Analisis Elastisitas Pendapatan Konsumen terhadap Permintaan Daging Sapi di Kota Medan.
(Studi Kasus Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan)
SKRIPSI
NAZLY A. LUBIS 120304130 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2016
Analisis Elastisitas Pendapatan Konsumen terhadap Permintaan Daging Sapi di Kota Medan.
(Studi Kasus Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
NAZLY A. LUBIS 120304130 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2016
ABSTRAK
NAZLY A. LUBIS (120304130)dengan judul skripsi “Analisis Elastisitas Pendapatan Konsumen terhadap Permintaan Daging Sapi di Kota Medan. Studi Kasus Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, Msi selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 di Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Wilayah penelitian ditetapkan secara purposive. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh harga daging sapi, harga barang substitusi (daging ayam), dan tingkat pendapatan konsumen terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian. Untuk menganalisis elastisitas pendapatan terhadap permintaan daging sapi rumah tangga menurut strata pendapatan di daerah penelitian
Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode regresi linear berganda dan elastisitas permintaan terhadap pendapatan.
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa Harga Daging Sapi, Harga Barang Substitusi (Daging Ayam), dan Tingkat Pendapatan Konsumen secara serempak berpengaruh nyata terhadap Permintaan Daging Sapi. Hasil penelitian kedua, untuk sampel dengan pendapatan < Rp 2.500.000, pendapatan Rp 2.500.000 – Rp5.000.000, dan pendapatan > Rp5.000.000 menunjukkan tingkat elastitisitas sebesar ≥ 1yaitu elastis.
Kata Kunci : Permintaan, Harga Daging Sapi, Harga Barang Substitusi (Daging Ayam), Tingkat Pendapatan.
RIWAYAT HIDUP
NAZLY A. LUBIS, lahir di Bah Jambi pada tanggal 17 Februari 1995. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1998 masuk Taman Kanak-kanak dan lulus tahun 2000 dari TK Bah Jambi.
2. Tahun 2000 masuk Sekolah Dasar dan lulus tahun 2006 dari SD Negeri 091566 Bah Jambi
3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Pertama dan lulus tahun 2009 dari SMP Swasta Taman Asuhan Pematangsiantar.
4. Tahun 2009 masuk Sekolah Menengah Atas dan lulus tahun 2012 dari SMA Negeri 4 Pematangsiantar.
5. Tahun 2012 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-Reguler.
Kegiatan yang pernah diikutii penulis selama duduk di bangku kuliah adalah sebagai berikut :
1. Anggota IMASEP di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Pengurus PASKIBRA Universitas Sumatera Utara Tahun 2013-2016
3. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Nagori Bah Bolon, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun
4. Melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Elastisitas Pendapatan Konsumen terhadap Permintaan Daging Sapi di Kota Medan (Studi Kasus:
Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan). Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan IbuIr. Lily Fauzia, Msiselaku Anggota Komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan memberi masukan yang sangat berharga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Siselaku Ketua Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku Anggota Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU yang telah memberi kemudahan dalam perkuliahan.
5. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian, Khususnya Dosen Program Studi Agribisnis FP USU yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Seluruh Pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, khususnya Pegawai Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu seluruh proses administrasi.
7. Kedua orang tua, Ayahanda Zulfan Lubis dan Ibunda Sri Indra Trisnawati serta kakak Mallyza Ulfa Tiffani Lubis dan adik M. Hafiz Al Husna Lubis yang selalu memberikan dukungan, nasihat, kasih sayang, dan motivasi baik secara materi maupun doa yang diberikan selama menjalani masa perkuliahan.
8. Teman-teman selama masa perkuliahan, khususnya Nana, Indah, Halim, Ayub, Angel, Reza, Andrew, Pita, Kak Myrna, Tri, Tia dan kakak angkatan 2009 tersayang Riezki Rakhmadina yang telah memberikan motivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman PKL yaitu Joe, Imam, Nurul, Grace, Ade, Citra, Annisa, dan juga teman-teman sekelas Agribisnis 3 serta seluruh angkatan 2012 Program Studi Agribisnis FP-USU yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
10. Sahabat-sahabat penulis yaitu Kak Winona, Ratih, Siska, Nurul, Ela dan Dodoyang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.
Namun demikian, penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pada skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN………... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Keaslian Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2 Landasan Teori ... 16
2.2.1 Teori Permintaan ... 16
2.2.2 Elastisitas ... 21
2.3 Penelitian Terdahulu ... 26
2.4 Kerangka Pemikiran ... 28
2.5 Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 31
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 32
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.4 Metode Analisis Data ... 33
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 40
3.5.1 Definisi ... 40
3.5.2 Batasan Operasional ... 41
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 42
4.1.1 Luas Daerah dan Letak Geografis ... 42
4.1.2 Komposisi Penduduk ... 42
4.1.3 Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Umum ... 43
4.2 Karakteristik Sampel ... 45
4.2.1 Umur ... 45
4.2.2 Pendidikan ... 45
4.2.3 Jumlah Tanggungan ... 46
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi .. 47
5.1.1 Harga Daging Sapi ... 47
5.1.2 Harga Daging Ayam ... 48
5.1.3 Pendapatan Konsumen... 51
5.1.4 Uji Kesusaian Model (Test f Goodness of Fit) ... 53
5.1.4.1 Koefien Determinasi (R2 5.1.4.2 Uji F ( Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak) 54 ) ... 53
5.1.4.3 Uji t ( Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial) ... 54
