• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENERIMA BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) DI KOTA MEDAN

(Kasus : Kecamatan Medan Belawan)

SKRIPSI

OLEH :

TAUFIQ KAMIL HASIBUAN 150304068

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PENERIMA BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT)

DI KOTA MEDAN

(Kasus : Kecamatan Medan Belawan)

SKRIPSI

OLEH:

TAUFIQ KAMIL HASIBUAN 150304068

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

NON TUNAI (BPNT) DI KOTA MEDAN (Kasus : Kecamatan Medan Belawan).

Nama : TAUFIQ KAMIL HASIBUAN

NIM : 150304068

Program Studi : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) NIP.196309281998031001

Anggota

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196302041997031001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196302041997031001

Tanggal Lulus : 19 Juli 2021

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

TAUFIQ KAMIL HSB (150304068), dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Penerima Bantuan Pangan NonTunai (BPNT) di Kota Medan (Kasus : Kecamatan Medan Belawan).

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian.

Pada Tanggal : 19 Juli 2021 Komisi Penguji Skripsi :

Ketua : (Dr.Ir.Rahmanta, M.Si.)

NIP. 196309281998031001

Anggota : 1. (Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196302041997031001 2. (Ir.M.Jufri, M.Si)

NIP. 196011101988031003

3. (Emalisa, SP, M.Si)

NIP. 197211181998022001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196302041997031001

(5)

ASSISTANCE IN KOTA MEDAN

(Case: Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan)

SKRIPSI

OLEH :

TAUFIQ KAMIL HASIBUAN 150304068

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(6)

Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan pada Rumah Tangga Miskin Penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kota Medan”, Kasus di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak

Dr.Ir. Rahmanta, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis persentase pangsa pengeluaran pangan dan juga untuk menganalisis pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga miskin penerima bantuan pangan non tunai di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah analisis pangsa (persentase) pengeluaran pangan dan regresi linier berganda. Hasil dari penelit ia n menunjukkan bahwa besarnya rata-rata pangsa (persentase) pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga sebesar 76%. Secara serempak pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga dan status penerima banan dan non penerima bantuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan di daerah penelitian. Sedangkan secara parsial hanya pendapatan yang berpengaruh secara signifikan dan nyata terhadap ketahanan pangan di daerah penelitian.

Kata kunci: ketahanan pangan, rumah tangga miskin, persentase pengeluara n pangan

i

(7)

ABSTRACT

Taufiq Kamil Hasibuan (150304068) with the thesis title is "Analysis of Factors Affecting Food Security in Poor Households Recipient of Non-Cash Food Assistance (BPNT) in Kota Medan", Case in Kecamatan Medan Belawan, Medan City. This research was guided by Bapak Dr.Ir. Rahmanta, M.Si, as the chairman of the supervisory commission and Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec as a member of the supervisory commission.

The study aims to analyze the percentage share of food expenditure and also to analyze the influence of education, employment, income, and number of family members that affect the food security of poor households receiving non-cash food assistance (in Medan Belawan District, Medan City. The analytical method used in this research is This is an analysis of the share (percentage) of food expenditure and multiple linear regression. The results of the study show that the average share (percentage) of food expenditure on total household expenditure is 76%.

Simultaneously education, occupation, household income, number of members family and status of beneficiaries and non-beneficiaries have a positive and significant effect on food security in the research area. Meanwhile, the results of the t-test only show that income has a significant and significant effect on food security in the study area.

Keywords: food security, poor households, percentage of food expenditure

ii

(8)

iii

RIWAYAT HIDUP

TAUFIQ KAMIL HASIBUAN lahir di Medan pada tanggal 03 April 1996 anak dari Bapak Elwardi Hasibuan dan Ibu Rika Yunisa. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 2002 masuk SDN 104291 Teluk Mengkudu tamat tahun 2008.

2. Tahun 2008 masuk SMP Negeri 1 Teluk Mengkudu tamat tahun 2012.

3. Tahun 2012 masuk SMA Swasta ERIA Medan tamat tahun 2015.

4. Tahun 2015 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

5. Bulan Juli-Agustus 2018 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sei Balai, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.

6. Bulan Agustus 2020 melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Medan Belawan.

Pengalaman Organisasi :

1. Purna Paskibraka Indonesia Tingkat Kota Medan 2013.

2. Anggota JENESYS 2.0 Japan 2014.

3. Anggota IMASEP Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4. Anggota PEMA USU periode 2017-2019.

5. Pengurus Paskibra Kota Medan 2015-2020.

6. Pengurus Pembaris Kota Medan 2020

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) (Kasus: Kecamatan Medan Belawan)”.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skipsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis,M.Ec, sebagai Anggota Komisi yang telah membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Ir. M. Jufri M.Si dan Ibu Emalisa SP, M.Si, selaku dosen penguji skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku ketua Program Studi Agribis nis FP-USU dan Bapak Ir. M. Jufri M.Si selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis FP-USU

5. Ayahanda tercinta Elwardi Hasibuan dan Ibunda tercinta Yusnaili Budianti dan ibunda terkasih Rika Yunisa yang selalu mendoakan, memotivasi, mendukung penulis dan memenuhi kebutuhan penulis selama menjalani perkuliahan.

6. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Univers itas Sumatera Utara yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

iv

(10)

v

7. Seluruh pegawai di FP-USU khususnya program studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.

8. Seluruh Masyarakat kecamatan Medan Belawan yang telah membant u penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Saudara-saudara ku tercinta Nurul Afifah Hasibuan dan Ninda Azzahratunnisa Hasibuan yang selalu memotivasi, dan mendoakan penulis.

10. Sahabat-sahabat tercinta, Wildan Aulia Ritonga, Zamzami Raudia, Rezki M Fani, M.Dennis Pranata, Crishnahadi Putra Gunawan dan Tysa Alya dan yang telah memberikan doa, mendampingi, memberi dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan skirpsi ini dengan baik.

