan kemacetan dapat ditetapkan lebih tinggi dari pada di tepi jalan
umum yang kurang rawan kemacetan dengan sasaran mengendalikan tingkat
pengguna jasa parkir sehingga tidak menghalangi kelancaran lalu lintas.25
Dasar pengenaan retribusi parkir adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Dasar pengenaan pajak
didasarkan pada klasifikasi tempat parkir, daya tampung dan frekwensi kendaraan
bermotor, setiap kendaraan bermotor yang parkir ditempat parkir diluar badan
jalan akan dikenakan tarif parkir yang ditetapkan oleh pengelola. Tarif parkir ini
merupakan pembayaran yang harus diserahkan oleh pengguna tempat parkir untuk
pemakaian tempat parkir. Tarif parkir yang ditetapkan oleh pengelola tempat
parkir diluar badan jalan yang memungut bayaran disesuaikan tarif parkir yang
ditetapkan oleh pemerintah kabupaten.
Pemungutan retribusi parkir adalah salah satu dari pelaksanaan otonomi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana yang dimaksud dalam
undang-undang Nomor 32 tentang pemerintah daerah merupakan upaya
pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah dalam
rangka untuk memperoleh dana sehubungan dengan penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan daerah.
25
Perparkiran adalah merupakan bagian dari sub sistem lalu lintas angkutan
jalan penyelenggaraan dilaksanakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka
meningkatkan penyelenggaraan kepada masyarakat di bidang perparkiran,
penataan lingkungan, ketertiban, dan kelancaran arus lalu lintas serta sebagai
sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Perparkiran secara umum juga diartikan sebagai suatu usaha untuk
melancarkan arus lalu lintas dan meningkatkan produktifitas sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh negara. Dengan demikian
perparkiran pada dasarnya dapat dikatakan sebagai usaha dasar untuk
meningkatkan sumber daya alam, dan sumber daya manusia dan mengubah masa
lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih baik.
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan perpakiran secara
efektif dan efisien maka setiap daerah harus secara kreatif mampu menciptakan
dan mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber pendapatan asli daerah.
Salah satu sumber-sumber pendapatan asli daerah yang potensial adalah sektor
jasa perparkiran melalui retribusi parkir tersebut.
Era reformasi yang telah terjadi ternyata membawa hikmah positif bagi
daerah dimana selama ini dominasi pusat terhadap daerah bagitu kuat sehingga
menimbulkan ketimpangan perekonomian antar daerah, tuntutan daerah untuk
mengarahkan sistem sentralistik kepada sistem desentralisasi menuju otonomi
daerah makin kuat. Sejak diberlakukannya era otonomi daerah pada Januari 2001,
gema otonomi daerah semakin gencar baik merupakan retorika elit politik maupun
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah, yang menjadi dasar hukum pelaksanaannya dimana
otonomi memberikan kebebasan pada pemerintahan kabupaten atau pemerintahan
kota untuk mengatur dirinya sendiri. Otonomi merangsang daerah untuk
memberdayakan sumber daya baik fisik ataupun non fisik yang ada diwilayahnya.
Pembagian hasil ekonomi yang tidak merata selama ini memicu tuntutan cepat
diberlakukannya otonomi daerah terutama oleh daerah yang kaya akan sumber
daya alam.
Semangat yang menggebu-gebu dilaksanakannya otonomi daerah dan
desentralisasi memaksa daerah untuk mendiri karena pembiayaan/pengeluaran
rutin daerah harus ditopang oleh penerimaan daerahnya sendiri, sehingga bagi
daerah yang sumber dayanya kurang menunjang, pelaksanaan otonomi akan terasa
berat. Beban yang dimaksud, misalnya pajak dan retribusi yang dikenakan pada
perusahaan-perusahaan daerah dan masyarakat setempat, untuk dapat lebih
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Untuk membawa daerah pada derajat otonomi yang berarti dan mengarah
pada kemandirian daerah, faktor kemampuan keuangan daerah merupakan ciri
utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi, self
supporting keuangan merupakan salah satu bobot penyelenggaraan otonomi ini
artinya daerah otonom memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali
memadai untuk membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah.26 Dukungan
keuangan ini ditandai dengan semakin besarnya nilai PAD dan semakin
menurunkan dukungan pusat dalam bentuk sumbangan /bantuan.