5.1.5 Uji Asumsi Klasik ... ... 56
5.1.5.1 Uji Normalitas ... 56
5.1.5.2 Uji Heteroskedastisitas ... 57
5.1.5.3 Uji Multikolinearitas ... 58
5.1.5.4 Uji Autokorelasi... 59
5.2 Elastisitas Pendapatan terhadapPermintaan Daging Sapi... 60
5.2.1 Elastisitas Pendapatan Terhadap Permintaan Konsumen Daging Sapi... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 66
6.2 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1 Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Utara Tahun 2010-2014... 1
2 Produksi Daging Sapi Menurut Kabupaten Kota Tahun 2012... 2
3 Permintaan Daging Sapi di Kota Medan (Kg/Kapita/Tahun)... 3
4 Daftar UMK Provinsi Sumatera Utara 2015... 9
5 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2014... 31
6 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Deli... 32
7 Strata Pendapatan... 33
8 Jumlah PendudukMenurut Jenis Kelamin Kelurahan Tanjung MuliaTahun 2015... 42 9 Jumlah PendudukMenurut Mata Pencaharian PokokKelurahan Tanjung MuliaTahun 2015... 43
10 Sarana dan Prasarana diKelurahan Tanjung Mulia Tahun 2015... 44
11 Kelompok Umur Sampel... 45
12 TingkatPendidikan Sampel... 45
13 Perbandingan Permintaan Daging Sapi dan Daging Ayam... 49
14 Perbandingan Permintaan Daging Sapi dan Daging Ayam Hari Besar dengan Hari Biasa 50 15 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Antara Harga Daging Sapi, Harga Barang Substitusi (Daging Ayam), dan Tingkat Pendapatan Konsumen Terhadap Permintaan Daging Sapi... 52
16 Hasil Uji Koefisien Determinasi... 53
17 Hasil Uji F... 54
18 Hasil Uji t... ... 55
19 Hasil Uji Normalitas... 57
20 Hasil Uji heteroskedastisitas... 58
21 Hasil Pengujian Multikolinieritas... 59
22 Hasil Pengujian Autokorelasi... 60
23 Elastisitas Pendapatan Terhadap Permintaan Daging Sapi Menurut Strata Pendapatan Daging Sapi < 2,5 juta di Daerah Penelitian... 61
24 Elastisitas Pendapatan Terhadap Permintaan Daging Sapi Menurut Strata Pendapatan Daging Sapi 2,5 – 5 juta di Daerah Penelitian... 62
25 Elastisitas Pendapatan Terhadap Permintaan Daging Sapi Menurut Strata Pendapatan Daging Sapi > 5 juta di Daerah Penelitian... 63
26 Elastisitas Pendapatan Tiap Strata... 64
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Kurva Permintaan Barang... 19
2 Skema Kerangka Pemikiran... 29
3 Rata-rata Harga Daging Sapi (Rp/Kg)... 47
4 Rata-rata Harga Barang Substitusi / Daging Ayam (Rp/Kg)... 48
5 Rata-rata Pendapatan Konsumen (Rp)... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1 Karakteristik Sampel 2 Input SPSS
3 Output SPSS 4 Harga Daging Sapi 5 Harga Daging Ayam
6 Tingkat Pendapatan Konsumen 7 Permintaan Daging Sapi 8 Permintaan Daging Ayam
9 Perubahan Permintaan Daging Sapi 10 Perubahan Permintaan Daging Ayam 11 Perubahan Pendapatan
12 Perubahan Harga Daging Ayam 13 Elastisitas Pendapatan (Stata I) 14 Elastisitas Pendapatan (Stata II) 15 Elastisitas Pendapatan (Stata III)
16 Daftar harga Ternak dan Hasil Ternak (Rp) di Provinsi Sumatera Utara Januari s/d Juni 2016
17 Supervisi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu peranan pertanian adalah menyediakan kebutuhan pokok untuk dikonsumsi penduduk. Kebutuhan konsumsi pokok penduduk salah satunya adalah kebutuhan akan protein yang terdapat pada daging. Salah satu daging yang memiliki kandungan gizi terbaik adalah daging sapi.
Daging sapi sebagai sumber protein yang berasal dari ternak hewan sudah dikenal sebagai bahan pangan yang hampir lengkap dan sempurna. Karena di dalamnya terkandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan tubuh termasuk di dalamnya protein hewani.
Menurut Sugeng (2012), permintaan daging sapi dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini memang sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan gizi dari masyarakat.
Tabel 1. Konsumsi Daging Sapi di Sumatera Utara Tahun 2010-2014
Tahun Jumlah (Kg/Kapita/Tahun)
2010 1,21
2011 1,39
2012 1,85
2013 1,38
2014 1,65
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2015
Dari tabel di atas dijelaskan laju konsumsi rata-rata daging sapi di Sumatera Utara adalah berfluktuasi setiap tahunnya. Dengan tingkat konsumsi tertinggi ada pada tahun 2012. Hal
ini seiring dengan dengan pertambahan jumlah penduduk provinsi Sumatera Utara yang meningkat setiap tahunnya.
Tabel 2. Produksi Daging Sapi Menurut Kabupaten Kota Tahun 2012
Kab/Kota Jumlah (Ton)
Nias 92,7
Mandailing Natal 496,76
Tapanuli Selatan 291,38
Tapanuli Tengah 139,01
Tapanuli Utara 65,95
Toba Samosir 68,60
Labuhan Batu 457,89
Asahan 1.326,17
Simalungun 2.205,29
Dairi 81,10
Karo 2.768,83
Deli Serdang 3.593,31
Langkat 889,79
Nias Selatan 20,41
Humbang Hasundutan 9,03
Pakpak Barat 21,33
Samosir 84,53
Serdang Bedagai 101,37
Batubara 2.309,90
Padang Lawas Utara 251,65
Padang Lawas 2.250,76
Labuhan Batu Selatan 31,46
Labuhan Batu Utara 273,16
Nias Utara 14,83
Nias Barat 6,69
Sibolga 25,59
Tanjung Balai 197,64
Pematang Siantar 150,90
Tebing Tinggi 202,82
Medan 4.337,21
Binjai 1.247,91
Padang Sidempuan 527,13
Gunung Sitoli 5,52
Sumatera Utara 24.546,60
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2013
Berdasarkan tabel di atas, Kota Medan merupakan kota yang memiliki produksi daging sapi tertinggi yakni sebesar 4.337,21 ton per tahun 2012. Dewasa ini permintaan daging sapi di Kota Medan sebagai bahan makanan pokok semakin meningkat.
Tabel 3. Permintaan Daging Sapi di Kota Medan (Kg/Kapita/Tahun)
No Tahun Permintaan
1 2007 1.321
2 2008 1.121
3 2009 1.137
4 2010 1.323
5 2011 1.522
Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2011
Tabel 3 diatas menjelaskan bahwa permintaan penduduk daging sapi di Kota medan terhadap daging sapi berfluktuasi dan cenderung meningkat. Seiring dengan peningkatan konsumsi daging sapi maka jumlah permintaan di pasar akan daging sapi itu juga meningkat. Di pasar, harga daging sapi selalu berubah sesuai dengan kondisi pasar. Perubahan harga daging sapi inilah yang mempengaruhi konsumsi daging sapi dan jumlah permintaan daging sapi di pasar. Selain itu, faktor lain seperti harga barang lain dan pendapatan juga mempengaruhi konsumsi daging sapi di Medan.