11. Dan seluruh teman-teman angkatan 2015 Program Studi Agribisnis FP-USU.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, namun demikian penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini.

Medan, April 2021

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian Penulisan ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Ketahanan Pangan ... 9

2.1.2 Pengukuran Ketahanan Pangan ... 11

2.1.3 Pengeluaran Rumah Tangga... 12

2.1.4 Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan... 12

2.1.5 Variabel-variabel Ketahanan Pangan ... 15

2.2 Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) ... 19

2.3 Landasan Teori ... 20

2.4 Penelitian Sebelumnya ... 22

2.5 Kerangka Pemikiran ... 28

2.6 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 31

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 32

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4 Metode Analisis Data ... 34

3.5 Uji Asumsi Klasik... 36

3.6 Analisis Koefisien Determinasi ... 38

3.7 Definisi dan Batasan Operasional ... 39

vi

(12)

vii

BABIV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 41

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 41

4.1.2. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 42

4.1.3. Distribusi Penduduk menurut Umur ... 43

4.1.4. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan... 44

4.1.5. Prasarana Tempat Peribadatan ... 44

4.1.6. Prasarana Tempat Pendidikan ... 45

4.1.7. Prasarana Tempat Kesehatan ... 45

4.2 Karakteristik Sampel ... 46

4.2.1. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sampel... 47

4.2.2. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 47

4.2.3. Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga ... 48

4.2.4. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pangsa Pengeluaran Pangan ... 50

5.2 Uji Asumsi Klasik ... 51

5.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 55

5.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 57

5.5 Pembahasan ... 61

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Tujuan dan Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai 4 1.2 Jumlah Keluarga Miskin per Kecamatan di Kota Medan

Tahun 2018

5 2.1 Peneliti Sebelumnya yang Mendukung/Relevan 22 3.1 Jumlah Kepala Keluarga Penerima Bantuan di Kecamatan

Medan Belawan

29 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2019 42

4.2 Distribusi Penduduk Menurut Umur 43

4.3 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2019 44 4.4 Distribusi Prasarana Tempat Peribadatan Tahun 2019 44 4.5 Distribusi Prasarana Tempat Pendidikan Tahun 2019 45 4.6 Distribusi Prasarana Kesehatan Tahun 2019 45 4.7 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sampel 47

4.8 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan 47

4.9 Karakteristik Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga 48 4.10 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 48

5.1 Hasil Uji Multikolonieritas 53

5.2 Hasil Uji Autokolerasi 54

5.3 Hasil Uji Regresi 55

5.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi 58

5.5 Hasil Uji Statistik F 60

ix

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen 9

2 Peta Kecamatan Medan Belawan 41

3 Histogram Normalitas 51

4 Grafik Normal P Plot 52

5 Scatterplot 54

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Tabulasi Data Rumah Tangga Miskin Kecamatan Medan Belawan 2 Tabulasi Pengeluaran Pangan

3 Tabulasi Pengeluaran Non Pangan

4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan pada Rumah Tangga Miskin Penerima Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Medan Belawan

5 Besar Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin Penerima Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Medan Belawan

6 Hasil Regresi Linear Berganda 7 Uji Normalitas

8 Uji Heteroskedastisitas 9 Tabel T Hitung

xi

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang penting, terutama bagi negara yang mempunyai jumlah penduduk sangat banyak seperti Indonesia. Pangan merupakan istilah yang sangat penting bagi pertanian karena secara hakiki pangan merupakan salah satu kebutuhan paling dasar dalam pemenuhan aspirasi humanist ik.

Masalah konsumsi pangan dan pemenuhannya akan tetap merupakan agenda terpenting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Status konsumsi pangan penduduk sering dipakai sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pasal 1 Ayat 17 Undang-Undang Pangan (UU No. 7/1996) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman, merata, dan terjangkau.

Dan Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai situasi di mana semua rumah tangga mempunyai akses, baik secara fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya dan rumah tangga tidak beresiko untuk mengalami kehilangan kedua akses tersebut (Hanafi, 2011).

Secara ekonomi, kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serta keluarga yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya.

Standar kehidupan atau kebutuhan minimal itu juga berbeda antara satu daerah

(17)

dengan daerah lainnya, tergantung kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribus i serta letak geografisnya. Kebutuhan minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori sehingga memungkinkan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan serta kebutuhan minimal non makanan yang harus dipenuhi (Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2018).

Salah satu indikator ketahanan pangan dapat dilihat dari pangsa pengeluaran pangan.

Hukum Working 1943 yang dikutip oleh Pakpahan dkk. (2013) menyatakan bahwa pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan negatif dengan pengeluaran rumah tangga, sedangkan ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga semakin rendah ketahanan pangannya.

Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar sangat erat kaitannya dengan pendapatan yang diperoleh. Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dari besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga.

Rumah tangga dengan pendapatan rendah akan mendahulukan pengeluaran untuk kebutuhan pangan. Namun pendapatan rumah tangga bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi pengeluaran untuk konsumsi pangan rumah tangga. Masih ada faktor lain yang turut memberikan kontribusinya seperti jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, serta pekerjaan.

Bantuan pangan non tunai salah satu program pemerintah dalam menanggula ngi kemiskinan dan menyejahterakan masyarakat kalangan bawah. Program ini

(18)

dikeluarkan dengan instrumen Presiden Republik Indonesia (RI) dan kabinet tentang keuangan inklusif yang diselenggerakan pada 26 April 2016 arahan agar bantuan sosial dan subsidi disalurkan secara non tunai agar tidak terjadinya penyimpangan tujuan program. Hal ini disesuaikan dengan peraturan Presiden (Perpres) No.82 Tahun 2016 tentang strategi Nasional Keuangan Inklusif menyatakan bahwa strategi pengelolaa n keuangan dan keterhubungan masyarakat dengan perbankan merupakan upaya untuk mempercepat pengentasan kemiskinan.