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi
menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah, terdiri dari27:
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan
Pendapatan asli daerah merupakan faktor terpenting dalam pelaksanaan
otonomi daerah, dalam menetapkan target penerimaan dari pos ini seharusnya
dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisis potensi daerah yang ada. Dengan
analisis potensi yang dilaksanakan tiap tahun, maka diharapkan daerah dapat
memanfaatkan potensi yang ada semaksimal mungkin demi kepentingan
pembangunan di daerahnya. Semakin besar kontribusi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka daerah
akan semakin mampu melaksankan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan
semakin lancar.
26
Ibid.,hal.32. 27
Ketika pemerintah daerah sedang melakukan usaha meningkatkan
pendapatan asli daerahnya, maka hal yang harus dipertimbangkan adalah beban
yang harus ditanggung masyarakat. Disatu sisi peningkatan PAD akan
mempengaruhi tingkat kemampuan daerah, tetapi disisi lain juga berarti
penigkatan beban masyarakat. Hal ini karena obyek pemungutan akhir adalah
masyarakat.
Sumber pendapatan asli daerah diantaranya adalah pajak daerah dan
retribusi daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang aturan pelaksanaannya berdasarkan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 20 tahun 1997 tentang Retribusi Daerah, dimana daerah diberi
kewenangan untuk melaksanakan pemungutan berbagai jenis pajak daerah dan
retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat.28
Hal ini digunakan untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam upaya
pemenuhan kebutuhan daerah. Disini perlu dipahami oleh masyarakat bahwa
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah ini sebagai sumber penerimaan
yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah.
B. Sumber Pendapatan Daerah Menurut Undang – Undang Pemerintahan
Daerah dan Undang – Undang Keuangan Daerah
28
Sesuai undang-undang pemerintah daerah sumber pendapatan daerah
terdiri atas:
a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD29, yaitu:
1) hasil pajak daerah;
2) hasil retribusi daerah;
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4) lain-lain PAD yang sah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah
Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan
oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik.
Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang
hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas jasanya tidak
langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat dipaksakan.30
Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan
daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau
karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah
bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya
bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi
persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak
29
Pasal 157 Undang –Undang Nomor 32 t ahun 2004 t ent ang pemerint ah daerah. 30
membayar, merupakan pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol,
dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota
masyarakat.31
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan pendapatan
daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana
pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor
ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif
pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu
kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa,
menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan memperkembangkan
perekonomian daerah.32
Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak
termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusli daerah, pendapatan
dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi
pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa
materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau
memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.33
Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari
penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan,
bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum,
dan dana alokasi khusus.34
Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber
lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.35
Sesuai undang – undang keuangan Negara / daerah sumber pendapatan
daerah yakni
pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan,
dan lain-lain pendapatan yang sah.36
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.37
Kebijakan keuangan daerah yakni untuk meningkatkan sumber PAD
sebagai sumber utama pendapatan daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil
ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah tingkat atas. Dengan
demikian usaha peningkatan PAD seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih
luas tidak hanya ditinjau dari segi daerah masing – masing tetapi dalam kaitannya
dengan kesatuan perekonomian Indonesia.
