• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAPARAN MUSIK GAMELAN DAN NOISE PADA PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.)

SKRIPSI

OLEH :

DAMELIA SITORUS 160308032

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

PENGARUH PAPARAN MUSIK GAMELAN DAN NOISE PADA PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.)

SKRIPSI

OLEH :

DAMELIA SITORUS

160308032/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)

Panitia Penguji Skripsi

Dr. Taufik Rizaldi, STP., MP.

Acwil Putra Munir, STP., M.Si.

Putri Chandra Ayu, STP., M.Si.

Sulastri Panggabean, STP., M.Si.

(5)

ABSTRAK

DAMELIA SITORUS: Pengaruh Paparan Musik Gamelan dan Noise Pada Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.), dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI.

Pencemaran suara merupakan hal yang dapat terjadi pada sektor pertanian, sehingga pengaruhnya terhadap suatu komoditi perlu diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyatakan bahwa polusi suara tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produktivitas sawi pakcoy. Suara yang dipaparkan antara lain adalah musik gamelan dengan level suara 70 – 75 db, noise hujan dengan level suara 75 -80 db, dan campuran musik gamelan dan noise hujan dengan level suara 80 – 85 db dimulai pemberian suara sejak masa perkecambahan hingga panen selama 6 jam dimulai pada pukul 08.00 – 11.00 WIB dan dimulai kembali pada jam 15.00 – 18.00 WIB. Enam parameter yang diamati dan penggambilan datanya yaitu meliputi, daya perkecambahan, tinggi tanam, diameter batang, lebar daun, jumlah daun, berat basah dan berat kering.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa musik gamelan meningkatkan tinggi tanaman dan diameter batang.

Kata Kunci: Paparan suara, pertumbuhan dan perkembanagan tanaman pakcoy, dan produktivitas.

ABSTRACT

DAMELIA SITORUS: The Effect of Exposure to Gamelan Music and Noise on the Growth of Pakcoy (Brassica rapa L.), supervised by TAUFIK RIZALDI.

Noise pollution is something that possibly happen in the agricultural sector, so it should be known the effect to the commodity. The purpose of this research is was to state that noise pollution does not negatively included affect the growth and productivity of mustard greens. The sounds presented include gamelan music with a sound level of 70 – 75 db, rain noise with a sound level of 75 -80 db, and a mixture of gamelan music and rain noise with a sound level of 80 – 85 db. Starting with voting from germination to harvest for 6 hours start at 08.00 – 11.00 AM and start again at 15.00 – 18.00 PM. Six parameters was observed and collected data, namely germination, plant height, stem diameter, leaf width, number of leaves, wet weight and dry weight. Results showed that gamelan music increased plant height and stem diameter.

Keywords: Exposure to sound, growth and development of pakcoy plants, and productivity.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Damuli Pekan pada tanggal 17 Juni 1999 dari Alm.

Bapak Hasri Sitorus dan Ibu Nurcahaya Br. Pasaribu. Penulis merupakan anak keenam dari enem bersaudara. Pada tahun 2016 penulis lulus dari MAN Kualuh Hulu Labuhan Batu Utara dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan lulus di Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Baru Pasar VIII, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli sampai Agustus 2019. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Membang Muda, Labuhan Batu Utara pada bulan Januari sampai Februari 2020. Penulis pernah mengikuti Leadership Camp IMATETANI RAYON A di Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara pada bulan Maret 2017. Penulis mengikuti kegiatan Pekan Teknik Pertanian (PTPN X) di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Jawa Tengah pada bulan November 2018. Penulis pernah mengikuti Leadership Camp IMATETANI RAYON A di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat pada bulan Maret 2019.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkah dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Paparan Musik Gamelan dan Noise Pada Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)“ yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Orangtua serta keluarga besar penulis yang selalu mendoakan dan mendukung penulis baik moril maupun materil, terimakasih juga kepada Bapak Dr. Taufik Rizaldi, STP, MP selaku komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan draft dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian dan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Agustus 2021

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ...i

RIWAYAT HIDUP ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

PENDAHULUAN Latar belakang ...1

Tujuan Penlitian... 3

Manfaat Penelitian ... 3

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Pakcoy (Brassica rapa L.)... 5

Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy... 7

Tanah ... 8

Pupuk ... 8

Kadar Air Tanaman ...9

Teknologi Sonic Bloom ... 9

Pengembangan Sonic Bloom ... 10

Pengaruh Bunyi Terhadap Pertumbuhan Tanaman ...12

METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat...15

Metode Penelitian ...16

Parameter Pengamatan ...18

Prosedur Penelitian ...19

Parameter Pengamatan ...22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap Daya Perkecambahan Tanaman ...25

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman ...26

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan kontrol Terhadap Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman ...28

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap Pertumbuhan Lebar Daun Tanaman ...29

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman ...30

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap Pertumbuhan Berat Basah dan Berat Kering Tanaman ...31

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN... 38

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Persentase Peningkatan Hasil Dari Berbagai Penelitian Paparan Suara.. .14 2. Presentase Daya Perkecambahan...25 3. Berat Basah Tanaman ...32 4. Berat Kering Tanaman...32

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Tanaman Pakcoy ...5

2. Rangkaian Chamber ...19

3. Grafik Rata-rata Tinggi Taman ...27

4. Grafik Rata-rata Diameter Batang ...28

5. Rata-rata Lebar Daun ...29

6. Grafik Jumlah Daun ...31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart Pelaksanaan Penelitian...38

2. Tata Letak Penanaman Pakcoy Pada Chamber...39

3. Stimulasi Pemberian Pupuk NPK ...41

4. Hasil Pengamatan Daya Perkecambahan Tanaman Pakcoy (%)...42

5. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Pakcoy (cm)...43

6. Tabel Sidik Ragam Tanaman Pakcoy...44

7. Tabel DMRT Tinggi Tanaman Pakcoy ...45

8. Hasil Pengamatan Diameter Batang Tanaman Pakcoy (cm) ...46

9. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Pakcoy ...47

10. Tabel DMRT Diameter Batang Tanaman Pakcoy...48

11. Hasil Pengamatan Lebar Daun Tanaman Pakcoy (cm²) ...49

12. Tabel Sidik Ragam Lebar Daun Tanaman Pakcoy ...50

13. Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Pakcoy ...51

14. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Pakcoy ...52

15. Hasil Berat Basah Tanaman Pakcoy (gr) ...53

16. Tabel Sidik Ragam Berat Basah Tanaman Pakcoy ...54

17. Hasil Berat Kering Tanaman Pakcoy (gr) ...55

18. Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tanaman Pakcoy ...56

19. Data Suhu Harian Rumah Kaca Tgl 27 November – 03 Januari ...57

20. Data Suhu (°C) dan RH (%) Harian Chamber Kontrol (P0) tgl 27 November - 03 Januari ...59

21. Data Suhu (°C) dan RH (%) Harian Chamber Musik Gamelan (P1) tgl 27 November - 03 Januari ...61

22. Data Suhu (C°) dan RH (%) Harian Rumah Kaca tgl 5 Januari – 11 Februari ...63

23. Data Suhu (C°) dan RH (%) Harian Chamber Noise Hujan (P2) tgl 5 Januari - 11 Februari ...65

24. Data Suhu (C°) dan RH (%) Harian Chamber Musik Gamelan Dan Noise Hujan (P3) tgl 5 Januari - 11 Februari...67

(13)

25. Dekumentasi Kegiatan Penelitian...69

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia banyak terdapat jenis makanan yang menggunakan daun pakcoy sebagai bahan makanan utama maupun sebagai pelengkap. Tanaman pakcoy merupakan salah satu sayuran daun yang memiliki teknis budidaya sangat mudah untuk dikembangkan dan banyak masyarakat yang menyukai serta memanfaatkannya. Selain itu juga, tanaman pakcoy sangat potensial dan memiliki prospek yang baik. Sumber vitamin dan mineral essensial yang banyak mengandung serat dibutuhkan oleh manusia untuk membantu dalam proses pencernaan dan dapat mencegah kanker. Vitamin dan mineral essensial tersebut dapat dijumpai pada sayuran daun (Haryanto, 2001).