Perubahan dari harga dan pendapatan menyebabkan timbulnya kepekaan terhadap permintaan suatu komoditi yang disebut elastisitas. Elastisitas adalah besarnya perubahan jumlah barang yang diminta yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan. Derajat kepekaan atau elastisitas dari pendapatan akan menunjukkan status suatu barang antara barang mewah, barang normal atau barang inferior, sedangkan perubahan dari harga 3
barang lain akan menunjukkan sifat kedua barang yang saling melengkapi atau saling menggantikan.
Pola konsumsi khususnya konsumsi pangan rumah tangga merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesehatan dan produktivitas rumah tangga. Dari sisi norma gizi terdapat standar minimum jumlah makanan yang dibutuhkan seorang individu agar dapat hidup sehat dan aktif beraktivitas. Namun seringkali tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.
Perbedaan pendapatan tersebut mengakibatkan perbedaan pola konsumsi pangan dan pengeluaran konsumsi pangan suatu rumah tangga, serta berbeda pula persentase penggunaan pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan. Perbedaan inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi pangan akibat perubahan pendapatan dan secara teoritis besar perubahan pendapatan hanya sedikit saja mengubah pola konsumsi pangan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian tentang analisis elastisitas pendapatan konsumen terhadap permintaan daging sapi di Kelurahan Tanjung Mulia.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rmasalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh harga daging sapi, harga barang substitusi (daging ayam), dan tingkat pendapatan konsumen terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian?
2. Bagaimana elastisitas pendapatan terhadap permintaan daging sapi rumah tangga menurut strata pendapatan di daerah penelitian?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh harga daging sapi, harga barang substitusi (daging ayam), dan tingkat pendapatan konsumen terhadap permintaan daging sapi di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis elastisitas pendapatan terhadap permintaan daging sapi rumah tangga menurut strata pendapatan di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijaksanaan dalam peningkatan konsumsi daging sapi di kalangan masyarakat.
1.5 Keaslian Penelitian
1. Metode Penelitian Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode regresi linear berganda dan elastisitas permintaan terhadap pendapatan.
2. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah harga daging sapi, harga barang substitusi (daging
5
6
3. Jumlah Observasi Jumlah observasi/sampel dalam penelitian ini adalah 30 sampel dengan menggunakan 3 strata.
4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016 5. Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan
Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pendapatan
Pendapatan adalah semua penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendapatan tersebut dapat berupa pendapatan tetap dan pendapatan sampingan. Sumber pendapatan tiap atau permintaan tiap orang sangatlah berbeda.
Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu, yang dilakukan dengan cara membagi pendapatan suatu wilayah dengan jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan.
Pendapatan suatu wilayah dapat menjadi cermin tingkat kemakmuran perekonomian wilayah tersebut.Sehingga semakin besar pendapatan per kapita, diharapkan semakin tinggi pula tingkat kemakmuran suatu wilayah.Namun disadari pula bahwa untuk memperoleh data pendapatan sangat sulit untuk dilakukan, baik untuk tingkat nasional, regional, maupun wilayah (BPS, 2012).
Pendapatan berpengaruh terhadap pola konsumsi tiap individu. Pola konsumsi merupakan susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumah tangga dalam jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dengan pendapatan atau penghasilan yang diperoleh.
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.
Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena
ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar dan pola hidup juga menjadi berubah (Sumardi, 2003).
Setiap orang atau keluarga mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh pendapatan.kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya.
Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang yang dikonsumsi.Sebaliknya, makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi.Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya tabungan berkurang (Prayudi, 2000).
Hampir semua orang suka mengkonsumsi daging sapi.Semakin tinggi penghasilan individu, biasanya permintaan daging sapi pun meningkat.Hal ini dikarenakan adanya kemampuan individu untuk membeli daging sapi, yang memang harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga daging kambing ataupun daging ayam.
Apabila pendapatan perkapita tinggi, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga meningkat.Sebaliknya, apabila pendapatan perkapita rendah, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga menurun.
Strata pendapatan didapatkan dari rata-rata UMK Kota Medan pada tahun 2016 yakni sebesar Rp 2.037.000, sehingga pendapatan dibedakan menjadi 3 bagian, yang pertama rata-rata pendapatan di bawah nilai UMK dan di atas UMK, anatara lain sebagai berikut;
a. < Rp 2.500.000
b. Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 c. > Rp 5.000.000
Adapun daftar UMK Provinsi Sumatera Utara secara lengkap adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Daftar UMK Provinsi Sumatera Utara 2015
No. Nama Kota/Kabupaten UMK (Rp)
1 Medan 2.037.000
2 Tanah Karo 1.996.000
3 Tanjung Balai 1.835.000
4 Asahan 1.830.000
5 Tebing Tinggi 1.650.000
6 Palas 1.778.000
7 Binjai 1.700.000
8 Paluta 1.779.000
9 Langkat 1.762.000
10 Pematangsiantar 1.626.000
11 Tapanuli Selatan 1.750.000
12 Tapanuli Tengah 1.840.000
13 Tobasa 1.735.000
14 Labuhan Batu 1.870.000
15 Labuhan Batu Utara 1.865.000
16 Labuhan Batu Selatan 1.728.000
17 Padang Sidempuan 1.870.000
18 Nias Selatan 1.702.000
19 Nias 1.690.000
20 Tapanuli Tengah 1.653.000
Sumber: BPS, 2015
2.1.2 Konsumen Daging Sapi
Seorang ahli ekonomi yang bernama Christian Lorent Ersnt Engel mengemukakan sebuah ”Hukum Konsumsi”. Hukum ini berdasarkan pada hasil penelitiannya yang dilakukan pada abad ke 19 di Eropa. Menuru Engel, semakin miskin suatu keluarga
atau bangsa, akan semakin besar pula persentase pengeluaran yang digunakan untuk barang pangan (Sudarman, 2004).
Daging sapi mengandung protein yang tinggi merupakan salah satu alasan keluarga suka mengkonsumsi daging. Menurut Sediatama (1999), selera (suka terhadap pangan) terbentuk diantaranya berdasarkan stimulus melalui panca indera, seperti pengecapan yang sangat menentukan dalam menilai rasa dari pangan.
