• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI KOMODITI TANAMAN JERUK MENJADI TANAMAN WORTEL

(Kasus : Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo )

SKRIPSI

OLEH:

MUHAMAD RIZKI RIFANDA 140304130

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Jeruk Menjadi Lahan Wortel” (Kasus : Konversi Lahan di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)”.

Penelitian ini dibimbing oleh ibu Dr. Ir Diana Chalil M.Si, Ph.D dan Ibu Ir. Sri Fajar Ayu, MM, DBA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengalihfungsikan lahan jeruknya menjadi lahan wortel di daerah peneitian. Penentuan daerah penelitian yaitu secara purvosive (sengaja) dengan sistem Snowball Sampling diperoleh sebanyak 80 Petani sampel. Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan primer. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Crosstab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ratio pendapatan jeruk dan wortel, luas lahan, jumlah tanggungan dan jumlah penggunaan tenaga kerja tidak mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan jeruk menjadi wortel di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Hanya variabel pengalaman bertani yang secara signifikan mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan alih fungsi Kata Kunci : Jeruk, Wortel, Faktor Yang Mempengaruhi, Alih Fungsi Lahan.

(5)

ABSTRACT

Muhamad Rizki Rifanda (14034130/AGRIBISNIS) with the thesis title "Factors Affecting the Conversion of Orange Land to Carrot Land" (Case: Land Conversion in Desa Surbakti, Simpang Empat, Kabupaten Karo)".

This research was guided by Ibu Dr. Ir Diana Chalil M.Si, Ph.D and Ibu Ir. Sri Fajar Ayu, MM, DBA

This study aims to determine what factors influence the farmers' decision to convert their citrus fields to carrot fields in the research area. Determination of the research area that is purvosive (deliberately) with the Snowball Sampling system obtained as many as 80 sample farmers. The data collected consists of secondary and primary data. The data analysis method used in this research is the Crosstab method. The results showed that the ratio of income of oranges and carrots, land area, number of dependents and number of use of labor did not affect the decision of farmers to convert oranges to carrots in Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo . Only farming experience variable significantly influences farmers' decisions to transfer functions

Keywords: Oranges, Carrots, Influencing Factors, Land Function Change.

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Alih Fungsi Lahan Jeruk Menjadi Tanaman Wortel (Studi Kasus: Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis secara khusus menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. Ir. Diana Chalil, M.Si selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah, serta mendukung dan membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skirpsi ini. Kebijaksanaan, ketegasan dan ketepatan sikap ibu menjadi panutan bagi penulis. Juga kepada Ibu Ir.

Sri Fajar Ayu, M.M, DBA selaku anggota komisi pembimbing yang dengan kesediaan waktu dalam membimbing, memberikan motivasi, memberikan pengarahan dan memberi kemudahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

Kesabaran dan keikhlasan ibu menjadi panutan bagi penulis.Ungkapan rasa terima kasih yang sama juga disampaikan kepada :

1. Kepada Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, S.P., M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan ibu Ir. Sri Fajar Ayu, M.M, DBA selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

(7)

2. Kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Syamsul Rizal Tanjung dan Ibunda Zurni Herlinda Piliang yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungan baik secara materi maupun non materi yang tiada henti-hentinya, juga kasih sayang dan perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai pada proses akhir pendidikan.

3. Kepada seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu - ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan serta kepada seluruh pegawai Fakultas Pertanian, Khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

4. Kepada Dwi Delviyanthi, S.P yang banyak membantu dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini Curahan kasih sayang dan dorongan semangat yang selalu menguatkan penulis.

5.

Kepada Adik tercinta Rezi Wulandari, Adik-Adik Sepupu Haris, Nadila, Suci dan Teman-Teman PCPM (Pemuda Muhammadiyah) Kabanjahe yang telah memberikan motivasi baik materi dan non materi sehingga penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan ini. Curahan kasih sayang dan dorongan semangat dari mereka yang selalu menguatkan penulis.

6.

Kepada teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2014, khususnya para sahabat Gilang, Wira, Hendi, Agus Sepenggal waktu bersama mereka begitu berharga dan segala yang ada di kurun waktu

7.

Kepada Ika Rosalia, S.P dan Selly Riskianti, S.P yang telah banyak memberikan bantuan dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini.

8.

Kepada responden penelitian yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk diwawancarai oleh penulis demi kesempurnaan penelitian penulis serta

(8)

kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Desember 2021

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BABI PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 IdentifikasiMasalah ... 5

1.3 TujuanPenulisan ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Pustaka ... 7

A. Jeruk ... 7

B. Wortel ... 9

C. Alih Fungsi Lahan ... 10

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Teori Keputusan Alih Fungsi ... 11

2.3 Penelitian Terdahulu ... 14

2.4 Kerangka Pemikiran ... 16

2.5 Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

3.2 Metode Pengambilan Sampel Penelitian ... 20

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 20

3.5.1 Definisi ... 23

3.5.2 Batasan Operasional ... 24

BAB IV DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Dan Luas Wilayah ... 25

4.2 Karakteristik Sampel ... 28

4.3.1 Usia ... 28

4.3.2 Luas lahan ... 28

4.3.3 Pengalaman Bertani ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan ... 32

5.1.1 Faktor Internal ... 35

5.1.2 Deskripsi Variabel ... 39

(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Kerangka Pemikiran 15

2 Perkembangan Luas Lahan Jeruk di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

32 3 Jumlah Produksi Jeruk di Kecamatan Simpang Empat 33

Kabupaten Karo

4 Perkembangan Luas LahanWortel di Kecamatan Simpang 33 Empat Kabupaten Karo

5 Jumlah Produksi Tanaman Wortel di Kecamatan Simpang 34

Empat Kabupaten Karo

(12)

1.1 Luas Lahan (Ha), Jumlah Produksi (Ton),Produkstivitas (Ton/Ha) 2 1.2

Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo Tahun 2012-2016.

Luas Lahan (Ha), Jumlah Produksi (Ton), Produkstivitas (Ton/Ha) 3 1.3

Wortel (Ton) Di Kabupaten Karo Tahun 2012-2016

Luas Lahan (Ha), Jumlah Produksi (Ton), Produkstivitas (Ton/Ha) 3 1.4

Tanaman Jeruk Di Desa Surbakti Tahun 2012 - 2016

Luas Lahan (Ha), Jumlah Produksi (Ton), Produkstivitas (Ton/Ha) 4 3.1

Tanaman Wortel Di Desa Surbakti Tahun 2012-2016

Luas Lahan Tanaman Wortel di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten 18 3.2

Karo ( Ha )

Luas Lahan Tanaman Jeruk di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten 18 3.3

Karo ( Ha )

Distribusi Keputusan Petani Dalam Mengkonversikan Lahannya 19 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2020 25 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk, 26 4.3

2020

Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Surbakti Tahun 2020 27

4.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 27

4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur 28

4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan 29

4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Berusahatani 29

4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Luas Lahan 30

4.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan 30

5.1 Hasil Uji Variabel Ratio Pendapatan Jeruk dan Wortel 36

5.2 Hasil Uji Variabel Luas Lahan 36

5.3 Hasil Uji Variabel Jumlah Tanggungan 37

5.4 5.5

Hasil Uji Variabel Pengalaman Bertani

Hasil Uji Variabel Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja

38 40

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Petani Sampel Di Daerah Penelitian

2 Pengeluaran Keluarga Petani Sampel Di Daerah Penelitian

3 Biaya Pupuk Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Tahun

4 Biaya Pestisida Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Tahun

5 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jeruk Di Daerah Penelitian Per Hektar Per Tahun

6 Total Biaya Produksi Jeruk Per Luas Lahan Per Tahun

Harga Jual Jeruk, Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Per Luas Lahan Per Tahun

7 Biaya Pupuk Usahatani Wortel Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Tahun

8 Biaya Pestisida Usahatani Wortel Di Daerah Penelitian Per Luas Lahan Per Tahun

9 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Di Daerah Penelitian Per Hektar Per Tahun

10 Total Biaya Produksi Wortel Per Luas Lahan Per Tahun

Harga Jual Wortel, Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Per Luas Lahan Per Tahun

11 Hasil Uji SPSS Crosstab

(14)

Muhamad Rizki Rifanda, lahir di Kabanjahe, 07 April 1994 dari pasangan Bapak Syamsul Rizal Tanjung dan Ibu Zurni Herlinda Piliang, penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang di tempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2007, menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD 040452 Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Tahun 2010, menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 2 Kabanjahe Kabupaten Karo , Provinsi Sumatera Utara.

3. Tahun 2013, menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menegah Atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

4. Tahun 2014, di terima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jurusan Agribisnis melalui jalur SBMPTN.

5. Tahun 2017, mengikuti Praktek Lapangan Kerja (PKL) di Desa Medang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara.

6. Tahun 2018, melakukan Penelitian Skripsi di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi. Dari sisi ekonomi, lahan merupakan input tetap yang utama dari kegiatan produksi suatu komoditas.

Banyaknya lahan yang digunakan untuk kegiatan produksi tersebut secara umum merupakan permintaan turunan dari permintaan komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu, perkembangan kebutuhan lahan untuk setiap kegiatan produksi akan dipengaruhi oleh perkembangan permintaan dari setiap komoditasnya.

Salah satu fenomena dalam pemanfaatan lahan adalah adanya alih fungsi komoditi (alih fungsi) lahan. Fenomena ini muncul seiring dengan bertambahnya kebutuhan dan permintaan terhadap lahan, baik dari sektor pertanian maupun dari sektor non- pertanian akibat pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan.

Valeriana Darwis, (2008) mengemukakan bahwa fenomena alih fungsi komoditi terjadi akibat transformasi struktural perekonomian dan demografis, khususnya di negara-negara berkembang.

Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten yang terdiri dari 17 kecamatan.

Salah satunya adalah Kecamatan Simpang Empat yang juga terdiri dari 17 Desa.

Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan langsung di Desa Surbakti bahwa kegiatan usahatani di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo menanam beberapa tanaman, seperti tanaman sayur-sayuran yaitu, Kubis, Wortel, dan Tomat. Tanaman buah-buahan yaitu Jeruk. Tanaman perkebunan yaitu Kopi.

(16)

Dengan lahan yang cukup luas dan petani yang cukup banyak mengusahatanikannya. Sedangkan terdapat pula tanaman-tanaman lain yang diusahatanikan di daerah tersebut seperti, Terung, Buncis, Cabe, Bunga Kol, Brokoli, dan Padi tetapi dengan jumlah petani yang sangat sedikit dan lahan yang sangat terbatas.

Tabel 1.1 Luas Lahan (Ha), Jumlah Produksi (Ton),Produkstivitas (Ton/Ha) Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo Tahun 2012-2016.

No. Tahun Luas Lahan Produksi

(Ha) Ton)

1. 2012 7.451 250.127

2. 2013 6.710 193.526

3. 2014 13.005 281.087

4. 2015 5.308 242.779

5. 2016 4.817 234.200

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2018

Tabel 1.1 Terlihat perubahan luas lahan jeruk yang sangat signifikan setiap tahunnya di Kabupaten Karo. Pada tahun 2012 luas lahan jeruk 7451 Ha kemudian menurun menjadi 4.817 Ha pada tahun 2016. Penurunan luas lahan jeruk tersebut diikuti dengan berkurangnya jumlah produksi jeruk di Kabupaten Karo. Pada tahun 2012 jumlah produksi jeruk sebesar 250.127 ton berkurang menjadi 234.200 ton pada tahun 2016. Penurunan luas lahan dan produksi jeruk sangat signifikan pada tahun 2015.

Tabel 1.2. menggambarkan peningkatan jumlah luas lahan dan produksi wortel di Kabupaten Karo. Alih fungsi lahan tanaman jeruk menjadi tanaman wortel diharapkan memberikan keuntungan bagi petani sehingga berdampak bagi kesejahteraan petani. Berikut disajikan Tabel 2 produksi Wortel di Kabupaten Karo Tahun 2012 – 2016.

(17)

3

Tabel 1.2. Luas Lahan (Ha), Jumlah Produksi (Ton), Produkstivitas (Ton/Ha) Wortel Di Kabupaten Karo Tahun 2012-2016 No. Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1. 2012 1.177 24.906

2. 2013 1.516 30.693

3. 2014 1.738 36.257

4. 2015 2.062 46.093

5. 2016 2.020 43.089

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2018

Tabel 1.2. Terlihat perubahan luas lahan wortel yang sangat signifikan setiap tahunnya di Kab. Karo . Pada tahun 2012 luas lahan wortel 1.177 Ha kemudian meningkat menjadi 2.020 Ha pada tahun 2016. Peningkatan luas lahan wortel tersebut diikuti dengan bertambahnya jumlah produksi wortel di Kab. Karo Pada tahun 2012 jumlah produksi wortel sebesar 24.906 ton bertambah menjadi 43.089 ton pada tahun 2016. Peningkatan luas lahan dan produksi wortel sangat signifikan pada tahun 2015.

Tabel 1.3. Menggambarkan peningkatan jumlah luas lahan dan produksi jeruk di Desa Surbakti. . Berikut disajikan Tabel 1.3 Luas Lahan dan Produksi jeruk di Desa Surbakti Tahun 2012 – 2016.

Tabel 1.3. Luas Lahan (Ha), Jumlah Produksi (Ton), Produkstivitas (Ton/Ha) Tanaman Jeruk Di Desa Surbakti Tahun 2012 - 2016

No. Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi

(Ton)

1. 2012 399,8 65.782

2. 2013 449,9 44.376

3. 2014 445,0 16.752

4. 2015 110,2 8.524

5. 2016 106,6 5.880

Sumber : Balai Penyuluh Pertanian Kab.Karo , 2018

Pada Tabel 1.3 Terlihat perubahan luas lahan jeruk yang sangat fluktuatif setiap tahunnya di Desa Surbakti. Pada tahun 2012 luas lahan jeruk 399,8 Ha kemudian

(18)

menurun menjadi 106,6 Ha pada tahun 2016. Penurunan luas lahan jeruk tersebut diikuti dengan berkurangnya jumlah produksi jeruk di Desa Surbakti, Pada tahun 2012 jumlah produksi jeruk sebesar 65.782ton berkurang menjadi 5.880 pada tahun 2016. Penurunan luas lahan dan produksi jeruk sangat signifikan pada tahun 2015.

Tabel 1.4. Menggambarkan peningkatan jumlah luas lahan dan produksi wortel di Desa Surbakti. . Berikut disajikan Tabel 1.4 Luas Lahan dan Produksi wortel di Desa Surbakti Tahun 2012 – 2016.

Tabel 1.4. Luas Lahan (Ha), Jumlah Produksi (Ton), Produkstivitas (Ton/Ha) Tanaman Wortel Di Desa Surbakti Tahun 2012- 2016

No. Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1. 2012 50 1 074

2. 2013 175 4.046

3. 2014 352 4.042

4. 2015 665 6.872

5. 2016 703 15.458

Sumber : Balai Penyuluh Pertanian Kab.Karo , 2018

Tabel 1.4. Terlihat perubahan luas lahan wortel yang sangat signifikan setiap tahunnya di Desa Surbakti, Pada tahun 2012 luas lahan wortel 50 Ha kemudian meningkat menjadi 703 Ha pada tahun 2016. Peningkatan luas lahan wortel tersebut diikuti dengan bertambahnya jumlah produksi wortel di Desa Surbakti Pada tahun 2012 jumlah produksi wortel sebesar 1 074 ton bertambah menjadi 15.458 ton pada tahun 2016. Peningkatan luas lahan dan produksi jeruk sangat signifikan pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena tanaman wortel merupakan tanaman yang mudah dalam melakukan budidayanya, sedikit resiko yang terjadi dalam melakukan usahatani tersebut dan adanya dorongan pemerintah untuk mengalihfungsikan tanaman jeruk menjadi tanaman wortel karena dianggap

(19)

5

tanaman wortel ini adalah tanaman yang menguntungkan.

Berdasarkan hasil wawancara langsung oleh petani yang mengalihfungsikan lahannya bahwa hal ini terjadi bukan karena adanya erupsi gunung Sinabung melainkan adanya virus yang menyerang akar tanaman jeruk yang hingga saat ini pemerintah setempat belum dapat menemukan pestisida yang tepat untuk membasmi penyakit tersebut, sehingga petani jeruk sering mengalami gagal panen. Maka dari itu petani jeruk di Desa Surbakti melakukan alih fungsi komoditi tanaman jeruk menjadi tanaman wortel yang resisten terhadap serangan hama ataupun lahar gunung Sinabung.

Memandang kondisi tersebut sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tentang faktor- faktor yang mempengaruhi alih fungsi komoditi tanaman jeruk menjadi tanaman wortel di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

1.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi komoditi jeruk menjadi lahan wortel di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan Jeruk menjadi lahan wortel di daerah penelitian.

(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sumber informasi kepada petani mengenai alih fungsi komoditi jeruk ke tanaman wortel untuk kepentingan akademis maupun non akademis.

2. Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya untuk terus meningkatkan produksi wortel.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi yang menambah dan memperkaya bahan kajian teori untuk pengembangan selanjutnya.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka A. Jeruk Siam

Jeruk siam adalah salah satu spesies buah jeruk yang telah banyak dikembangbiakkan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun pasarannya turun naik dari waktu ke waktu, tetapi minat masyarakat terhadap jeruk tidak pernah hilang. Budidaya jeruk siam tergolong cukup fleksibel, artinya bibit jeruk siam bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan cara perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas tinggidengan rasa dan penampilan khas jeruk siam (Rismunandar, 1986).

Menurut AAK (1994), secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :

Famili : Rutacceae

Subfamili : Aurantioidae

Tribe :Citriae

Subtribe : Citrinae

Genus : Citrus

Subgenus : Eucitrus, papeda

Spesies : Citrus nobilis

Varietas : Citrus nobilis LOUR var. microcarpa Hassk

Tipe tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah lempung sampai lempung berpasir. Jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur, mengandung banyak

(22)

hawa udara (oksigen), bahan organik, dan air dalam tanah yang agak dalam.

Tanaman jeruk menghendaki tanah dengan PH 4–7,8. Hasil yang maksimal didapat pada tanah dengan PH 6. Jeruk mengendaki air dalam tanah waktu musim hujan 50 cm dan waktu musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah. Jeruk siam dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah pada ketinggian kurang dari 700 mdpl (di atas permukaan laut) sesuai dengan daerah asalnya di Muangthai. Curah hujan optimal 1.500 mm/tahun dengan suhu optimal antara 250–300C. Tanaman jeruk juga membutuhkan banyak penyinaran matahari yaitu sekitar 50–70%

(Pracaya, 2003).

Menurut Pracaya (2000) apabila syarat-syarat penanaman yang baik dilaksanakan, pada umumnya jeruk sudah bisa dipanen dalam jangka waktu tiga tahun walaupun hasilnya masih sedikit. Dalam waktu lima tahun, buah telah cukup banyak. Selain dengan tangan, pemetikan buah pada saat panen dapat dilakukan dengan gunting.

Pada saat memotong, diusahakan tidak sampai mengenai kulit buah jeruk, paling tidak masih ada sisa tangkai 2 mm. Supaya kualitas buah baik, pemetikan dilakukan bila buah telah cukup masak. Buah yang telah masak mengandung cairan yang cukup banyak, tetapi bila pemetikan dilakukan setelah melampaui tingkat masak yang optimum, cairan buah akan berkurang. Kualitas yang baik yaitu bila kandungan gula dan asam dalam cairan buah (sari buah) seimbang. Komposisi kandungan gula 10-16 bagian dengan satu bagian asam (gula : asam = 10 : 1 sampai 16 : 1) merupakan komposisi yang cukup manis, tetapi masih ada rasa asam sedikit sebagai penyegar. Bila buah terlalu masak, perbandingan 20 : 1 atau lebih, rasa jeruk menjadi tidak segar lagi.

(23)

9

B. Tanaman Wortel

Wortel (Daucus carota L.) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna kuning kemerahan atau jingga kekuningan dengan tekstur serupa kayu.

Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya.

Cadangan makanan tanaman ini disimpan di dalam umbi. Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa renyah dan agak manis (Makmun 2007).

Wortel termasuk sayur-sayuran yang paling luas dikenal manusia. Manusia mulai mengkonsumsi wortel setelah mengetahui beberapa manfaat kesehatan yang terkandung di dalamnya. Wortel merupakan tanaman khas dataran tinggi dengan ketinggian 1.200- 1.500 m dpl untuk pertumbuhan terbaiknya. Suhu yang cocok untuk tanaman ini sekitar 22-24°C dengan kelembaban dan sinar matahari yang cukup. Persyaratan tanah yang sesuai untuk tanaman ini yaitu subur, gembur dan banyak mengandung humus, tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Wortel dapat tumbuh baik pada pH antara 5,5-6,5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-6,8. Keunggulan tanaman ini adalah tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun,baik pada musim kemarau maupun musim hujan.

Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi bulat dan memanjang. Namun, suhu udara tetap perlu diperhatikan, karena jika suhu udara terlalu tinggi seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil dan berwarna pucat atau kusam, sedangkan jika suhu udara terlalu rendah maka umbi yang terbentuk adalah panjang kecil (Mulyahati, 2005).

(24)

Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub-Divis : Angiospermae

Klas : Dicotyledonae

Ordo : Umbelliferales

Famili : Umbelliferae (Apiaceae)

Genus :Daucus

Spesies : Daucus carrota L.

Pemanenan merupakan saat paling kritis dan harus diperhatikan dengan benar.

Hal ini dikarenakan oleh sifat perishable yang artinya sayuran sangat mudah rusak dan busuk. Oleh sebab itu pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati.

Penanganan pascapanen bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan pada buah, kerusakan akibat faktor-faktor (mekanis, fisiologis serta serangan hama penyakit), mempertahankan kesegaran, meningkatkan daya simpan dan meningkatkan nilai jual

C. Alih Fungsi Lahan

Lahan sebagai salah satu faktor produksi merupakan sumber hasil-hasil pertanian yang menjadi tempat proses produksi diperoleh. Dalam pertanian terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, faktor produksi lahan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya.

(25)

11

Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 pasal 1 Nomor 15 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan menyatakan bahwa. Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah perubahan fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan menjadi bukan lahan pertanian pangan berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara.

Ruswandi (2005) di mana alih fungsi lahan rawan terjadi pada daerah yang memiliki lahan pertanian yang luas, semakin luas lahan pertanian di suatu daerah maka alih fungsi lahan yang terjadi akan semakin besar skalanya. Sebaliknya apabila lahan pertanian sedikit maka peluang akan terjadinya alih fungsi lahan pertanian akan relatif berkurang.

Pengertian konversi atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi lahan pertanian ini tidak terlepas dari situasi ekonomi . Secara keseluruhan. alih fungsi lahan berarti alih fungs atau mutasinya lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya (Kustiawan (1997).

2.2 Landasan Teori

A. Keputusan Petani Melakukan Alih Fungsi

Teori Keputusan adalah teori mengenai cara manusia memilih pilihan yang diantara pilihan-pilihan yang tersedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih. Pengambilan keputusan dilakukan dengan memilih alternatif yang ada (Terry, 2000). Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain yang disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar

(26)

meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu hidup yang lebih baik. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan usahatani adalah sebagai berikut:

a. Umur

Umur dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam bekerja. Dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim,2006). Hal tersebut terutama berlaku pada pekerjaan fisik. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya (Suratiyah,2008).

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan bertindak. Pendidikan tinggi dapat meningkatkan pengetahuan sesorang dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia sehingga mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi (Kartasapoetra,1994). Menurut Muhibbin (2002), pendidikan dapat menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagaianya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan

c. Pengalaman Berusahatani

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Pengalaman yang cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula. Lubis (2000), menyatakan yang

(27)

13

mempunyai pengalaman relative berhasil dalam mengusahakan usahanya biasanya menpunyai sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang berpengalaman.

d. Jumlah Tanggungan

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi dengan mempengaruhi keputusan seseorang dalam berusaha. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal (Soekartawi, 1999).

e. Luas Lahan

Sajogyo (1999) menyatakan bahwa luas lahan merupakan salah satu factor penting yang menentukan tingkat kesejahteraan petani. Semakin luas areal tani maka semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima petani.

f. Pendapatan Petani

Sahidu (1998) menyatakan bahwa pendapatan usaha tani merupakan sumber motivasi bagi petani dalam mendorong kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan kinerja petani.

B. Teori Pendapatan

Menurut pelopor ilmu ekonomi klasik, Adam Smith dan David Ricardo, distribusi pendapatan digolongkan dalam tiga kelas sosial yang utama: pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan 3 faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap faktor dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional. Teori

(28)

mereka meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relatif lebih baik keadaannya dan para kapitalis (pemilik modal) menjadi relatif lebih buruk keadannya.1

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Manullang (2019), menjelaskan bahwa secara serempak faktor sosial dan ekonomi berpengaruh nyata terhadap keputusan petani dalam mengkonversikan lahannya dimana faktor sosial yaitu jumlah tanggungan, pengalaman bertani, umur, tingkat pendidikan, dan faktor ekonomi yaitu jumlah produksi,harga harga pestisida dan harga pupuk. Secara parsial faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengkonversikan lahan jeruk menjadi lahan kopi adalah faktor sosial yaitu (jumlah tanggungan, umur, tingkat pendidikan) dan faktor ekonomi yaitu(harga jeruk, harga pestisida dan harga pupuk) dengan derajat kepercayaan 5%

Hasil penelitian Purba (2010), menjelaskan bahwa harga teh dan jumlah tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alihfungsi lahan menjadi kelapa sawit, sedangkan harga TBS berpengaruh positif dan signifikan terhadap alih fungsi (konversi) tanaman Perkebunan Teh menjadi Perkebunan Kelapa Sawit. Harga Teh, harga TBS dan jumlah tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi Tanaman Perkebunan Teh menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di PTPN IV Kabupaten Simalungun.

Hasil penelitian Ginting (2017), menjelaskan bahwa bahwa terjadi penurunan luas areal jeruk dari tahun 2010 – 2017 sebesar 83,14% dan produksi sebesar 73,69%

dimana dalam periode yang sama terjadi peningkatan luas areal kopi sebesar

(29)

15

47,14% dan produksi sebesar 50,18% . factor internal variable adalah tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan petani berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk, sedangkan umur petani dan luas lahan tidak berpengaruh nyata.Factor eksternal variable jumlah produktivitas tanaman jeruk, harga pupuk dan harag pestisida berpengaruh nyata terhadap konversi lahan jeruk tersebut, sedangkan harga komoditi jeruk tidak berpengaruh nyata.

Hasil penelitian Luckita (2017), menjelaskan bahwa rasio harga terjadi karena harga jual kopi lebih rendah dari harga jual jeruk karena adanya petani jeruk yang pindah akibat erupsi gunung sinabung dan tingginya biaya hidup keluarga.

(30)

2.4 Kerangka pemikiran

Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi petani mengalih fungsi komoditinya maka dipilih beberapa faktor alih fungsi komoditi yang sesuai dengan karakteristik daerah penelitian. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema pemikiran dibawah ini.

Tidak melakukan alih fungsi Melakukan alih fungsi

Keputusan Petani

Ratio Pendapatan jeruk dan wortel (Rp) Luas Lahan (Ha)

Jumlah Tanggungan (Jiwa) Pengalaman Bertani (Tahun)

Rasio Penggunaan Tenaga Kerja (Jiwa) Alih fungsi lahan

Luas Lahan Wortel Luas Lahan Jeruk

: Adanya pengaruh : Adanya Hubungan

(31)

17

2.5 Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh positif antara ratio pendapatan jeruk dan wortel, luas lahan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani, rasio penggunaan tenaga kerja terhadap keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purpose sampling (disengaja).

Purpose Sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan

tertentu. Penelitian dilaksanakan di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo terdapat beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar pemilihan wilayah Kabupaten Karo sebagai daerah penelitian, antara lain :

1. Berdasarkan data luas lahan dan jumlah produksi tanaman jeruk tiap tahunnya menurun (Tabel 1.1 ) dan berbanding terbalik dengan produksi wortel yang mengalami peningkatan di Kabupaten Karo (Tabel 1.2 ).

2. Pemilihan Desa Surbakti ditetapkan dengan alasan merupakan Desa yang paling besar mengalami peningkatan pertumbuhan luas lahan wortel dan penurunan luas lahan jeruk di Kabupaten Karo dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terlihat dalam Tabel 3.1 berikut :

(33)

19 Tabel 3.1 Luas Lahan Tanaman Jeruk dan Wortel di Kecamatan Simpang

Empat Kabupaten Karo ( Ha )

No Desa 2013 2014 2015 2016 2017

1. Beras Tepuh 10 - - - -

2. Pintu Besih 2 - 2 2 4

3. Gamber 4 - - - -

4. Kuta Tengah 4 10 10 10 10

5. Beganding 50 50 50 50 100

6. Jeraya 10 10 10 5 20

7. Tiga Pancur 5 5 5 15 15

8. Lingga 50 100 100 105 105

9. Surbakti 50 100 200 200 300

10. Perteguhen 5 20 200 40 45

11. Ndokum Sirogah 10 10 20 20 20

12. Lingga Julu 30 30 50 30 50

13. Torong 2 40 10 10 5

14. Nang Belawan 3 20 10 10 30

15. Silumbia 5 20 30 30 20

16. Gajah 50 150 110 100 110

17. Bulan Baru 20 50 60 30 60

Jumlah 310 569 667 722 894

Sumber : BPP Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo,2018

Tabel 3.1 Luas Lahan Tanaman Jeruk di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo ( Ha )

No Desa 2013 2014 2015 2016 2017

1. Beras Tepuh 10 10 - - -

2. Pintu Besih 10 30 10 - -

3. Gamber 2 10 2 - -

4. Kuta Tengah 10 - - - -

5. Beganding 20 4 9 - -

6. Jeraya 4 - - - -

7. Tiga Pancur 2 9 9 - -

8. Lingga 30 70 5 - -

9. Surbakti 335 200 30 - -

10. Perteguhen 5 5 7 - -

- -

Sirogah

Sumber : BPP Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo,2020

11. Ndokum

10 5

12. Lingga Julu 20 50 18

13. Torong 9 20 5

14. Nang Belawan 3 3

15. Silumbia 7 10 9

16. Gajah 12 16 5

17. Bulan Baru 10 13 1

Jumlah 499 455 110 0 0

(34)

3.2 Metode Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani jeruk yang telah mengalihfungsikan tanaman jeruknya menjadi tanaman wortel dalam priode 2012-2016. Metode pengambilan sample yang digunakan adalah Nonprobality Sampling dengan teknik snowball sampling. Metode ini dipilih karena jumlah populasi yang akan diteliti tidak diketahui secara pasti. Cara ini dilakukan dengan mencari sample pertama dan mewawancarinya. Setelah itu peneliti meminta sample pertama tadi untuk menunjukkan orang lain yang sekirannya dapat diwawancarai sesuai dengan kriteria yang diinginkan, dan begitu pula seterusnya. Populasi yang akan diteliti untuk memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sample. Besar sample yang dalam penelitian ini adalah petani jeruk yang melakukan alih fungsi lahan menjadi wortel dan petani jeruk yang tetap mempertahankan usahataninya.

Berikut merupakan distribusi keputusan petani dalam mengkonversikan lahannya.

Tabel 3.1. Distribusi Keputusan Petani Dalam Mengkonversikan Lahannya Keputusan Keputusan untuk mengalihfungsikan

Total (Orang) Persentasi %

Ya 70 87,5

Tidak 10 12,5

Jumlah 80 100

Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

Tabel 3.1. memperlihatkan jumlah persentase keputusan petani di daerah penelitian dalam mengkonversikan lahannya, yaitu sebanyak 70 sampel atau sebesar 87,5%, mengubah tanaman jeruk mereka menjadi tanaman wortel.

Sisanya yaitu sebanyak 10 sampel atau sebesar 12,5%, petani mempertahankan usahatani komoditi lain. Adapun kuesioner yang disebarkan sebanyak 80 kuesioner.

(35)

21

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan hasil wawancara mendalam. Sementara data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintahan atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data skunder diperolehdari Kantor Desa Surbakti dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian. Selain itu data sekunder juga diperoleh melalui literatur-literatur penunjang lainnya seperti buku, makalah dan jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Crosstab (grafik tabulasi silang) dengan Uji Chi-Square, kemudian dianalisis sehingga diperoleh berbagai gambaran yang menunjukkan pengaruh ratio pendapatan jeruk per pendapatan wortel, luas lahan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan penggunaan tenaga kerja terhadap keputusan petani melakukan alih fungsi lahan jeruk menjadi wortel di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

Metode tabulasi silang (Crosstab) yang akan mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks, hasil tabulasi silang disajikan dalam bentuk suatu tabel dengan variabel-variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris tabel tersebut. Untuk mengamati dan menganalisa variabel-variabel tersebut dipakai dengan tabel dua dimensi yang merupakan cara yang termudah.

(36)

Selanjutnya melakukan uji Chi-Square dengan spss yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (dependen) dan variabel independen.Prinsip dasar uji Chi-Square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikansi). Sebaliknya, bila nilai frekuensi observasi dan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikansi).

Menurut Santoso (2014), pedoman atau dasar pengambilan keputusan dalam uji Chi-Square dapat dilakukan dengan cara melihat nilai output Chi-Square test dari hasil olah SPSS. Dalam pengambilan keputusan untuk uji Cho-Square ini, dapat berpedoman pada dua hal, yakni membandingkan antara nilai Asymp. Sig, dengan batas kritis yakni 0,05 atau dapat juga dengan cara membandingkan antara nilai Chi-Square hitung dengan nilai Chi-Square tabl pada signifikansi 5%. Ketentuan yang berlaku adalah:

1. P-value ˃ 0,05 ; tolak H1 terima H0 2. P-value ˂ 0,05 ; tolak H0 terima H1

H0 : Artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

H1 : Artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

(37)

23

Hasil uji Chi-Square hanya dapat menyimpulkan ada tidaknya perbedaan proporsi antara kelompok atau hanya dapat menyimpulkan ada tidaknya hubungan dua variabel kategori.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi Operasional

1. Petani sampel adalah petani wortel yang sebelumnya pernah menanam tanaman jeruk kemudian melakukan alih fungsi pada periode 2012 - 2016

2. Alih fungsi lahan adalah peralihan dari lahan tanaman jeruk menjadi lahan tanaman wortel

3. Keputusan petani adalah Keputusan yang dipilih petani untuk mengalih fungsikan tanaman jeruk menjadi wortel atau tanaman yang lebih menguntungkan.

4. Ratio pendapatan jeruk dan wortel adalah perbandingan pendapatan jeruk dan wortel pada saat penelitian dihitung dalam satuan Rupiah.

5. Luas lahan yang dialih fungsikan adalah peralihan fungsi lahan dari tanaman jeruk menjadi wortel yang diukur dalam bentuk ukuran luas yakni (Ha).

6. Pengalaman bertani adalah pengalaman kerja sebagai seorang petani dihitung dalam satuan (Tahun)

7. Jumlah tanggungan adalah jumlah yang masih ditanggung dalam keluarga petani. Dihitung dengan satuan (Jiwa)

(38)

8. Rasio penggunaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan petani mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaa dan panen jeruk

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengalih fungsikan lahan komoditi tanaman jeruk menjadi tanaman wortel di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

3. Waktu penelitian pada Tahun 2018.

(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Daerah

Desa Surbakti merupakan salah satu dari 17 desa di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Secara umum keadaan topografi esa Surbakti merupakan daerah perbukitan/ dataran tingg. Iklim di Desa Surbakti dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun dengan suhu udara 15-27ʹC. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatas dengan Desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat.

2. Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat.

3. Sebelah Timur berbatas dengan Desa Ndokumsiroga Kecamatan Simpang Empat.

4. Sebelah Barat berbatas dengan Desa Beganding Kecamatan Payung.

Secara rinci luas wilayah menurut desa di Kecamatan Simpang Empat dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Simpang Empat Tahun 2020

Sumber: Kantor Kepala Desa Surbakti,, 2020

No Desa Luas (Km)2

1 Surbakti 9,54

Jumlah 9,54

(40)

Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa penduduk Desa Surbakti memiliki luas wilayah seluas 9,54 Km2 yang merupakan luas wilayah desa yang ada di Kecamatan Simpang Empat dan persentase Desa Surbakti terhadap luas Kecamatan Simpang Empat yaitu sebesar 10,20 %.

4.1.2. Keadaan Penduduk

Desa Surbakti memiliki jumlah penduduk yang lumayan banyak, yaitu sejumlah 2.514 orang. Kehidupan masyarakat Desa Surbakti masih kental dengan tradisi- tradisi dan masih memegang erat adat istiadat peninggalan leluhur. Besarnya jumlah penduduk menurut jenis kelamin dengan kepadatannya penduduknya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk, 2020

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki- Laki 1.250 49,72

2 Perempuan 1.264 50,29

Jumlah 2.514 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Surbakti,, 2020

Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Surbakti dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.250 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 1.264 orang, sehingga total jumlah penduduk sebanyak 2.514 jiwa.

4.1.3 . Perekonomian Desa

Secara umum mata pencaharian penduduk Desa Surbakti ialah petani. Hal ini disebabkan minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan lain selain menjadi petani.

Selengkapnya bisa dlihat pada Tabel 4.3

(41)

27

Tabel 4.3. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Surbakti Tahun 2020

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Petani 1.393

2 PNS 73

3 Wiraswasta 210

Jumlah 1.676

Sumber: Kantor Kepala Desa Surbakti,, 2020

Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Surbakti dalah petani. Hal ini disebabkan karena minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan lain selain menjadi petani.

Sehingga keadaan ekonomi di Desa Surbakti lebih di dominasi oleh ekonomi menengah ke bawah.

4.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Berikut tabel distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan:

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 150 8,84

2 Tamat SD 500 29,41

3 Tamat SMP 475 27,94

4 Tamat SMA 375 22,05

5 Tamat Akademi/PT 200 11,76

Jumlah 1.700 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Surbakti,, 2020

Pada tabel 4.4. dijelaskan bahwa penduduk terbanyak ialah yang tamat Sekolah Dasar dengan yaitu 500 jiwa dengan persentase 29,41% serta paling sedikit adalah tamat Akademi/PT yaitu 200 jiwa menggunakan persentase 11,76%. Hal ini disebabkan ekonomi warga Desa Surbakti yang rendah sebagai akibatnya menyebabkan orang tua tidak bisa buat membiayai pendidikan anak mereka,

(42)

sehingga kebanyakan anak yg masih dibawah umur sudah ada yang bekerja membantu orang tua mereka bertani.

4.2 Karakteristik Petani Sampel Petani

Pada penelitian ini, responden merupakan petani wortel yang berdomisili di Desa Surbakti. Petani yang menjadi sampel dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

4.2.1 Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui tingkat produktivitas seseorang dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani sampel yang mengalihfungsikan usahatani jeruknya menjadi usahatani wortel dapat diklasifikasikan berdasarkan umur sebagai berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Petani Persentase (%)

1 30-45 15 18,75

2 46-60 41 51,25

3 61-75 24 30

Total 80 100

Sumber: Lampiran 1(diolah), 2020

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa jumlah sampel petani yang mengkonversikan usaha tani jeruknya menjadi usaha tani wortel adalah 80 petani. Petani dengan usia 30-45 tahun sebanyak 15 orang dengan persentase 18,75%, usia 46-60 sebanyak 41 orang dengan persentase 51,25%, dan usia 61-75 sebanyak 24 orang dengan persentase 30%. Hal ini dikarenakan usia petani yang lanjut sehingga ketidakmampuan dari petani dalam melaksanakan kegiatan berusahatani.

4.2.2. Pendidikan

Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi jenis pekerjaan dan bagaimana pembentukan kerangka pemikiran seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin cakap untuk memikirkan segala tindakan yang

(43)

29

memberikan manfaat terbesar. Berikut disajikan tabel tingkat pendidikan petani di daerah penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Lama Pendidikan (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak sekolah 0 0

2 Tamat SD 14 17,5

3 Tamat SMP 23 28,75

4 Tamat SMA 43 53,75

5 Tamat S1 0 0

Total 80 100

Sumber: Lampiran 1(diolah), 2020

Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa petani yang tidak sekolah yaitu tidak ada, tamat SD yaitu berjumlah 14 orang dengan persentase 17,5%, tamat SMP yaitu berjumlah 23 orang dengan persentase 28,75%, tamat SMA yaitu berjumlah 43 orang dengan persentase 53,75% dan tamat S1 tidak ada.

4.2.3 Lama Berusahatani

Semakin lamanya pengalaman seseorang dalam menekuni suatu pekerjaan, maka akan menambah kemahiran seseorang tersebut.

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Berusahatani No Lama Brusahatani wortel

(Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 <20 48 60

2 >20 32 40

Total 80 100

Sumber: Lampiran 1(diolah), 2020

Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa lama berusahatani petani sampel paling banyak di adalah <20 tahun yaitu sebanyak 48 jiwa (60 %), sedangkan petani yang lama berusahatani paling sedikit adalah >20 tahun yaitu sebanyak 32 jiwa ( 40%).

(44)

4.2.4 Luas Lahan Petani

Dalam suatu kegiatan usahatani lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting. Hal ini dikarenakan lahan merupakan tempat dimana proses produksi berlangsung dan sangat berpengaruh terhadap besarnya produksi yang dihasilkan.

Luas lahan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 0,1-2 Ha. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani sampel yang mengkonversikan usahatani jeruknya menjadi usahatani wortel dapat diklasifikasikan berdasarkan luas lahan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 < 0,5 38 47.5

2 > 0,5 42 52,5

Total 80 100

Sumber: Lampiran 1(diolah), 2020

Dari Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa Luas Lahan petani sampel paling banyak adalah < 0,5 Ha yaitu sebanyak 38 Petani (47,5%), sedangkan petani yang luas lahan paling sedikit adalah > 0,5 Ha yaitu sebanyak 42 petani ( 52,5%).

4.2.5 Jumlah Tanggungan

Tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang tinggal secara bersama dengan petani. Berdasarksn penelitian yang telah dilakukan, data jumlah tanggungan keluarga petani adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 1 35 43,75

2 2 25 31,25

3 3 14 17,5

4 4 6 7,5

Total 80 100

Sumber: Lampiran 1(diolah), 2020

(45)

31

Tabel 4.9. memperlihatkan bahwa jumlah tanggungan petani paling banyak adalah 1 orang yaitu sebanyak 35 petani dengan persentase 43,75%. Petani yang memiliki jumlah tanggungan 2 orang sebanyak 25 orang petani dengan persentase 31,25%, yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang sebanyak 14 petani dengan persentase 17,5% dan yang memiliki jumlah tanggungan 4 orang sebanyak 6 petani dengan persentase 7,5%.

(46)

399,8

Luas Lahan Jeruk (Ha)

449,9 445

110,2 106,6

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo ialah Desa yang dulunya Produsen jeruk tertingi, namun Dari tahun 2013 terjadi penurunan luas lahan yang signifikan mulai tahun 2016 bahkan hingga kini petani Desa Surbakti telah tidak menanam Jeruk lagi. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya Jumlah produksi jeruk serta harga komoditi jeruk menurun seiring dengan tingginya harga pestisida dan pupuk dan penangan jeruk yang banyak memakan waktu sebagai akibatnya sebagian besar petani di wilayah penelitian menetapkan unuk mengubah tumbuhan jeruk tadi menjadi tanaman wortel, walaupun masih terdapat petani yg tetap bertahan berusaha tani tanaman jeruk.

Gambar dibawah membagikan isu terkini penurunan luas huma tumbuhan jeruk dari tahun 2012 hingga tahun 2016.

Gambar 2 : Perkembangan Luas Lahan Jeruk di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

Sumber: Data primer diolah,2021

Terlihat perubahan Luas lahan jeruk yang sangat signifikan setiap tahunnya di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Pada tahun 2012 Luas Lahan jeruk sebesar399,8 Ha kemudian mengalami penurunan menjadi 106,6 Ha pada

(47)

33

Produksi Jeruk (Ton) tahun 2016.

Hal tersebut diikuti dengan penurunan jumlah produksi tanaman jeruk. Berikut grafik penurunan jumlah produksi tanaman jeruk di Daerah penelitian.

Gambar 3. Jumlah Produksi Jeruk di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

16.752 8.524 5.880

2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Data Primer diolah 2021

Gambar 3.Menunjukkan penurunan jumlah produksi jeruk di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Pada tahun 2012 jumlah produksi tanaman jeruk sebesar 65.782 Ton dan terjadi penurunan menjadi 5.880 Ton pada tahun 2016.

Peningkatan Luas Lahan Tanaman Wortel di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

Keputusan petani jeruk untuk mengkonversikan lahan pertaniannya menjadi lahan tanaman wortel di Desa Surbakti mengakibatkan peningkatan luas lahan tanaman Wortel di Daerah penelitian tersebut. Berikut adalah gambar yang menunjukkan peningkatan luas lahan tanamanwortel dari tahun 2012 sampai tahun 2016.

(48)

Produksi Wortel (Ton)

Gambar 4. Perkembangan Luas LahanWortel di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

Sumber: Data Primer diolah 2021

Terlihat perubahan Luas Lahan wortel di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Pada tahun 2012 sebesar 50 Ha kemudian mengalami peningkatan menjadi 703 Ha pada tahun 2016. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah produksi tanaman wortel di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Berikut adalah gambar yang menujukan peningkatan jumlah produksi tanaman wortel di daerah penelitian.

Ganbar 5. Jumlah Produksi Tanaman Wortel di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

4.046 4.042

2013 2014 2015 2016

Sumber: Data Primer diolah,2021

Gambar 5.Menunjukkan peningkatan Jumlah produksi tanaman wortel di Kecamatan Simpang empat kabupaten Karo. Dimana pada tahun 2012 jumlah produksi worteldi Kecamatan Simpang empat kabupaten Karo sebesar 1.074 Ton dan mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2016 sebesar 15.458

Luas Lahan Wortel (Ha)

(49)

35

Ton. Peningkatan jumlah produksi wortel tersebut dikarenakan Luas lahan tanaman wortel di Kecamatan Simpang empat kabupaten Karo meningkat.

5.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Jeruk Menjadi Lahan Wortel Di Daerah Penelitian

5.1.1 Internal (Karakteristik Petani)

Pada penelitian ini yang akan diteliti yaitu alih fungsi lahan usaha tani jeruk menjadi usahatani wortel pada Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran sebesar 80 survey kepada petani yg mengalihfungsikan lahannya. karakteristik responden pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu kategori responden yang melakukan alih fungsi lahan jeruk menjadi wortel serta kategori responden yg tidak melakukan alih fungsi lahan jeruk sebagai wortel. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu dengan ciri petani yang mengalih fungsikan lahannya dengan memakai Crosstabs grafik tabulasi silang) dengan Uji Chi-Square. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (dependen) dan variabel independen apakah memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu keputusan petani untuk mengalihfungsikan lahannya (0) serta keputusan petani untuk tidak mengalihfungsikan lahannya (1). Melalui uji yang dianalisis dengan software SPSS 16.

5.1.2 Deskripsi Variabel

Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan variable terikat.

Total ada 5 variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yang dimasukkan ke dalam metode Crosstab dengan Uji Chi Square. Data dikumpulkan dari 80 orang

(50)

petani jeruk yang mengalih fungsikan lahannya menjadi wortel. Berikut disajikan hasil uji Crosstab dengan Uji Chi Square sebagi berikut.

1. Ratio Pendapatan Jeruk dan Wortel

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan produk tertentu dalam waktu tertentu. Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur .

Tabel 5.1 Crosstab dan Uji Chi Square Ratio Pendapatan Terhadap Keputusan Petani Melakukan Alih Fungsi

Sumber : Lampiran 13 (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa crosstab keputusan petani yang menyatakan alih fungsi lahannya berdasarkan ratio pendapatan jeruk dan wortel yang paling banyak terdapat pada luas lahan 0,034 – 0,615 Ha dengan total 9 petani

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance (2-sided)

Pearson Chi-Square 80.000a 79 .447

Likelihood Ratio 60.283 79 .942

Linear-by-Linear Association

.334 1 .563

N of Valid Cases 80

Keputusan

Ratio Pendapatan Jeruk dan Wortel

Total

0,034 – 0,615

0.616 – 1,196

1,197 – 1,77

Ya 9 0 1 10

Tidak 53 12 5 70

Total 62 12 6 80

(51)

37

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai dalam variabel ratio pendapatan jeruk dan wortel dengan nilai sig. sebesar 0,447 lebih besar dari sign. 0,05.

Dengan demikian diketahui bahwa H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada hubungan signifikan antara variabel ratio pendapatan jeruk dan wortel dengan keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahannya.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Nanga (2011) pendapatan seseorang merupakan pendapatan yang secara langsung diterima yang berasal dari berbagai sumber. Pendapatan dapat diterima dalam berbagai kegiatan produksi yang merupakan hasil dari balas jasa dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa yang diterima dapatberupa gaji atau upah, sewa, laba ataupun bunga. Pendpatan perkapita merupakansemua jenis pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk pada suatu Negara (Sukirno, 2004).

2. Luas Lahan

Menurut Mubyarto, luas lahan adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat penanaman atau mengerjakan proses penanaman, luas lahan menjamin jumlah atau hasil yang akan diperoleh petani. Adapun Hasil Crosstab dan Uji Chi Square variabel Luas Lahan sebagai berikut

Tabel 5.2 Crosstab dan Uji Chi Square Luas Lahan Terhadap Keputusan Petani Melakukan Alih Fungsi

Keputusan

Luas Lahan

Total 0,3-0,9 1- 1,5 1,6 -2,1

Ya 49 15 6 70

Tidak 6 4 0 10

Total 55 19 6 80

Sumber : Lampiran 13 (diolah), 2021

(52)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa crosstab keputusan petani yang menyatakan alih fungsi lahannya berdasarkan luas lahan yang paling banyak terdapat pada luas lahan 0,3 – 0,9 Ha dengan total 49 petani.

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai dalam variabel luas lahan dengan nilai sign. sebesar 0,552 lebih besar dari sign. 0,05. Dengan demikian diketahui bahwa H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada hubungan signifikan antara variabel luas lahan dengan keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahannya.

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sajogyo (1999) yang menyatakan bahwa luas lahan merupakan salah satu factor penting yang menentukan tingkat kesejahteraan petani. Semakin luas areal tani maka semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima petani.

3. Pengalaman Bertani

Pengalaman yang cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada pemula. Lubis (2000), menyatakan yang mempunyai pengalaman relative berhasil dalam mengusahakan usahanya biasanya menpunyai sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang berpengalaman. Hasil

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance (2-

sided)

Pearson Chi-Square 5.895a 7 .552

Likelihood Ratio 7.674 7 .362

Linear-by-Linear Association .012 1 .914

N of Valid

Cases 80

a. 9 cells (56.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.

(53)

39

Crosstab dan Uji Chi Square variabel Luas Lahan sebagai berikut

Tabel 5.3 Crosstab dan Uji Chi Square Pengalaman Bertani Terhadap Keputusan Petani Melakukan Alih Fungsi

Keputusan

Pengalaman Bertani

Total 4-14 15 - 25 26 - 36

Ya 2 47 21 70

Tidak 9 0 1 10

Total 11 47 22 80

Sumber : Lampiran 13 (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa crosstab keputusan petani yang menyatakan alih fungsi lahannya berdasarkan pengalaman bertani yang paling banyak terdapat pada luas lahan 15 – 25 Tahun dengan total 47 petani.

Sumber : Lampiran 13 (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai dalam variabel luas lahan dengan nilai sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari sign. 0,05.

Dengan demikian diketahui bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang artinya ada hubungan signifikan antara variabel pengalaman bertani dengan keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahannya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Asmie, 2008) bahwa Lama usaha merupakan suatu penentu dari pendapatan, khususnya pada sektor informal. Lama usaha merupakanwaktu yang sudah

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance (2-

sided)

Pearson Chi-Square 66.590a 25 .000

Likelihood Ratio 51.460 25 .001

Linear-by-Linear Association 30.349 1 .000

N of Valid Cases 80

a. 49 cells (94.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .13.

(54)

dijalani pengusaha dalam menjalankan usahanya. Lama usaha menentukanpengalaman, semakin lama usaha maka akan semakin baik kualitas usaha tersebut.

4. Jumlah Tanggungan

Hasil Crosstab dan Uji Chi Square variabel Luas Lahan sebagai berikut

Tabel 5.4 Crosstab dan Uji Chi Square Jumlah Tanggungan Terhadap Keputusan Petani Melakukan Alih Fungsi

Keputusan

Jumlah Tanggungan

Total

1 2 >2

Ya 26 25 19 70

Tidak 2 4 4 10

Total 28 29 23 80

Sumber : Lampiran 13 (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa crosstab keputusan petani yang menyatakan alih fungsi lahannya berdasarkan jumlah tanggungan yang paling banyak terdapat pada jumlah tanggungan sebesar 1 jiwa (orang) dengan total 26 petani.

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.550a 3 .671

Likelihood Ratio 1.564 3 .668

Linear-by-Linear Association .831 1 .362

N of Valid Cases 80

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.

Sumber : Lampiran 13 (diolah), 2021

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa nilai dalam variabel jumlah tanggungan dengan nilai sig. sebesar 0,671 lebih besar dari sign. 0,05. Dengan demikian diketahui bahwa H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada hubungan

Gambar

Tabel 3.1 Luas Lahan Tanaman Jeruk di Kecamatan Simpang Empat  Kabupaten Karo ( Ha )  No  Desa  2013  2014  2015  2016  2017  1
Gambar  dibawah  membagikan  isu  terkini  penurunan  luas  huma  tumbuhan  jeruk  dari tahun 2012 hingga tahun 2016
Gambar   3.  Jumlah Produksi Jeruk  di  Kecamatan Simpang Empat  Kabupaten Karo
Gambar 4. Perkembangan Luas LahanWortel di Kecamatan Simpang       Empat Kabupaten Karo

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan Ikan Asin Gulamah Batu di daerah penelitian layak untuk tetap diusahakan karena nilai R/C lebih besar dari

ANDRI SURYADI PRASETYA (140304034), dengan judul “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY TERHADAP PEMBELIAN NASI GORENG PADA MAHASISWA STRATA 1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut : Faktor Faktor variabel yang mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan petani dalam melakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat 11 (sebelas) faktor- faktor internal dalam pengembangan budidaya udang vanname di Desa Bogak Besar, (2) terdapat 9

Dari pasal tersebut memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam rangka pelaksanaan kewenangan daerah yang diatur dalam Undang-Undang, Termasuk dalam

Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area kantor bawah atau kantor tambang dibandingkan dengan Lientje, (2011) mendapatkan kategori tingkat kelelahan

Hubungan antara kedua variabel, yaitu antara harga dengan jumlah barang yang di minta atas suatu barang dapat dilihat melalui kurva permintaan.Kurva permintaan adalah suatu kurva

Standart Kompetensi : Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan kehidupan sosial dengan mewjudkan bahwaremaja Kristen bertumbuh sebagai