Makhluk hidup memiliki berbagai macam ciri-ciri salah satunya yaitu peka terhadap rangsangan. Setiap mahkluk hidup mempunyai kemampuan menanggapi rangsangan yang berbeda-beda satu sama lain. Tidak hanya manusia dan hewan saja yang peka terhadap rangsangan, tumbuhan juga dapat menanggapi rangsangan yang ada dalam lingkungannya walaupun tidak mempunyai sistem syaraf. Untuk mengetahui kepekaan tanaman, kemajuan peradaban telah memacu perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin dan alat-alat tranportasi sehingga menyebabkan kebisingan atau polusi suara. Pada sektor pertanian penyebab pencemaran suara dapat berasal dari suara mesin traktor, mesin pemanen dan mesin mesin pertanian lainnya meski sumber pencemaran suara tersebut tidak terus menerus ada di lahan pertanian. Selain dari sumber tersebut,

(15)

sektor non-pertanian seperti sektor industri dengan sumber pencemar suara yang lebih beragam, seperti pencemaran suara di lingkungan pabrik, turut memberikan andil. Kondisi ini terjadi karena pesatnya perkembangan sektor industri menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi lokasi industri. Gelombang suara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Akan tetapi, penelitian mengenai penambahan gelombang suara masih sedikit sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Salah satu upaya yang dikembangkan dibidang teknologi pertanian adalah sonic bloom. Sonic bloom merupakan suatu teknologi organik yang memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk meningkatkan produktivitas tanaman (Carlson, 2001).

Beberapa dekade terakhir telah dilakukan penelitian tentang pegaruh suara terhadap pertumbuhan tanaman. Sebagian besar penelitian tersebut menggunakan suara tunggal dan teratur (musik) yang dilatar belakangi pengaruh positif musik terhadap manusia, sehingga diharapkan berdampak serupa terhadap pertumbuhan tanaman. Salah satu teknologi dalam rangka meningkatkan produktivitas adalah melalui penerapan teknologi sonic bloom. Teknologi sonic bloom merupakan teknologi terobosan yang ditujukan untuk membuat tanaman tumbuh lebih baik.

Sonic bloom memanfaatkan gelombang suara frekuensi tinggi yang berfungsi memacu membukanya mulut daun (stomata) yang dipadu dengan pemberian nutrisi.

Getaran bunyi dapat mempengaruhi pembukaan stomata daun menjadi lebih lebar, sehingga dapat menyerap air dan CO2 lebih banyak dan mengoptimalkan proses fotosintesis, sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman dapat ditingkatkan secara optimal (Kadarisman, dkk., 2011).

(16)

Teknologi ini bekerja dengan mengoptimalkan pembukaan stomata pada frekuensi suara tertentu. Penulis melakukan penelitian pemberian musik gamelan Jawa dan noise hujan pada tanaman guna mengetahui pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi pakcoy. Musik gamelan Jawa dan noise hujan yang digunakan pada penelitian ini memiliki frekuensi yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pelakuan teknologi sonic bloom pada tanaman sawi pakcoy (Brassica rapa L).

Telah dilakukan penelitian oleh Puji, dkk (2011) tentang berbagai jenis musik pada pertumbuhan sawi hijau. Musik yang digunakan dalam perlakuan tanaman adalah jenis musik gamelam Bali, gamelan Jawa, klasik, dan musik rock.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tanaman yang diberikan perlakuan gelombang suara tumbuh lebih baik dibandingkan sempel yang tidak diberi perlakuan (kontrol).

Tujuan Penlitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa respon pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.), dari paparan bunyi musik gamelan, noise hujan dan campuran antara musik gamelan dan noise hujan.

Manfaat penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa yaitu sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh paparan musik gamelan dan noise pada pertumbuhan pakcoy (Brassica rapa L.)

(17)

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi pendukung budidaya pakcoy (Brassica rapa L.).

Hipotesis

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara perbedaan paparan gelombang bunyi terhadap perkecambahan, tinggi tanaman,diameter batang, lebar daun, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman pakcoy.

Ha : Terdapat pengaruh antara perbedaan paparan gelombang bunyi terhadap perkecambahan, tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman pakcoy.

.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Pakcoy (Brassica rapa L.)

Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga cruciferae yang masih berada dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy merupakan salah satu varietas dari tanaman sawi yang dimanfaatkan daunnya sebagai sayuran. Pakcoy berasal dari benua Asia yaitu dari Tiongkok dan Asia Timur. Klasifikasi tanaman pakcoy adalah sebagai berikut

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rhoeadales (Brassicales) Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica chinensis L.

Gambar 1. Tanaman pakcoy (Haryanto, dkk., 2007).

Sawi pakcoy merupakan sayuran yang sangat diminati masyarakat dari anak-anak sampai orang tua, karena sawi pakcoy banyak mengandung protein,

(19)

lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin A, B, C, E dan K yang sangat baik untuk kesehatan (Haryanto dkk., 2007).

Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang akar berbentuk bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30 -50 cm, Tanaman ini memiliki batang yang sangat pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai pembentuk dan penopang daun. Pakcoy memiliki daun yang halus, tidak berbulu dan tidak membentuk krop. Tangkai daunnya lebar dan kokoh, tulang daun dan daunnya mirip dengan sawi hijau, namun daunnya lebih tebal dibandingkan dengan sawi hijau (Setyaningrum dan Saparinto, 2011).

Batang tunggal sawi pakcoy berwarna hijau kebiruan dan bercabang tirus dibagian atas. Rasa batang sayur pakcoy agak manis dan empuk di lidah. Bunga pakcoy merupakan bunga majemuk yang setiap kuntum bunga memiliki empat mahkota bunga yang berwarna kuning meskipun terdapat berwarna putih. Benang sari enam, tersusun dalam dua lingkaran. Putik tunggal agak rendah sehingga penyerbukan sendiri. Biji berukuran sekitar 1 mm berbentuk bulatan dan terbungkus oleh cangkang berwarna hitam (ada juga berwarna kuning dan kecoklatan) yang permukaannya tidak rata, dan tidak tahan disimpan bertahun- tahun. Buah pakcoy agak mirip dengan tipe polong atau legume (polong-polong).

Bentuknya lonjong dengan dua ruang, jumlah biji dalam satu polong berkisar 11- 20 biji (Rukmana, 2004).

Pakcoy selain sebagai sayuran juga dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama yang mengkonsumsinya secara kontinyu. Pakcoy dapat menghilangkan rasa gatal ditenggorokkan pada penderita batuk, penyembuh sakit

(20)

kepala karena mengandung vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan manusia (Kurniadi, 1996).

Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy

Iklim yang baik untuk pertumbuhan pakcoy yaitu daerah yang memiliki suhu 15-300C, memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/ bulan, serta penyinaran matahari antara 10-13 jam. Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan pakcoy yaitu antara 80-90%. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman pakcoy adalah tanah gembur yang banyak mengandung humus, subur, dengan pH antara 6-7, serta drainase yang baik karena tanaman sawi pakcoy tidak menyukai genangan (Rukmana, 1994).

Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu 28-32°C (panas) mampu bersuhu 16°C (dingin), sehingga dapat produksi dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik pada dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter dari permukaan laut (Sutirman, 2011).

Kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan tamana sawi optimum, berkisar anatar 80% sampai dengan 90%. Kelembaban yang tinggi lebih dari 90%

berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman tumbuh tidak sempurna, tanaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan bila penanaman bertujuan untuk pembenihan maka kualitas biji yang dihasilkan jelek. Kelembaban juga berpengaruh proses penyerapan unsur hara oleh tanaman yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).

(21)

Proses perkecambahan, pertunasan, pertumbuhan dan sebagainya dengan suhu yang melebihi 21 ºC dapat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan suhu udara yang sangat mempengaruhi pertumbuhan sawi. Jika suhu tidak sesuai maka pertumbuhannya tidak akan berjalan dengan baik, karena terhambatnya proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan terhentinya produksi pati (karbohidrat) dan respirasi meningkat lebih besar (Haryanto dan Suhartini, 2002).

Tanah

Tanah yang cocok ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, serta sanitasi airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhan sawi adalah antara 6 sampai 7. Media tanam tanah dengan ciri-ciri fisik tanah : berwarna coklat hingga cokelat kehitaman, memiliki porositas yang baik, memiliki daya serap air yang baik, ketika kering mudah dihancurkan dan ketika basah tidak lengket dan gembur (Sunarjono, 2008).

Pupuk

Unsur N merupakan unsur penting bagi tanaman pakcoy, karena unsur hara N dibutuhkan untuk pertumbuhan daun yang merupakan hasil dari tanaman pakcoy yaitu daun, unsur hara N sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena dapat membantu dalam proses fotosintesis.

Melalui unsur hara N akan terjadinya proses fotosintesis dengan adanya klorofil.

Meningkatnya hasil fotosintesis maka akan memacu pertumbuhan tanaman terutama organ vegetatif (Pranata, 2010).

Fungsi N untuk tanaman sayuran yaitu sebagai penyusun protein, untuk pertumbuhan pucuk tanaman dan menyuburkan pertumbuhan vegetatif sehingga

(22)

sesuai untuk tanaman sayuran daun seperti caisin. Fungsi P sebagai salah satu unsur penyusun protein, dibutuhkan untuk pembentukan bunga, buah dan biji, merangsang pertumbuhan akar menjadi memanjang dan tumbuh kuat sehingga tanamana tahan kekeringan. Kekurangan pupuk P akan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pembungaan dan pembentukan biji terhambat, serta tanaman menjadi lemah sehingga mudah roboh. Unsur K berperan dalam proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi yang merupakan hal penting dalam pertumbuhan (Sutejo, 2002).

Kadar Air Tanaman

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan. Besarnya kadar air tanaman sangat bergantung pada kemampuan akar dalam menyerap air. Kadar air tanaman dapat dihitung dengan Persamaan 1.

Kadar air tanaman =

× 100%...(1) Dimana: BB : Berat Basah Tanaman (g)

BK : Berat Kering Tanaman (g) (Aventi, 2015).

Teknologi Sonic Bloom

Cara kerja teknologi sonic bloom tergolong sederhana. Awalnya dengan memancarkan gelombang suara sebesar 3.500 – 5.000 Hertz dari unit suara bertenaga aki 12 volt. Sebuah kisaran gelombang suara yang masih dapat didengar telinga normal manusia. Suara tersebut seperti cericit burung wallet. Ada kalanya suara itu diberi latar suara musik klasik. Alunan suara itulah yang merangsang

(23)

terbukanya stomata. Setelah mulut daun terbuka, dilakukan penyemprotan pupuk ke daun (pupuk daun) yang mengandung senyawa nutrisi berbentuk ikatan organik. Ternyata, cara pemupukan ini jauh lebih efektif ketimbang pemupukan dengan cara lewat tanah. Ini disebabkan unsur hara yang diaplikasikan langsung diserap stomata sekaligus diproses dalam klorofil. Dengan meningkatnya penetrasi dan translokasi nutrisi ke dalam daun, metabolisme tanaman akan meningkat dan pada gilirannya pertumbuhan dan produksi meningkat pula (Carlson, 2001).

Sonic Bloom merupakan teknologi baru yang memanfaatkan efek gelombang suara dengan frekuensi 3.500-5.000 Hz untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman (Astono, dkk., 2014). Teknologi ini memanfaatkan gelombang suara alami dengan frekuensi tinggi yang mampu merangsang mulut daun (stomata) tetap terbuka sehingga dapat meningkatkan laju dan efisiensi penyerapan pupuk daun yang bermanfaat bagi tanaman. Dengan kata lain, teknologi ini sebagai cara untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis dan hasil akhir fotosintesis guna meningkatkan jumlah produksi dengan mutu yang baik (Widyawati, dkk., 2011).

Pengembangan Sonic Bloom

Sonic bloom merupakan teknologi yang memadukan gelombang suara frekuensi tinggi dengan aplikasi nutrisi organik. Gelombang suara dengan frekuensi tinggi mampu merangsang mulut daun (stomata) tetap terbuka sehingga dapat meningkatkan laju dan efisiensi penyerapan pupuk daun (Iriani dkk., 2005).

Penelitian tentang teknologi pemberian bunyi pada tanaman telah banyak dilakukan di Indonesia. Bunyi merupakan salah satu bentuk gelombang yang

(24)

memiliki kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilaluinya.

Energi atau getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi tersebut mempunyai efek terhadap suatu tanaman, yaitu mampu merangsang stomata daun untuk membuka.

Getaran dari suara akan memindahkan energi ke permukaan daun dan akan menstimulasi stomata daun untuk membuka lebih lebar. Dengan membukanya stomata lebih lebar berarti penyerapan unsur hara dan bahan-bahan lain di daun menjadi lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan bunyi (Asrul, 2015).

Musik tidak hanya berpengaruh terhadap manusia, namun juga berpengaruh terhadap tanaman. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Dan Carlson yang dikomersialkan pada tahun 1980, frekuensi suara tertentu dapat membantu tanaman “bernafas” lebih baik sehingga dapat menyerap zat makanan lebih banyak. Penelitian yang telah dilakukan oleh Dan Carlson kini dikenal dengan nama Sonic Bloom (Suwardi, 2010).

Gelombang suara berpengaruh terhadap berbagai proses pertumbuhan, antara lain terhadap perkecambahan biji, pertumbuhan kalus pada teknik kultur jaringan, pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayur, buah dan tanaman perkebunan. Di Pusat Penelitian Rekayasa Pertanian, China dilakukan penelitian pada beberapa jenis sayuran menggunakan Plant Acoustic Frequency Technology (PAFT) dengan frekuensi 0.06-2 kHz, pada level intensitas bunyi sebesar 50-120 dB, dengan jarak sumber suara 50-100 meter. Teknologi ini diterapkan pada mentimun, tomat, semangka, kacang tunggak dan terong terbukti meningkatkan secara signifikan kandungan klorofil, laju fotosintesis bersih dan jumlah bunga

(25)

dan buah. Lebih jauh disampaikan bahwa PAFT memacu produksi beberapa hormon endogenous seperti IAA dan GA (Meng dkk., 2011; Junru dkk., 2011).

