• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MELAKUKAN KONVERSI

LAHAN DARI JERUK KE KOPI

(

Kasus: Desa Sukanalu Dan Desa Rumamis, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

REGITA PANGARIBUAN 160304033

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ii

(3)
(4)

i ABSTRAK

Regita Pangaribuan (160304033) dengan judul penelitian “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Melakukan Konversi Lahan di Desa Sukanalu dan Desa Rumamis, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi di Desa Sukanalu dan Desa Rumamis, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik dengan alat bantu SPSS. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Purposive Sampling dan Teknik Snowball Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 petani.

Hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut : Faktor Faktor variabel yang mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan petani dalam melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi di Desa Sukanalu dan Desa Rumamis Kabupaten Karo adalah variabel pendapatan, umur, pengalaman bertani dan pendidikan terakhir sedangkan variabel luas lahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan petani dalam melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi.

Kata Kunci : Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan, Pendapatan, Umur, Pengalaman Bertani, Pendidikan Terakhir dan Luas lahan.

(5)

ii ABSTRACT

Regita Pangaribuan (160304033) with the research title "Analysis of Factors Influencing Farmers' Decisions in Conducting Land Conversion in Sukanalu Village and Rumamis Village, Barusjahe District, Karo Regency". This research was guided by Mr. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si as Chair of the Advisory Commission and Mrs. Ir. Diana Chalil, M.Sc., Ph.D as Member of the Advisory Commission.

The purpose of this study was to analyze the factors that influence farmers' decisions in converting land from oranges to coffee in Sukanalu Village and Rumamis Village, Barusjahe District, Karo Regency. The analytical method used is logistic regression analysis with SPSS tools. Determination of the research area is done by purposive sampling. The sampling method used is the purposive sampling method and the snowball sampling technique with a total sample of 60 farmers.

The results of data analysis obtained the following results: Factors that significantly influence farmers' decisions in converting land from oranges to coffee in Sukanalu Village and Rumamis Village, Karo Regency are variables of income, age, farming experience and recent education while the variable land area does not significantly influence farmers' decisions in converting land from oranges to coffee.

Keywords: Factors that influence farmer's decision to change land function, income, age, farming experience, last education and land area.

.

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Regita Pangaribuan, lahir di Tebing Tinggi pada tanggal 10 April 1998.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari Bapak Alm.

Ferdinan Pangaribuan,ST dan Ibu Restina Situmorang,M.Pd.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh peneliti:

1. Pada tahun 2002 masuk TK Methodist Tebing Tinggi lalu pindah ke TK RK Bintang Timur Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2004.

2. Pada tahun 2004 masuk SD Cemara Negeri 105357 Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2010.

3. Pada tahun 2010 masuk SMP Negeri 2 Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2013.

4. Pada tahun 2013 masuk SMA Negeri 2 Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2016.

5. Pada tahun 2016 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Adapun Organisasi dan kegiatan yang pernah diikuti oleh peneliti selama duduk dibangku kuliah adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2017-2020 mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP).

2. Tahun 2018-2020 mengikuti organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

3. Tahun 2018-2020 mengikuti organisasi Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara (KMK USU).

(7)

iv

4. Tahun 2020-2021 mengikuti Kelas Kader Bangsa Pancasilanomics Academy.

5. Tahun 2020-2021 mengikuti Kelas Fastock X Pebisnis Muda.

6. Tahun 2019 menjadi Ketua Proposal PKM USU (Program Kreativitas

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara) yang berjudul

“Patty Vegetarian”.

7. Tahun 2019 terpilih menjadi pemenang kumpulan puisi Se-Indonesia yang berjudul “Saxophone” yang diselenggarakan oleh “Ellunar Publisher”.

8. Tahun 2019 terpilih menjadi pemenang dalam konten kreator youtube yang diselenggarakan oleh “Mie Ayam Jamur Spesial Haji Mahmud Medan”.

9. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli – Agustus tahun 2019 di Desa Batu Jong Jong, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat.

10. Tahun 2020 Menjadi Duta Sawit Saat kunjungan ke PPKS Brigjend Katamso Medan tentang “Black Campaign terhadap Kelapa Sawit Di Indonesia”.

11. Melaksanakan penelitian di Desa Sukanalu Dan Desa Rumamis Kecamatan BarusJahe pada bulan April 2021.

12. Tahun 2021 menjadi Ketua Anak Muda dalam Media Sharing dan Komunikasi Seputar Hidroponik Medan.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala pertolongan dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul tentang “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalama Melakukan Konversi Lahan Dari Jeruk Ke Kopi (Kasus:Desa Sukanalu dan Desa Rumamis Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara)”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada kedua orang tua saya yaitu Alm.Ferdinan Pangaribuan, ST dan Restina Situmorang, M.Pd terutama kepada mama saya yang mulai dari kecil telah membesarkan kami sendiri dengan penuh perjuangan, cinta, dan kasih sayang yang tak pernah bisa terbayarkan oleh apapun selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih untuk mama saya yang selalu memberikan ajaran serta contoh dari ayat alkitab yang bertulis di Matius 7:7 yaitu “Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Dan penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada adik saya Olivia Pangaribuan yang sudah menjadi sahabat abadi dalam suka dan duka serta yang sudah membawa dalam doa tentang perjalanan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sahali nai panurat mandokhon jalo asi ginjang hadengganon hamuna omak dohot anggi parompuanku hirana Tuhan Jesus ma na mamaloshon hadengganon hamuna omak dohot anggi parompuanku.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

(9)

vi

1. Kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, motivasi, waktunya dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kepada Bapak Dr. Rulianda Purnomo Wibowo SP., M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan Ibu Dr. Sri Fajar Ayu., MM selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di tingkat program studi.

3. Kepada seluruh dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Kepada seluruh pegawai Fakultas Pertanian, Khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

5. Kepada Opung, Tante Nesya Sinaga, Tante Dame Situmorang, Tulang Tasya Situmorang, Tulang Rona Situmorang dan, Tulang Setvlana Sinaga,yang telah banyak membantu dan memberikan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi serta adik Elgiven Situmorang yang telah mendoakan penulisan dalam penyelesaian skripsi.

6. Kepada abang dan kakak senior yang ada di program studi agribisnis yaitu

kepada kak Sri Devi Sihotang, kak Indriani Yunita Syahri, dan abang Husni Mubarroq Lubis yang telah banyak membantu dan memberikan saran

yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

(10)

vii

7. Kepada Ibu Ir Hj Lis Handayani Siregar,MMA sebagai Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara yang telah memberikan arahan kepada penulis 8. Kepada teman-teman agribisnis yang telah membantu penulis dan memberikan

saran yang membangun dalam menyelesaikan skripsi yaitu Agnes Siregar,

Lidia Yolanda Sianturi, Desi Krismawati Damanik, Vani Nababan, Septi Funny Sagala, dan Riffan Simanjuntak, serta kepada teman SMA yaitu

Shintia Clarita yang selalu memberikan semangat, memberikan saran yang membangun dan telah banyak membantu penulis dalam melewati proses penyelesaian skripsi.