Beberapa alasan keluarga mengonsumsi daging sapi adalah sejak dahulu sudah terbiasa mengonsumsi daging.Alasan lainnya adalah karena anggota keluarga mengonsumsi daging sapi. Anggota keluarga mempunyai pengaruh terhadap perilaku mengonsumsi daging sapi.Pada sebuah keluarga, masing-masing anggota keluarga memiliki perilaku konsumsi daging yang berbeda karena setiap anggota keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda dalam mengonsumsi daging. Menurut Badan Bimas Ketahanan Pangan (2002 dan 2002a), perilaku konsumsi pangan masyarakat dilandasi oleh kebiasaan makan (food habits) yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga melalui proses sosialisasi.
Selain itu, alasannya karena pola kebiasaan mengonsumsi daging pada hari-hari tertentu. Pengulangan perilaku mengonsumsi daging secara terus-menerus yang pada akhirnya akan menjadi perilaku yang tetap atau menjadi suatu kebiasaan. Menurut Sayekti (2004), kebiasaan merupakan salah satu determinasi dari pola konsumsi yang hasil dari proses yang pada akhirnya melekat menjadi suatu perilaku yang sulit untuk diubah.
2.1.3 Permintaan Daging Sapi
Untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.Salah satunya adalah dari bahan pangan hewani. Kebutuhan konsumsi hewani erat kaitannya dengan supply daging dalam negeri. Saat ini, permintaan daging dalam negeri masih belum diimbangi oleh supply yang memadai (Anonimous, 2012).
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada kerangka.Istilah daging dibedakan dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya. Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam daging berkisar 15-20 persen dari berat bahan. Protein daging lebih mudah dicerna dibanding yang berasal dari nabati, sehingga protein sangat baik dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan bagi tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 1 gram per kilogram berat badan. Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging terdapat pula kandungan asam aminoesensial yang lengkap dan
seimbang serta kaya akan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh (Karyadi dan Muhillal, 2000).
Berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi: (1) Daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) Daging segar yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin), (3) Daging segar yang didinginkan kemudian dibekukan (daging beku), (4) Daging asap dan (5) Daging olahan (Rasyaf, 2000; 22).
Permintaan daging sapi tidak mengenal musim.Setiap hari pasti ada permintaan terhadap daging sapi. Bahkan, pada hari-hari besar seperti lebaran, lebaran haji, natal, tahun baru, serta upacara adat; permintaan daging sapi akan mengalami peningkatan yang cukup drastis. Peningkatan permintaan daging sapi yang melonjak seperti ini mengakibatkan kenaikan harga yang sangat signifikan dari harga awal. Biasanya peningkatan harga ini akan berlangsung cukup lama, hingga beberapa hari atau minggu setelah perayaan hari besar selesai. Setelah itu, biasanya permintaan akan daging sapi berangsur turun sehingga harga daging sapi akan mengalami penurunan sedikit demi sedikit, hingga harga menjadi stabil. Walaupun banyak orang yang menyukai dan mengkonsumsi daging sapi, konsumsi daging di Indonesia masih tergolong rendah yaitu 1,8-2 kg/kapita/tahun. Angka ini masih jauh dari konsumsi daging Negara tetangga, seperti Malaysia yaitu 7 kg/kapita/tahun.
Masyarakat kita telah biasa menyertakan daging sapi dalam menu makanan harian dikarenakan oleh kebutuhan gizi yang baik dan rasa nikmat.Keperluan ini tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi banyak anggota keluarga. Kebutuhan dalam jumlah besar terhadap daging sapi ini akan menghasilkan permintaan (Rasyaf, 2010).
Di masa mendatang, permintaan daging sapi diperkirakan akan semakin meningkat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.dengan elastisitas yang semakin tinggi, perbaikan perekonomian nasional yang terus berlangsung akan menyebabkan permintaan daging sapi semakin tinggi. Apalagi jika dibandingkan dengan Negara lain, permintaan daging sapi untuk dikonsumsi di Indonesia masih rendah.
Pembeli daging sapi bisa dibilang cukup banyak karena penduduk di Indonesia sudah banyak yang mulai sadar akan kebutuhan gizi. Mereka berasal dari berbagai wilayah dengan berbagai tingkat pendapatan.Bahkan, saat ini pembeli dari kelas menengah ke bawah sudah terbiasa dengan menu daging sapi.
Kualitas Daging Sapi
Kualitas daging dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada waktu hewan sebelum dan sesudah dipotong. Kualitas fisik daging sapi adalah warna daging, rasa dan aroma, perlemakan, dan tektur daging. Pada waktu sebelum dipotong, faktor penentu kualitas dagingnya adalah tipe ternak, jenis kelamin, umur, dan cara pemeliharaan yang meliputi pemberian pakan dan perawatan kesehatan. Sedangkan kualitas daging sesudah dipotong dipengaruhi oleh metode pemasakan, pH daging, hormon, dan metode penyimpanan (Trantono, 2011).
Kualitas Fisik Daging Sapi 1) Warna Daging
Warna daging yang baik untuk daging sapi adalah jika daging tersebut berasal dari sapi dewasa, warna daging yang baik adalah merah terang. Sedangkan untuk daging sapi muda, warna daging yang baik adalah kecokelatan merah muda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi warna daging mentah. Beberapa faktor tersebut adalah spesies, usia, jenis kelamin hewan, cara memotong daging, waterholding (air yang dikandung) kapasitas daging, pengeringan pada permukaan daging, pembusukan pada
permukaan daging, dan cahaya yang mengenai permukaan daging (Purdue University Animal Sciences, 2007).
2) Tekstur
Kesan keempukan daging secara keseluruhan meliputi tekstur dan melibatkan tiga aspek yaitu pertama, kemudahan awal penetrasi gigi ke dalam daging; kedua, mudahnya daging dikunyah menjadi fragmen/potongan-potongan yang lebih kecil, dan ketiga jumlah sisa fragmen/potongan yang tertinggal setelah pengunyahan.