Bantuan ini merupakan peralihan dari beras raskin menjadi bantuan non tunai dan jumlah penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) ini sama halnya dengan jumla h penerima raskin yang sudah ditentukan. Keluarga penerima manfaat (KPM) akan diberikan uang berjumlah Rp.120.000 dan rencananya akan meningkat ditahun 2020 menjadi Rp.150.000 dalam kartu elektronik yang bisa dibelanjakan di e-warong atau mitra yang sudah ditentukan oleh pemerintah yang tersebar luas di wilayah masing- masing kota atau kecamatan.

Dalam hal ini keluarga penerima manfaat tersebut tidak dapat mencairkan dana tersebut secara tunai melainkan harus membelanjakannya untuk kebutuhan pangan seperti beras dan telur dengan jumlah dan nilai yang telah disesuaikan dengan jumlah bantuan tersebut. Hal ini bertujuan agar lebih tepat guna dan tepat sasaran sebagai upaya pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan dalam upaya terciptannya pengentasan kemiskinan dan terwujudnya ketahanan pangan dalam keluarga penerima bantuan tersebut (KEMENSOS, 2018).

(19)

Tabel 1.1 Tujuan dan Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai

Tujuan Bantuan Pangan Non Tunai Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai 1. Mengurangi beban pengeluaran KPM

melalui pemenuhan sebagai kebutuhan pangan

1. Meningkatkan ketahanan pangan di tingkat KPM sekaligus sebagai mekanisme perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

2. Memberi nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM.

2. Meningkatkan efisiensi penyalura n bantuan sosial.

3. Meningkatkan ketetapan sasaran dan waktu penerima Bantuan Pangan bagi KPM.

3. Meningkatkan transaksi non tunai dalam agenda Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).

4. Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan.

4. Meningkatkan pertumbuha n ekonomi di daerah, terutama usaha.

5. Mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjuta n (Sustainable Development Gaols/SDGs).

5. Pengembangan usaha mikro dan kecil di bidang perdagangan

Sumber : Kementrian Sosial Republik Indonesia

Bantuan pangan non tunai di Kecamatan Medan Belawan mulai di implementasika n pada bulan September tahun 2019. Program BPNT ini membuat Keluarga Penerima Manfaat (KPM) membantu dalam memenuhi kebutuhan pokok untuk mencap ai ketahanan pangan di Kota Medan. Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu kecamatan yang tereletak di Kota Medan. Dalam hal ini kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu kecamatan dengan tingkat rumah tangga miskin terbesar di Kota Medan.

(20)

Tabel 1.2 Jumlah Keluarga Miskin per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2018

No Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga

(KK)

(1) (2)

1 Medan Tuntungan 4096

2 Medan Johor 7317

3 Medan Amplas 5718

4 Medan Denai 7821

5 Medan Area 3575

6 Medan Kota 3656

7 Medan Maimun 3193

8 Medan Polonia 2948

9 Medan Baru 1089

10 Medan Selayang 5210

11 Medan Sunggal 5354

12 Medan Helvetia 5852

13 Medan Petisah 2391

14 Medan Barat 3646

15 Medan Timur 5127

16 Medan Perjuangan 5428

17 Medan Tembung 6918

18 Medan Deli 9931

19 Medan Labuhan 12.351

20 Medan Marelan 12.601

21 Medan Belawan 15.370

Medan 2018 129.250

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2019

(21)

Berdasarkan Tabel 1 bahwa Kota Medan memiliki rumah tangga miskin (pra sejahtera) sebanyak 129.250. Kecamatan Medan Belawan merupakan kecamatan dengan rumah tangga miskin terbesar dengan jumlah 15.370. Selain itu kecamatan Medan Belawan merupakan kecamatan penerima bantuan sosial terbanyak di kota Medan dengan jumlah bantuan 11.499.

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut dengan kata education yang juga diserap dalam bahasa Indonesia menjadi edukasi.

Secara umum, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan yang lebih baik. Pendidikan dapat mengembangkan karakter melalui berbagai macam kegiatan, seperti penanaman nila i, pengembangan budi pekerti, nilai agama, pembelajaran dan pelatihan nilai-nilal moral, dan lain sebagainya (Hanafi, 2011).

Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan uang.

Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi

(22)

Pendapatan adalah uang yang diterima seseorang atau bisnis sebagai imbalan setelah mereka menyediakan barang, jasa, atau melalui modal investasi dan digunakan untuk mendanai pengeluaran sehari-hari.Bagi kebanyakan orang, pendapatan paling sering diterima dalam bentuk upah atau gaji. Untuk mendapatkannya tentu harus melakuka n sesuatu terlebih dahulu. Misalnya seperti bekerja di perusahaan, nantinya perusahaan akan membayar dengan uang (Pakpahan dkk, 2013).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tersusun atas kepala keluarga (berperan sebagai suami dan ayah) dan beberapa orang yang terkumpul dan tingga l bersama pada suatau tempat di bawah satu atap dalam kondisi yang saling membutuhkan / ketergantungan. Sedangkan jumlah anggota keluarga ialah sekumpula n individu yang hidup berdampingan dalam suatu rumah tangga yang memiliki tujuan yang secara umumnya sama dan saling terikat satu sama lain. Keluarga merupakan bentuk lingkup terkecil dari sistem bermasyarakat dan berlingkungan. Dalam keluarga biasanya dipimpin oleh kepala rumah tangga yang biasa disebut ayah (Hanafi, 2011).

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti berkeinginan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota pada rumah tangga apakah berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) menggunaka n pendekatan metode pangsa atau persentase pengeluaran pangan rumah tangga di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.