9. Kepada adik-adik junior yang ada di program studi agribisnis yaitu kepada adik Yosnita Sinaga, adik Rizkiah Tri Mukti Harahap, adik Fitri Apriyanti, adik Nurul Atiqah, dan adik Manda Sipahutar yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10. Kepada Pak Jimmy Dinas Perkebunan Karo, Pak Erik Sitepu Ketua Penyuluh Pertanian Karo, Pak Jani Ginting Penyuluh Pertanian Desa Sukanalu, Ibu Penyuluh Pertanian Desa Rumamis, Pak Sukses Sitepu, Bibik Lina, dan kepada responden penelitian yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai oleh penulis demi kesempurnaan penelitian penulis serta kepada semua pihak Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara yang terlibat berpartisapasi mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Medan, Oktober 2021

Penulis

(11)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Jeruk ... 6

2.1.2 Tanaman Kopi ... 8

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Definisi Konversi Lahan Dan Faktor-Faktor Penyebab ... 10

2.2.2 Usahatani ... 12

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Melakukan Konversi Lahan ... 12

2.3 Penelitian Terdahulu ... 17

2.4 Kerangka Pemikiran ... 21

2.5 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 27

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi ... 28

3.5.2 Batasan Operasional ... 28

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 29

4.2 Karakteristik Responden Petani ... 30

4.3 Kondisi Pertanian ... 31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

(12)

ix

5.1 Penerimaan Usahatani Jeruk ... 33

5.2 Penerimaan Usahatani Kopi ... 34

5.3 Pendapatan Usahatani Jeruk ... 35

5.4 Pendapatan Usahatani Kopi ... 35

5.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Melakukan Konversi Lahan Dari Jeruk Ke Kopi 5.5.1 Uji Hosmer and Lemeshow ... 36

5.5.2 Uji Seluruh Variabel (G) ... 38

5.5.3 Uji Wald ... 39

5.5.4 Efek Marginal ... 40

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Judul

1 Tabel Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Jeruk Di Kecamatan Barusjahe Tahun 2012 Sampai 2018

2 Tabel Luas Lahan (Ha) dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Kopi Di Kecamatan Barusjahe Tahun 2012 Sampai 2018

3 Tabel Karakteristik Responden Petani Jeruk 4 Tabel Karakteristik Responden Petani Kopi

5 Tabel Tota Rata-Rata Penerimaan Usahatani Jeruk 6 Tabel Total Rata-Rata Penerimaan Usahatani Kopi 7 Tabel Total Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jeruk 8 Tabel Total Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kopi

9 Tabel Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Melakukan Konversi Lahan Dari Jeruk Ke Kopi 10 Tabel Uji Hosmer and Lemeshow

11 Tabel Uji Seluruh Variabel (Uji G) 12 Tabel Uji Wald

13 Efek Marginal

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul

1 Skema Kerangka Pemikiran 2 Peta Kecamatan Barusjahe

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Kuisioner Penelitian

2 Karakteristik Responden Petani 3 Hasil Penelitian

4 Foto Ke Lapangan

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kabupaten Karo merupakan sentra tanaman jeruk di Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 km2, serta berada pada ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan

laut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari Kabupaten Karo adalah 58,64% dari pertanian dan rata-rata tanam yang ditanam adalah jeruk manis (Citrus sp), dengan productive area 24.415 Ha. Dengan semakin luasnya perkebunan jeruk maka semakin besar pula

ancaman baik dari segi penyakit maupun hama yang menyerang. Beberapa jenis hama dan penyakit yang banyak menyerang tanaman jeruk diantaranya lalat buah (Bactocera sp), kutu loncat jeruk (Diaphorina Citri), penyakit kulit diplodiam (Botryodiplodia Theobromae), dan lain-lain (Pinem, 2007).

Banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani jeruk dalam melaksanakan usahataninya. Hal ini yang menyebabkan petani pada akhirnya lebih banyak melakukan konversi lahan tanaman jeruk sering terjadi. Berdasarkan hasil survey di lapangan bahwa petani jeruk di Kecamatan BarusJahe lebih banyak melakukan konversi lahan dari tanaman jeruk ke tanaman kopi. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan penurunan luas lahan, dan jumlah produksi tanaman jeruk.

Tabel 1. Luas Lahan (Ha), dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Jeruk di Kecamatan BarusJahe Tahun 2012 Sampai 2018.

NO Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1 2 3 4 5 6 7

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

2.847.87 2.819.37 2.416.27 2.279.75 1.622.25 430.75 263.50

12.500 33.600 46.130 85.367 39.698 14.301 8.255 Sumber : Dinas Pertanian, Kabupaten Karo

(17)

Pada Tabel 1. Menunjukkan penurunan luas lahan dan jumlah produksi tanaman jeruk selama periode 2012-2018 di Kecamatan BarusJahe, Provinsi Sumatera Utara. Lahan usahatani juga merupakan faktor penting bagi pengembangan komoditas pertanian. Luas lahan akan

mempengaruhi skala usaha dan tingkat efisiensi usahatani (Dwipradnyana dkk, 2015).

Lahan sebagai salah satu faktor produksi mempunyai kontribusi cukup besar terhadap usahatani. Berdasarkan Tabel 1 luas lahan tanaman jeruk di Kecamatan Barusjahe, Provinsi Sumatera Utara mulai dari tahun 2012 yaitu sebesar 2.847.87 Ton, tahun 2013 terjadi penurunan luas lahan tanaman jeruk sebesar 2.819.37 Ha, tahun 2014 terjadi penurunan luas lahan tanaman jeruk sebesar 2.416.27 Ha, tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 2.279.75 Ha, ta hun 2016 mulai terlihat penurunan luas lahan tanaman jeruk yang signifikan sebesar 1.622.25 Ha, tahun 2017 mengalami penurunan luas lahan tanaman jeruk yang sangat signifikan sebesar 430.75 Ha, dan penurunan luas lahan tanaman jeruk yang sangat signifikan terus terjadi sampai pada tahun 2018 sebesar 263.50 Ha dan berdasarkan Tabel 1 produksi tanaman kopi di Kecamatan Barusjahe, Provinsi Sumatera Utara mulai dari tahun 2012 yaitu sebesar 12.500 Ton, tahun 2013 terjadi peningkatan produksi tanaman kopi sebesar 33.600 Ton, tahun 2014 terjadi peningkatan produksi tanaman kopi sebesar 46.130 Ton, tahun 2015 terjadi peningkatan yaitu sebesar 85.367 Ton, tahun 2016 terjadi sudah terlihat penurunan produksi tanaman kopi yaitu sebesar 39.698 Ton, tahun 2017 terjadi peningkatan produksi tanaman kopi yang signifikan sebesar 14.301 Ton, dan penurunan produksi tanaman kopi yang sangat signifikan terus terjadi sampai pada tahun 2018 sebesar 8.255 Ton. Karakteristik tanaman jeruk membutuhkan pemeliharaan yang intensif seperti pemupukan, penyemprotan, pemangkasan, dan penjarangan buah. Tingginya modal pemeliharaan tanaman jeruk dipengaruhi oleh harga pupuk dan pestisida yang digunakan. Pada kenyataannya antara pemeliharaan yang intensif dan tingginya modal yang dikeluarkan, tidak seimbang dengan

(18)

harga buah jeruk sehingga hal tersebut berpengaruh pada jumlah pendapatan yang diterima petani.