34
Ibid. 35
Ibid.,hal. 22. 36
Pasal 16 Angka 3 Undang –Undang Nomor 17 t ahun 2003 t ent ang Keuangan Negara. 37
C. Manfaat Pengaturan Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Padangsidimpuan
Kewenangan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi kota
Padangsidimpuan melakukan pemungutan pendapatan asli daerah yakni salah
satunya adalah retribusi parkir sesuai dengan pasal 10 ayat (2) huruf (c)
Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan :
melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
Manfaat retribusi parkir dapat diukur berdasarkan target capai pungutan,
jika target pencapaian tinggi maka manfaat retribusi terhadap PAD akan besar
pula, target capai pungutan retribusi parkir diartikan sebagai pencapaian maksimal
dari nominal pendapatan dari retribusi parkir di Kota Padangsidimpuan yang telah
di tetapkan setiap tahunnya yang dilihat dari target capaian pungutan retribusi
parkir setiap tahun setelah ditinjau mengenai kendala dan solusi yang telah
dilaksanaakan dalam pengelolaan retribusi parkir demi meningkatkan pendapatan
retribusi parkir di Kota Padangsidimpuan.38
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan perparkiran secara
efektif dan efisien maka setiap daerah harus secara kreatif mampu menciptakan
dan mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber pendapatan asli daerah.
Salah satu sumber-sumber pendapatan asli daerah yang potensial adalah sektor
jasa perparkiran, sumber keuangan atau sumber-sumber pendapatan asli daerah,
38
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah.39 Prinsip otonomi daerah menggunakan otonomi
seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintah menjadi urusan yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Jika dilihat dari data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informasi kota Padangsidimpuan, pemasukan uang hasil retribusi parkir ke
kas daerah lebih rendah dibandingkan dengan target pertahunnya. Besarnya
Kontribusi retribusi parkir untuk pendapatan asli daerah (PAD) kota
Padangsidimpuaan pada tahun 2013 sebesar Rp.217.200.000,00 (dua ratus tujuh
belas juta dua ratus ribu rupiah) pemasukan ini diperkirakan baru 34,75 % dari
target retribusi parkir tahun 2013 kota Padangsidimpuan.40
Dengan demikian kontribusi retribusi parkir terhadap pendapatan asli
daerah termasuk pemasukan yang cukup besar bagi daerah kota Padangsidimpuan
jika mencapai target.
Retribusi parkir selain sebagai salah satu sumber penerimaan bagi
pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya dan
kontribusinya untuk menunjang pemerintahan Kota Padangsidimpuan.41
39
Rahardjo Adisasmit a,Op.Cit., hal.55.
40
Hasil w aw ancara dengan Efrida Zuliyant i NST, Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informat ika Kot a Padangsidimpuan, 26 Desember 2013.
41
Retribusi parkir sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD)
yang bersumber dari masyarakat, dimana pengelolaannya dahulu dilakukan oleh
dinas pendapatan daerah dan kini dikelolah oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi
dan Informasi yang diserah tugaskan oleh pemerintah Kota Padangsidimpuan.
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan
secara efektif dan efesien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu
menciptakan dan mendorong semakin meningkatnya sumber-sumber pendapatan
asli daerah.42 Salah satu sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang potensial
adalah dari sektor jasa perparkiran, sumber-sumber keuangan atau sumber-sumber
pendapatan asli daerah seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Prinsip otonomi daerah menggunakan otonomi seluas luasnya dalam arti
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah
yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan serta, prakarsa dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat, oleh sebab itu Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah ini menempatkan otonomi daerah secarah utuh pada daerah
kabupaten dan kota.
Pemungutan retribusi parkir di kota Padangsidimpuan adalah salah satu
dari pelaksanaan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab sebagai mana
42
yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah
merupakan upaya pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan
potensi daerah dalam rangka untuk memperoleh dana sehubungan dengan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah.
Perparkiran adalah merupakan bagian dari sub sistem lalu lintas angkutan
jalan yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam
rangka meningkatkan penyelenggaraan kepada masyarakat di bidang perparkiran,
penataan lingkungan, ketertiban, dan kelancaran arus lalu lintas serta sebagai
sumber pendapatan asli daerah (PAD).43
Perparkiran secara umum juga diartikan sebagai suatu usaha untuk
melancarkan arus lalu lintas dan meningkatkan produktifitas sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh negara.44
Perparkiran pada dasarnya dapat dikatakan sebagai usaha dasar untuk
meningkatkan sumber daya alam, dan sumber daya manusia, dan mengubah masa
lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih baik.