Keempukan dan tekstur daging kemungkinan besar merupakan penentu yang paling penting pada kualitas daging. Faktor yang mempengaruhi keempukan daging digolongkan menjadi faktor antemortem seperti genetik dan termasuk bangsa, spesies dan fisiologi, faktor umur, managemen, jenis kelamin dan stress. Faktor postmortem antara lain meliputi metode pelayuan (chilling), refrigerasi dan pembekuan termasuk faktor lama dan temperatur penyimpanan serta metode pengolahan termasuk metode pemasakan dan penambahan bahan pengempuk. Jadi keempukan bisa bisa bervariasi diantaranya spesies, bangsa, ternak dalam spesies yang sama, potongan karkas dan diantara otot serta otot yang sama (Soeparno, 2005).
3) Perlemakan (marbling)
Marbling adalah garis-garis tipis dan bintik-bintik lemak putih pada potongan daging.
Marbling dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk pola makan, genetika, kondisi, dan lokasi tempat ternak tersebut berada. Pakan ternak yang kaya akan nutrisi menghasilkan marbling terbaik, dan sapi yang dibesarkan dalam kondisi ideal sejak lahir cenderung memiliki marbling yang unggul. Lemak daging yang berasal dari sapi muda akan berwarna putih kekuningan, sedangkan lemak yang berasal dari sapi tua akan berwarna kekuningan. Jumlah marbling yang dihasilkan menentukan kelembutan, intensitas rasa, dan juiciness saat dimasak (Pollan, 2006). Alasannya
adalah marbling membuat asam lemak dalam daging sapi mengalami perubahan kimia yang kompleks bila terkena panas. Perubahan kimia tersebut berinteraksi dengan asam lemak, berkembang di daging, dan menimbulkan cita rasa yang enak.
Lemak tersebut juga memberikan aroma khas daging sapi ketika dimasak dan juiciness yang disebabkan oleh lemak yang meleleh di daging.
4) Rasa
Menurut Chandrashekar, Hoon, Ryba, & Zuker (2006), pengertian dari rasa atau taste adalah penerjemahan otak atas sensasi yang diterima oleh indera pengecap yang ditimbulkan oleh senyawa yang larut dan berinteraksi dengan reseptor pada lidah.
Hingga saat ini terdapat 5 rasa yang dianggap rasa dasar yang dapat dikenali oleh lidah manusia yaitu manis, pahit, asam, asin dan umami (rasa gurih). Bahan pangan yang memiliki rasa gurih memiliki komponen utama berupa nukleotida dan asam amino seperti glutamat dan aspartat. Senyawa glutamat merupakan salah satu asam amino yang banyak ditemukan pada tomat, keju, susu, terasi, dan lainnya. Dalam dunia kuliner Indonesia, rasa gurih sangat kuat terasa pada gulai, sup, kaldu, soto, dan masakan tradisional lainnya. Untuk merasakan gurih, diyakini diperlukan beberapa reseptor yang berbeda. Sebuah riset fisiologis saraf juga membuktikan bahwa rasa gurih yang sempurna dapat tercipta apabila dikombinasikan dengan aroma gurih tertentu.
Daging sapi yang berkualitas baik mempunyai rasa yang relatif gurih,enak dan aroma yang sedap yang dapat pula dijabarkan sebagai tasty. Rasa daging juga dapat berasal dari juiceness yaitu kandungan air di dalam daging dan lemak daging ataupun
bumbu-bumbu yang ditambahkan. Sehingga semakin banyak kandungan air di dalam daging maka rasa daging akan semakin juicy.
5) Aroma
Faktor yang mempengaruhi rasa adalah aroma yang terdeteksi oleh hidung. Menurut Trantono (2011), aroma pada daging sapi dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan pada saat sapi hidup. Aroma yang tidak normal biasanya akan segera tercium sesudah hewan dipotong. Hal itu dapat disebabkan oleh adanya kelainan antara lain hewan sakit dan hewan dalam pengobatan. Hewan yang sakit, terutama yang menderita radang bersifat akut pada organ dalam, akan menghasilkan daging yang berbau seperti mentega tengik. Sedangkan hewan dalam masa pengobatan terutama dengan pemberian antibiotika, akan menghasilkan daging yang berbau obat- obatan.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.
Kegunaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia menyebabkan barang tersebut dikonsumsi.Konsumsi seseorang terhadap suatu barang dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu menunjukkan kuantitas (jumlah) barang yang di minta.Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi waktu, maka
harga barang dapat berubah-ubah sepanjang waktu.Perubahan harga tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi, persaingan, keadaan perekonomian, dan sebagainya. Dengan demikian, harga suatu barang dapat berbeda–
beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas barang yang diminta dalam jangka waktu tertentu pada harga tertentu disebut permintaan (Wijaya, 1991).
Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta.Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang, maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut, hokum permintaan tersebut tentunya menggunakan asumsi bahwa faktor selain harga dianggap tetap.Asumsi inilah yang disebut ceteris paribus(Sukirno, 1994).
Hubungan antara kedua variabel, yaitu antara harga dengan jumlah barang yang di minta atas suatu barang dapat dilihat melalui kurva permintaan.Kurva permintaan adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli.Pada kurva tersebut dapat dilihat bahwa terjadi perubahan jumlah permintaan atas suatu barang pada berbagai tingkat harga tertentu. Konsep permintaan didasarkan pada hukum utilitas marjinal yang semakin menurun (law of diminishing marginal utility), yang menyatakan bahwa dengan makin banyaknya produk yang dikonsumsi, makin berkurang kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan selanjutnya. Hal ini
merupakan penyebab dari kemiringan negatif kurva permintaan dan hubungan terbalik antara harga dan jumlah yang diminta.
Menurut Nasution (2008), perubahan permintaan terjadi disebabkan oleh perubahan beberapa faktor, apakah sebagai faktor utama (harga barang itu sendiri) maupun faktor lainnya sebagai pendukung. Faktor-faktor tersebut antara lain, harga barang lain yang mempunyai kaitan dengan suatu barang tertentu, pendapatan masyarakat, daya tarik suatu barang, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa yang akan datang.
Bila harga suatu barang berubah, hal ini tidak hanya mempengaruhi permintaan barang tersebut, tetapi juga mempengaruhi permintaan barang lain. Perubahan yang terjadi selalu bisa dipecah menjadi dua komponen, yaitu komponen substitusi dan komponen pendapatan (Nicholson, 1994).