Kopi merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian daerah. Hal ini karena komoditi kopi berperan sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya, pengolahan, maupun dalam mata rantai pemasaran (Thamrin dkk, 2015).

Salah satu produk agroindustri yang memiliki prospek untuk dikembangkan pada pasar nasional dan internasional adalah komoditi kopi. Pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk agroindustri kopi tersebut perlu mendapat perhatian terutama dari produksi yang dihasilkan oleh petani. Terlebih lagi komoditas ini merambah pasar ekspor, dimana pada tahun 2015 volume ekspor kopi Indonesia tercatat sebesar 502.021 ton. Nilai ini mengalami peningkatan

jika dibandingkan dari tahun 2014, dengan volume ekspor sebesar 384.816 ton (Badan Pusat Statistik, 2015).

Tabel 2. Luas lahan (Ha), dan Jumlah Produksi (Ton) Tanaman Kopi di Kecamatan BarusJahe Tahun 2012 Sampai 2018

No Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1 2 3 4 5 6 7

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

322 292 1.291 1.291 1.341 1.371 1.421

308.52 314.15 1.768.00 1.502.80 3.203.00 3.208.00 4.065.02 Sumber : Dinas Pertanian, Kabupaten Karo

Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo (2018) juga menunjukkan terjadi trend pertambahan luas lahan komoditi kopi di wilayah ini. Data ini menunjukkan Kecamatan BarusJahe Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Provinsi Sumatera Utara. Komoditi kopi yang umum diusahakan petani adalah jenis kopi arabika.

(19)

Hal ini dapat di lihat dari Tabel 2 luas lahan tanaman kopi di Kecamatan Barusjahe, Provinsi Sumatera Utara mulai dari tahun 2012 yaitu 322 Ha, tahun 2013 terjadi penurunan luas lahan tanaman kopi sebesar 292 Ha, tahun 2014 terjadi peningkatan luas lahan tanaman kopi sebesar 1.291 Ha, tahun 2015 tidak terjadi penurunan dan peningkatan luas lahan tanaman kopi yaitu sebesar 1.291 Ha, tahun 2016 sudah terlihat peningkatan luas lahan tanaman kopi sebesar 1.341 Ha, tahun 2017 mengalami peningkatan luas lahan tanaman kopi yaitu sebesar 1.371 Ha, dan peningkatan luas lahan tanaman kopi yang sangat signifikan terus terjadi sampai pada tahun 2018 sebesar 1.421 Ha dan dapat dilihat dari Tabel 2 produksi tanaman kopi di Kecamatan Barusjahe, Provinsi Sumatera Utara mulai dari tahun 2012 yaitu 308.52 Ton, tahun 2013 terjadi peningkatan produksi tanaman kopi sebesar 314.15 Ton, tahun 2014 terjadi peningkatan produksi tanaman kopi yang signifikan sebesar 1.768.00 Ton, tahun 2015 mengalami penurunan produksi tanaman kopi sebesar 1.502.80 Ton, tahun 2016 sudah terlihat terjadi peningkatan produksi tanaman kopi yang signifikan sebesar 3.203.00 Ton, tahun 2017 mengalami peningkatan produksi tanaman kopi yaitu sebesar 3.208.00 Ton,dan peningkatan produksi tanaman kopi yang sangat signifikan terus terjadi sampai pada tahun 2018 sebesar 4.065.02 Ton.

Usahatani kopi berkembang hampir di semua kecamatan di Kabupaten Karo, mengingat topografi wilayah yaitu; jenis tanah, iklim, ketinggian tempat dan suhu sangat mendukung pertumbuhan komoditi kopi. Salah satunya adalah di Kecamatan Barusjahe sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 menggambarkan peningkatan jumlah luas lahan dan produksi kopi di Kecamatan BarusJahe. Dengan kondisi tersebut, maka peneliti mempunyai tujuan untuk meneliti tentang Analisis faktor-faktor apa saja yang menjadi keputusan petani dalam melakukan konversi lahan di desa Sukanalu Dan Desa Rumamis, Kecamatan BarusJahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

(20)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan Konversi lahan dari jeruk ke kopi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan Manfaat Penelitian di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi kepada petani tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan konversi lahan

2. Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya untuk terus memperhatikan keadaan petani guna meningkatkan kesejahteraan para petani dan mengembangkan daerah pertanian di lokasi tersebut.

3. Sebagai refrensi dan bahan studi bagi peneliti selanjutnya dan bagi pihak yang membutuhkan.

(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tanaman Jeruk

Jeruk termasuk salah satu komoditas unggul buah-buahan di Indonesia. Terdapat beberapa varietas jeuk komersial yang sudah dikembangkan dan dikenal baik masyarakat Indonesia antara lain Siam Pontianak, Siam Medan, Siam Sambas, dan Keprok SoE. Lebih lanjut lagi, sektor usaha tani untuk buah jeruk di Indonesia masih didominasi 80% oleh jeruk Siam karena produktivitasnya yang tinggi (Ashari, 2014).

Jeruk siam merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat dikembangkan karena kondisi tanah yang cocok. Jeruk siam berasal dari Siam dan memiliki kulit buah yang lebih tipis dari jeruk lainnya, kulit buah berwarna hijau kekuningan, daging buah yang tidak berongga dan memiliki kandungan air yang tinggi (Endarto dan Martini, 2016).

Pohon jeruk yang sekarang ditanam di Indonesia berbentuk bulat dan tingginya dapat mencapai 5-15 meter. Batang tanaman jeruk berkayu dan keras. Batang jeruk tumbuh tegak dan memiliki percabangan serta ranting yang jumlahnya banyak sehingga dapat membentuk mahkota yang tinggi hingga mencapai 15 meter atau lebih. Cabang tanaman jeruk ada yang tumbuh tegak, bersudut > 45 ֠ dan ada yang bersudut < 45 ֠, tergantung jenisnya. Batang tanaman ada yang berduri dan tidak, berkulit halus, dan kulitnya berwarna kecoklatan (Cahyono, 2005).

Bentuk daun bulat telur (elips), panjagnya lebih kurang 5-15 cm dan lebar 2-8 cm. Ujungnya runcing sedikit tumpul dan biasanya sedikit berlekuk. Permukaan atas berwarna hijau tua mengilat dengan titik-titik kuning muda, permukaan bawah berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan kusam dengan titik-titik hijau. Tangkai daun pendek, setengah bulat, bagian

(22)

bawah berwarna hijau muda (hijau kekuningan), bagian atas datar dengan alur, berwarna hijau tua, mempunyai sayap daun yang bentuknya bulat telur terbalik memanjang, panjang 0,5-3,5 cm dan lebar 0,2 - 1,5 cm (Pracaya,2009).