D. Retribusi Parkir di Kota Padangsidimpuan Menurut Perda No. 4 Tahun
2010 tentang Retribusi Jasa Usaha Umum Dan Peraturan Daerah Kota
Padangsidimpuan Nomor 5 Tahun 2010 tentang Retribusi Jasa Usaha
43
Ibid.,hlm. 40.
44
Retribusi parkir di tepi jalan umum adalah pembayaran atas penggunaan
tempat parkir di tepi jalan umum yang ditetapkan oleh kepala daerah.45 Retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum digolongkan sebagai retribusi jasa usaha
umum.
Objek retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan
pelayaanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.46
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat
pelayaanan parkir di tepi jalan umum.47 Subjek retribusi dalam hal melakukan
pembayaran atas jasa penggunaan parkir(retribusi parkir) berbeda – beda sesuai
dengan tingkat penggunaan jasa.Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan
jenis dari kendaraan yang parkir di tepi jalan umum.48
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi parkir tepi jalan umum
di kota Padangsidimpuan didasarkan atas tujuan untuk mengendalian permintaan
dan penggunaan atas pelayanan dalam rangka memperlancar lalu lintas jalan.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi parkir tepi jalan umum
di kota Padangsidimpuan harus tetap memperhatikan biaya penyediaan marka dan
rambu parkir, biaya transportasi dalam rangka pembinaan, pengawasan,
pengendaian, biaya operasional dan pemeliharaan. Prinsip dan sasaran dalam
penetapan tarif retribusi ditentukan agar kiranya tarif retribusi parkir dapat
meningkatkan PAD kota Padangsidimpuan sebagai salah satu penunjang
pemerintahan kota Padangsidimpuan.
Besarnya tarif parkir di tepi jalan umum yang ditetapkan adalah sebagai
berikut49:
Tabel 1.1
Tarif Parkir di tepi jalan umum kota Padangsidimpuan
No Jenis Kendaraan
Subjek retribusi parkir kadang kala mengalami kehilangan, kerusakan
pada kendaraan ataupu barang - barang yang berada diluar dan didalam kendaraan
yang diparkir.
Apabila terjadi kerusakan/kehilangan kendaraan yang diparkir atau
kerusakan/kehilangan barang-barang yang berada diluar dan didalam kendaraan
yang diparkir tidak menjadi tanggung jawab petugas parkir kecuali dapat
49
dibuktikan terjadinya kerusakan, kehilangan kendaraan atau barang yang ada
diluar dan didalam kendaraan akibat dari perbuatan petugas parkir.50
Retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir
yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.51 Semua
orang / badan yang mendapatakan jasa pelayanan khusus parkir diwajibkan
membayar retribusi tempat khusus parkir. Retribusi tempat khusus parkir
dipungut retribusi atas pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.52
Besarnya tarif retribusi tempat khusus parkir yang ditetapkan adalah
sebagai berikut53:
Tabel 1.2
Tarif Parkir tempat khusus parkir di kota Padangsidimpuan
No Jenis Kendaraan Tarif
1. Sedan, Jeep, Mopen, Pick-up,mobil pribadi Rp. 1500 / sekali parkir
2. Bus dan sejenisnya Rp. 2000 / sekali parkir
3. Sepeda Motor Rp. 1000 / sekali parkir
Obyek retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan tempat khusus
parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Dikecualikan dari obyek retribusi adalah pelayanan tempat parkir yang
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, BUMN,BUMD
dan pihak swasta.54 Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
mendapatkan jasa pelayanan khusus parkir dari pemerintah.55 Pengguna obyek
retribusi tempat khusus parkir wajib membayar retribusi tempat khusus parkir.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
tempat khusus parkir didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak dan sebagai pengganti biaya pengadaan, penataan, pengawasan, operasional
dan pemeliharaan.56
53
Pasal 19 Perat uran Daerah Kot a Padangsidimpuan Nomor 19 t ahun 2010 t ent ang Ret ribusi Jasa Usaha.
54
Pasal 16 Perat uran Daerah Kot a Padangsidimpuan Nomor 5 t ahun 2010 t ent ang Ret ribusi Jasa Usaha.
55
Pasal 17 Perat uran Daerah Kot a Padangsidimpuan Nomor 5 t ahun 2010 t ent ang Ret ribusi Jasa Usaha.
56
BAB III
PERATURAN PENGELOLAAN PARKIR AGAR RETRIBUSI PARKIR
MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA
PADANGSIDIMPUAN
A. Peran Pemerintah Daerah Kota Padangsidimpuan Sebagai Pengelola
Parkir
Ada berapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pengelolaan
retribusi yaitu57:
1. Pengelolaannya harus adil artinya, adil dalam perundang-undangan dan mampu bersikap adil dalam hal pelaksanaannya. Dimana pembangunan itu bukanlah beban sepihak tapi merupakan bersama yang harus dipikul tanggung jawabnya.
2. Pengelolaanya harus berdasarkan perundang-undangan dalam hal pelaksanaan pengelolaan retribusi harus berpatokan pada peraturan yang berlaku untuk memberikan jaminan hukumm pada wajib retribusi. Untuk menjamin keadilan secara tegas, dengan berdasar pada Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat 2, yang berbunyi : pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk keperluaan Negara hanya boleh terjadi berdasar Undang-undang.
3. Pengelolaanya tidak menunggu perekonomian diusahakan adanya keseimbangan dalam hal pengelolaan retribusi untuk membantu jalanya perekonomian.
Pembinaan dan pengelolaan perparkiran merupakan kegiatan yang perlu
dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi di daerah kota Padaangsidimpuan.
Hal ni dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pembinaan yang berhasil
mewujudkan penataan lingkungan perkotaan, kelancaran lalu lintas jalan,
ketertiban administrasi pendapatan daerah, serta mampu mengurangi beban sosial
melalui penyerapan tenaga kerja.58
Pemerintah daerah kota Padangsidimpuan mempunyai tugas kewajiban
dan tanggung jawab dalam membina pengelolaan perparkiran di wilayahnya, yang
pada hakekatnya merupakan bagian dari kegiatan pelayanan umum. Sebagai
imbalan penyelenggaraan pelayanan umum dimaksud, pemerintah daerah
memiliki hak menerima dana dari masyarakat berupa retribusi/sewa dan pajak
sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Untuk lebih meningkatkan daya
guna dan hasil guna dalam penggunaan pemanfaatan parkir baik itu tempat parkir
umum ataupun tempat parkir khusus diperlukan adanya ketentuan-ketentuan bagi
pemerintah dan pengelola dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, pengaturan,
pengawasan, pengelolaan dan pengendalian terhadap penggunaan tempat parkir
tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah
yang potensial guna mendukung jalannya pemerintahan dan kelancaran
pembangunan kota Padangsidimpuan. Pemasukan pemerintah daerah dari pajak
dan retribusi parkir sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan untuk
mengumpulkan pendapatan tersebut.
57
Sugiant o, Pajak dan Ret ribusi Daerah (Pengelolaan Pemerint ah Daeer ah Dalam Aspek Keuangan, Pajak dan Ret ribusi Daerah), (Jakart a : PT Gram edia Widiasarana, 2008), hal.31. 58
Pengendalian parkir dilakukan untuk mendorong penggunaan sumber daya
parkir secara lebih efisien serta digunakan juga sebagai alat untuk membatasi arus
kendaraan ke suatu kawasan yang perlu dibatasi lalu lintasnya. Pengendalian
parkir merupakan alat manajemen kebutuhan lalu lintas yang biasa digunakan
untuk mengendalikan kendaraan yang akan menuju suatu kawasan ataupun
perkantoran tertentu sehingga dapat diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja
lalu lintas di kawasan tersebut.59
Pengendalian parkir harus diatur dalam Peraturan Daerah tentang parkir
agar mempunyai kekuatan hukum dan diwujudkan rambu larangan, rambu
petunjuk dan informasi. Untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap
kebijakan yang diterapkan dalam pengendalian parkir perlu diambil langkah yang
tegas dalam menindak para pelanggar kebijakan parkir.
