Kondisi Umum Lahan PTPN II Tanjung Garbus
Kebun Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus secara administratif tepatnya berada di desa Penara Kebun, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Kondisi lahan Afd 3 PTPN II Tanjung Garbus memiliki kontur/kemiringan yang datar dan cukup potensial untuk dimanfaatkan jika diolah dengan baik. Elevasi lahan terletak pada 7,01 mdpl.
Tanah
Jenis tanah yang berada di Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus adalah tanah Entisol yaitu tanah yang bertekstur kasar atau mempunyai konsistensi lepas, struktur lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah serta bahan organik yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tan dan Kim (1986) yang menyatakan bahwasanya tanah Entisol ini mempunyai konsistensi lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara tersedia rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu vulkanik ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organik.
Tekstur Tanah
Hasil pengukuran tekstur tanah dapat dilihat dari Tabel 4.
Tabel 4. Tekstur tanah Vegetasi Kedalaman
Dari Tabel 4. diketahui bahwa tekstur tanah Entisol di kebun Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus secara umum adalah bertekstur kasar dan berpasir dapat dilihat dari perbandingan fraksi (pasir, debu, dan liat) dimana fraksi pasir lebih dominan pada tanah Entisol ini. Fraksi pasir yang lebih dominan menyebabkan tanah akan mudah tererosi akan tetapi air yang berada dalam tanah lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena akar tanaman akan lebih mudah
menembus tanah, namun kemampuan menyimpan airnya lebih sedikit karena pori - pori tanah lebih besar. Hal ini sesuai dengan Gaol, dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa tanah Entisol bertekstur kasar atau mempunyai konsistensi lepas, struktur lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah serta bahan organik yang rendah. Tanah Entisol merupakan lahan marjinal yang memiliki sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang kurang subur karena memiliki tekstur pasir, struktur lepas, permeabilitas cepat, daya menahan dan menyimpan air yang rendah serta hara rendah dan bahan organik rendah.
Tanah berpasir sangat porous sehingga kemampuan tanah menahan air dan pupuk sangat rendah, miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman.
Bahan Organik Tanah
Hasil pengukuran bahan organik tanah dapat dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Bahan Organik Tanah Vegetasi
Lahan Afd 3 PTP Nusantara II Tanjung Garbus bervegetasi ilalang memiliki kandungan bahan organik yang paling tinggi dibandingkan pada lahan bervegetasi pakis dan rumput. Nilai kandungan bahan organik pada lahan bervegetasi ilalang yaitu sebesar 2.36% dengan kriteria rendah. Pada lahan bervegetasi tanaman memiliki nilai bahan organik yang paling rendah yaitu 0.07 % yang memiliki karakteristik sangat rendah (perhitungan pada Lampiran 1).
Pada kedalaman 5cm, bahan organik tanah pada ketiga macam vegetasi lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 25 cm. Hal ini disebabkan pada kedalaman 5cm merupakan bagian top soil dan merupakan tempat penimbunan atau akumulasi dari bahan organik, serta adanya pengaruh dari pembusukan bagian-bagian pada tanaman terhadap peningkatan persentase bahan organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2007) yang menyatakan bahwa pada lapisan top soil sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan.
Kerapatan Massa (Bulk Density), Kerapatan Partikel (Particle Density) dan Porositas Tanah.
Hasil pengukuran kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, dan porositas tanah dapat dilihat dari Tabel 6.
Tabel 6. Kerapatan Massa Tanah, Kerapatan Partikel Tanah dan Porositras Tanah Vegetasi Kedalaman
Dari Tabel 6 didapat hasil pengukuran kerapatan massa tanah pada kedalaman 25 cm lebih besar daripada kedalaman 5 cm. hal ini dikarenakan pada kedalaman 25 nilai bahan organiknya lebih kecil daripada kedalaman 5 cm. Hal ini sesuai dengan Yuliprianto (2010) yang menyatakan bahwa keuntungan dari adanya bahan organic pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa tanah sehingga melarutkan mineral tanah.
Pada kedalaman 5 cm untuk lahan bervegetasi rumput memiliki nilai bulk density yang paling besar yaitu sebesar 1.29 g/cm3. Hal ini dikarenakan tanah bervegetasi rumput memiliki nilai bahan organik yang paling kecil yaitu sebesar 1.41 %. Sementara untuk kedalaman 25 cm untuk tanah bervegetasi pakis memiliki nilai bulk density yang paling besar yaitu sebesar 1.35 g/cm3 hal ini dikarenakan pada lahan bervegetasi pakis di Lahan Afd 3 PTPN II Tanjung Garbus memiliki kandungan bahan organik paling kecil dibandingkan lahan bervegetasi rumput dan ilalang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2007) yang menyatakan bahwa bahan organik juga dapat memperkecil kerapatan
massa tanah. Persentasi bulk density akan besar apabila bahan organik yang terdapat pada tanah tersebut lebih sedikit dan begitupun sebaliknya.
Nilai kerapatan massa pada tanah entisol ini berkisar 1,09 – 1,35 g/cm3. Berdasarkan kandungan bahan organik (Tabel 5) tanah entisol ini termasuk ke dalam tanah mineral yaitu tanah dengan bahan organiknya kurang dari 20 %. Hal ini sesuai dengan Hossain et al. (2015) yang menyatakan bahwa variasi dalam bulk density disebabkan oleh proporsi relatif berat jenis partikel organik dan
anorganik padat dan porositas tanah. Sebagian besar tanah mineral memiliki kepadatan massa antara 1,0 dan 2,0 g/cm3
Secara umum kerapatan partikel tanah pada kedalaman 25 cm lebih besar daripada kedalaman 5 cm. Hal ini dikarenakan nialai bahan organik pada kedalaman 25 cm lebih kecil daripada kedalaman 5 cm.
.
kerapatan partikel tanah yang terbesar terdapat pada lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 25 cm dan terendah pada lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 5cm. Hal ini dikarenakan untuk lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 25 cm memiliki nilai kerapatan massa yang paling besar yaitu sebesar 1,35 g/cm3. sedangkan untuk lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 5 cm memiliki nilai kerapatan massa yang paling kecil yaitu sebesar 1,09 g/cm3
Pada kedalaman 5 cm untuk lahan bervegetasi rumput memiliki nilai kerapatan partikel yang paling besar yaitu sebesar 2,42 g/cm
.
3. Hal ini dikarenakan tanah bervegetasi rumput memiliki nilai bahan organik yang paling kecil yaitu sebesar 1.41 %. Sementara untuk kedalaman 25 cm untuk tanah bervegetasi pakis memiliki nilai kerapatan partikel yang paling besar yaitu sebesar 2,58 g/cm3 hal ini dikarenakan pada lahan bervegetasi pakis di Lahan Afd 3 PTPN II Tanjung
Garbus memiliki kandungan bahan organik paling kecil dibandingkan lahan bervegetasi rumput dan ilalang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa Semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah, maka makin kecil nilai particle density nya. Selain itu, dalam volume yang sama, bahan organik memiliki berat yang lebih kecil daripada benda padat tanah mineral yang lain.
Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa secara umum nilai porositas tanah pada kedalaman 5 cm lebih besar daripada kedalaman 25 cm. Hal ini dikarenakan nilai bahan organik pada kedalaman 5 cm lebih besar dari pada kedalaman 25 cm.
Nilai porositas tanah tertinggi adalah pada lahan bervegetasi pakis pada kedalaman 5 cm yaitu 52.88 % dan terendah pada lahan bervegetasi rumput pada kedalaman 25 cm yaitu 44.78 %. Hal ini dikarenakan nilai bahan organik pada kedalaman 5 cm lebih besar dibandingkan nilai bahan organik pada kedalaman 25 cm. Hal ini sesuai dengan Yulipriyanto (2010) yang menyatakan bahwa keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa pada tanah sehingga melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah.