Pengaruh suara dengan frekuensi 5000 Hz–14000 Hz dapat mempengaruhi tinggi dan lebar daun tanaman kacang tanah secara signifikan jika dibandingkan dengan tanaman kacang tanah tanpa perlakuan. Penggabangan musik klasik dan noise dalam variabel perlakuan bertujuan untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh yang diterima jika dibandingkan dengan paparan musik klasik dan noise saja. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Yulianto (2008) yang menggunakan teknologi sonic bloom pada tanaman bawang merah yang disimpulkan dapat meningkatakan produktivitas hingga 2 ton/ha. Penggunaan tanaman sawi hijau dilatarbelakangi bahwa tanaman tersebut sangat responsif terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu dari penelitian ini dapat dikaji pengaruh paparan suara bising (noise) terhadap karakterisitik morfologi dan produktivitas sawi hijau, sekaligus dibandingkan hasilnya dengan pemaparan musik klasik dan campuran (musik klasik + noise) (Yulianto, 2008).

Pengaruh Bunyi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Getaran atau gelombang suara yang digunakan pada tanaman merupakan sistem penyuburan melalui daun yaitu dengan memberikan getaran pada frekuensi yang sangat tinggi (sonar), akan merangsang stomata untuk tetap terbuka dan akan meningkatkan kecepatan dan efisiensi penyerapan pupuk yang berguna pada proses pertumbuhan tanaman (Utami, 2012).

Frekuensi gelombang suara tertentu dapat menggetarkan stomata dan merangsang pembukaan stomata, meskipun tanaman tidak memiliki indra untuk menangkap suara tetapi tanaman dapat merespon adanya getaran. Gelombang

(26)

suara menyebabkan udara di sekitar tanaman bergetar, walaupun getaran yang dihasilkan sedikit. Hal ini dapat mempengaruhi gerakan karbon dioksida di sekitar tanaman dan mempengaruhi penyerapan karbon dioksida di sekitar daun.

Kemudian banyak penelitian sudah mengatakan bahwa tanaman memang mampu memberikan respons terhadap bunyi (Retallack, 1973).

Teknologi sonic bloom sudah sampai ke Indonesia sekitar tahun 2000-an.

Teknologi sonic bloom sudah banyak diteliti oleh Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa sonic bloom memiliki pengaruh yang nyata pada peningkatan hasil produktivitas tanaman, terutama pada tanaman pangan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Teknologi sonic bloom merupakan teknik menyuburkan tanaman dengan menggunakan gelombang bunyi frekuensi tinggi yakni sekitar 3500–5000 Hz (Kadarisman, 2011).

Level suara musik klasik 70-75 dB selama 3 jam setiap hari dimulai pukul 07.00-10.00 ,70-75 dB dapat meningkatkan daya berkecambah biji sawi hijau sebesar 15%, tinggi tanaman sebesar 13,5%, lebar daun sebesar 14,8%, panjang daun sebesar 14,2% dan berat basah sebesar 57,1% (Prasetyo, 2014).

(27)

Tabe1 1. Persentase peningkatan hasil dari berbagai penelitian paparan suara

No Perlakuan Berat (gram) Peningkatan

1

Cahaya dan suara pada tanaman Pakcoy (Prasetyo, 2019)

1. Kontrol 247,3

2. Sonic bloom dan cahaya 358,8 45,08%

2

Paparan musik pada sawi hijau (Prasetyo, 2014)

1. Kontrol 14,67

2. Musik Klasik 22,56 53,78%

3. Noise 19,56 33,30%

4. Campuran 15 2,20%

3

Gelombang bunyi pada sawi putih (Kristianto, 2013)

1. Kontrol 49,17

2. Perlakuan 57,08 13,80%

4

Sonic bloom pada cabe merah (Priyanto, 2016)

1. Kontrol 608,48

2. Perlakuan 991,95 63,01%

5

Sonic bloom pada selada krop (Lazuardi, 2017)

1. Kontrol 1,03

2. Musik gamelan 2,23 117, 08 %

3. Heavy metal 1,53 49,12%

(28)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2020 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, di Laboratorium Teknik Biosistem Program Studi Keteknikan Pertanian dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sawi pakcoy untuk objek yang akan ditanam, kapas untuk media penyemaian bibit, tanah untuk media tanam, air digunakan untuk memantapkan tanah, penyiraman tanaman dan pupuk NPK untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat keras berupa laptop, Speaker portebel aktif yang digunakan untuk pengeras suara agar vocal yang dihasilkan tapat fokus, Flash disk yang digunakan untuk memutar audio digital, sound level meter alat uji untuk mengukur tingkat kebisingan suara, penggaris alat untuk pengukuran, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, cawan petri adalah wadah untuk penyemaian, polybag untuk penyemaian atau pindah tanam, thermometer untuk mengukur suhu ruangan, higrometer untuk mengukur tingkat kelembaban pada suatu tempat, pelastik trasparan untuk mengurangi masuknya gangguan suara, kayu broti untuk penegak atau pembuatan kerangka chamber, alat tulis dan kalkulator sebagai media untuk membuat

(29)

perhitungan data penelitian, kamera digital untuk mendekumentasikan selama penelitian.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan bobot isi tanah sebagai indikator kepadatan tanah.

Rancangan Acak Lengkap adalah rancangan lapangan pada suatu lokasi yang homogen. Rancangan ini dikatakan acak karena setiap satuan percobaan mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan perlakuan sedangkan dikatakan lengkap karena seluruh perlakuan yang dirancang dalam percobaan tersebut digunakan (Sunandi, dkk., 2009).

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perbedaan pemberian perlakuan suara pada masa pertumbuhan tanaman Pakcoy (Brassica rapa L). Model linear untuk Rancangan Acak Lengkap terdiri dari t perlakuan dan r, ulangan adalah sebagai berikut (Montgomery, 1976) Yij =µ+τi+εij………..……...……….……….(2) Dimana :

i = 1, 2, … , t j = 1, 2, … , ri

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j μ = Rataan umum

τi = Perlakuan ke-i εij = Komponen galat

Menurut Federer (1977) untuk mendapatkan data yang valid dapat dilakuan pengulangan dengan Persamaan 3.

(30)

(n-1) (t-1) ≥ 15………...………(3) Dimana:

n = Banyaknya pengulangan t = Banyak perlakuan

≥15 = Derajat bebas RAL (t-1) (n-1) ≥15

(4-1) (n-1) ≥ 15 3n-3 ≥ 15 3n ≥ 18 n = 6

Sehingga banyaknya pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebanyak 6 kali pengulangan.

Dimana t merupakan pendekatan nilai dari faktor paparan suara (P) pada pertumbuhan tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) yaitu:

P0 : tanpa paparan suara (0 db)

P1 : paparan suara musik gamelan (70 -75 db) P2 : paparan noise hujan (75 - 80 db)

P3 : paparan suara campuran musik gamelan dan noise hujan (80 - 85 db)

Dengan demikian akan terdapat 4 kali perlakuan dan 24 kali pengulangan dalam bentuk polibag yang akan ditanami oleh tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.).

Analisis sidik ragam digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh perlakuan. Jika hasil uji sidik ragam diperoleh pengaruh nyata, selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Jika

(31)

hasil uji sidik ragam menunjukkan nilai koefisien keragaman lebih besar dari 50, maka data ditransformasikan untuk memperkecil koefisien keragaman. Dari hasil analisis data ini untuk perlakuan yang nyata dan sangat nyata pada pemberian paparan suara atau noise, dilanjutkan pula pengujian dalam bentuk persamaan- persamaan regresi (Maryamah, 2010).

Parameter Pengamatan

Variabel Pengamatan Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati terdiri dari :

a. Pengaruh jenis suara terhadap daya perkecambahan (%) b. Pengaruh paparan suara terhadap tinggi tanaman (cm) c. Pengaruh paparan musik terhadap diamater batang (cm) d. Pengaruh paparan suara terhadap lebar daun (cm2) e. Pengaruh paparan suara terhadap jumlah daun (Helai)

f. Pengaruh paparan suara terhadap berat basah dan berat kering tanaman (gram) Parameter lingkungan yang diukur pada penelitian ini yaitu suhu udara, kelembaban udara. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan setiap hari yakni pada pagi (07.00-08.00 WIB), siang (12.00-13.00 WIB) dan sore hari (17.00- 18.00 WIB).

(32)

Prosedur Penelitian

1. Pembuatan chamber

Gambar.2 Rangkaian chamber

Chamber dibuat dengan rangka kayu berukuran 150 x 50 x 50 cm dan menggunakan plastik transparan sebagai penutupnya. Penggunaan chamber bertujuan untuk meninimalisir pengaruh surara dari luar, sehingga diharapkan tanaman murni dipengaruhi oleh perlakuan suara saja.

2. Persiapan media tanam

Mengambil tanah terganggu yang diambil dari lahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Kemudian tanah dibersihkan dari kerikil dan rerumputan, lalu diangin-angin selama 24 jam, mengayak tanah yang telah dikeringkan menggunakan ayakan 10 mesh, kemudian ditimbang sebanyak 1 kg/polybag, media siap ditanam.

3. Pemilihan benih

Pemilihan benih Benih pakcoy dilakukan dengan menyortir benih dengan cara merendamnya di dalam ember yang berisi air, di tunggu hingga 30 menit jika biji terapung maka biji tersebut tidak baik untuk digunakan dan biji yang tenggelam merupakan biji yang dipilih untuk disemai.

(33)

4. Penyemaian atau persiapan benih bibit sawi pakcoy

Benih sawi pakcoy ditanam pada tanah dan kapas yang berada di dalam cawan petri dan dimasukkan kedalam chamber dimana didalamnya terdapat speaker aktif. Jumlah benih sawi pakcoy yang digunakan pada fase perkecambahan sebanyak 20 benih tiap perlakuan, sehingga total benih yang digunakan sebanyak 80 benih. Dipilih benih yang terbaik sebanyak 6 tanaman tiap sempel, sehingga total sempel tanaman pakcoy yg digunakan ada 24 tanaman.

Suara yang diberikan adalah tanpa adanya musik, musik gamelan, noise hujan dan campuran keduanya, bibit siap pindah ditanam setelah benih berusia 7 – 10 hari.

5. Pemberian perlakuan

Pemberian perlakuan ada dua tahap, pertama adalah fase perkecambahan, dimana pada fase ini pemberian paparan suara/frekuensi.P0 : 0 db, P1 : 70 – 75 db, P2 :75 – 80 db, P3 : 80 – 85 db. Dilakukan selama 6 jam setiap harinya mulai pukul 08.00 - 11.00 WIB dan disore hari dimulai dari jam 15.00 - 18.00 WIB.

Tahap kedua adalah fase pertumbuhan dimana paparan suara diberikan mulai disemai hingga umur 38 hari. Paparan suaran diberikan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari, pagi hari dimulai dari jam 08.00 - 11.00 WIB dan disore hari dimulai dari jam 15.00 - 18.00 WIB. Pemberian perlakuan dilakukan sesuai dengan rancangan percobaan. Dalam rancangan percobaan menggunakan 4 (empat) perlakuan yaitu tanpa pemberian musik, pemberian musik gamelan yang memiliki nuansa tenang, pemberian noise hujan yang memiliki nuansa santai, pemberian campuran musik gamelan dan noise hujan yang memiliki nuansa semangat tenang, dan yang terakhir tidak diberikan perlakuan. Musik yang akan diberikan akan dinormalisasi terlebih dahulu dan volume suaranya disamakan.

(34)

6. Penanaman

Bibit yang telah berusia 7 – 10 hari selanjutnya ditanam pada polybag yang terdapat 1 tanaman. Penanaman bibit harus dilakukan dengan secara perlahan agar akar dari bibit tidak ada yang terpotong sehingga pertumbuhan bibit tidak terganggu. Sebelum proses penanaman, media tanam diberi air terlebih dahulu agar basah.

7. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan agar tanaman sayur dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Adapun pemeliharaan yang dilakukan adalah sanitasi gulma, penyiraman, dan pemupukan.

- Sanitasi Gulma

Sanitasi adalah pemberantasan gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman yang di dilakukan setiap harinya.

- Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap 2 (dua) kali sehari, yaitu setiap pagi pukul 08.002 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB.

- Pemupukan

Pemupukan tanaman sawi pakcoy dilakukan seminggu setelah pindah tanam dan dilakukan 1 minggu sekali, pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK sebanyak 21 gram perpolybeg, pemupukan dilakukan pada pagi hari di jam 08.00 WIB.

8. Panen

Proses panen dilakukan dengan cara pencabut tanaman pakcoy berumur 38 hari hingga ke akar.

(35)

9.Analisis data

Pada penelitian ini dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan menguraikan hasil perbandingan dari penghitungan daya perkecambahan, jumlah daun, lebar daun, pengukuran tinggi tanaman, pengukuran diameter batang, dan berat basah dan berat kering pada tanaman pakcoy yang diberikan perlakuan khusus (treatment) yang telah dilakukan variasi paparan bunyi dengan tanaman pakcoy tanpa perlakuan.

Parameter Pengamatan

Adapun Parameter yang diteliti dalam penelitian ini yaitu daya perkecambahan, tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman.

Pengumpulan Data

1. Bibit yang tumbuh dihitung dengan Persamaan 4.

ersentase perkecambahan= umlah bibit yang tumbuh

umlah bibit yang ditanam 1 ...(4) 2. Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman akan diukur mulai 2 hari sekali pada pukul 11.00 - 12.00 WIB, dimulai dari hari kedua sejak pemindahan bibit dari cawan petri penyemaian atau HST selanjutnya pada 12 HST, 14 HST, 16 HST, 18 HST, 20 HST, 22 HST, 24 HST, 26 HST, 28 HST, 30 HST, 32 HST, 34 HST, 36 HST, dan 38 HST.

3. Diameter batang (cm), pengukuran diameter batang akan dilakukan mulai 2 hari sekali pada pukul 11.00-12.00 WIB, dimulai dari hari kedua sejak pemindahan bibit dari cawan petri penyemaian atau HST selanjutnya pada 12 HST, 14 HST, 16 HST, 18 HST, 20 HST, 22 HST, 24 HST, 26 HST, 28 HST, 30 HST, 32 HST, 34 HST, 36 HST, dan 38 HST.

(36)

4. Luas daun (cm2), pengukuran luas daun merupakan salah satu parameter morfologi yang umum digunakan untuk menentukan baik tidaknya pertumbuhan suatu tanaman. Pemilihan daun tanaman yang digunakan acuan pengukuran tersebut didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Legros et al. (2009), yang mana pemilihan daun acuan didasarkan pada ukuran terbesar atau yang berkorelasi langsung dengan suatu parameter tertentu yang akan diukur. Pengukuran luas daun menggunakan penggaris dengan metode panjang kali lebar dikalikan dengan faktor koreksi. Faktor koreksi untuk tanaman pakcoy adalah 0.636 (Djoko, 2015). Metode ini dipilih karena praktis digunakan pada pengukuran secara kontinyu dan sesuai untuk pengukuran di lapang.

5. Jumlah helai daun/ tanaman, dimulai 2 hari sekali pada pukul 11.00-12.00 WIB, dimulai dari hari kedua sejak pemindahan bibit dari cawan petri penyemaian atau HST selanjutnya pada 12HST, 14 HST, 16 HST, 18 HST, 20 HST, 22 HST, 24 HST, 26 HST, 28 HST, 30 HST, 32 HST, 34 HST, 36 HST, dan 38 HST.

6. Berat basah dan berat kering tanaman (g), mengukur bobot basah dan bobot kering tanaman dengan cara:

a. Menimbang tanaman dalam kondisi segar

b. Mengeringkan tanaman dalam oven dengan suhu 75° C selama 24 jam

c. Menimbang tanaman untuk mendapat bobot keringnya.

Data lingkungan yang diukur dan dijaga pada penelitian ini yaitu suhu udara, kelembaban udara diambil menggunakan thermometer. Pengukuran parameter

(37)

lingkungan dilakukan setiap hari yakni pada pagi (07.00-08.00 WIB), siang (12.00-13.00 WIB) dan sore hari (17.00-18.00 WIB). Pengecekan desibel suara juga dilakukan setiap hari pada saat proses pemberian perlakuan dengan sound level meter.

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian musik, Noise dan Kontrol Terhadap Daya Perkecambahan Tanaman

Bibit yang digunakan adalah bibit pakcoy Hybrid F1 Fontana, perlakuan stimulasi suara terhadap perkecambahan biji tamanan pakcoy secara umum memberikan pengaruh, namun tidak signifikan. Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa paparan musik gamelan (P1) 70-75 db menigkatkan daya perkecambahan lebih baik dibandingkan dengan paparan noise (P2) 75-80 db dan campuran (P3) 80-85 db.

Tabel 2. Presentase daya perkecambahan

Perlakuan Jumlah benih Jumlah benih yang tumbuh Presentase perkecambahan P0

P1

20 20

18 18

90%

90%

P2 20 16 80%

P3 20 13 65%

Menurut Yulianto (2008) teknologi gelombang suara telah terbukti mampu meningkatkan kecepatan perkecambahan, penggunaan teknologi sonic bloom dapat menyuburkan pertumbuhan semai dan mempercepat pertumbuhan pada tanaman. Tabel 2 menunjukkan tingkatan perkecambahan yang berbeda antara pemberian perlakuan paparan suara dibandingkan yang tidak. Presentase tertinggi perkecambahan terdapat pada kontrol (P0) mencapai 90%, musik gamelan (P1) 70-75 db mencapai 90%, sedangkan noise hujan (P2) 75-80 db mencapai 80% dan yang terendah pada musik campuran (P3) 80-85 db untuk perkecambahannya mencapai 65%. Prasetyo (2014) dengan penelitian yang serupa menyatakan bahwa dimana level suara musik klasik 70-75 db selama 3 jam setiap hari dimulai

(39)

pukul 07.00-10.00, 70-75 db dapat meningkatkan daya berkecambah biji sawi hijau sebesar 15%.

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap pertumbuhan Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman pakcoy dilakukan dengan mengukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh akhir tanaman. Menurut Prasetyo (2017) intensitas suara dan frekuensi adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam keluaran bunyi. Intensitas suara merupakan kekuatan bunyi dan frekuensi merupakan getaran dari bunyi. Kolaborasi antara intensitas bunyi dan frekuensi yang membuat stomata dari daun akan melebar jika dipaparkan musik.

Pembukaan stomata yang melebar maka penyerapan nutrisi, air, dan karbondioksida di lingkungan luar akan semakin baik dan proses pertumbuhan yang dilalui oleh tanaman akan semakin cepat dan baik juga. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan paparan musik (noise) memberikan efek sangat nyata padaa taraf α = , 5 dan taraf α = , 1 (Lampiran 5). Perlakuan tinggi tanaman yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan yaitu musik gamelan (P1) dengan decibel suara yang diberikan yaitu 70-75 db dimana nilai rataan tinggi tanaman pakcoy yaitu 10,51 cm dan tanaman yang diberikan gangguan musik dan noise memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan tanamn kontrol (P0) nilai rataan yaitu 8,33 cam. Rata-rata tinggi taman dapat dilihat pada Gambar 3.

(40)

Gambar 3. Grafik tinggi rata-rata tanaman

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa tinggi tamanam pakcoy pada 12 HST sampai dengan 22 HST terus meningkat dan tinggi tanaman kontrol lebih tinggi dibandingkan tamanan dengan paparan musik, namun pada 24 HST sampai dengan 38 HST, tanaman paparan musik lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol. Nilai tinggi dari masing-masing perlakuan ialah sebesar 8,33 cm dari tanaman kontrol (P0) 0 db, 10,51 cm dari musik gamelan (P1) 70-75 db, 10,25 cm dari noise hujan (P2) 75-80 db, 10,19 cm dari campuran musik gamelan dan noise hujan (P3) 80-85. Perlakuan musik gamelan terlihat lebih unggul dibandingkan perlakuan yang lain.

Hasil dari penelitian Aprilia (2017) menyatakan musik klasik dengan range frekuensi 5000-8000 Hz mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan perlakuan musik gamelan (P1) dengan 70-75 db berpengaruh sangat nyata dibandingkan dengan kontrol (P0). Noise hujan (P2) dengan 75-80 db dan musik campuran noise dengan 80-85 db juga berpengaruh nyata dibandingkan dengan tanaman kontrol.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

12 HST

14 HST

16 HST

18 HST

20 HST

22 HST

24 HST

26 HST

28 HST

30 HST

32 HST

34 HST

36 HST

38 HST

Rata-rata Tinggi Tanaman

P0 P1 P2 P3

(41)

Perlakuan pemberian suara terhadap tanaman sawi pakcoy berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman. Pada tahap perlakuan ini paparan musik gamelan memberikan peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman yang paling baik dibandingkan dengan paparan suara noise ataupun campuran.

Hasil dari penelitian Iriani, dkk., (2005) menyatakan stimulasi musik klasik menggunakan sonic bloom dapat meningkatkan tinggi tanaman tembakau hingga 30% di Kabupaten Kendil.

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap pertumbuhan Diameter Batang Tanaman

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan terhadap pengaruh suara atau noise pada pertumbuhan diameter batang sangat nyata pada taraf α = , 5 dan taraf α = , 1 (Lampiran 8). Nilai rata-rata pertumbuhan diameter batang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik rata-rata diameter batang

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh paparan suara musik dan noise dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan diameter batang pakcoy dibandingkan dengan tanaman kontrol. Nilai terbesar diameter batang pada perlakuan musik gamelan (P1) 70-75 db 0,86 cm dan nilai diameter terkecil pada perlakuan kontrol (P0) 0 db 0,51 cm. Penelitian serupa yang

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

12 HST

14 HST

16 HST

18 HST

20 HST

22 HST

24 HST

26 HST

28 HST

30 HST

32 HST

34 HST

36 HST

38 HST

Rata-Rata Diameter Batang

P0 P1 P2 P3

(42)

dilakukan oleh Ekici et al (2007), dimana stimulasi musik klasik Mozart dan Chopin selama 6 jam hingga 10 hari dengan level suara 64,7-74,6 db dapat meningkatkan pertumbuhan akar (root elongation) bawang merah hampir 50%.

Dari perlakuan ini dapat disimpulkan bahwa stimulasi suara dengan berbagai memberikan peningkatan hasil yang signifikan, baik peningkatan berat biomassa dan ukuran tanaman. Diketahui bahwa stimulasi paparan musik pada level suara 70-75 db memberikan hasil ukuran tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Sonic bloom memiliki pengaruh peningkatan hasil produktivitas tanaman, terutama pada tanaman pangan dari segi kuantitas maupun kualitas. Kadarisman (2011) menyatakan teknologi sonic bloom merupakan teknik menyuburkan tanaman dengan menggunakan gelombang bunyi frekuensi tinggi yakni sekitar 3500–5000 Hz.

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap pertumbuhan Lebar Daun Tanaman

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan dengan paparan suara atau noise pada pertumbuhan luas daun tidak nyata pada taraf α = , 5 dan taraf α = , 1 (Lampiran 11). Nilai rata-rata pertumbuhan lebar daun terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rata-rata lebar daun

0 1 2 3 4 5 6

12 HST

14 HST

16 HST

18 HST

20 HST

22 HST

24 HST

26 HST

28 HST

30 HST

32 HST

34 HST

36 HST

38 HST

Rata-rata Lebar Daun

P0 P1 P2 P3

(43)

Pengaruh pemberian suara musik, noise hujan dan kontrol tidak memberikan dampak terhadap pertumbuhan lebar daun tanaman pakcoy. Dari Gambar 5, menunjukkan bahwa pada 12 HST sampai 18 HST rata-rata lebar daun mendekati kesamaan ukuran sedangkan pada 20 HST hingga 26 HST menunjukkan tanaman kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian suara (noise), dan pada 28 HST sampai dengan 38 HST pemberian musik gamelan menunjukkan lebar daun yang baik. Menurut Lakitan (2011) yang menyatakan bahwa hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah unsur N. Kadar unsur N yang banyak umumnya menghasilkan daun yang lebih banyak dan lebih besar.

Nilai terbaik dari rataan lebar daun yaitu musik gamelan (P1) 70–75 db 2,82 cm, nilai rataan terkecil lebar daun yaitu (P2) noise hujan 75–80 db 2,59 cm.

Menurut Haryanto dan Suhartini (2002) menyatakan suhu yang melebihi 21 ºC dapat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan suhu udara yang sangat mempengaruhi pertumbuhan sawi. Jika suhu tidak sesuai maka pertumbuhannya tidak akan berjalan dengan baik, karena terhambatnya proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan terhentinya produksi pati (karbohidrat) dan respirasi meningkat lebih besar.

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan terhadap paparan suara atau noise pada pertumbuhan jumlah daun tidak nyata pada taraf α = , 5 dan taraf α = , 1 (Lampiran 13). Nilai rata-rata pertumbuhan jumlah daun terlihat pada Gambar 6.

(44)

Gambar 6. Grafik jumlah daun

Gambar 6 menunjukkan rata-rata jumlah daun yaitu berkisar antara 12 hingga 14 jumlah daun, dimana pemberian paparan musik (noise) dan kontrol, tidak memberi pengaruh terhadap peningkatan jumlah daun. Akan tetapi rataan nilai yang berpengaruh yaitu musik campuran noise (P3) 80-85 db dibandingkan dengan tanaman kontrol (P1). Musik gamelan (P1) 70-75 db dan noise hujan (P2) 75-80 db lebih berpengaruh dibandingkan dengan kontrol (P0). Menurut Haryanto dan Suhartini (2002) yang menyatakan bahwa suhu yang melebihi 21 ºC dapat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan suhu udara yang sangat mempengaruhi pertumbuhan sawi. Jika suhu tidak sesuai maka pertumbuhannya tidak akan berjalan dengan baik, karena terhambatnya proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan terhentinya produksi pati (karbohidrat) dan respirasi meningkat lebih besar.

Pengaruh Pemberian Musik, Noise dan Kontrol Terhadap pertumbuhan Berat Basah Dan Berat Kering Tanaman

Pengukuran berat basah dan berat kering dilakukan terhadap tajuk dan akar tanaman pakcoy dimana faktor perlakuan pemberian musik dan noise dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan antara setiap perlakuan ialah tidak nyata pada taraf α = , 5 dan taraf α = , 1.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

12 HST

14 HST

16 HST

18 HST

20 HST

22 HST

24 HST

26 HST

28 HST

30 HST

32 HST

34 HST

36 HST

38 HST

Rata-Rata Jumlah Daun

P0 P1 P2 P3

(45)

Tabel 3. Berat basah tanaman

SK DB JK KT F

Hitung

F Tabel

Keterangan 0,05 0,01

Perlakuan 3 138,78 46,258 1,02905 3,098 4,9382 tn Galat 20 899,05 44,953

Total 23 1037,8

tn = tidak nyata

* = berbeda nyata

** = sangat berbeda nyata Tabel 4. Berat kering tanaman

SK DB JK KT F

Hitung

F Tabel

Keteranagan 0,05 0,01

Perlakuan 3 0,5641 0,188 1,48509 3,098 4,9382 tn Galat 20 2,5321 0,1266

Total 23 3,0962

tn = tidak nyata

* = berbeda nyata

** = sangat berbeda nyata

Pada Tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa berat basah tanaman pakcoy (Beassica rapa L.) menunjukkan hasil analisis sidik ragam yang tidak nyata pada pemberian suara musik, noise hujan dan kontrol. Hal ini dipengaruhi oleh suhu yang terlalu tinggi didalam rumah kaca maupun didalam chamber. Rata-rata suhu dan kelembaban dalam rumah kaca berkisar 27ºC sampai dengan 38,33ºC, dan rh rumah kaca berkisar 80%-100%. Rata-rata suhu dan kelembaban didalam chamber (P0) kontrol berkisar 27,66ºC-32,66ºC dan rh chamber (P0) kontrol berkisar 77,66%-95,33%. Rata-rata suhu dan kelembaban didalam chamber (P1) musik gamelan bekisar 27,33ºC-32,66ºC dan rh Chamber (P1) musik gamelan berkisar 77,66%-97,66%. Rata-rata suhu dan kelembaban didalam chamber (P2) noise hujan berkisar 28,33ºC-35,33ºC dan rh chamber (P2) noise hujan berkisar 86,33% - 97,66%. Rata-rata suhu dan kelembaban didalam chamber (P3) musik gamelan dan noise hujan berkisar 28,3ºC sampai dengan 39ºC dan rh chamber

(46)

(P3) musik gamelan dan noise hujan berkisar 85,7%-95%. Menurut Sutirman (2011) tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu 28°C-32°C (panas) mampu bersuhu 16°C (dingin), sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik pada dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter dari permukaan laut.

Menurut Haryanto dan Suhartini (2002) suhu yang melebihi 21ºC dapat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan suhu udara yang sangat mempengaruhi pertumbuhan sawi. Jika suhu tidak sesuai maka pertumbuhannya tidak akan berjalan dengan baik, karena terhambatnya proses fotosintesis yang dapat mengakibatkan terhentinya produksi pati (karbohidrat) dan respirasi meningkat lebih besar.

(47)

KESIMPULAN Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan antara lain:

1. Terjadi peningkatan terhadap tinggi tanaman dan juga diameter batang tanaman pada saat pemberian musik gamelan, noise hujan, campuran musik gamelan dan noise hujan.

2. Pemberian paparan suara atau noise untuk daya perkecambahan paling tinggi yaitu paparan suara musik gamelan 90 % dan perkecambahan yang paling terendah yaitu musik campuran musik gamelan dan noise hujan 65%

3. Pemberian paparan Suara musik dan noise untuk lebar daun, jumlah daun, berat basah dan berat kering tidak berpengaruh nyata dikarenakan suhu dan kelembaban udara didalam rumah kaca maupun didalam chamber sangat tinggi. Suhu dan kelembaban rumah kaca 27-38,33 ºC, RH 71,66-100 %. Suhu dan kelembaban didalam chamber mencapai 27,33-39 ºC, RH 77,66-97,66 %.

4. Pemberian paparan suara musik dan noise meningkatkan hasil dari parameter – parameter yang diamati jika dibandingkan dengan tanaman kontrol.

5. Polusi suara tidak berpengaruh negatif pada pertumbuhan dan perkembangan produktivitas tanaman sawi pakcoy.

Saran

1. Perlu diperhatikan suhu dan kelembaban didalam rumah kaca dan didalam chamber agar pertumbuhan tanaman pakcoy dapat tumbuh dan berkembang lebih baik.

2. Perlu diperhatikan suhu dan kelembaban tanah didalam polybag agar perumbuhan tanaman pakcoy tidak menjadi kerdil.

3. Perlu diberikan ventilasi udara pada kerangka chamber

(48)

DAFTAR PUSTAKA

About dan Carlson Sr.(1941-2012) and the Sonic Bloom Growing System. Diakses dari http://dancarlsonsonicbloom.com/About.html. (Diakses pada tanggal 21 Februari 2020).

Anonymous. 2008. Gelombang Suara Mampu Tingkatkan Produktivitas Tanaman.

http://dedesuhaya.blogspot.com/2008/08/gelombang-suara-mampu- tingkatkan.html. (Diakses tanggal 7 Maret 2020).

Anonymius. 2012. Pakcoy di dataran Rendahpun Masih Prospektif. (online).

http://pertanianjanabadra.webs.com/apps/blog/entries/show/11800751pak coy-di-dataran-rendah-pun-masih-prosfektif.html (Diakses 22 Maret 2020).

Asrul. 2015. Pemasangan Perangkat MP3-Player Sebagai Sumber Suara pada Penerapan Teknologi Sonic Bloom. Tesis program pascasarjana teknik komputer, kendali, dan elektronika. Universitas Hassanuddin: Makasar.

Astono, uli., Agus urwanto, Anissa Yusi A’mallina, Asri Widowati. 2 14.

Pengaruh Frekuensi Belalang Kecek Termodifikasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah di Desa Pucung Saptosari Gunung Kidul. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIIIHFI Jateng & DIY. 5(1): 140- 144.

Aventi. 2015. Penelitian Pengukuran Kadar Air Buah. Seminar Nasional Cendekiawan 2015. Jakarta.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau.

Yayasan Pustaka Nusantara, Yoyakarta.

Carlson, D. 2001. Sonic bloom, a 90-minute Explanatory Video, Scientific Enterprises, Inc., Hazel Hills Farm, Wisconsin. USA.

Federer, W., T. (1977). Experimental Design Theory And Application, Third Edition. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi.

Haryanto, E. 2001. Pakcoy dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryanto, E. Dan Suhartini. 2002. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryanto, W., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2007. Teknik Penanaman Sawi dan Selada Secara Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya.

Iriani, E. Shodiq, A. Yulianto, Trireni, P. Aris, M. 2005. Kaji Terap Teknologi Sonic Bloom pada Tanaman Kentang untuk Produksi Benih. Buletin Pertanian dan Peternakan. Vol. 8 No. 11: 7-11.

Kadarisman, Nur, Agus, Purwanto, Dadan, Rosana. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum

(49)

L.) Melalui Spesifikasi Variabel Fisis Gelombang Akustik pada Pemupukan Daun (Melalui Perlakuan)

Variasi Peak Frekuensi). Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY,F-456.

Kurniadi, A. 1996. Sayuran yang Digemari. Harian Suara Tani. Jakarta.

Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Maryamah, L. S. 2010. Pengaruh Kepadatan Tanah terhadap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan Benih Kacang Tanah dan Kedelai. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Meng, Q.W., Q. Zhou, S.J. Zheng, dan Y. Gao. 2011. Responses on Photosynthesis and Variable Chlorophyll Flourescence of Fragaria Ananassa Under Sound Wave. Energy Prorcedia. 51: 1591-1594.

Montgomery, D. C. 1976. Design and Analysis of Experiments. John Wiley and Sons. Canada.

Mulyadi. 2005. Pengaruh Teknologi Pemupukan Bersama Gelombang Suara (Sonic Bloom) Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Semai Acacia Mangium Willd. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. Vol.11(1): 67-75.

Puji,K. Triana S. Adita S.2011. Pengaruh Berbagai Jenis Musik Pada Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica Juncea). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VI, Salatiga, 11 Juni 2011, 2(1): 20-21 ISSN:2087-0922.

Pranata, A.S. 2010. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Pracaya & Kartika, J. K. 2016. Bertanam 8 Sayuran Organik. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Prasetyo, J. 2014. Efek Paparan Musik dan Noise Pada Karakteristik Morfologi dan Produktifitas Tanaman Sawi Hijau (Brassica Juncea).

Retallack D. 1973. The sound of Music and Plants. Santa Monica: California.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta: Kanisius.

Rukmana, R. 2004. Pakcoy : Budidaya dan Pascapanen. Kansius, Yogyakarta.

Setyaningru, H. D dan Saparinto, C. 2011. Panen Sayur Secara Rutin di Lahan Sempit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sunarjono, H. H. 2008. Bertanam 30 jenis sayuran. Penebar swadaya. Jakarta.

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Gambar

Gambar  1. Tanaman  pakcoy (Haryanto,  dkk., 2007).
Gambar  3. Grafik  tinggi  rata-rata tanaman
Gambar  4. Grafik  rata-rata  diameter  batang
Gambar  5. Rata-rata lebar  daun
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Adapun judul dari skripsi ini adalah ―Nilai Kadar Air Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode Drainase Bebas dan Pressure Plate pada Tanah Ultisol dengan Tekstur

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti berkeinginan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh nilai besarnya erosi dan mengetahui kategori tingkat bahaya erosi pada Sub Daerah Aliran Sungai Bekala menggunakan

Besarnya laju erosi yang terjadi di suatu lahan dengan kemiringan dan pola hujan tertentu untuk berbagai macam jenis tanah dan kondisi tata guna lahan dalam jangka waktu yang panjang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, panjang akar, biomassa kering dan

Penelitian ini menggunakan analisis pendapatan usahatani pembibitan, analisis R/C ratio (Return Ana Cost ratio) yaitu analisis perbandingan antara penerimaan dan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya laju erosi yang ditoleransikan dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada tanah Andepts dengan tanaman kedelai dan teras bangku

Data porositas total perlu Cdilengkapi dengan distribusi ukuran pori yang perhitungannya berdasarkan kurva karakteristik air tanah (Gambar 2) dimana pada kadar air tanah yang sama,