Pemerintah daerah kota Padangsidimpuan menerapkan fungsi manajemen
untuk meningkatkan PAD kota Padangsidimpuan melalui retribusi parkir, yakni
:60
1. Perencanaan yaitu merencanakan segala sesuatunya untuk mencapai PAD
yang maksimal setelah dijalankannya rencana seperti mengenai aturan
mengenai parkir, fasilitas parkir, target pencapaian retribusi parkir, dan
pengendalian/pengawasan parkir.
59
Id.m.w ikibooks.org/ M anajemen lalu lint as/ Pengendalian parkir diakses pada 29 Desember 2013.
60
2. Pengorganisasian yakni pembentukan atau pembagian kerja misalnya,
bidang pemungutan retribusi, fasilitas parkir dan pengawas retribusi
parkir.
3. Pelaksanaan yaitu bagaimana retribusi parkir ini dilaksanakan sesuai
peraturan yang berlaku demi meningkatkan PAD Kota Padangsidimpuan.
4. Pengawasan adalah memeriksa ataupu melihat bagaimana berjalannya
retribusi parkir apakah telah berjalan sesuai peraturan dan jika tidak
bagaimana peringatan atau sanksi yang diberikan.
Jika ditelaah masing-masing dari fungsi manajemen, yaitu61:
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar (fundamental) manajemen,
Perencanaan adalah fungsi yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari
alternatif-alternatif yang ada.
Dengan perencanaan perlu dilakukan dengan cermat dan matang serta
berorientasi kedepan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian, suatu perencanaan senantiasa berpijak pada kenyataan
yang ada sehingga sasaran yang ingin dicapai benar-benar dapat terwujud. Dari
uraian teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan memegang
peranan penting dalam mewujudkan tujuan dari organisasi atau perusahaan.
fungsi perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik melalui 3 cara. Cara-cara
tersebut yang pertama, mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang
baik. Setelah ciri-ciri itu diketahui lalu diusahakan agar rencana yang dibuat
memenuhi syarat-syarat tersebut. Kedua, memandang proses perencanaan sebagai
suatu rangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan. Ketiga,
memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan
dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Dalam menerapkan prinsip-prinsip
pemecahan masalah dengan teknik ilmiah, Pemerindah daerah Kota
Padangsidimpuan melalui Dinas Perhubungan, KOmunikasi dan Informatika
dapat pula menciptakan suatu rencana yang baik, dengan perkataan lain
pembuatan suatu rencana dapat dipandang sebagai suatu masalah yang harus
terpecahkan dengan sistematis.
b) Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari Manajemen, dilaksanakan
untuk mengatur seluruh sumber daya yang dimiliki termasuk unsur manusia
sehingga tujuan dapat tercapai.
Pengorganisasian merupakan fungsi yang harus dijalankan oleh setiap
manajer pada semua tingkatan dan jenis kegiatan dan bentuk organisasi, besar
atau kecil, bisnis atau negara. Fungsi pengorganisasian dalam manajemen penting
sebab :
Mewujudkan struktur pengelola parkir
61
Uraian tugas dari setiap bidang atau bagian menjadi jelas.
Wewenang dan tanggung jawab menjadi jelas.
Memperlihatkan antar tugas atau pekerjaan dari setiap bidang
Sumber daya manusia dan materil yang dibutuhkan dapat diketahui.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan
mana keputusan harus diambil. Dua aspek utama proses susunan struktur
organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi
adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatan-kegiatan
sejenis saling berhubungan dan dapat dikerjakan secara bersama. Hal ini akan
tercermin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh
bagan suatu organisasi.
Pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada
organisasi bertanggung jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan. Kedua
aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal.