65 A. Tempat Kerja dan Faktor Bahaya
Kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground merupakan tempat kerja yang berada di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bab 1 pasal 1 ayat 1 tempat kerja merupakan setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tidak bergerak, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya dan pada bab 2 pasal 2 ayat 2 (e) ‘Dilakukann usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logamnya, batu-batuan, gas, minyak, atau mineral lainnya, baik dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan’.
Faktor bahaya yang berada di tempat kerja kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground yang dapat menimbulkan kelelahan kerja sesuai dengan Lientje, (2011). Yang menyatakan bahwa faktor bahaya fisik (seperti kebisingan, iklim kerja, penerangan) dan faktor ergonomi (seperti suasana kerja, sikap kerja). Dua faktor ini dominan yang dapat menyebabkan dan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja kerja.
Berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja bab 3 pasal 3 ayat 1 (g) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
B. Kelelahan Kerja
1. Penyebab Kelelahan Kerja
Penyebab terjadinya kelelahan kerja yang berada di tempat kerja kantor atas, kantor bawah atau kantor tambang, laboratorium, dan tambang underground PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor meliputi pengakutan biji emas, monotoni kerja, stasiun kerja tidak ergonomis, kerja paksa, faktor lingkungan kerja yang melebihi NAB atau standar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarwaka, (2004) yaitu terdapat ‘aktivitas kerja fisik, kerja mental, stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap paksa, kerja statis, monoton, lingkungan kerja ekstrim, psikologis, kebutuhan kalori, dan waktu kerja atau istirahat tidak tepat’.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja a. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang ekstrim atau melebihi NAB di empat tempat kerja sesuai dengan PERMENAKER NO 13 TAHUN
2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia Di Tempat Kerja, yang meliputi:
1) pasal 5 ayat 1 untuk nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dBA,
2) NAB iklim kerja pada lampiran 1 dari PERMENAKER NO 13 TAHUN 2011 yaitu untuk beban kerja berat <27,5% bekerja 75-100% dan untuk beban kerja sedang adalah 28,0% bekerja 75-100%.
Hasil penerangan yang belum memenuhi standar penerangan sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No 7 tahun 1964 pasal 14 ayat 6 bahwa pekerjaan membedakan bedakan barang kecil yaitu minimal 100 lux.
b. Waktu Kerja
Waktu kerja yang diterapakan di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor di tempat kerja laboratorium dan tambang underground belum sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No : 13 Tahun 2003, pasal 77, ayat 2 adalah tujuh jam sehari atau empat puluh jam bekerja dalam waktu satu minggu (enam hari kerja dalam seminggu), atau delapan jam bekerja dalam sehari atau empat puluh jam dalam seminngu (lima hari kerja dalam seminggu). Tetapi hal ini sudah mendapatkan izin dari dinas tenaga kerja setempat dan pekerja telah sepakat dengan jam kerja tersebut, untuk jam kerja di kantor atas dan kantor bawah telah
sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No : 13 Tahun 2003, pasal 77, ayat 2 adalah tujuh jam sehari atau empat puluh jam bekerja dalam waktu satu minggu (enam hari kerja dalam seminggu), atau delapan jam bekerja dalam sehari atau empat puluh jam dalam seminngu (lima hari kerja dalam seminggu) c. Fasilitas Kerja
PT. ANTAM Tbk GMBU Pongkor telah menyediakan fasilitas dan sarana kerja seperti pengobatan gratis, transpotasi antar jemput, olah raga, klinik 24 jam hal ini telah sesuai dengan KEPMENTAMBEN No 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum bagian delapan pasal 36 ‘Pada tempat usaha pertambangan yang terletak di daerah terpencil harus disediakan akomodasi bagi pekerja tambang yang layak dan memenuhi persyaratan kesehatan’. 3. Pengukuran Kelelahan Kerja
Berdasarkan Lientje, 2011 tingkat kelelahan kerja dibagi menjadi empat kategori yaitu normal jika <240.0 milidetik, ringan 240.0-410.0 milidetik, sedang 410.0-580.0 milidetik, dan berat >580.0 milidetik dan pada perhitungan kelelahan kerja dimulai dari pengukuran ke enam (6) sampai ke lima belas (15). Maka tingkat kelehan kerja di empat tempat kerja yang di ukur oleh peneliti antara lain :
a. Kantor atas
Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area kantor atas dibandingkan dengan Lientje, 2011 mendapatkan kategori tingkat kelelahan kerja sebagai berikut : Riy (Normal), Un (Kelelahan Kerja Ringan), Ati (Normal), Ko (Kelelahan Kerja Sedang), Ac (Kelelahan Kerja Ringan), Has (Kelelahan Kerja Ringan).
b. Kantor tambang atau kantor bawah
Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area kantor bawah atau kantor tambang dibandingkan dengan Lientje, (2011) mendapatkan kategori tingkat kelelahan kerja sebagai berikut : En (Kelelahan Kerja Sedang), HB (Kelelahan Kerja Ringan), Ev (Normal), Ae (Kelelahan Kerja Ringan), Ls (Kelelahan Kerja Sedang), Ahm (Kelelahan Kerja Ringan), Sar (Kelelahan Kerja Ringan), Agk (Kelelahan Kerja Sedang), HA (Kelelahan Kerja Sedang), s (Kelelahan Kerja Ringan)
c. Tambang underground
Pengukuran kelelahan kerja di tambang underground dilakukan di dua tempat kerja yaitu tambang ciguha dan tambang gudang handak. Dari pengukuran kelelahan kerja di dua tempat tersebut dibandingkan dengan Lientje, (2011) mendapatkan kategori tingkat kelelahan kerja sebagai berikut : tambang ciguha Qus (Normal), Gan (Kelelahan Kerja Ringan), Da (Kelelahan Kerja Ringan), Sum (Kelelahan Kerja Ringan), An (Kelelahan Kerja Ringan), DA
(Kelelahan Kerja Sedang), Ani (Kelelahan Kerja Sedang), Gw (Kelelahan Kerja Sedang), Ima (Normal), Hm (Kelelahan Kerja Ringan). Dan tambang gudang handak AK (Kelelahan Kerja Ringan), Sut (Kelelahan Kerja Ringan), Nen (Kelelahan Kerja Ringan), Mar (Kelelahan Kerja Ringan), Sup (Kelelahan Kerja Sedang), Ud (Kelelahan Kerja Ringan)
d. Laboratorium
Hasil pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di area laboratorium dibandingkan dengan Lientje, 2011 mendapatkan kategori tingkat kelelahan kerja sebagai berikut : M. Ro (Kelelahan Kerja Ringan), IR (Kelelahan Kerja Berat), As (Kelelahan Kerja Ringan), US (Kelelahan Kerja Ringan), Jul (Kelelahan Kerja Sedang), YS (Kelelahan Kerja Sedang), A H (Kelelahan Kerja Ringan).
C. Manajemen Kelelahan
Manajemen kelelahan kerja yang diterapkan di PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor belum sepenuhnya didokumentasikan tetapi secara tidak langsung manajemen kelelahan kerja dalam upaya menangani kelelahan kerja telah diterapkan hal ini sesuai dengan buku Lientje, (2011). Progam manajemen kelelahan kerja yaitu promosi kesehatan terkait dengan kelelahan belum dilaksanakan. Pencegahan kelelahan kerja telah dilakukan dengan dilakukannya pemeriksaan prakerja, pemeriksaan berkala, penggunaan alat bantu kerja. Pengobatan kelelahan kerja telah dilakukan
dengan adanya klinik 24 jam berserta obat-obatan dan tenaga medis. Rehabilitas kelelahan kerja telah dilakukan dengan adanya rotasi dari tempat kerja yang mengakibatkan potensi kelelahan kerja tinggi ketempat yang potensi kelelahan rendah. Evaluasi progam pengendalian kelelahan kerja telah dilakukan dengan adanya safety comite, rapat internal dari satuan Occupational Health.
1. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan terkait kelelahan kerja belum di lakukan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor, hal ini sesuai dengan Lintje 2011. KEPMENTAMBEN No 555.K/26/M.PE/1995 bagian delapan pasal 24 (c) ‘Memberikan penerangan dan petunjuk mengenai K3 pada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan pertemuan, ceramah, diskusi, pemutaran film, dan publikas’i serta sesuai dengan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 2 (h) ‘Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan pertama pada kecelakaan’. Dibuktikan dengan adanya pelatihan tentang kesehatan kerja, dbentuknya organisasi HSE, dan dilakukan safety talk atau safety induction. Tetapi promosi dalam hal kelelahan kerja belum dilakukan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor.
2. Pencegahan Kelelahan Kerja
Pencegahan kelelahan kerja di area empat tempat kerja yang telah diteliti telah dilaksanakan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor, hal ini sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 1970 bab 3 pasal 3 (h)
‘Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan’ serta sesuai dengan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 2 (f) ‘Pencegahan dan pertolongan terhadap penyakit akibat kerja atau penyakit umum’. Dibuktikan dengan adanya pemeriksaan kesehatan prakerja, pemeriksaan berkala, penyediaan air minum yang cukup, pemantauan lingkungan kerja, dann penyediaan alat bantu kerja. Penyediaan air minum sesuai dengan KEPMENTAMBEN No 555.K/26/M.PE/1995 pasal 49 ayat 2 air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan harus selalu tersedia secara cuma-cuma dalam jumlah yang cukup bagi pekerja tambang selama jam bekerja.
3. Pengobatan Kelelahan Kerja
PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor telah melakukan pengobatan kelelahan kerja hal ini sesuai dengan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 1 ayat 1 (d) ‘Memberika pengobatan, perawatan dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderitasakit’. Pengobatan kelelahan kerja dibuktikan dengan adanya klinik 24 jam beserta tenaga medis, obat-obatan yang berada diklinik, pemeriksaan khusus, dan bekerja sama dengan rumah sakit sekitar
4. Rehabilitasi Kelelahan Kerja
Berdasarkan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 1 ayat 1 (d) ‘Memberika pengobatan, perawatan dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderitasakit’. Pasal 2 (j) ‘Membantu usaha rehabilitasi
akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja’. Rehabilitasi telah dilakukan oleh PT. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor dengan dibuktikan adanya klinik dan tenaga medis untuk memantau pekerja yang terpapar kelelahan kerja dan menyediakan transpotasi antar jemput serta melakukan rotasi pada pekerja yang terpapar kelelahan kerja tinggi. 5. Evaluasi Progam Pengendalian Kelelahan Kerja
Evaluasi progam pengendalian kelelahan kerja telah dilakukan, hal ini sesuai dengan PERMENAKERTRANS No 3 Tahun 1982 pasal 2 (l) ‘memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus’, serta sesuai dengan KEPMENTAMBEN No 555.K/26/M.PE/1995 pasal 24 ayat 6 ‘Melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja’. Hal ini dibuktikan dengan adanya rapat internal dari satuan kerja HSE maupun satuan kerja Occupational Health, rapat safety comite setiap bulan dan rapat triwulan.