Pada kedalaman 5 cm lahan bervegetasi pakis memiliki nilai porositas yang paling tinggi yaitu 52,88 % dan yang paling rendah pada lahan bervegetasi rumput, sedangkan untuk kedalaman 25 cm lahan bervegetasi pakis juga memiliki nilai porositas yang paling tinggi yaitu 47,62 % dan yang paling rendah juga pada lahan bervegetasi rumput. Hal ini dikarenakan semakin besar selisih
antara kerapatan partikel tanah dengan kerapatan massa tanah maka nilai porositas juga ahkan semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari persamaan (4).
Porositas masih dikategorikan kurang baik karena memiliki rata-rata porositas 40-50 %. Hal ini sesuai dengan Arsyad (1989) yang menyatakan bahwa kelas porositas tanah kurang baik apabila nilai porositasnya berkisar antara 40-50 %.
Kedalaman Tanah
Dari hasil pengukuran menggunakan bor tanah diperoleh kedalaman efektif tanah untuk lahan bervegetasi pakis sedalam 62 cm, untuk lahan bervegetasi rumput sedalam 68 cm dan untuk lahan bervegetasi ilalang sedalam 64 cm.
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air dan hara, umumnya dibatasi adanya kerikil dan bahan induk atau lapisan keras yang lain, sehingga tidak lagi dapat ditembus akar tanaman.
Permeabilitas Tanah
Hasil pengukuran permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai permeabilitas untuk setiap vegetasi disetiap kedalaman tanah Vegetasi Kedalaman
Pada pengukuran permeabilitas tanah menunjukkan bahwa laju permeabilitas pada kedalaman 5 cm lebih besar dibandingkan dengan laju permeabilitas pada kedalaman 25 cm. Hal ini dikarenakan tanah pada kedalaman 5 cm memiliki nilai porositas yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanah pada kedalaman 25 cm. Hal ini sesuai dengan Hanafiah (2005) yang menyatakan bahwa porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa.
Pada kedalaman 5 cm lahan bervegetasi pakis memiliki nilai permeabilitas yang paling rendah dibandingkan lahan bervegetasi rumput dan ilalang yaitu sebesar 5,67 cm/jam. Hal ini dikarenakan lahan bervegetasi pakis memiliki persentase liat dan debu yang lebih besar sedangkan persentase pasirnya lebih kecil dibandingkan lahan bervegetasi rumput dan ilalang. Disamping itu bahan organiknya sama dengan ilalang tergolong lebih besar dari rumput dan kedalaman tanahnya yang paling rendah. Hal ini sesuai dengan Israelsen and Hansen (1962) yang menyatakan bahwa semakin besar kedalaman (ketebalan) tanah maka semakin besar pula laju permeabilitasnya.
Kadar Air Kapasitas Lapang dan Air Tersedia
Hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang dan air tersedia dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil analisa kadar air kapasitas lapang d an air tersedia pada kedalaman 5 cm
Tanah Entisol PF 2.54 (%) PF 4.2 (%) Air Tersedia (%)
Pakis 29,51 17,93 11,58
Rumput 22,83 17,64 5,19
Ilalang 32,12 24,82 7,30
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa lahan bervegetasi pakis memiliki nilai kandungan air tersedia paling besar yaitu 11,58 % dan lahan bervegetasi rumput memiliki nilai kandungan air tersedia paling kecil yaitu 5,19 % (Lampiran 11).
Hal ini dikarenakan lahan bervegetasi pakis memiliki nilai porositas paling besar dan nilai permeabilitas yang paling kecil serta memiliki kandungan liat yang lebih besar sedangkan lahan bervegetasi rumput memiliki nilai porositas yang paling kecil dan nilai permeabilitas yang paling besar. Hal ini sesuai dengan Majid (2010) yang menyatakan bahwa porositas tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah. Apabila tanah memiliki porositas yang tinggi maka air akan mudah masuk ke dalam tanah, akibatnya kapasitas pegang tanah juga meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian sifat fisika tanah di Areal tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif di kebun PTP. Nusantara II Tanjung Garbus kurang baik, kandungan bahan organik yang rendah, porositas yang kurang baik dan air tersedia yang rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan sifat fisika tanah dengan cara melakukan pengolahan tanah dan penambahan bahan organik.