(23)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana persentase pengeluaran pangan pada rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan?

2. Seberapa besar pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis persentase pengeluaran pangan pada rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan.

2. Untuk menganalisis pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai ilmu pengetahuan bagi penulis dan juga pembaca yang membutuhkan.

2. Sebagai sumber informasi dan juga referensi bagi yang membutuhkan.

3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(24)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Ketahanan Pangan

Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang ketahanan pangan, pengertia n ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami.Pangan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap saat.

Definisi ketahanan pangan menurut para pimpinan negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (termasuk Indonesia) pada World Food Conference Human Right 1993 dan World Food Summit 1996 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi setiap individu dalam jumlah dan mutu agar dapat hidup aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai budaya setempat. Selain itu, organisasi pertanian dan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization) mendefinisika n ketahanan pangan sebagai sebuah kondisi dimana semua masyarakat dapat memperoleh pangan yang aman dan bergizi untuk dapat hidup secara sehat dan aktif.

Di satu sisi untuk menikmati ketahanan pangan harus ada sebuah ketetapan tentang pangan yang aman, bergizi, baik dari segi kuantitatif maupun kualitat if yang dapat mempermudah dalam menentukan ketetapan pangan yang bergizi (Hanafie, 2011).

(25)

Bappenas (2014) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun bagi laki-laki.

Dari berbagai pendekatan tersebut, ditunjukan bahwa indikator kemiskinan yang digunakan oleh Bappenas adalah (1) Kurangnya sandang, pangan, dan papan yang layak, (2) tingkat kesehatan yang memprihatinkan, (3) kurangnya pendidikan yang berkualitas, (4) kurangnya kemampuan membaca dan menulis, (5) terbatasnya kepemilikan tanah dan faktor produksi, (6) kurangnya jaminan kesejahteraan hidup, (7) kurangnya rasa aman, (8) kesejahteraan sosial yang rendah dan lain-lain.

Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Menurut International Congress of Nutrition (ICN) di Roma tahun 1992, ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakuka n kegiatan sehari-hari. Definisi tersebut diperluas dengan menambahkan persyaratan

“harus diterima oleh budaya setempat”, hal ini disampaikan dalam sidang Committee on World Food Security tahun 1995 (Ariani, 2011).

(26)

Terdapat dua tipe ketidaktahanan pangan dalam rumah tangga yaitu kronis dan transitory. Ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, merupakan ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga dalam memperoleh pangan biasanya kondisi ini diakibatkan oleh kemiskinan. Ketidaktahana n pangan transitory adalah penurunan akses terhadap pangan yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan oleh bencana alam yang berakibat pada ketidakstabilan harga pangan, produksi, dan pendapatan (Emenda, 2016).

2.1.2 Pengukuran Ketahanan pangan

Pengukuran ketahanan pangan dilakukan di berbagai tingkatan dari tingkat global, nasional, regional sampai tingkat rumah tangga dan individu. Pada tingkat global, nasional dan regional indikator ketahanan pangan yang dapat digunakan adalah tingkat ketersediaan pangan dengan memperhatikan variabel tingkat kerusaka n tanaman/ternak/perikanan, rasio stok dengan konsumsi pangan; skor PPH; keadaan keamanan pangan; kelembagaan pangan dana pemerintah; dan harga pangan.

Sementara itu, untuk tingkat rumah tangga dan individu, indikator yang dapat digunakan adalah pendapatan dan alokasi tenaga kerja, tingkat pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total, perubahan kehidupan sosial, keadaan konsumsi pangan (jumlah, kualitas, kebiasaan makan), keadaan kesehatan dan status gizi sehingga hal tersebut dapat menjadi suatu indikator yang dapat dilakukan untuk melakuka n

pengukuran terhadap suatu ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga (Juliana, 2011).

(27)

2.1.3 Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberika n gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Tingkat pengeluaran terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan/

permintaan (demand) terhadap kedua kelompok tersebut pada dasarnya berbeda- beda.

Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningka ta n pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makan (Badan Ketahanan Pangan 2015).

2.1.4 Pangsa atau Persentase Pengeluaran Pangan

Salah satu indikator ketahanan pangan dapat dilihat dari pangsa pengeluaran pangan.

Hukum Working 1943 yang dikutip oleh Pakpahan dkk. (2013) menyatakan bahwa pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan negatif dengan pengeluaran rumah tangga, sedangkan ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga semakin rendah ketahanan pangannya.

Pengeluaran pangan adalah rasio pengeluaran untuk belanja pangan dan pengelua ra n total penduduk selama sebulan. Perhitungan pangsa pengeluaran pangan (PF) pada berbagai kondisi, yaitu agregat, desa-kota, dan berbagai kelompok pendapatan penduduk menggunakan formula berikut :

(28)

Dimana:

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran (Rp/bulan)

(Agustina, 2015).

Dalam konteks analisis ketahanan pangan, pengetahuan tentang proporsi atau pangsa pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga merupakan indikator ketahanan pangan rumah tangga yang sangat penting. Hubungan antara pangsa pengeluaran pangan dengan total pengeluaran dikenal sebagai Hukum Working. Dalam hukum working menyatakan bahwa ketahanan pangan mempunya i hubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini berarti semakin besar pangsa pengeluaran pangan suatu rumah tangga, maka semakin rendah tingkat ketahanan pangan rumah tangga tersebut.

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau pengeluaran pangan tinggi (>60 % pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan. (Agustina, 2015).

(29)

Rumah tangga tahan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran rendah dan cukup mengkonsumsi energi. Pangsa pengeluaran pangan rendah berarti kurang dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Dan ini mengindikasikan bahwa rumah tangga tahan pangan memiliki kemampuan untuk mencukupi konsumsi energi karena mempunyai akses yang tinggi secara ekonomi juga memiliki akses yang tinggi secara fisik. Rumah tangga rawan pangan adalah rumah tangga yang mempunyai pangsa pengeluaran tinggi dan kurang mengkonsumsi energi.

Pangsa pengeluaran pangan tinggi berarti lebih dari 60 % bagian pendapatan dibelanjakan untuk pangan. Ini mengindikasikan rendahnya pendapatan yang diterima oleh kelompok rumah tangga tersebut. Dengan rendahnya pendapatan yang dimilik i, rumah tangga rawan pangan dalam mengalokasikan pengeluaran pangannya tidak dapat memenuhi kecukupan energi (Purwaningsih, 2014).

2.1.5 Variabel-Variabel Ketahanan Pangan Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Pendidikan memandang manusia sebagai objek. Dikatakan sebagai objek karena manusia itu menjadi sasaran pendidikan, terutama dalam kapasitasnya sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, ciri dari sifat pertumbuhan dan perkembangan itu menjadi perhatian pendidikan untuk dipengaruhi dan diarahkan.

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Oleh sebab itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Hak memperoleh pendidikan bagi setiap warga

(30)

negara tidak memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.

Hal tersebut sudah tertuang dalam UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28 C, ayat 1 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuha n kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia

Tingkat pendidikan juga berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang akan memberikan pendapatan relatif lebih tinggi pula. Oleh karenanya, orang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai kemampuan untuk memiliki pangan lebih banyak dan lebih bermutu

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi melalui pemilihan bahan pangan.

Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam jumlah dan mutunya dibanding mereka yang mempunyai pendidikan lebih rendah (Indikator Kesejahteraan Rakyat Medan, 2015).

Seorang ibu memiliki peranan besar dalam keluarga, dialah yang berbelanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan lain- lain. Pendidikan ibu rumah tangga berkaitan dengan pengasuhan dan kesadaran dalam pemberian pangan kepada anak. Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kesadaran seorang ibu rumah tangga untuk mencari informasi sebanyak banyaknya dalam usaha mensejahteraka n keluarganya, termasuk informasi tentang pangan dan pengetahuan gizi. Sebaliknya, ibu rumah tangga dengan pendidikan rendah, maka rata- rata pengetahuan gizi ibu rumah

(31)

tangga ini pun rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu rumah tangga, maka semakin kecil persentase pengeluaran untuk pangan (Agustina, 2015).

Pekerjaan

Pekerjaan adalah mata pencaharian seseorang untuk mempertahankan kelangsunga n hidupnya. Raymond (2004) menyatakan bahwa “ Job description is a list of the tasks, duties, and responsibilities that a particular jobentails.” Yang berarti deskripsi pekerjaan adalah sebuah daftar tugas, kewajiban dan tanggungjawab yang diperluka n oleh pekerjaan tertentu. Pekerjaan adalah mata pencaharian seseorang untuk menghasilkan pendapatan demi mencukupi kebutuhannya. Jenis pekerjaan juga bervariasi. Jenis pekerjaan yang bervariasi tersebut dapat menentukan besar kecilnya pendapatan (Susilowati, 2014).

Pendapatan Rumah Tangga

Pada rumah tangga miskin hampir seluruh pendapatannya dibelanjakan untuk konsumsi pangan. Sayogyo (1994) dalam Hariyani (2016) menyatakan bahwa pendapatan keluarga mepunyai peranan penting dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain.

Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Rendahnya pendapatan itu

(32)

mungkin disebabkan menganggur atau setengah menganggur karenan susahnya memperoleh lapangan kerja tetap sesuai dengan yang diinginkan.

Adanya sifat keterbatasan sumberdaya keluarga atau pendapatan yang tersedia akan mempengaruhi adanya prioritas alokasi pengeluaran keluarga. Keluarga yang berpenghasilan rendah, sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mencukup i kebutuhan pangan, sehingga persentase pengeluaran untuk pangan akan relatif besar.

Akan tetapi karena kebutuhan pangan relatif terbatas, maka mulai pada tingkat pendapatan tertentu pertambahan pendapatan akan dialokasikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nonpangan, sehingga pada kondisi tersebut persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun. Peningkatan pendapatan menyebabkan timbulnya kebutuhan- kebutuhan lain selain pangan, sementara pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam peningkatannya tidak sebesar pengelua ra n nonpangan (Citra, 2014).

Hasil penelitian Oktavionita, 1989 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang berbeda akan menyebabkan alokasi pengeluaran yang berbeda, karena tingkat pengeluaran merupakan fungsi dari total pendapatan. Pada golongan berpendapatan rendah, persentase pengeluaran untuk pangan lebih besar dibandingkan pengelua ra n lainnya, sedangkan pada golongan berpendapatan tinggi, persentase pengelua ra n pangan lebih kecil dibandingkan dengan pengeluara n lainnya. Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, 60 - 80 % dari pendapatannya dibelanjakan untuk makanan.

Elastisitas pendapatan untuk makanan yang digambarkan dari persentase perubahan

(33)

kebutuhan akan makanan untuk tiap 1% perubahan pendapatan, lebih besar pada rumah tangga yang miskin dibandingkan pada rumah tangga kaya (Soesilowati, 2014).

Untuk komoditas pangan, peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan peningka ta n permintaan yang progresif. Hal ini sesuai dengan Hukum Engel, yang menyatak a n bahwa semakin rendah pendapatan keluarga, maka semakin besar proporsi dari pendapatan tersebut yang dibelanjakan untuk makanan. (Agustina, 2015).

Jumlah Anggota Keluarga

Keluarga adalah orang yang tinggal dalam satu rumah dan memiliki hubungan atau ikatan darah . Orang yang tinggal dalam satu rumah ini menjadi tanggungan rumah tangga tersebut dan pada umumnya kepala keluarga dan ibu rumah tangga secara bersama bertugas untuk bertanggung jawab dalam memenuhi tanggung jawab dalam pemenuhan tanggungan dalam rumah tangga tersebut (Susilowati, 2014).

Hubungan antara besar rumah tangga dengan konsumsi pangan,dimana diketahui bahwa rumah tangga miskin dengan jumlah anak lebih banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya jika dibandingkan dengan keluarga dengan jumla h anggota lebih sedikit. Semakin besar ukuran keluarga, maka semakin sedikit pangan tersedia yang dapat didistribusikan pada anggota-anggota keluarga sehingga semakin sedikit pangan yang dikonsumsi (Hariyani, 2016).

2.2 Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

Bantuan pangan non tunai (BPNT) merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan dengan metode non tunai, yang mana bantuan tersbut

(34)

merupakan kebutuhan pokok (beras dan telur) melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli pangan di e-Warong dengan jumlah Rp.150.000.

Program bantuan pangan non tunai ini juga diperkuat dengan instrumen presiden republik Indonesia (RI) dan kabinet tentang keuangan inklusif yang di selenggaraka n pada 26 April 2016 memberikan arahan agar bantuan sosial dan subsidi disalurka n secara non tunai agar tidak terjadinya penyimpangan tujuan program BPNT (KEMENSOS, 2018).

Tujuan Bantuan Pangan Non Tunai

a) Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagai kebutuhan pangan.

b) Memberi nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM.

c) Meningkatkan ketetapan sasaran dan waktu penerima Bantuan Pangan bagi KPM.

d) Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan.

e) Mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainab le Development Goals/SDGs).

Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

a) Meningkatkan ketahanan pangan di tingkat KPM sekaligus sebagai mekanis me perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.

b) Meningkatkan efisiensi penyaluran bantuan sosial.

c) Meningkatkan transaksi non tunai dalam agenda Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).

(35)

d) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah, terutama usaha.

e) Pengembangan usaha mikro dan kecil di bidang perdagangan.

2.3 Landasan Teori Teori Konsumsi

Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money memberikan perhatian besar terhadap hubungan antara konsumsi dan pendapatan. Lebih lanjut Keynes mengatakan bahwa ada pengeluaran konsums i minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat (outonomous consumption) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan.

Konsumsi itu merupakan fungsi dari pendapatan yang dapat dibelanjakan. Penghasila n keluarga atau uang masuk sebagian besar dibelanjakan lagi, untuk membeli yang diperlukan untuk hidup. Dalam ilmu ekonomi dikatakan: dibelanjakan untuk dikonsumsi. Konsumsi tidak hanya mengenai makanan, tetapi mencakup pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (Waluyo, 2012).

Teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif dikemukakan oleh James Duesenberry dengan bukunya Income, Saving, and the Theory of Consummer Behavior, bermaksud merekonsiliasi hubungan yang tidak proporsional dan yang proporsional antara konsumsi dengan pendapatan dengan maksud agar diperoleh gambaran mengenai alasan sebab- sebab timbulnya perbedaan tersebut.

(36)

Di dalam teorinya, Duesenberry menggunakan dua asumsi yang digunakan untuk mengamati faktor- faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsums i seseorang, yaitu:

a) Selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah Interdependen. Artinya, pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga). Jadi faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi.

b) Pengeluaran konsumsi adalah Irreversible. Artinya, pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasila n mengalami penurunan. Di dalam hal ini dikatakan bahwa pengeluaran konsums i seseorang dalam jangka pendek dapat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan relatif.

c) Pendapatan relatif disini adalah merupakan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai oleh seseorang. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengala m i kenaikan maka secara otomatis konsumsi juga mengalami kenaikan dengan proporsi tertentu, dan sebaliknya bila pendapatan mengalami penurunan maka akan diikut i juga oleh penurunan konsumsinya. (Waluyo, 2012).

d) Konsumsi itu merupakan fungsi dari pendapatan yang dapat dibelanjaka n.

Penghasilan keluarga atau uang masuk sebagian besar dibelanjakan lagi, untuk membeli yang diperlukan untuk hidup. Dalam ilmu ekonomi dikatakan:

dibelanjakan untuk dikonsumsi. Konsumsi tidak hanya mengenai makanan, tetapi mencakup pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup.

(37)

2.4 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1 Tabel Peneliti Sebelumnya yang Mendukung/Relevan

No Nama Judul Metode

Penelitan Tujuan Hasil

1 Fisrika Lahagu (2017)

“Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Desa

Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo”

Dengan

metode regresi linier berganda

1.Untuk mengetahui pangsa atau persentase pengeluaran pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor- faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga miskin di daerah penelitian.

1.Rumah tangga miskin di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo tergolong rawan pangan (tidak tahan pangan) karena pengeluaran pangan rumah tangga miskin di desa Sukanalu masih besar dibandingkan pengeluaran non pangan.

2. Pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan pada rumah tangga miskin.

Namun pendidikan ibu rumah tangga tidak berpengaruh nyata terhadap ketahanan pangan pada rumah tangga miskin.

3. Pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan,

pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga secara serempak berpengaruh nyata terhadap ketahanan

(38)

pangan pada rumah tangga miskin.

2 Sherly Emenda Febriana Sitepu (2016).

“Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Medan.”

Dengan menggunakan metode regresi linier

berganda

1.Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap ketahanan pangan rumahtangga miskin di Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin di Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan anggota keluarga terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin di Medan.

1. Hasil pengujian data reliabilitas menunjukkan semua pernyataan dinyatakan reliabel karena nilai Cronbatch Alphasemua komponen variabel lebih besar dari 0,60.

2. Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

3. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan terbebas dari gangguan multikolinearitas, heterokedastisitas.

4. Pekerjaan secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap ketahanan pangan pada kota Medan.

(39)

5. Pendidikan secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan ketahanan pangan pada kota Medan.

6. Pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan pada kota Medan.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan Hipotesis pertama diterima pada variabel X3

(Pendapatan).

7. Pekerjaan, pendidikan,

pendapatan secara simultan (bersama- sama) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ketahanan pangan pada kota Medan.

Sehingga ditarik kesimpulan Hipotesis kedua diterima.

3 Trino Ikhsan (2015)

“Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Konsumsi Energi”

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripsif kuantitatif karena metode ini lebih menekankan pada aspek pengukuran obyektif terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui ketahanan pangan rumah tangga

berdasarkan proporsi pengeluaran

1.Proposi pengeluaran pangan rumah tangga dari total pengeluaran total rumah tangga petani peserta DEMAPAN dilokasi penelitian yang terletak dikecamatan Indrapuri

(40)

fenomena sosial.

pangan dilokasi penelitia

Untuk mengetahui ketahanan pangan rumah tangga

berdasarkan proporsi konsumsi energi Dilokasi penelitian

Kabupaten Aceh Besar yaitu sebesar Rp.847.150, (Delapan Ratus Empat Puluh Tujuh Ribu Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah) atau sebesar 60%.

Sedangkan TKE rumah tangga sebesar 62%,19%

termasuk kategori defisit

(<70%AKG).

2. Kondisi ketahan pangan rumah tangga

berdasarkan proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi energi petani peserta program DEMAPAN dilokasi

peneleitian yang terletak pada Kecamatan Indrapuri

Kecamatan Aceh Besar adalah kurang pangan atau sebesar 55%

dan 45% termasuk kedalam kondisi rawan pangan.

Sedanngkan dilokasi penelitian rumah tangga dengan status

(41)

tahan pangan dan rentan pangan tidak didapati atau tidak ada di daerah penelitian.

4 Gayu Saputra (2014)

“Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengarruhi Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan di Kabupaten Asahan”

Dianalisis dengan menggunakan metode logit yang memiliki kriteria uji wald (parsial) dan uji omnibus / uji G (serempak) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16. model logit adalah model regresi non-linear yang

menghasilkan sebuah persamaan dimana variabel dependen bersifat kategorikal..

Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketahanan dan kerentanan pangan kronis di Kabupaten Asahan.

1.Ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan secara serempak mempengarui ketahanan dan kerentanan pangan yang bersifat kronis di Kabupaten Asahan.

2.Dari 25 kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan, terdapat 68% daerah yang tahan pangan dan 32% dalam kondisi rentan pangan.

Kecamatan yang rentan pangan memiliki kondisi akses pangan dan pemanfaatan pangannya kurang baik. Daerah yang rentan pangan juga termasuk daerah – daerah yang defisit pangan.

5 Iwan Rudiantoro (2017)

“Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kerawanan dan Ketahanan Pangan dan

Menggunakan analisis spasial dan analisis statistik

Untuk menget Faktor-faktor yang

mempengaruhi kerawanan dan ketahanan

1.Maka dapat dapat disimpulkan bahwa secara umum, Kabupaten Rembang berada pada kondisi tahan

(42)

Implikasi Serta Kebijakannya di Kabupaten Rembang”

pangan dan implikasi serta kebijakannya di Kabupaten Rembang.

pangan dengan didominasi status agak tahan pangan sebanyak 105 desa (36,58 %) dan status desa tahan pangan sebanyak 90 desa (31,36 %) 2. faktor-faktor yang

mempengaruhi ketahanan pangan terbentuk empat kelompok faktor, antara lain faktor ketersediaan pangan, faktor sosial-ekonomi, faktor dampak kesehatan, dan faktor fisik alam 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanan terbentuk lima kelompok faktor yang terdiri dari faktor sosial- ekonomi, faktor iklim, faktor infrastruktur, faktor lingkungan, dan faktor produktivitas lahan

6 Heni Susilowati (2016)

“Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Srandakan Bantul”

Untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Srandakan Bantul

Menggunakan analisis metode linier berganda

1.Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap

ketahanan pangan RTM di

Kecamatan Srandakan.

2. Umur kepala rumah tangga berpengaruh negatif terhadap ketahanan pangan

(43)

RTM di Kecamatan Srandakan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa setiap pertambahan 1 tahun umur kepala RTM di

Kecamatan Srandakan, maka menurunkan probabilitas RTM untuk masuk kategori tahan pangan sebesar 0,11%.

3. Status perkawinan berpengaruh positif terhadap ketahanan pangan RTM di

Kecamatan Srandakan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa setiap kepala RTM yang menikah, maka mempunyai probabilitas menjadi keluarga tahan pangan lebih tinggi daripada keluarga yang tidak menikah.

2.5 Kerangka Pemikiran

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Belawan dengan responden rumah tangga miskin dan dengan Indikator rumah tangga miskin dalam penelitian ini merupakan

(44)

rumah tangga yang menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang tersebar di beberapa kelurahan di Kecamatan Medan Belawan.

Variabel terikat pada penelitian ini yaitu ketahanan pangan rumah tangga miskin dengan pendekatan pangsa pengeluaran pangan. Dan variabel bebas dalam penelit ia n ini yaitu pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota keluarga.

Keterangan :

: Adanya Hubungan : Adanya Pengaruh

Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pemikiran Persentase Pengeluaran Pangan pada

Rumah Tangga Miskin Penerima Bantuan Pangan Non Tunai

Pendidikan Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan Pendapatan

Rumah Tangga

Jumlah Anggota Rumah Tangga

Ketahanan Pangan

(45)

2.6 Hipotesis Penelitian

Faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota pada rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di kecamatan Medan Belawan kota Medan. Dipilihnya Kecamatan ini dikarenakan memiliki jumla h penduduk miskin terbanyak dan rumah tangga terbanyak penerima manfaat bantuan sosial, berupa Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sebesar 11.499 yang tersebar pada beberapa kelurahan di kecamatan Medan Belawan.

Tabel 3.1 Jumlah KK Penerima Bantuan Tertinggi di Kota Medan

No Kelurahan Jumlah Penerima Manfaat

Bantuan (Kepala Keluarga)

1 Medan Belawan 11.499

2 Medan Marelan 9877

3 Medan Labuhan 8452

4 Medan Deli 6511

5 Medan Tembung 4376

6 Medan Perjuangan 3209

Jumlah 43.924

Sumber : Kantor Walikota Medan 2020

3.2 Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling), yaitu pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu dimana penelit i langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang memenuhi kriteria sampel.

31

(47)

Kriterianya adalah rumah tangga miskin penerima manfaat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Data yang telah diperoleh dari penelusuran tersebut, kemudian akan dipilih lagi dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Adapun sampel penelitian yang terpilih dianggap mampu memenuhi dan memberikan informas i sesuai kebutuhan dan tujuan penelitian (Taufik, 2016).

Menurut Sugiono (2011) dalam Taufik (2016), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga penerima manfaat Bantuan Pangan Non Tunai dan Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Slovin, dengan rumus:

n=

Dimana:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Belawan e = kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, dalam hal ini 10%

Dengan demikian, besarnya sampel yang diperoleh sebanyak :

n =

n =

(48)

n =

n =

n

= 90,35

= 90 Rumah Tangga

Banyaknya sampel penduduk miskin yang diperoleh dengan metode slovin sebanyak 90 rumah tangga yang ada di Kecamatan Medan Belawan, kemudian akan dipilih dari 90 rumah tangga miskin yang terdiri dari 45 rumah tangga miskin penerima BPNT dan 45 rumah tangga miskin non penerima BPNT. Maka diharapkan besar sampel tersebut dapat mewakili populasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber informasi dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui pihak ketiga seperti, BPS Kota Medan, internet, dan instansi lain terkait.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan melihat pangsa ataupun presentase pengeluaran pangan terhadap total

(49)

pengeluaran rumah tangga miskin di daerah penelitian, dan dihitung dengan menggunakan formula :

PF =

Dimana:

PF = Pangsa atau persentase pengeluaran pangan (%) PP = Pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan) TP = Total pengeluaran (Rp/bulan)

(Agustina, 2015).

Apabila menggunakan indikator ekonomi, dengan kriteria apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan rendah (≤ 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga tahan pangan. Sementara itu apabila pangsa atau persentase pengeluaran pangan tinggi (> 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan (Purwantini, 2011).

Untuk identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan model regresi linie r berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (pendidikan ibu rumah tangga, pekerjaan KK, pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota keluarga) terhadap ketahanan pangan penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dengan menggunaka n pendekatan pangsa pengeluaran pangan pada rumah tangga miskin. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 20. Setelah data diolah

(50)

menggunakan spss 20, maka dilakukan interpretasi hasil. Dengan model persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5+ ɛ Keterangan :

Y = Ketahanan Pangan (Persentase).

a = Konstanta.

X1 = Pendidikan Ibu Rumah Tangga (Tahun).

X2 = Pekerjaan Kepala Keluarga (Nelayan (1), Non Nelayan (0), (D1).

X3 = Pendapatan Rumah Tangga (Rupiah).

X4 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang).

X5 = Penerima Bantuan(1), Tidak Menerima Bantuan (0), (D2).

b1, b2, ... bi = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel . ɛ = Eror.

Dalam hal ini pengukuran ketahanan pangan diukur melalui metode perhitunga n persentase pengeluaran pangan dalam rumah tangga. Apabila persentase pengelua ra n pangan (≤ 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah tangga tersebut dikategorikan kelompok rumah tangga tahan pangan dan sebaliknya Apabila persentase pengeluaran pangan (> 60% pengeluaran total) maka kelompok rumah

tangga tersebut dikategorikan kelompok rumah tangga rawan pangan (Agustina, 2015).

Hipotesis yang digunakan adalah:

(51)

H0 : Faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota pada rumah tangga miskin tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan.

H1 :Faktor pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota pada rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Medan Belawan.

3.5 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda untuk menguj hipotesis penelitian, maka model tersebut harus terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Pengujiaan asumsi klasik yang dilakukan, meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variableterika t dan variable bebas, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas dapat diuji dengan menggunakan grafik Normal P-P of Regression Standardized Residual menggambarkan penyebaran data disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut atau uji melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Peneliti  Sebelumnya  yang Mendukung/Relevan
Gambar  2.1  : Skema Kerangka Pemikiran Persentase  Pengeluaran  Pangan  pada
Gambar 2. Peta Kecamatan Medan Belawan
Gambar 5.1 Histogram Normalitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsumsi pangan dan gizi yang baik terdapat pada pemanfaatan pangan yang baik pula, dan oleh sebab itu maka variabel-variabel seperti pendapatan keluarga, tingkat

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Crosstab (grafik tabulasi silang) dengan Uji Chi-Square, kemudian dianalisis sehingga diperoleh berbagai gambaran yang

Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jeruk manis dalam membeli jeruk manisdan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jeruk manis

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permintaan kompos dari tandan kosong kelapa sawit oleh perusahan perkebunan kelapa sawit dan menganalisis pengaruh harga kompos

Hubungan antara kedua variabel, yaitu antara harga dengan jumlah barang yang di minta atas suatu barang dapat dilihat melalui kurva permintaan.Kurva permintaan adalah suatu kurva

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong (penambahan berat badan sapi, modal peternak, umur

Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis pengaruh faktor internal (kepribadian, pengetahuan tentang kewirausahaan, dan Keinginan) dan pengaruh faktor eksternal (

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan input (bahan baku, modal, tenaga kerja) pada usaha pembuatan batu bata dengan tandan kosong kelapa sawit sebagai