Tanaman jeruk berbunga majemuk yang keluar dari ketiak daun di ujung cabang. Bunga kecil dan bertangkai pendek dengan daun pelindung kecil serta berbau harum. Kelopak bunga bentuknya cawan bulat telur, dan tajuk bunga ada lima lembar dengan bentuk bulat telur panjang kearah pangkal disertai ujung menyempit. Putik berwarna putih bintik-bintik dan berkelenjar serta umumnya berbunga diakhir musim kering. Bakal buah bentuknya seperti bola dengan garistengahnya 0,15-0,20 cm (Barus et al., 2008).

Jeruk siam madu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : manis, bentuk buah bulat atau oval, tebal kulit 2 - 4 mm, warna lapisan dalam kuning, diameter jeruk 5-7 cm, dan beratnya 90 - 220 gram, ketahanan 8-10 hari setelah masa panen, umur tanaman 4 - 9 tahun dan komiditi ini telah diekspor ke negara-negara tetangga dan saat sekarang ini dijual kepada masyarakat local dan domestik. Daerah pemasaran utama komoditi jeruk adalah pulau Batam, Jakarta, dan Bandung (Gultom, 2013).

Menurut Ridjal (2008) jeruk diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae Genus : Citrus

(23)

Spesies : Citrus sp.

Perbanyakan tanaman jeruk secara generatif dapat dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan secara vegetatif dapat menggunakan cabang, batang, akar, dan daun. Cara

perbanyakan yang sering dilakukan petani adalah dengan cangkok dan okulasi (Sukarmin, 2008).

2.1.2 Tanaman Kopi

Kopi merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Komoditas ini diperkirakan menjadi sumber pendapatan utama tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang sebagian besar mendiami kawasan pedesaan di wilayah terpencil. Selain itu kurang lebih 1 juta keluarga mengandalkan pendapatannya dari industri hilir dan perdagangan kopi (Kementrian Pertanian,2013).

Pada umumnya tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Bila bunga sudah dewasa, terjadi penyerbukan dengan pembukaan kelopak dan mahkota yang akan berkembang menjadi buah. Kulit buah yang berwarna hijau akan menguning dan menjadi merah tua seiring dengan pertumbuhannya. Waktu yang diperlukan dari bunga menjadi buah matang sekitar 6-11 bulan, tergantung jenis dan lingkungan. Kopi Arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan. Bunga umumnya mekar awal musim kemarau dan buah siap dipetik diakhir musim kemarau. Diawal musim hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal kemarau datang (Najiyati dan Danarti,2007).

Kopi Arabika tumbuh maksimal pada ketinggian 1.000 meter sampai 1.500 meter di atas permukaan laut. Tanaman kopi sangat sensitif terhadap kelembaban udara.

Kelembaban udara yang ideal yaitu antara 70% sampai 89%. Selain itu tanaman kopi juga sensitif terhadap curah hujan, ada saat dimana tanaman kopi membutuhkan hujan ynag cukup banyak yaitu pada saat perkembangan biji, dan ada pula saat dimana curah hujan tidak terlalu

(24)

banyak dibutuhkan yaitu pada saat berbunga dan perkembangan buah, karena hujan dengan intensitas tinggi akan menyebabkan bunga rontok dari tanaman (AEKI, 2006).

Klasifikasi tanaman kopi Arabika menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea

Spesies : Coffea Arabica L.

Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok. Batang pokok memiliki ruas-ruas yang tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda. Pada tiap ruas tumbuh sepasang daun yang berhadapan, selanjutnya tumbuh dua macam cabang yaitu cabang orthotrop (cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertikal dan dapat menggantikan kedudukan batang bila batang dalam keadaan patah atau dipotong) dan cabang plagiotrop (cabang atau ranting yang tumbuh ke samping atau horizontal) (PTPN XII,2013).

Buah kopi mentah berwarna hijau muda. Setelah itu berubah menjadi hijau tua, lalu kuning. Buah kopi matang (ripe) berwarna merah atau merah tua. Ukuran panjang buah kopi Arabika sekitar 12-18 mm. Buah kopi terdiri dari beberapa lapisan yakni eksokarp (kulit buah), mesokarp (daging buah), endocarp (kulit tanduk), kulit ari dan biji (Penggabean,2011).

(25)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Definisi Konversi Lahan dan Faktor-Faktor Penyebabnya

Menurut Lestari (2009) mendefinisikan konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagai atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor- faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu hidup yang lebih baik.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan, Sihaloho (2004) membagi konversi lahan ke dalam tujuh pola atau tipologi, yaitu :

1. Konversi gradual-berpola sporadis; pola konversi yang diakibatkan oleh dua faktor

penggerak utama (lahan yang kurang produktif/bermanfaat secara ekonomi dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi).

2. Konversi sistematik berpola „enclave’, pola konversi yang mencakup wilayah dalam bentuk „sehamparan lahan‟ secara serentak dalam waktu relatif sama.

3. Konversi adaptasi demografi (population growth driven land conversion) ; pola konversi yang terjadi karena kebutuhan tempat tinggal atau pemukiman akibat

pertumbuhan penduduk.

4. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (Social Problem driven land conversion) ; pola konversi karena motivasi untuk berubah dari masyarakat

meninggalkan kondisi lama dan bahkan keluar dari sektor pertanian (utama).

5. Konversi „tanpa beban‟ ; pola konversi yang dilakukan oleh pelaku (baik warga lokal) untuk melakukan aktivitas menjual lahan kepada pihak yang pemanfaat yang

(26)

selanjutnya dimanfaatkan untuk peruntukan lain.

6. Konversi adaptasi agraris ; pola konversi yang terjadi karena keinginan meningkatkan hasil pertanian dan juga minat untuk bertani di suatu tempat tertentu sehingga lahan dijual dan membeli lahan baru di tempat lain yang lebih bernilai produktif dan merupakan tempat yang „dipandang tempat‟.

7. Konversi multi bentuk atau tanpa pola ; konversi yang diakibatkan oleh berbagai faktor khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, untuk perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak spesifik dijelaskan dalam konversi adaptasi demografi.

2.2.2 Usahatani

Daniel (2001) usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara petani untuk mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen) serta bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak yang dapat memberikan pendapatan yang sebesar-besarnya dan kontinu.

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam pertanian.

Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi

pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001).

Menurut Soekartiwi (2002), usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik- baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output). Tersedianya sarana

(27)

atau faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi.

Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai.

Bila petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara alokatif. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Melakukan Konversi Lahan

Keputusan petani dalam melakukan konversi lahan sangat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi, sebagian besar petani tidak dapat mengandalikan faktor-faktor seperti itu akan tetapi mereka harus tetap memperhitungkan semuanya. Berdasarkan beberapa landasan teori yang terdapat pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan konversi lahan, yaitu :

1. Pendapatan

Pendapatan atau keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Analisis usahatani dapat dipakai untuk melihat seberapa besar keberhasilan kegiatan usahatani untuk tolak ukur sebagai rancangan keadaan yang akan datang. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 2010).

Untuk menghitung pendapatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan pengeluaran selama usahatani dijalankan dalam waktu yang ditetapkan dan keseluruhan

(28)

penerimaan. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani yang bisa berwujud tiga hal, yaitu hasil penjualan produk yang akan dijual, hasil penjualan produk sampingan, dan produk yang dikonsumsi rumah tangga selama melakukan kegiatan usahatani.

Pada hakikatnya pendapatan yang diterima tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat pendidikan dan pengalamannya makin tinggi pula tingkat pendapatannya, kemudian juga tingkat pendapatan sangat dipengaruhi modal kerja, jam kerja, akses kredit, jumlah tenaga kerja, tanggungan keluarga, jenis barang dagangan dan produk lainnya (Prima, 2015).

Semakin rendah pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha tani, maka akan semakin tinggi peluang petani dalam melakukan konversi lahan atau alih fungsi lahan. Jika pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha tani rendah maka ada kecenderungan untuk memilih pendapatan di luar sektor pertanian dan lahan yang dimiliki di konversi lahan atau alih fungsikan karena pendapatan usahatani tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tingkat kesejahteraan petani sering dikaitkan dengan keadaan usahatani yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan petani. Seperti diketahui pendapatan mempunyai hubungan langsung dengan hasil produksi merupakan sesuatu yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya faktor produksi (input) secara sekaligus yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan manajemen (Mubyarto, 2005).

2. Umur Petani (Tahun)

Umur mempengaruhi perilaku petani terhadap pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani. Umur petani merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kemampuan kerja petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Petani yang bekerja dalam usia produktif akan lebih baik dan maksimal dibandingkan usia non produktif. Selain itu, umur juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat aktivas petani dalam bekerja (Hasyim, 2006).

(29)

Menurut Simanjuntak (1985) dalam Maslina (2003) umur produktif seseorang berkisar antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat Mubyarto (1989) dalam Sembiring (2003) yang mengatakan bahwa seseorang yang berusaha pada usia produktif akan

memberikan hasil maksimal jika dibandingkan pada masa usia dibawah atau diatas usia produktif.

Petani dengan umur produktif memiliki kemampuan fisik dan pola pikir yang sangat baik untuk dapat menyerap informasi inovasi baru dan mengaplikasikannya (Waris et al., 2015).

Umur petani memengaruhi proses budidaya tanaman mulai dari proses pemikiran sampai proses berjalannya kegiatan budidaya yang dijalankan (Thamrin et al., 2012).

Petani umur 30-59 tahun memiliki fisik yang potensial untuk mendukung kegiatan usahatani, dinamis, kreatif, dan cepat dalam menerima inovasi teknologi baru (Samun et al., 2011).

Petani berumur lebih dari 59 tahun memiliki kelebihan dalam hal pengalaman, pertimbangan, etika kerja dan komitmen terhadap mutu. Kekurangan dari petani dengan umur lebih dari 59 tahun adalah sering dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru (Sunar, 2012).

Umur dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam bekerja. Dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim,2006). Hal tersebut terutama berlaku pada pekerjaan fisik. Semakin berat pekerjaan

secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya (Suratiyah,2008).

3. Luas Lahan

Luas Lahan adalah salah satu faktor produksi yang sangat memengaruhi hasil produksi pertanaman. Lahan yang terlalu luas tidak berarti dapat memberikan hasil produksi tinggi, tetapi lahan yang terlalu sempit juga tidak efisien dalam pengelolaan lahan (Sinaga, 2015).

Menurut Assis et al. (2014) bahwa luas lahan merupakan satu-satunya faktor yang memiliki

(30)

efek yang signifikan terhadap pendapatan bulanan pada petani, jadi jika luas lahan meningkat maka pendapatan petani akan meningkat, Irene Brambilla & Guido G. Porto (2011) menyatakan petani yang menyediakan lahan yang luas untuk tanamannya maka produk petani akan secara signifikan meningkat dan produktivitas juga meningkat secara siginifikan.

Petani yang memiliki ukuran lahan yang luas cenderung untuk mempertahankan lahannya karena semakin luas lahan maka usahataniakan semakin efisien dan relatif lebih besar keuntungannya. Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin kecil konversi lahan atau alih fungsi lahan yang terjadi.

Petani yang mempunyai lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibanding daripada petani yang berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi (saprodi). Petani yang kegiatan utamanya bertani menggantungkan hidup dari tanah garapannya. Dengan demikian luas tanah garapan yang

dimilikinya menjadi salah satu petunjuk besarnya pendapatan yang diterimanya (Suardiman, 2001).

4. Pengalaman Bertani

Tingkat pengalaman berusahatani yang dimiliki petani secara tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir. Petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama akan lebih mampu merencanakan usahatani dengan lebih baik, karena sudah memahami segala aspek dalam berusahatani. Sehingga semakin lama pengalaman yang didapat memungkinkan produksi menjadi lebih tinggi.

Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan kegiatan usahatani yang dapat dilihat dari hasil produksi. Petani yang sudah lama berusahatani memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang tinggi dalam menjalankan usahatani.

Pengalaman usahatani dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang berpengalaman (<5tahun),

(31)

cukup berpengalaman (5-10 tahun) dan berpengalaman ( >10 tahun).

Semakin lama petani pengalaman dalam bertani, maka akan semakin berat dalam pengambilan keputusan untuk konversi lahan atau alih fungsi lahan. Hal ini disebabkan karena semakin lama pengalaman bertani, maka keahlian yang dalam bertani akan semakin tinggi sehingga petani akan cenderung untuk terus mempertahankan lahannya.

Pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar.

Pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada pemula.

Lubis (2000) menyatakan bahwa yang mempunyai pengalaman relative berhasil dalam mengusahakan usahanya.

5. Tingkat Pendidikan (Tahun)

Keputusan petani dalam melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani itu sendiri, menurut Sasmito (2000) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi keputusan dalam melakukan konversi lahan.

Pendidikan mempunyai hubugan bagi petani dalam menerapkan teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usahataninya. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh oleh petani diharapkan petani tersebut menjadi lebih rasional dalam menerima kegagalan yang mungkin terjadi akibat melakukan perubahan-perubahan di bidang pertanian.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan petani dalam melaksanakan usahataninya, karena tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan petani dalam bertindak dan cara pengambilan keputusan, seperti menyerap suatu inovasi dalam mengelola usahataninya (Nauri, 2009). Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk menetapkan sebagai variabel dalam penelitian.

(32)

Lama pendidikan berpengaruh terhadap keputusan petani dalam melakukan konversi lahan atau alih fungsi lahan. Lama pendidikan menunjukkan tingkat pendidikan yang dicapai.

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin bijaksana dalam pengambilan keputusan konversi lahan atau alih fungsi lahan.

Menurut Muhibbin (2002) pendidikan dapat menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagaianya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Gusti Fitriyana (2018) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Melakukan Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Kebun Kelapa Sawit Di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin dengan memiliki variabel penelitian yaitu variabel dependentnya keputusan Petani serta variabel independentnya yaitu pendapatan, biaya Produksi dan Tingkat Pendidikan. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi kebun kelapa sawit oleh petani di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin adalah pendapatan dan biaya produksi berpengaruh dengan arah yang positif.

Berdasarkan penelitian Yuanita Ayu Wulandari, Rudi Hartadi, dan Aryo Fajar Sunartomo (2017) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Melakukan Konversi Lahan Sawah Dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani Di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember dengan memiliki variabel penelitian yaitu variabel dependentnya keputusan petani serta variabel independentnya yaitu harga lahan, usia petani, pendapatan, luas lahan, pengalaman bertani,

saluran irigasi, pengetahuan petani, jumlah tanggungan, dan tingkat pendidikan petani.

(33)

Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan konversi lahan sawah adalah harga lahan, jumlah tanggungan dan saluran irigasi.

Berdasarkan penelitian Novita Dinaryanti (2014) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Daerah Sepanjang Irigasi Bendung Colo Kabupaten Sukoharjo dengan memiliki variabel penelitian yaitu variabel dependentnya keputusan petani serta variabel independentnya yaitu faktor ekonomi, faktor

sosial, faktor kondisi lahan, dan peraturan pemerintah / UU. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat empat faktor yang mempengaruhi keputusan petani mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian yaitu faktor ekonomi, faktor sosial, faktor kondisi lahan, dan peraturan pemerintah / UU.

Berdasarkan penelitian Anneke Puspasari (2012) yang berjudul Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Melakukan Konversi Lahan Sawah Dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani Di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember dengan memiliki variabel penelitian yaitu variabel dependentnya keputusan petani serta variabel independentnya yaitu jumlah industri, produktivitas lahan pertanian, kebijakan pemerintah, proporsi luas lahan, dan laju pertumbuhan penduduk. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan pertanian khususnya lahan sawah di tingkat wilayah adalah jumlah industri dan proporsi luas lahan sawah terhadap luas wilayah.

Berdasarkan penelitian Nurmedika, Muhammad Basir, dan Lien Damayanti (2015) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi pilihan petani melakukan Alih Usahatani Di Kecamatan Rio Pakava Kabupaten Donggala dengan memiliki variabel

(34)

penelitian yaitu variabel dependentnya keputusan petani serta variabel independentnya yaitu luas lahan, curahan tenaga kerja, biaya produksi, dan pendapatan. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor- faktor yang memengaruhi pilihan petani melakukan alih usahatani yaitu biaya produksi dan pendapatan.

Berdasarkan penelitian Nadia Khairunnisa Andhika (2013) yang berjudul Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Padi Di Kota Depok dengan memiliki variabel penelitian yaitu variabel dependentnya keputusan petani serta variabel independentnya yaitu luas lahan, lama bertani,hasil panen, dan lama menetap. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan sawah yakni luas lahan dan pengalaman bertani.

Berdasarkan penelitian Ayu Sari Miswati (2019) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Komoditi Padi Menjadi Karet Dan Tingkat Kesejahteraan Subjektif Keluarga Petani Di Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara dengan memiliki variabel penelitian yaitu variabel dependentnya keputusan petani serta variabel independentnya yaitu harga lahan, usia petani, pendapatan, luas pendapatan usahatani karet, tingkat pendidikan petani, pengalaman berusahatani padi, jumlah tanggungan keluarga sebelum alih komoditi, dan luas lahan sebelum alih komoditi. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih komoditi padi menjadi tanaman karet dipengaruhi oleh pendapatan usahatani karet, luas lahan sebelum alih komoditi, dan pengalaman berusahatani padi.

(35)

Berdasarkan penelitian Tonny Hendra Nadeak (2018) yang berjudul Motivasi Petani Terhadap Alih Fungsi Komoditi Padi Gogo Menjadi Tanaman Jagung Di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun dengan memiliki variabel penelitian yaitu variabel dependentnya motivasi petani serta variabel independentnya yaitu tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan, luas lahan, umur, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, dan kebijakan pemerintah. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani terhadap alih fungsi komoditi yakni umur, tingkat pendidikan,lingkungan sosial dan kebijakan pemerintah.

Berdasarkan penelitian Thoriqul Mustaghfirin (2011) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Padi Mengkonversi Lahan Sawah Menjadi Kolam Ikan Di Kecamatan PolanHarjo Kabupaten Klaten dengan memiliki variabel penelitian yaitu variabel dependentnya keputusan petani serta variabel independentnya yaitu umur, pendidikan formal, pendapatan, lingkungan sosial, luas lahan, sumber informasi, dan lingkungan ekonomi .Dengan menggunakan metode penelitian yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani padi mengkonversi lahan sawah yakni umur, pendapatan, dan lingkungan sosial.

(36)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran 2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat disusun kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :

Keterangan :

: Menyatakan pengaruh

: Menyatakan hubungan

Lahan Jeruk Lahan

Kopi

Faktor-Faktor : 1) Pendapatan 2) Umur Petani 3) Luas Lahan

4) Pengalaman Bertani 5) Tingkat

Pendidikan Keputusan untuk

Mengkonversi

Keputusan untuk Tidak Mengkonversi

(37)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang dibuat maka hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh pendapatan petani, umur, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendidikan terhadap keputusan petani dalam melakukan konversi lahan.

(38)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian di pilih secara purposive sampling (disengaja) di Kecamatan BarusJahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil pra-survey, desa

yang dipilih adalah Desa Sukanalu yang mempunyai petani jeruk yang sudah melakukan konversi lahan dan petani yang tidak melakukan konversi lahan.

3.2 Metode Penentuan Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani kopi yang telah melalukan konversi lahan dari

tanaman jeruk menjadi tanaman kopi dalam periode dari tahun 2012-2018.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling hal ini dikarenakan jumlah populasi tidak dapat diketahui secara pasti selain itu tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah peneliti tentukan untuk memenuhi penelitian dan teknik snowball sampling. Metode ini dipilih karena jumlah populasi yang akan diteliti tidak diketahui secara

pasti. Cara ini dilakukan dengan mencari sampel pertama dan melakukan wawancara dengan petani yang telah melakukan konversi lahan dari tanaman jeruk ke tanaman kopi, setelah itu penelitian meminta sampel pertama yang sudah diwawancarai tadi untuk menunjukkan sampel petani yang dapat diwawancarai sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan di penelitian, dan begitu seterusnya. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 sampel petani, dimana 60 sampel petani dibagi menjadi 2 bagian yaitu 30 sampel petani yang telah melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi dan 30 sampel petani yang tidak melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi agar dapat menjadi representatif. Disamping itu, alasan pengambilan jumlah sampel tersebut berdasarkan asumsi regresi logistik, dengan

(39)

syarat bahwa sampel yang diperlukan dalam jumlah relatif besar yaitu minimum dibutuhkan hingga 60 sampel petani.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner dan pengamatan langsung yaitu wawancara dengan petani jeruk dan petani jeruk yang melakukan konversi lahan ke kopi.

Sementara data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terikat dengan penelitian yaitu Kantor kepala desa, Badan Penyuluhan Pertanian, Badan Pusat Statistik, dan Dinas Pertanian Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif. Fokus penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor variabel mana saja yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi. Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu penelitian menggunakan kuisioner dimana kuisioner tersebut dapat mewakili permasalahan yang akan di teliti misalnya untuk mengetahui variabel pendapatan berpengaruh secara nyata atau tidak memiliki pengaruh nyata terhadap keputusan petani dalam melakukan konversi lahan dengan cara menghitung pendapatan tanaman tahunan yaitu dari total revenue (total penerimaan) – total cost (biaya) setelah itu pendapatan di totalkan dari penerimaan setahun kemudian dikurang biaya per tahunnya.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian adalah Analisis Regresi Logistik.

Regresi Logistik adalah suatu metode analisis statistika untuk mendeskripsikan hubungan antara peubah respon (dependent variabel) yang memiliki dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah penjelas(independent variabel) berskala kategori atau interval (Hosmer dan

(40)

Lemeshow, 2000). Persamaan model regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan konversi lahan sebagai berikut :

In 𝑃𝑖

1−𝑃𝑖 = Z = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑋4 + 𝛽5𝑋5 + 𝜖 Dimana :

Pi = Peluang Petani Tidak Melakukan Konversi Lahan (Y=0)

1-Pi = Peluang Petani Melakukan Konversi Lahan (Y=1)

Y = Keputusan Petani (Kategorik 0 = Tidak Konversi Lahan, 1 = Konversi Lahan) α = Intersep

𝛽𝑖 = Koefisien regresi 𝜖 = Error Term

X1 = Pendapatan Petani Jeruk yang sudah melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi (Rp/Bulan)

Pendapatan Petani Jeruk yang tidak melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi (Rp/Bulan)

X2 = Umur Petani(Tahun) X3 = Luas Lahan (Ha)

X4 = Pengalaman Bertani (Tahun) X5 = Tingkat Pendidikan (Tahun)

(41)

Agar diperoleh hasil analisis regresi logit yang baik perlu dilakukan pengujian untuk melihat model logit yang dihasilkan keseluruhan dapat menjelaskan keputusan pilihan secara kualitatif. Pengujian parameter yang dilakukan dengan menguji semua secara keseluruhan dan menguji masing-masing parameter secara terpisah. Statistik uji yang digunakan sebagai berikut :

1. Uji Hosmer and Lemeshow Test

H0 : (1-B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1, artinya tidak ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi, sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan, H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi.

Sig > 0,05 ; tolak H1, terima H0

Sig ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0

2. Uji Seluruh Variabel (uji G)

H0 : 𝛽1 = 𝛽2 = 𝛽3 = 𝛽4 = 𝛽5 = 0, dimana tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.

H1 : 𝛽x ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.

Sig > 0,05 ; tolak H1, terima H0 Sig ≤ 0,05 ; terima H1, tolak H0

3. Uji Wald

H0 : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara variabel

bebas dengan variabel terikat.

H1 : βj ≠0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

(42)

Wj ≤ 𝑋 2a, 1 atau Sig. > 0,05 ; tolak H1, terima H0

Wj > X 𝑎2 ,1 atau Sig. > 0,05 ; terima H1, tolak H0

4. Efek Marginal

Efek marginal dapat melihat rata-rata perubahan dengan cara menghitung suatu variabel bebas yang mempengaruhi, sementara variabel lain dianggap konstan. Untuk model logit, tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah peristiwa sebagai berikut :

Efek Marginal = ßi . Pi . (1-Pi)

Dimana :

P = Probabilitas petani melakukan konversi

ß = Koefisien dari variabel independen

3.5 Definisi Dan Batasan Operasional Definisi Operasional

1. Konversi lahan atau Alih Fungsi Lahan merupakan perubahan fungsi sebagai atau seluruh kawasan lahan dari fungsi semulanya menjadi fungsi lainnya.

2. Pendapatan (Rp) merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan usahatani selanjutnya.

3. Umur Petani (Tahun) merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kemampuan kerja petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani..

4. Luas Lahan (Ha) adalah salah satu faktor produksi yang sangat memengaruhi hasil produksi pertanaman.

5. Tingkat pengalaman berusahatani (Tahun) yang dimiliki petani secara tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir.

(43)

6. Pendidikan (Tahun) mempunyai hubugan bagi petani dalam menerapkan teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usahataninya.

7. Usahatani merupakan suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan mengkombinasikan serta mengoperasikan berbagai faktor-faktor (tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen).

3.6 Batasan operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Sukanalu dan di Desa Rumamis, Kecamatan BarusJahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Populasi dalam penelitian jeruk yang melakukan konversi lahan ke kopi dan yang tidak melakukan konversi lahan.

3. Waktu penelitian pada tahun 2021.

(44)

29 BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Desa Sukanalu

Desa Sukanalu berada di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

Luas daerah Desa Sukanalu sekitar 15,22 Km2 atau 11,89 % dari total luas keseluruhan Kecamatan Barus Jahe yang terdiri dari 19 Desa. Desa Sukanalu merupakan desa yang paling luas di Kecamatan Barus Jahe dan merupakan peringkat ke 4 desa terluas di Kabupaten Karo.

Jumlah penduduk di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo pada Desember 2019 adalah 3547 jiwa. Terdiri dari laki-laki berjumlah 1598 orang dan perempuan berjumlah 1949 orang. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1055 KK. Seluruh penduduk di desa ini adalah warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi. Kepadatan penduduk Desa Sukanalu tahun 2011 sekitar 236,467/ km (Kepala Desa Sukanalu, 2021).

4.1.2 Desa Rumamis

Desa Rumamis berada di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, memiliki letak geografis sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dokan, sebelah Barat berbatasan dengan desa Semangat, sebelah Timur berbatasan dengan desa Angkes dan Seribujandi, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Talimbaru, memiliki 335 kepala keluarga dan terdapat 1.211 jiwa penduduk (Kepala Desa Rumamis, 2021). Desa Rumamis memiliki arti yaitu dari kata Jeruk yang dalam Bahasa Karo Rimo-manis, jadi makna dari kata Rumamis adalah Jeruk manis. Masyarakat desa Rumamis mayoritas mata pecariannya bertani, hasil pertaniannya berupa jeruk, padi, jagung dan hortikultura, selain itu masyarakat desa Rumamismata pencariannya bertenak, pedagang dan Pegawai Negeri Sipil (Kepala Desa Rumamis, 2021).

(45)

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Barusjahe 4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik petani responden pada penelitian ini meliputi petani jeruk yang melakukan konversi lahan ke kopi dan petani jeruk yang tidak melakukan konversi lahan.

Tabel 4.2.1 Karakteristik Petani Responden Di Desa Sukanalu

Karakteristik Petani Petani Jeruk Konversi Ke Kopi Rata-rata Rentang

Umur Petani (Tahun)

Pengalaman Bertani (Tahun) Tingkat Pendidikan(Tahun) Jumlah Tanggungan(Jiwa) Produktivitas (Kg)

47 26-65 22 10-41 SMP SD-Kuliah 1 1-3

2821 2168 - 3500

(46)

Tabel 4.2.2 Karakteristik Petani Responden Di Desa Rumamis

Karakteristik Petani Petani Jeruk Yang Tidak Melakukan Konversi Ke Kopi Rata-rata Rentang

Umur Petani (Tahun)

Pengalaman Bertani (Tahun) Tingkat Pendidikan(Tahun) Jumlah Tanggungan(Jiwa) Produktivitas (Kg)

46 26-65 22 10-41 SMP SD-Kuliah 1 1-3

2763 2000 – 3418

4.3 Kondisi Pertanian

Ketua Penyuluh Pertanian Barusjahe mengatakan tanaman jeruk banyak yang mati disebabkan oleh hama lalat buah (Bactrocera spp) merupakan hama penting pada tanaman jeruk, kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan. Oleh karena itu banyak petani jeruk yang terpengaruh menanam kopi padahal umur tanaman jeruk pada saat itu adalah umur tanaman produktif jeruk yaitu pada umur 20 tahun.

Gambar 4.3.1 Tanaman Kopi Gambar 4.3.2 Tanaman Jeruk

(47)

Gambar 4.3.1 merupakan situasi dan kondisi lahan yang sudah melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi di desa Sukanalu, Kecamatan BarusJahe, Kabupaten Karo dan Gambar 4.3.2 merupakan situasi dan kondisi lahan yang tidak melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi di desa Rumamis, Kecamatan BarusJahe, Kabupaten Karo.

(48)

33

1 Produksi (Kg) 43212

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penerimaan Usahatani Jeruk

Harga jual produksi jeruk di daerah penelitian memiliki harga jeruk yang cenderung murah hal ini disebabkan oleh hama lalat buat (Bactrocera spp) yang dapat menurunkan kualitas jeruk yang berdampak pada harga jeruk yang sering mengalami perubahan. Rata-rata petani di daerah penelitian memperoleh harga jeruk rata-rata Rp 7.000/Kg.

Tabel 5.1 Total Rata-Rata Penerimaan Usahatani Jeruk Per Luas Lahan Per Musim Panen

No Penerimaan Usahatani Jumlah

2 Harga Jual (Rp/Kg) 210000

Sumber : Lampiran 14

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani jeruk adalah Rp 339284000 per luas lahan per satu musim panen di daerah penelitian.

3 Penerimaan (Rp) 339284000

(49)

1 1 Produksi (Kg) Produksi (Kg) 43212 48476

1 Penerimaan (Rp) 484760000

5.2 Penerimaan Usahatani Kopi

Harga jual produksi kopi di daerah penelitian memiliki harga kopi mengalami perubahan. Rata- rata petani di daerah penelitian memperoleh harga kopi rata-rata Rp 10.000/Kg.

Tabel 5.2 Total Rata-Rata Penerimaan Usahatani Kopi Per Luas Lahan Per Musim Panen

No Penerimaan Usahatani Jumlah

2 Harga Jual (Rp/Kg) 300000

Sumber : Lampiran 14

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani kopi adalah Rp 484760000 per luas lahan per satu musim panen di daerah penelitian.

5.3 Pendapatan Petani Jeruk

Tabel di bawah ini menunjukkan rata-rata pendapatan bersih petani jeruk di daerah penelitian:

Tabel 5.3 Total Rata-Rata Pendapatan Petani Jeruk Per Luas Lahan Per Musim Panen

No Keterangan Total (Rp)

2 Biaya Produksi (Rp) 282122700

Sumber : Lampiran 14

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani jeruk per petani per musim panen adalah Rp 20007800 per rata-rata luas lahan. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan bersih petani yang telah dikurangi dengan seluruh biaya produksi,biaya pupuk,biaya pestisida,upah tenaga kerja,dan biaya pengeluaran rumah tangga petani.

3 Pendapatan Usahatani

(Rp)

20007800

3 Penerimaan (Rp) 484760000

(50)

59

1 Penerimaan (Rp) 33928400

0 5.4 Pendapatan Petani Kopi

Tabel di bawah ini menunjukkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi di daerah penelitian:

Tabel 5.4 Total Rata-Rata Pendapatan Petani Kopi Per Luas Lahan Per Musim Panen

No Keterangan Total (Rp)

2 Biaya Produksi (Rp) 243354000

Sumber : Lampiran 7

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani kopi per petani per musim panen adalah Rp 241406000 per rata-rata luas lahan. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan bersih petani yang telah dikurangi dengan seluruh biaya produksi,biaya pupuk,biaya pestisida,upah tenaga kerja,dan biaya pengeluaran rumah tangga petani.

Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani lebih besar setelah melakukan konversi lahan dari jeruk ke kopi,salah satu yang mempengaruhi pendapatan usahatani kopi lebih tinggi adalah biaya produksi usahatani kopi yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya produksi usahatani jeruk.

3 Pendapatan Usahatani

(Rp)

24140600 0

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran   2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Barusjahe  4.2 Karakteristik Responden
Tabel 4.2.2 Karakteristik Petani Responden Di Desa Rumamis
Tabel 5.6 Uji Hosmer and Lemeshow Test

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) perkembangan, kontribusi dan efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan (PBB-P2)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja Sektor pertanian di Sumatera Utara.. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas

Kegiatan produksi adalah usaha manusia untuk menghasilkan atau mengubah barang atau jasa yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Produksi juga dapat diartikan sebagai kegiatan manusia

Return dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan yang diperoleh atau diharapkan dari suatu investasi dalam periode waktu tertentu yang akan diperoleh dimasa yang

Industry regulator, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) reported that palm oil stocks in Malaysia rose 7 percent on the month to a more than two-year high of 2.7 million tonnes at

ANALISIS PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINI AUDIT SEBELUMNYA, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP POTENSI PENERIMAAN OPINIAUDIT DENGAN PENJELASAN

Dengan adanya media belajar berbasis e-learning, diharapkan dapat membantu siswa dalam menerima materi pelajaran dari guru walaupun tidak hadir pada saat pelajaran sedang

Pada hal ini pengumpulan data observasi lapangan ini dilakukan di wilayah Bandung Barat untuk menemukan data faktual terkait dengan kondisi kebutuhan akan tanaman