Kurva Permintaan
Menurut Sukimo (2002; 78) Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli.Permintaan yang dimaksud disini berbeda dengan jumlah barang yang diminta.Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan, sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu.
Kurva permintaan terhadap suatu komoditi mempunyai lereng yang menurun (dari kiri atas ke kanan bawah) karena makin rendah harga komoditi, makin murah komoditi itu dibandingkan dengan komoditi lain yang dapat memuaskan keperluan atau keinginan yang sama. Komoditi-komoditi yang lain itu disebut substitusi (Kadariah, 1994).
Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya meurun dari kiri atas ke kanan bawah.Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Jika salah satu variabel naik (misalnya harga) maka variabel lain akan mengalami penurunan (misalnya jumlah barang yang diminta) seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kurva Permintaan Barang Sumber: Suparmoko (2000; 25)
Dari Gambar 1 dapat dijelaskan sesuai dengan Teori Permintaan yakni:
Hukum permintaan (the law of demand) adalah pada hakikatnya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Dan sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin rendah permintaan akan
2.2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Permintaan akan daging sapi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut;
a. Harga daging sapi
Harga merupakan nilai dari suatu barang yang bisa diberikan oleh konsumen karena barang tersebut memberikan manfaat tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan.Semakin tinggi nilai suatu barang atau jasa maka semakin tinggi harganya.Sebaliknya.Semakin rendah nilai suatu barang atau jasa maka semakin rendah harganya (Mushlich, 1997).
Terhadap faktor harga, perilaku konsumen memiliki kecenderungan bereaksi negatif.
Artinya, jika harga suatu barang atau jasa semakin tinggi maka konsumen akan menurunkan jumlah barang yang diminta. Sebaliknya, jika harga suatu barang atau jasa semakin rendah maka konsumen akan meningkatkan jumlah barang yang diminta (Mushlich, 1997).
Semakin tinggi harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin sedikit.Sedangkan, semakin rendah harga daging sapi, maka jumlah daging sapi yang diminta semakin meningkat.
b. Harga barang substitusi (daging ayam)
Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh perubahan harga barang- barang lain, yaitu harga barang substitusi. Sifat dan pengaruh ketergantungan terhadap barang substitusi karena permintaan suatu barang memiliki kaitan dan pengaruh secara langsung atau tidak langsung. Pengaruh mempengaruhi atas sesuatu
barang dari harga barang lain ini dikarenakan masing-masing barang tersebut memiliki hubungan yang saling menggantikan fungsi kegunaannya (Mushlich, 1997).
Jika harga daging sapi naik, maka jumlah permintaan barang substitusi juga akan mengalami kenaikan. Dan sebaliknya, jika harga daging sapi menurun, maka jumlah permintaan barang substitusi juga akan mengalami penurunan.
c. Pendapatan
Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu tertentu.Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk dalam suatu daerah. Besarnya pendapatan perkapita akan mempengaruhi daya beli setiap rumah tangga (Mushlich, 1997).
Hampir semua orang suka mengkonsumsi daging sapi.Semakin tinggi penghasilan individu, biasanya permintaan daging sapi pun meningkat.Hal ini dikarenakan adanya kemampuan individu untuk membeli daging sapi, yang memang harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga daging kambing ataupun daging ayam. Apabila pendapatan tinggi, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga meningkat.
Sebaliknya, apabila pendapatan rendah, maka daya beli masyarakat terhadap daging sapi juga menurun.
2.2.2 Elastisitas
Menurut Joesron (2003), elastisitas permintaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu elastisitas permintaan terhadap harga, elastisitas permintaan terhadap pendapatan, dan elastisitas harga silang.
1. Elastisitas Permintaan terhadap Harga
Elastisitas permintaan terhadap harga menjelaskan perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan harga.
Ed= % perubahan jumlah barang yang diminta
% perubahan harga
Ed= ∆Q/Q
∆P/P
Suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas permintaannya berada di antara nol dan satu. Hal ini berarti persentase perubahan jumlah barang yang diminta. Permintaan bersifat elastis terjadi apabila permintaan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga. Nilai koefisien elastisitas permintaan yang bersifat elastis adalah lebih besar dari satu.
2. Elastisitas Permintaan terhadap Pendapatam
Elastisitas permintaan terhadap pendapatan menjelaskan perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan pendapatan.
Ei= % perubahan jumlah barang yang diminta
% perubahan pendapatan
Ei= % ∆Q = (∆Q/Q) = ∆Q . I % ∆I (∆I / I) ∆I Q Keterangan:
∆Q = Perubahan jumlah daging sapi yang diminta
∆I = Perubahan pendapatan
Q = Jumlah daging sapi yang diminta I = Pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat perubahan pendapatan dinamakan elastisitas permintaan pendapatan atau elastisitas pendapatan.Konsep elastisitas ini mengukur sejauh mana kuantitas permintaan berubah mengikuti perubahan pendapatan. Elastisitas pendapatan dari permintaan didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas barang yang dikonsumsi dibagi persentase perubahan pendapatan (Sirojuzilam, 2005).
Elastisitas permintaan pendapatan adalah persentase perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan income riil konsumen sebesar satu persen, jika fungsi permintaan diketahui maka besar nilai elastisitas pendapatan dapat ditentukan dengan cara menurunkan fungsi permintaan tersebut terhadap variabel pendapatan, lalu dikalikan rata-rata besaran pendapatan dibagi rata-rata jumlah barang yang diminta.
Dimana, elastisitas pendapatan merupakan besarnya perubahan jumlah permintaan terhadap daging sapi yang diakibatkan oleh perubahan jumlah pendapatan individu.
Jenis-jenis elastisitas pendapatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Ep = 1, ini dinamakan uniter elastis, artinya bila jumlah pendapatan naik/turun sebanyak 1% maka permintaan akan turun/naik sebanyak 1% pula.
spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan memiliki permintaan uniter elastis.
2. Ep > 1, dinamakan elastis, artinya persentase perubahan kuantitas permintaan lebih besar dari persentase perubahan pendapatan. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan, dan lain sebagainya.
3. Ep < 1, dinamakan inelastis, artinya bila jumlah pendapatan naik/turun sebanyak 1% maka permintaan akan turun/naik kurang dari 1%. Contoh:
konsumsi beras dan bensin.
4. Ep = 0, dinamakan inelastis sempurna, yaitu bila perubahan pendapatan tidak mempengaruhi jumlah yang diminta (kurva permintaan sejajar dengan sumbu vertikal). Contoh: Tanah.
5. Ep = ~ (tak hingga), ini dinamakan elastis sempurna, (kurva permintaan sejajar dengan sumbu horizontal).Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau diproduksi oleh produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya saja paperclip dan pen tinta biasa (Putong, 2010)
Untuk suatu barang normal, elastisitasnya adalah positif karena kenaikan pendapatan mengakibatkan kenaikan pembelian akan barang tersebut. Selain
barang normal, di pasar juga tersedia barang inferior. Untuk barang inferior, elastisitasnya adalah negatif karena kuantitas permintaannya menurun ketika pendapatan konsumen meningkat. Dengan kata lain, barang inferior adalah barang yang dibeli oleh orang – orang yang tidak mampu membeli barang lain yang lebih baik atau karena harganya lebih tinggi. Jika pendapatan naik, kuantitas permintaannya memang bertambah, tapi tidak banyak. Berbeda dengan barang–
barang mewah seperti mobil atau barang – barang elektronik, baru akan dibeli jika pendapatan meningkat. Itu sebabnya kuantitas permintaan barang–barang mewah naik mencolok ketika pendapatan masyarakat meningkat (Sukirno, 2008).
3. Elastisitas Silang
Elastisitas permintaan silang merupakan suatu koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu barang jika terjadi perubahan terhadap harga barang lain.
Ec = % perubahan jumlah barang X yang diminta
% perubahan harga barang Y
Ec = ∆Qx/Qx
∆Py/Py
Nilai elastisitas silang berkisar antara tak terhingga yang negatif hingga tak terhingga yang positif. Barang-barang komplementer elastisitas silangnya adalah negatif, sedangkan nilai elastisitas silang untuk barang-barang substitusi adalah positif.
2.3 Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Perumusan Variabel Metode Kesimpulan
Peneliti Penelitian Masalah Pengamatan Analisis 1. Arief
Fadillah (2007)
Dampak Peningkatan Harga Beras terhadap Pola
Pengeluaran Pangan pada Beberapa Strata Pendapatan.
-Bagaimana elastisitas permintaan beras rumah tangga menurut strata pendapatan di daerah penelitian?
-Bagaimana elastisitas permintaan beras rumah tangga pedesaan dan perkotaan di daerah penelitian?
-Data pengeluaran rumah tangga - Data konsumsi beras rumah tangga
Metode yang digunakan adalah elastisitas terhadap permintaan terhadap harga pada beberapa strata pendapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas permintaan beras rumah tangga berpendapatan rendah lebih elastis daripada rumah tangga berpendapatan tinggi dan elastisitas permintaan beras rumah tangga di daerah pedesaan lebih elastis daripada daerah perkotaan.
2. Deni Putri K. Sianturi (2011)
Analisis Tingkat Konsumsi Pangan dan Elastisitas Pendapatan terhadap Pengeluaran Konsumsi Pangan Karyawan di PTPN IV Air Batu Kabupaten Asahan
-Bagaimana perbedaan pola konsumsi pangan antara keluarga karyawan pimpinan dan keluarga karyawan pelaksana di daerah penelitian?
-Bagaimana elastisitas pendapatan keluarga karyawan pimpinan dan keluarga karyawan pelaksana di daerah penelitian?
-Jumlah pengeluaran konsumsi pangan karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana -Data perubahan pendapatan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, MPC, dan elatisitas permintaan terhadap pendapatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan antara karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana PTPN IV Air Batu Kab. Asahan tidak memiliki perbedaan akan tetapi terdapat perbedaan dari segi jumlah pengeluaran konsumsi pangannya; elastisitas pendapatan keluarga karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana di PTPN IV Air Batu adalah < 1 (atau bersifat inelastis).
3. Dionica Putri Tampubol on (2012)
Analisis Faktor- faktor yang Mempengar uhi
Permintaan Daging Sapi di Kota Medan
-Bagaimana perkembangan harga dan
permintaan daging sapi di Kota Medan?
-Apakah faktor- faktor harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi mempengaruhi
Data harga daging sapi, PDRB per kapita, jumlah penduduk dan produksi daging sapi
Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda
Hasil penelitian menunjukkan secara serempak menunjukkan bahwa keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi. Secara parsial variabel jumlah penduduk dan produksi daging sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi, sedangkan pada harga daging sapi
No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Perumusan Masalah
Variabel Pengamatan
Metode Analisis
Kesimpulan
jumlah permintaan dan PDRB per kapita tidak
daging sapi di Kota Medan?
berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi.
4. Irma Yusnita Hasibuan (2013)
Dampak Kenaikan Harga Daging Sapi Terhadap Konsumsi Daging Sapi Di Kota Medan
-Faktor-faktor yang
mempengaruhi kenaikan harga daging sapi di daerah penelitian?
-Bagaimana dampak kenaikan harga daging sapi terhadap
permintaan daging sapi di daerah penelitian?
-Bagaimana fluktuasi konsumsi daging sapi dengan fluktuasi harga daging sapi di daerah
penelitian?
-Harga daging sapi
-Konsumsi daging sapi di Kota Medan
Metode yang digunakan adalah analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).
Dari hasil penelitian diperoleh:
(1) harga beli, biaya penunjang, biaya tenaga kerja dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga daging sapi, (2) naiknya harga daging sapi berdampak pada turunnya permintaan konsumsi daging sapi, dan (3) perkembangan harga daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.
5. M. Rian Ramadhan Batubara (2014)
Analisis Tingkat Kepuasan Karyawan terhadap Tingkat Upah yang Diterima di PT.
Perkebunan Nusantara IV Kebun Balimbingan
-Bagaimana perbedaan pola konsumsi pangan antara keluarga karyawan pimpinan dan keluarga karyawan pelaksana di daerah penelitian?
-Bagaimana elastisitas pendapatan keluarga karyawan pimpinan dan keluarga karyawan pelaksana di daerah penelitian?
Data pengeluaran konsumsi pangan keluarga karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana di daerah penelitian
Metode deskriptif, metode Likert dan metode elastisitas.
Jaminan yang diterima karyawan perkebunan di PT.
Perkebunan Nusantara IV di Kebun Balimbingan sudah terpenuhi oleh perusahaan pada karyawan perkebunan di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Balimbingan; serta tingkat kepuasan karyawan terhadap sistem pengupahan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Balimbingan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Dewasa ini permintaan daging sapi di Kota Medan sebagai bahan makanan pokok semakin meningkat. Seiring dengan peningkatan konsumsi daging sapi maka jumlah permintaan di pasar akan daging sapi itu juga meningkat. Di pasar, harga daging sapi selalu berubah sesuai dengan kondisi pasar. Perubahan harga daging sapi inilah yang mempengaruhi konsumsi daging sapi dan jumlah permintaan daging sapi di pasar.
Selain itu, faktor lain seperti harga barang lain dan pendapatan juga mempengaruhi konsumsi daging sapi di Medan.
Perubahan dari harga dan pendapatan menyebabkan timbulnya kepekaan terhadap permintaan suatu komoditi yang disebut elastisitas. Elastisitas adalah besarnya perubahan jumlah barang yang diakibatkan oleh perubahan harga. Derajat kepekaan atau elastisitas dari pendapatan akan menunjukkan status suatu barang antara barang mewah, barang normal atau barang inferior, sedangkan perubahan dari harga barang lain akan menunjukkan sifat kedua barang yang saling melengkapi atau saling menggantikan.
Secara sistematika kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.
Konsumen Daging Sapi
Keterangan:
= Pengaruh
= Hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Elastisitas Pendapatan Konsumen terhadap Permintaan Daging Sapi di Kota Medan (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan)
Permintaan Daging Sapi
Harga Daging Sapi Harga Barang Substitusi Pendapatan
(D i A )
Elastisitas Pendapatan
2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Harga daging sapi, harga barang substitusi (daging ayam), dan tingkat pendapatan konsumen berpengaruh positif terhadap permintaan daging.
2. Elastisitas pendapatan konsumen terhadap permintaan daging sapi adalah elastis.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu teknik penentuan suatu daerah berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat terhadap suatu objek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian dilakukan di Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk terbesar di Kota Medan terdapat pada Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2014
Kecamatan Jumlah Penduduk
Medan Kota 74.406
Medan Sunggal 115.687
Medan Helvetia 149.806
Medan Denai 145.677
Medan Barat 72.620
Medan Deli 178.147
Medan Tuntungan 84.775
Medan Belawan 98.020
Medan Amplas 121.362
Medan Area 98.955
Medan Johor 130.414
Medan Marelan 156.394
Medan Labuhan 116.357
Medan Tembung 137.062
Medan Maimun 40.624
Medan Polonia 55.369
Medan Baru 40.519
Medan Perjuangan 95.790
Medan Petisah 63.333
Medan Timur 111.369
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Deli
Nama Wilayah (Kelurahan) Jumlah Penduduk
Tanjung Mulia 39989
Tanjung Mulia Hilir 33800
Mabar Hilir 26222
Mabar 32808
Kota Bangun 10625
Titi Papan 29270
Total Penduduk Kecamatan Medan Deli 172714
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk di Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang, karena menurut Roscoe, ukuran sampel sebanyak 30 sudah dianggap layak dalam penelitian (Sugiyono, 2010).
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah non probably sampling , yakni kombinasi antara accidental sampling dan purposive sampling. Sampel ditentukan secara purposive berdasarkan tingkat pendapatan. Pada awalnya dilakukan accidental sampling. Sampel yang ditemui akan diwawancara, dan diketahui tingkat pendapatannya. Setelah jumlah sampel untuk kategori pendapatan tertentu terpenuhi, maka akan dicari sampel untuk kategori pendapatan yang lain. Besar sampel yang diambil berdasarkan kategori pendaapatannya masing-masing sebanyak 10 orang.
Besar sampel berdasarkan strata pendapatannya di Kelurahan Tanjung Mulia disajikan pada Tabel 7.
31
Tabel 7. Strata Pendapatan
Strata Jumlah Sampel (KK)
< Rp 2.500.000 10
Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 10
> Rp 5.000.000 10
Total Sampel 30
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan sampel berdasarkan kuisioner yang dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi (lembaga) atau dinas serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini, seperti Dinas Peternakan Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Kota Medan.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis identifikasi masalah 1, yakni mengidentifikasi pengaruh pendapatan terhadap permintaan daging sapi, maka digunakan model regresi linier berganda. Dimana dapa dilihat pengaruh dari variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan daging sapi. Supriana (2013) menyatakan rumus linear berganda sebagai berikut:
Y= b0 + b1X1 + b2X2 +b3X3 + µ
Dimana:
i
b0
b
= Konstanta
1b2b3
X
= Koefisien Regresi
1
X
= Harga Daging Sapi (Rp)
2
X
= Harga Barang Substitusi / Daging Ayam (Rp)
3
µ
= Tingkat Pendapatan (Rp)
i
Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
= Koefisien Pengganggu
1. Koefisien Determinasi (R2 Koefisien determinasi R
)
2
Nilai koefisien determinasi (R
merupakan suatu nilai statiistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013).
2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2
2. Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)
yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, X3, dan X4
Kriteria pengujian:
hingga Xn bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak (Firdaus, 2011).
- Jika nilai signifikansi F >
α
0,05 atau Fhitung< FtabelmakaH0diterimaH1ditolak- Jikanilaisignifikansi F <
α
0,05 atau Fhitung≥ FtabelJika H
makaH0ditolak H1diterima
0 diterima artinya X1, X2, dan X3
Jika H
secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap Y (permintaan daging sapi).
1 diterima artinya X1, X2, X3
3. Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)
secara serempak berpengaruh nyata terhadap Y (permintaan daging sapi).
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).
Kriteria Pengujian:
- Jika nilai signifikansi t >
α
0,05 atau thitung< ttabel- Jikanilaisignifikansi t ≤
α
0,05 atau tmakaH0diterimaH1ditolak
hitung ≥ ttabel
Jika H
makaH0ditolak H1diterima
0 diterima artinya X1, X2, X3, dan X4
Jika H
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Y (permintaan daging sapi).
1 diterima artinya X1, X2, X3, dan X4
Uji Asumsi Klasik
secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y (permintaan daging sapi).
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pada prinsipnya
BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Ada empat uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas, heterokedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi (Supriana, 2013).
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi (Firdaus, 2011).
Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal
Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.
2. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Supriana, 2013).
Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi.
Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas